BAB I PENDAHULUAN. oleh negara-negara menjadi fitur yang dominan dalam politik. seluruhnya didasarkan pada kesukarelaan. Hal ini didasarkan pada

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok

BAB V KESIMPULAN. Tulisan ini telah menunjukkan analisis terhadap alasan-alasan di balik peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. kemudian terbagi dalam beberapa divisi yang terpecah dan kemudian mendorong terbentuknya

2 masing-masing negara masih berhak untuk menentukan sendiri hambatan bagi negara non anggota. 1 Sebagai negara dalam kawasan Asia Tenggara tentunya p

BAB V KESIMPULAN. masyarakat internasional yaitu isu ekonomi perdagangan. Seiring dengan

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. seperti ASEAN Industrial Project (AIP) tahun 1976, the ASEAN Industrial

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional

Prospek Ekonomi Regional ASEAN ASEAN+3 Regional Economic Outlook (AREO) Ringkasan

BAHAN KULIAH 10 SOSIOLOGI PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur

ASEAN ( Association of Southeast Asia Nations ) adalah organisasi yang dibentuk oleh perkumpulan Negara yang berada di daerah asia tenggara

ANALISIS PELUANG DI PASAR GLOBAL. Pokok Bahasan

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

Efektivitas ASEAN Economic Community Terhadap Optimalisasi Kualitas Industri Kerajinan Keramik Dinoyo Malang

BAB I PENDAHULUAN. utama yang dilakukan negara untuk menjalin kerjasama perdagangan. Hal ini

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional

SATU DEKADE KERJASAMA EKONOMI UNI EROPA-INDONESIA EKSPOR-IMPOR PENDORONG INVESTASI UNI EROPA DI INDONESIA

Sambutan oleh: Ibu Shinta Widjaja Kamdani Ketua Komite Tetap Kerjasama Perdagangan Internasional Kadin Indonesia

SIAPA YANG DIUNTUNGKAN DALAM PERJANJIAN PERDAGANGAN BEBAS?

: Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kerjasama perdagangan Indonesia dengan Thailand. AFTA, dimana Indonesia dengan Thailand telah menerapkan skema

ABSTRAK. Kata kunci : WTO (World Trade Organization), Kebijakan Pertanian Indonesia, Kemudahan akses pasar, Liberalisasi, Rezim internasional.

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. yang harus dihadapi dan terlibat didalamnya termasuk negara-negara di kawasan

MULTILATERAL TRADE (WTO), FREE TRADE AREA DI TINGKAT REGIONAL (AFTA) ATAU FREE TRADE AGREEMENT BILATERAL

Pendekatan Historis Struktural

BAB I PENDAHULUAN. tersebut memiliki nilai tawar kekuatan untuk menentukan suatu pemerintahan

E-BISNIS INTERIM MANAGEMENT REPORT ( SAP ) Disusun oleh : Bil Muammar ( ) JURUSAN TEKNIK INFORMATIKA

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015.

RESUME SKRIPSI. Dalam pergaulan internasional setiap negara tidak. bisa melepaskan diri dari hubungan atau kerjasama antar

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB V KESIMPULAN. baru dengan adanya terobosan Kebijakan Pembangunan Pangkalan Militer

BAB I PENDAHULUAN. Berakhirnya perang dunia kedua menjadi titik tolak bagi beberapa negara di Eropa

Kerja sama ekonomi internasional

BAB I PENDAHULUAN. bidang, tak terkecuali dalam bidang ekonomi. Menurut Todaro dan Smith (2006), globalisasi

KETERGANTUNGAN DAN KETERBELAKANGAN. Slamet Widodo

BAB I PENDAHULUAN. Pada akhir tahun 2015, ASEAN Economic Community (AEC) atau lebih

BAB IV GAMBARAN UMUM PERDAGANGAN INDONESIA KE ASEAN PLUS THREE

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. konteks hubungan internasional guna mengatasi berbagai masalah dengan

BAB I PENDAHULUAN. Sahara Afrika untuk lebih berpartisipasi dalam pasar global. 1 Dalam beberapa tahun

: Institute Of Southeast Asian Studies

Dhiani Dyahjatmatmayanti, S.TP., M.B.A.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

JURUSAN SOSIAL YOGYAKARTA

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

BAB I P E N D A H U L U A N. lebih maju. Organisasi-organisasi internasional dan perjanjian-perjanjian

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. menimbulkan penderitaan bagi masyarakat Korea. Jepang melakukan eksploitasi

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu

Akumulasi logam mulia adalah esensial bagi kekayaan suatu bangsa. Kebijakan ekonomi: mendorong ekspor dan membatasi impor

BAB VI. KESIMPULAN. integrasi ekonomi ASEAN menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: perdagangan di kawasan ASEAN dan negara anggotanya.

untuk memastikan agar liberalisasi tetap menjamin kesejahteraan sektor swasta. Hasil dari interaksi tersebut adalah rekomendasi sektor swasta yang

BAB 5 KESIMPULAN. Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. ASEAN (Association of Southeast Asian Nations) adalah organisasi

BAB 4 PENUTUP 4.1 Kesimpulan

Signifikasi Kawasan Asia Pasifik. Yesi Marince, S.Ip., M.Si

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tenggara, Uni Eropa (UE) di Eropa dan NAFTA di Amerika Utara

BAB I PENDAHULUAN. ruang lingkup kegiatan ekonominya. Globalisasi menuntut akan adanya

BAB I PENDAHULUAN. Globalisasi adalah suatu fenomena yang tidak bisa dielakkan. Globalisasi

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.

