115 Universitas Indonesia

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN KERJA SAMA PEMULIHAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN KERJA SAMA PEMULIHAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4 TAHUN 2006 TENTANG PENYELENGGARAAN DAN KERJASAMA PEMULIHAN KORBAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA

LEMBARAN DAERAH NOMOR 2 TAHUN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN TENTANG

PEDOMAN WAWANCARA. A. Bagi Pegawai P2TPA Korban Kekerasan Rekso Dyah Utami. 1. Bagaimana sejarah berdirinya P2TPA Rekso Dyah Utami?

Standar Operasional Prosedur. Pendampingan dan Rujukan Perempuan Korban Kekerasan Yayasan Sanggar Suara Perempuan SoE

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH

WALIKOTA BLITAR PROVINSI JAWA TIMUR

MANAJEMEN KASUS HIV/AIDS. Sebagai Pelayanan Terpadu Bagi Orang dengan HIV/AIDS (Odha)

PEMERINTAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TENGAH NOMOR 3 TAHUN 2009 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN BANTUL

BUPATI PURBALINGGA PROVINSI JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN. A. Tujuan

PERAN PERAWAT HOME CARE. Disampaikan oleh Djati Santosa.

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI LOMBOK BARAT PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

Pekerjaan Sosial PB :

PERATURAN DAERAH KABUPATEN OGAN KOMERING ULU

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI DEMAK,

BUPATI PATI DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PATI,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BUPATI SUKOHARJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUKOHARJO NOMOR 6 TAHUN 2011 TENTANG

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 40 TAHUN TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN KULON PROGO

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 53 TAHUN 2014 TENTANG PENYELENGGARAAN PUSAT PELAYANAN TERPADU DAN RUMAH AMAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Kekerasan terhadap Anak (KtA) merupakan semua bentuk tindakan/perlakuan

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari uraian yang telah disampaikan dari Bab I sampai Bab IV, maka dapat

Jambi. DKI Jakarta. 1. Pusat Krisis Terpadu RSCM a. Alamat: IGD RSCM Lt. 2 Jl. Diponegoro No. 71, Jakarta Pusat Telp:

BAB IV ANALISIS BIMBINGAN DAN KONSELING ISLAM TERHADAP PENANGANAN ANAK KORBAN KEKERASAN SEKSUAL DI PPT SERUNI KOTA SEMARANG

IKATAN PEREMPUAN POSITIF INDONESIA - IPPI Jaringan Nasional Perempuan yang hidup dengan HIV dan AIDS

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. merumuskan kesimpulan yang bersifat umum yaitu UPT P2TP2A berperan

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 18 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA TENGAH PERATURAN GUBERNUR JAWA TENGAH NOMOR 74 TAHUN 2014 TENTANG

Kekerasan dalam Rumah Tangga

BAB V PENUTUP. sebelumnya, dapat penulis ketengahkan beberapa kesimpulan sebagai berikut:

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TANAH LAUT NOMOR 13 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 08 TAHUN 2014 TENTANG

Perbedaan RUU Penghapusan Kekerasan Seksual dengan UU Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah Tangga

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBENUR PAPUA NOMOR 24 TAHUN 2013 TENTANG PEMBENTUKAN PENYEDIA LAYANAN TERPADU PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 65 TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 16 Tahun : 2012 Seri : E

BUPATI TAPIN PROVINSI KALIMANTAN SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 01 TAHUN 2015 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

PERATURAN DAERAH KABUPATEN SUMBAWA NOMOR 3 TAHUN 2013 TENTANG PUSAT PELAYANAN TERPADU PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK

PERATURAN BUPATI ACEH TIMUR NOMOR 34 TAHUN 2011 TENTANG PENCEGAHAN DAN PENANGANAN KASUS KEKERASAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 122 TAHUN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

METODE PEKERJAAN SOSIAL BY AGUS SURIADI

PANDUAN PRAKTEK KERJA PROFESI PSIKOLOGI (PKPP) PROGRAM STUDI MAGISTER PROFESI PSIKOLOGI MAYORING PSIKOLOGI PENDIDIKAN

1. Pendahuluan PENDAMPINGAN PSIKOLOGIS DI PUSKESMAS CEMPAKA PUTIH

I. UMUM. menjadi...

GUBERNUR PROVINSI PAPUA

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 16 TAHUN 2010 TENTANG PERLINDUNGAN TERHADAP PEREMPUAN DAN ANAK KORBAN KEKERASAN

Hukum Acara Pidana Untuk Kasus Kekerasan Seksual

WALIKOTA KENDARI PERATURAN DAERAH KOTA KENDARI NOMOR 20 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK KOTA KENDARI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Indonesia mengalami situasi darurat kekerasan. terhadap perempuan. Berdasarkan catatan tahunan dari

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 16 TAHUN 2013 TENTANG LEMBAGA KONSULTASI KESEJAHTERAAN KELUARGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Sistem Peradilan Pidana Anak adalah keseluruhan proses penyeles

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Bukti yang dibutuhkan dalam hal kepentingan pemeriksaan suatu

BUPATI POLEWALI MANDAR

PERATURAN MENTERI SOSIAL REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26 TAHUN 2012 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan kasus-kasus kekerasan terhadap anak akhir-akhir ini menunjukkan adanya

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KEBUMEN NOMOR 1 TAHUN 2013 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN KORBAN KEKERASAN BERBASIS GENDER

MARI BERGABUNG DI PROGRAM MENCARE+ INDONESIA!

I. PENDAHULUAN. Konsep good governance adalah konsep yang diperkenalkan oleh Bank Dunia

BUPATI LUWU UTARA PROVINSI SULAWESI SELATAN

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 13 TAHUN 2017 PERATURAN DAERAH KABUPATEN SERANG NOMOR 13 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PERLINDUNGAN ANAK

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. penegakkan hukum, Polwan di UPPA juga berperan aktif dalam melakukan

Pendekatan dan Teknik Bimbingan dan Konseling. Siti Fatimah, S.Psi., M.Pd

GUBERNUR PROVINSI PAPUA

Kekerasan fisik sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5 huruf a adalah perbuatan yang mengakibatkan rasa sakit, jatuh sakit, atau luka berat.

2. Bagi Apotek Kabupaten Cilacap Dapat dijadikan sebagai bahan masukan sehingga meningkatkan kualitas dalam melakukan pelayanan kefarmasian di Apotek

MANAJEMEN KASUS DALAM PEKERJAAN SOSIAL

PEDOMAN MANAJER PELAYANAN PASIEN RUMAH SAKIT (CASE MANAGER)

PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 6 TAHUN 2017 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN BERBASIS GENDER DAN ANAK DI KABUPATEN KENDAL

Disampaikan Oleh: R. Siti Maryam, MKep, Ns.Sp.Kep.Kom 17 Feb 2014

BAB IV PEMBAHASAN KASUS. masalah klien MG adalah sebagai berikut: dapat saling membantu menghadapi masalahnya. materi seputar merancang masa depan.

PEMERIKSAAN KESEHATAN BERKALA

13 MANAJEMEN KASUS TINDAK KEKERASAN ANAK DI PUSAT PELAYANAN TERPADU PEMBERDAYAAN PEREMPUAN DAN ANAK P2TP2A PROVINSI DKI JAKARTA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BAB II DESKRIPSI UMUM RIFKA ANNISA WOMEN CRISIS CENTER YOGYAKARTA. Rifka Annisa Women Crisis Center yang berarti Teman Perempuan

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

Abstraksi. Kata Kunci : Komunikasi, Pendampingan, KDRT

VI. KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Implementasi kebijakan program keluarga berencana dalam penggunaan alat

2015 PENGARUH PROGRAM BIMBINGAN INDIVIDUA TERHADAP KEHARMONISAN KELUARGA

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2008 TENTANG

PERAN GURU BIMBINGAN DAN KONSELING DALAM PELAKSANAAN LAYANAN KONSELING INDIVIDUAL DI SMP NEGERI 1 KUALA KAPUAS. Oleh : Karyanti *

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

URAIAN TUGAS BERDASARKAN JABATAN. Kepala Puskesmas A. Tugas Pokok Mengusahakan agar fungsi puskesmas dapat diselenggarakan dengan baik.