Bab 5 Bisnis Global P E R T E M U A N 5

PENDAHULUAN. Dalam beberapa dekade belakangan ini, perdagangan internasional telah

BAB I PENDAHULUAN tahun sebelum Masehi dengan menggunakan transportasi air. 1 Sedangkan

I. PENDAHULUAN. dalam hal lapangan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar belakang

BAB I. Pendahuluan. perekonomian suatu bangsa. Indonesia sebagai negara berkembang memandang

BAB 4 PENUTUP. 4.1 Kesimpulan

perdagangan, industri, pertania

BAB I PENDAHULUAN. Dengan masih besarnya pengaruh Cina terhadap perekonomian dunia, maka

PEMASARAN GLOBAL LINGKUNGAN PEMASARAN GLOBAL MUDJI RACHMAT RAMELAN, S.E, MBA. ORIYA WIRYAWAN S.E, MM. PENERBIT TETRASOFT SOLUSINDO CV.

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I - PENDAHULUAN. 1 Perjanjian Westphalia pada tahun 1648 menciptakan konsep kedaulatan Westphalia

Pada periode keempat ini Joint Parliamentary Commission berubah menjadi Mercosur Parliament yang secara resmi meminta delegasi dari tiap parlemen di n

BAB I PENDAHULUAN. tidak boleh menyimpang dari konfigurasi umum kepulauan. 1 Pengecualian

BAB I PENDAHULUAN. World Trade Organization (WTO) secara resmi berdiri pada. tanggal 1 Januari 1995 dengan disepakatinya Agreement the World

BAB I PENDAHULUAN. Setiap negara memiliki tujuan yang sama, yaitu mencapai

Isu Prioritas - Standar (SNI)

BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Wealth of Nation (Halwani & Tjiptoherijanto, 1993). Dengan adanya

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

MATERI PERDAGANGAN LUAR NEGERI

BAB V PENUTUP. Universitas Indonesia. Diplomasi energi..., Muhammad Ali Busthomi, FISIP UI, 2010.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. (Association of Southeast Asian Nations) menyadari bahwa cara terbaik untuk

BAB 5 KESIMPULAN. Kebijakan nuklir..., Tide Aji Pratama, FISIP UI., 2008.

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

Bab 5 Bisnis Global 10/2/2017 1

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

BAB IV KESIMPULAN. Perkembangan pada konstalasi politik internasional pasca-perang Dingin

menjadi katalisator berbagai agenda ekonomi Cina dengan negara kawasan Indocina yang semuanya masuk dalam agenda kerja sama Cina-ASEAN.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pembentukan blok regional dan pengelompokan yang dilakukan oleh negara-negara menjadi fitur yang dominan dalam politik internasional. 1 Walaupun Integrasi regional bukanlah hal yang baru. Integrasi regional banyak dibangun dengan tujuan pertahanan dan tidak seluruhnya didasarkan pada kesukarelaan. Hal ini didasarkan pada pemahaman bahwa integrasi regional telah diterima sebagai sebuah bentuk yang efektif dalam meningkatkan posisi suatu negara dalam lingkup internasional dan membantu negara tersebut dalam mengintegrasikan diri dalam ekonomi internasional. 2 Fenomena integrasi regional meningkat di Eropa pada abad ke 19, seperti pembentukan custom union dalam pertanian antara Jerman dan Prancis yang kemudian dikuti oleh banyak negara di Eropa. 3 Fenomena integrasi regional ini menjadi fenomenal setelah negara-negara lain memandang bahwa hal tersebut adalah hal yang positif, walaupun integrasi regional ini bukanlah fenomena murni Eropa. 4 Di beberapa negara seperti Amerika Latin juga terdapat integrasi regional seperti Latin America Free 1 Walter Mattli, The Logic of Regional Integration: Europe and Beyond, Meulbourne: Cambridge University Press, 1999. Hlm. 1 2 ibid 3 ibid 4 Gayatri Marisca. 2012. Afrika Barat, Afrika Tengah & Afrika Selatan: Kajian Atas Pasar dan Politik Domestik, Relevansi Perjanjian Cotonou, dan Marketing Power Diplomasi Piala Dunia 2010. UI-Press 1