Kesehatan Mental dan Dukungan Psikososial

2 BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Pemerintah ini yang dimaksud dengan: 1. Pelayanan Kesehatan adalah suatu kegiatan dan/atau serangkaian

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 4 TAHUN 2015 TENTANG TATA CARA PENINGKATAN KEMAMPUAN LEMBAGA

PROSEDUR STANDAR OPERASIONAL SATUAN TUGAS PENANGANAN MASALAH PEREMPUAN DAN ANAK

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2004 TENTANG PENGHAPUSAN KEKERASAN DALAM RUMAH TANGGA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LAMPIRAN LAMPIRAN A PANDUAN WAWANCARA

Transkripsi:

BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan Kesimpulan penelitian ini didasarkan atas tujuan penelitian yang ditetapkan dalam skripsi ini yaitu mendeskripsikan pelaksanaan manajemen kasus yang dilakukan oleh pekerja sosial di Pusat Krisis Terpadu RSCM dalam menangani klien kekerasan seksual anak dan mendeskripsikan peran pekerja sosial Pusat Krisis Terpadu RSCM sebagai manajer kasus dalam menangani klien kekerasan seksual pada anak. Pada dasarnya, setiap anak memiliki hak untuk hidup tenang tanpa mengalami kekerasan dalam bentuk apapun, namun timbulnya kekerasan seksual yang dialami anak membuat hak anak semakin terancam palaksanaannya. Anak sebagai generasi pewaris bangsa seharusnya mendapatkan jaminan agar bisa leluasa menjalani kehidupanya sebagai penerus bangsa di masa depan. Namun ternyata perlindungan maupun penanganan yang dilakukan terhadap anak masih sangat minim sehingga anak memiliki posisi yang rentan menjadi korban kekerasan termasuk kekerasan seksual. Kasus kekerasan seksual pada anak yang angkanya semakin meningkat dari waktu ke waktu tersebut merupakan isu yang perlu menjadi perhatian khusus dari segala pihak. Hal ini disebabkan dampak yang timbul pada anak yang menjadi korban sangat besar dan berdampak jangka panjang, adapun pelaku kekerasan seksual umumnya berasal dari orang terdekat korban (tetangga, ayah, paman, guru, pacar dan lain sebagainya). Untuk mengatasi dampak-dampak yang ditimbulkan pasca kekerasan seksual pada anak, diperlukan penanganan yang memadai dan berpihak kepada korban, sehingga korban kekerasan seksual anak merasa aman menceritakan dan mempercayakan kasusnya untuk ditangani. Penanganan terhadap korban kekerasan tidak bisa diberikan secara parsial, misalnya hanya memberikan pelayanan medis atau hanya memberikan pelayanan konseling saja. Perlu penanganan yang terpadu pasca peristiwa, dimana semua kebutuhan medis, psikologis, dan sosial dapat terpenuhi. Untuk itu sejak tahun 2000, Pusat Krisis 115

116 Terpadu Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo sebagai salah satu lembaga yang peduli terhadap korban kekerasan baik itu perempuan dan anak mencoba untuk memberikan pelayanan terpadu dan menyeluruh baik dari segi medis, psikologis, sosial dan hukum yang terlaksana dengan manajemen kasus. Manajemen kasus merupakan sebuah metode dalam memberikan pelayanan, dimana seorang pekerja sosial profesional sebagai manajer kasus mengkaji atau memperkirakan kebutuhan klien dan keluarganya, kapan pelaksanaan yang tepat, mengatur, mengkoordinasikan, memantau, mengevaluasi dan mengatur serangkaian pelayanan untuk membantu klien dengan kebutuhan yang kompleks. Secara singkat, dengan metode ini berarti seorang pekerja sosial mengkoordinasikan pelayanan yang disediakan oleh berbagai profesi baik internal maupun eksternal seperti lembaga atau organisasi rujukan, guna memfasilitasi klien dengan kebutuhan yang spesifik. Melalui manajemen kasus yang dilakukan oleh manajer kasus yakni pekerja sosial PKT diharapkan dapat jeli memilih permasalahan secara menyuluruh sehingga dapat mengatasi berbagai masalah yang dialami klien kekerasan seksual anak dari berbagai aspek yaitu aspek biologis, psikologis dan sosial. 5.1.1 Tahapan Manajemen Kasus A. Assessment. Pekerja sosial atau menajer kasuslah yang pertama kali bertemu dengan klien dan keluarganya. Sehingga manajer kasus PKT melakukan pembinaan relasi dengan klien, yaitu dengan cara memperkenalkan diri terlebih dahulu saat anamnesis berlangsung, memperkenalkan pelayanan apa saja yang akan klien dapatkan juga menjelaskan alasan mengapa klien harus di assessment. Hal yang penting selanjutnya adalah penandatanganan persetujuan pemeriksaan yang ditandatangani oleh salah satu orang tua atau wali klien. Hal tersebut dilakukan sebagai kesediaan klien diperiksa untuk mencari adanya bukti-bukti kekerasan seksual. Apabila diperlukan untuk peradilan, maka laporan hasil pemeriksaan dan bukti-bukti yang ditemukan akan diserahkan kepada pihak kepolisian atas permintaan resmi penyidik sebagai bagian dari pemeriksaan dalam bentuk visum et repertum. Manajer kasus kemudian

117 menggali informasi mengenai kronologis masalah, keadaan keluarga, lingkungan, ekonomi dan apa saja kebutuhan klien. Selain itu menggali potensi yang ada pada klien merupakan hal yang penting untuk dilakukan untuk membantu klien menyelesaikan masalahnya. Assessment dilakukan guna mengetahui masalah, kebutuhan klien dan juga potensi yang dimiliki klien. Assessment yang dilakukan juga meliputi aspek medis dan psikologis. Hasil assessment yang dibuat oleh manajer kasus menjadi sangat penting karena berkaitan dengan pelayanan yang akan diberikan oleh profesi selanjutnya sehingga pelanyanan menjadi berkesinambungan. Setelah melakukan assessment atau anamnesis, manajer kasus lalu mencatat proses tersebut pada form rekam medis kasus salah seksual terhadap anak sesuai dengan kolom yang tersedia. Terdapat beberapa permasalah dalam proses pencatatan diantaranya pada form tersebut tidak terdapat kolom untuk memuat penjelasan potensi yang dimiliki klien dan terbatasnya kolom-kolom yang tersedia untuk menjelaskan atau menginformasikan kejadian yang dialami klien sehingga informasi yang tercatat kurang mendetail. Selain itu pula, banyaknya klien yang datang ke PKT membuat pekerja sosial menunda pencatatan kedalam rekam medis sehingga form klien menumpuk dan tidak semua informasi dapat diingat. Hal tersebut menjadi kendala dalam proses pelayanan di PKT terutama saat tahapan selanjutnya dan keberlanjutan pelayanan dari profesi lainnya. B. Planning atau rencana pelayanan. Rencana pelayanan dibuat setelah manajer kasus menganamnesis klien dan mengetahui kebutuhan klien. Setelah proses assessment dan pencatatan pada form rekam medis kasus salah seksual terhadap anak, maka pekerja sosial akan membuatkan rencana pelayanan yang disesuaikan dengan kebutuhan klien dan keluarga. Pelayanan di PKT yang bisa dilakukan pada hari yang sama setelah proses assessment selesai yaitu pemeriksaan medis dengan dokter jaga. Setelah itu dilihat berdasarkan kebutuhan klien selanjutnya misalnya konseling psikologis maka langkah selanjutnya adalah merencanakan untuk berkoordinasi dengan psikolog dan menjadwalkan konseling psikologis dengan klien. Perencanaan yang dibuat oleh pekerja sosial sebagai manajer kasus tentu

118 saja diputuskan atas partisipasi aktif atau keterlibatan klien dan keluarga. Klien berhak menolak jika dirasa perencanaan tersebut memberatkan atau membuat klien dan keluarga tidak nyaman. Pekerja sosial tentu saja harus menghargai keputusan tersebut. Manajer kasus PKT sejauh ini lebih banyak terfokus pada perencanaan pemeriksaan medis setelah proses anamnesis selesai yang juga dibutuhkan untuk keperluan visum, konseling psikologis, support group, dll yang tentu saja dikaitkan dengan kebutuhan klien yang diketahui saat assessment. C. Implementasi pelayanan. Sebagai Pusat Krisis Terpadu, lembaga yang menangani kasus kekerasan terhadap perempuan dan anak membuat pelayanan yang diberikan menggunakan pelayanan langsung yang dikategorikan sebagai crisis intervention. Manajer kasus berupaya memberikan layanan untuk menghadapi situasi krisis yang dialami klien kekerasan seksual anak. Dalam situasi klien yang mayoritas datang dalam keadaan emosional maka manajer kasus berupaya untuk membantu klien dan keluarga agar dapat melalui proses implementasi pelayanan sesuai dengan perencanaan yang telah dibuat sehingga harapan mereka dapat tercapai. Implementasi pelayanan yang dilakukan oleh manajer kasus PKT juga terlihat pada koordinasi manajer kasus pada pelayanan selanjutnya yaitu saat pemeriksaan medis, konseling psikologis dan programprogram lainnya seperti support group. Implementasi pelayanan di PKT yang berkaitan dengan pelayanan secara tidak langsung seperti menghubungkan klien dan keluarga dengan lembaga rujukan lainnya seperti rumah aman, LBH, klinik rujukan, dll. D. Monitoring. Selama proses monitoring, manajer kasus tetap berhubungan dan melanjutkan komunikasi dengan penyedia layanan lain. Proses monitoring yang dilakukan manajer kasus adalah dengan tetap melakukan komunikasi secara langsung ataupun via media komunikasi dengan berbagai profesi terkait dan lembaga rujukan. Hal tersebut dilakukan agar dapat mengetahui apakah kebutuhan klien dapat terpenuhi dan rencana pelayanan dapat terlaksana

119 dengan baik ataupun apa saja yang kekurangan selama proses impelementasi yang dapat diperbaiki. E. Evaluasi. Tahapan evaluasi pada dasarnya dilaksanakan untuk mengetahui seberapa efektif pelaksanaan manajemen kasus. Dalam tahap evaluasi, pekerja sosial PKT bersama-sama dengan profesi lain yang menangani klien berdiskusi secara informal dalam rangka mengetahui apakah pelayanan yang diberikan kepada klien dan keluarga tepat sasaran dan apakah keadaan klien dan keluarga lebih baik secara biologis, psikologis dan sosial setelah mendapatkan berbagai layanan yang diberikan PKT maupun lembaga rujukan. F. Terminasi. Pelaksanaan terminasi oleh manajer kasus PKT juga didasarkan impelementasi pelayanan sesuai dengan rencana, setelah dimonitoring dan evaluasi terdapat perubahan signifikan pada klien dan keluarga, dirasa klien dan keluarga telah mampu mandiri untuk memenuhi kebutuhannya dan terbatasnya waktu dikarenakan banyaknya kasus lain yang memerlukan penanganan. 5.1.2 Peran Pekerja Sosial sebagai Manajer Kasus Berdasarkan hasil temuan lapangan dapat diketahui beberapa peran pekerja sosial sebagai manajer kasus di PKT. Manajer kasus PKT menjalankan beberapa peranan, antara lain sebagai konselor yang melakukan konseling terhadap klien, sebagai fasilitator bagi klien, sebagai enabler yang dapat memampukan klien untuk melakukan perubahan, sebagai mediator maupun broker dalam penanganan klien dengan rujukan sehingga kebutuhan klien dapat terpenuhi. Selain itu, manajer kasus juga menjadi koordinator pelayanan, dimana manajer kasus bertindak sebagai central point yang mengetahui informasi penanganan kasus klien secara lengkap klien dan menjadi penghubung antara klien dan sumber pelayanan lainnya. Lebih lengkap penulis menjelaskan peranperan manajer kasus di PKT terkait dengan penanganan tiga klien yaitu sebagai berikut:

120 1. Peran sebagai koordinator pelayanan (services coordinator/ service monitor) Klien kekerasan seksual anak yang mempunyai beragam masalah membutuhkan beragam pelayanan agar kebutuhannya dapat terpenuhi. Sebagai koordinator pelayanan, manajer kasus bekerja dengan tenaga profesional baik internal PKT maupun pihak eksternal untuk memastikan terciptanya pelayanan yang menyeluruh pada klien. Manajer kasus berperan dalam mengatur, mengkoordinasikan sekaligus memonitor pelayanan yang beragam tersebut, sehingga dapat diterima dengan baik oleh klien. Manajer kasus mengkoordinasikan tahapan pelayanan yang diterima oleh klien mulai dari pemeriksaan medis, konseling psikologis, kegiatan support group, sampai dengan proses penanganan kasus dengan pihak rujukan. 2. Peran sebagai broker dan fasilitator Sebagai broker, manajer kasus bertugas menghubungkan klien dengan pelayanan yang dibutuhkan. Tugas utama manajer kasus dalam peran ini adalah memfasilitasi adanya proses pertolongan melalui agen pelayanan sosial, pemerintah, maupun organisasi lain yang dapat menolong klien dalam hal ini biasanya manajer kasus melakukan proses rujukan degan organisasi yang dapat menolong klien. 3. Peran sebagai advokat (Advocate) Melakukan advokasi berarti manajer kasus bertindak sesuai dengan kepentingan klien ketika klien tidak mampu berbuat sesuatu untuk memenuhi kepentingan dirinya. Manajer kasus mewakili kepentingan klien, agar klien bisa mendapatkan akses pelayanan yang dapat memperbaiki kualitas kehidupan klien. Dalam level organisasi, manajer kasus dapat mempengaruhi kebijakan yang lebih berpihak pada klien. Pada kasus salah satu klien, manajer kasus turut aktif membela klien saat mengikuti peradilan. Hal tersebut sesuai dengan peran manajer kasus sebagai advokat yang bertindak sesuai dengan kepentingan klien.

121 4. Peran sebagai Konselor (counselor/therapist/consultant) Manajer kasus sebagai konselor/terapis memelihara relasi terutama dengan klien dan keluarganya. Manajer kasus juga harus mendukung klien dan mempunyai pemahaman yang baik tentang masalah mental dan medis klien, sehingga mampu mengetahui hal apa yang mendukung dan melemahkan klien. Sebagai konsultan manajer kasus harus mampu mempelajari dan memberikan rekomendasi solusi terbaik terhadap masalah klien. 5. Peran sebagai perencana (planner, evaluator, problem solver) Salah satu tanggung jawab utama manajer kasus adalah membuat perencanaan pelayanan yang dapat diterima klien. hal tersebut menjadi penting karena planning yang dibuat oleh menajer kasus menentukan impelementasi atau pelaksanaan pelayanan yang akan dilakukan oleh profesi selanjutnya. 6. Peran sebagai recordkeeper Dalam penerimaan pelayanan perlu memperhatikan dokumen pengkajian masalah, perencanaan dan evaluasi, karena itu membuat dan mengumpulkan dokumen yang berhubungan dengan klien juga merupakan salah satu tugas manajer kasus. Manajer kasus PKT melakukan pencatatan pada form rekam medis termasuk didalamnya mendokumentasikan hasil pemeriksaan medis dan layanan psikologis. 7. Peran sebagai Guru (Teacher) Peran sebagai guru adalah menyediakan informasi baru yang dibutuhkan klien untuk memecahkan masalahnya. Informasi baru tersebut dapat berupa keterampilan yang diajarkan melalui model alternatif pola tingkah laku. 5.2 Saran-saran Berdasarkan hasil penelitian yang diperoleh, maka dengan ini peneliti mengemukakan beberapa saran yang diharapkan dapat meningkatkan pelayanan Pusat Krisis Terpadu dalam menangani klien kasus kekerasan seksual anak antara lain:

122 1. Sebagai lembaga yang melakukan pelayanan berbasis rumah sakit, beberapa saran yang dapat dilakukan diantaranya : Bahwa dalam tata cara penanganan kasus, pada awalnya dilakukan assessment oleh pekerja sosial Agar penanganan dapat berjalan lancar dan efektif disarankan untuk meningkatkan kinerja pekerja sosial tidak hanya dalam pengelolaan tahap awal kasus tetapi juga bertanggungjawab pada tahap selanjutnya secara psiko-sosial. Oleh sebab itu manajemen kasus dapat dilembagakan atau dijalankan sebagai program utama penangangan kasus di PKT dengan pekerja sosial sebagai manajer kasusnya. Program tersebut dilaksanakan dengan pengawasan yang dilakukan oleh koordinator atau supervisor manajer kasus. 2. Peran pekerja sosial sebagai menajer kasus sangat besar berkaitan dengan keefektifitasan pelayanan yang diberikan pada klien. Oleh sebab itu, Manajer kasus bertanggung jawab atas pelaksanaan pelayanan dimulai dari proses awal yaitu assessment hingga terminasi. 3. Proses recording menjadi salah satu hal yang sangat penting bagi penanganan kasus klien dengan berbgai profesi terkait. Namun terdapat beberapa hal perlu untuk digali lebih lanjut dan dicatat dalam form rekam medis. Oleh sebab itu, form pencatatan rekam medis yang dicatat oleh pekerja sosial dirasa perlu ditambahkan menjadi lebih detail termasuk didalamnya potensi yang dimiliki oleh klien, planning jangka pendek dan jangka panjang yang akan dilakukan oleh klien dan keluarga. 4. Proses assessment atau lebih dikenal dengan anamnesis dilakukan dengan melibatkan pihak keluarga dan lebih menggali potensi dan sumber-sumber yang ada pada keluarga klien. Dengan begitu rencana pelayanan yang dibuat manajer kasus dapat disesuaikan dengan potensi yang dimiliki klien dan keluarganya dan tepat sasaran. 5. Konseling klien dengan pekerja sosial perlu lebih ditingkatkan, sehingga kebutuhan, masalah, potensi lebih tergali dan pelayanan yang dibutuhkan oleh klien dan keluarga dapat berjalan efektif dan efisien.

123 6. Monitoring adalah salah satu tahap yang penting dilakukan untuk mengetahui seberapa efektifkah pelayanan yang diberikan, mengetahui kondisi klien dan perubahan apa yang dialami klien dan keluarga sehingga monitoring perlu untuk dilembagakan. Untuk itu diperlukan sebuah cara yang efektif untuk mengetahui kondisi biopsikososial klien salah satunya dengan home visit. 7. Untuk meningkatkan pelayanan di PKT, diperlukan evaluasi oleh manajer kasus dan pemberi pelayanan lainnya untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan yang dimiliki, mengetahui apa yang perlu ditingkatkan dan apa yang perlu diperbaiki selama proses tahapan pelayanan. Begitu juga dengan setiap kasus yang ditangani, haruslah dievalusi dengan cermat. Sehingga klien dapat terbantu secara optimal karena pelayanan yang diberikan. 8. Banyaknya kasus yang terlapor di PKT dan semakin beragamnya kebutuhan klien setiap harinya membuat pelayanan PKT perlu ditingkatkan. Oleh sebab itu, salah satu upaya yaitu dengan case confrence perlu dilakukan bersama seluruh profesi terkait, menjadi kegiatan yang sangat penting untuk diadakan secara rutin, atau bila diperlukan manajer kasus dapat merencanakannya. 9. Klien seringkali membutuhkan penanganan khusus yang tidak dapat diselesaikan pihak PKT saja sehingga membutuhkan bantuan dari lembaga lain secara lebih spesifik. Oleh sebab itu, PKT diharapkan dapat meningkatan hubungan serta relasi yang baik dengan berbagai lembaga yang terkait dengan penanganan klien kekerasan seksual anak. 10. Pihak kepolisian diharapkan lebih peka dalam menunjang keberpihakan pada korban kekerasan seksual anak. Pendekatan pada klien dan keluarga saat penyidikan diharapkan dilakukan dengan penuh kesabaran dan empati sehingga informasi yang didapat menjadi lebih tergali dank lien merasa tidak semakin tertekan.