Trade Association, Central American Common Market dan lain-lain. 5 Namun kondisi di Eropa menjadi cukup menarik karena dikatakan bahwa integrasi regional yang dibentuk oleh Eropa memberikan banyak hal-hal yang positif dan bermanfaat terhadap negara-negara yang menjadi anggotanya. 6 Salah satu negara yang beranggapan bahwa integrasi regional membawakan hal yang positif adalah Afrika. Afrika telah mengadopsi regionalisme terutama karena manfaat ekonominya. Pemerintah Afrika telah menyadari manfaat dari regionalisme dalam merangsang stabilitas dan kerja sama melalui kebijakan antardaerah, lembaga-pembangunan, perdagangan, dan isu-isu kepentingan bersama lainnya. 7 Hal ini dikarenakan kondisi negara-negara Afrika yang mempunyai perumbuhan ekonomi yang relatif rendah, dengan angka perdagangan barang yang cukup rendah dan kurang mengalami perkembangan yang signifikan. 8 Banyak negara Afrika yang berusaha untuk memperkuat pengelompokan regional mereka, namun intensitas perdagangan di intra- Afrika sendiri masih tetap lebih rendah dari yang diproyeksikan. Dibandingkan dengan negara dan kawasan lain, pembangunan infrastruktur juga kurang memadai, dengan tidak terhubungkannya negara- 5 Sophie Powell, Economic Parnership Agreement: Building or Shattering African Regional Integration?, Seatini Report, 2007. Hlm. 9 6 Gayatri Marisca, op.cit. 7 Daniel Sakyi and Eric Evans Osei Opuku, Regionalim and Economic Integration in Africa: a Conceptuan and Theorytical Perspective, Ghana: Department of Economics, Kwame Nkrumah University of Science and Technology, Kumasi, 2014. Hlm. 2 8 K.Y. Amoako, Transforming Africa: an Agenda for Action, Economic Comission of Africa, 2005. Hlm. 7 2

negara sekawasan. Akibatnya, bisnis intra-kontinental menjadi terhambat. Oleh sebab itu pembangunan infrastruktur di kawasan Afrika khususnya untuk pergerakan barang dan jasa sangatlah dibutuhkan. 9 Banyak yang beranggapan bahwa integrasi regional ini menjadi alat yang membantu untuk mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut. Dan hal tersebut dapat membantu negara-negara Afrika dalam menghadapi hambatan yang datang dari kecilnya pasar domestik yang datang dari Afrika itu sendiri. Hal ini tidak mengherankan bahwa selama puluhan tahun, Afrika memprakarsai berbagai pengaturan regional, terutama di sepanjang garis ekonomi dan politik, yang bertujuan mengintegrasikan Afrika untuk mencapai manfaat ini. 10 Hal ini terlihat dari berbagai perjanjian regional dan komunitas ekonomi Afrika. Namun hal tersebut masih sulit diwujudkan karena adanya hambatan dan rintangan yang terjadi. Dengan mewujudkan integrasi dan kerja sama regional, Afrika berharap dapat mengatasi permasalahan-permasalahan tersebut. Untuk merangsang integrasi regional di kawasan tersebut, Afrika bekerja sama dengan Uni Eropa sebagai model integrasi regional yang dipandang sukses. Kerjasama yang terjalin sebenarnya sudah terpupuk dari masa kolonial dengan hasilnya yaitu Lome Convention. Lome Convention ini berperan sebagai media untuk Uni Eropa dalam mempertahankan dan memelihara hubungan ekonomi dengan negara bekas jajahannya. Melalui 9 Gayatri Marisca. 2012. Afrika Barat, Afrika Tengah & Afrika Selatan: Kajian Atas Pasar dan Politik Domestik, Relevansi Perjanjian Cotonou, dan Marketing Power Diplomasi Piala Dunia 2010. UI-Press 10 Daniel Sakyi and Eric Evans Osei Opuku, Op.cit. 3

perjanjian ini Uni Eropa memberikan akses preferensial unilateral kepada negara-negara ACP yang dimulai sejak tahun 1970-an. Namun dengan berbagai pertimbangan perjanjian tersebut diperbarui, dan terbentuklah perjanjian baru yaitu Cotonou Agreement. 11 Perjanjian ini hadir sebagai perjanjian kemitraan yang paling komprehensif antara negara-negara berkembang dan Uni Eropa. Cotonou Agreement menjadi kerangka kerja hubungan antara Uni Eropa dengan 79 negara dari African, Caribbean and Pacific Ocean (ACP). 12 Salah satu program Cotonou Agreement yang dikatakan dapat mewujudkan integrasi Afrika ke perekonomian dunia yaitu melalui Economic Partnership Agreement (EPA) antara Uni Eropa dan negara Afrika. EPA dirancang sebagai perubahan sistem perdagangan secara timbal balik antara Uni Eropa dan negara-negara ACP. 13 Negosiasi EPA dimulai pada tahun 2002. Namun hasil dari negosiasi ini terus dievaluasi setiap lima tahun sekali. Niat dari Uni Eropa yang berupaya untuk mendorong terjadinya integrasi regional di Afrika dalam kerangka kerjasama Cotonou Agreement yang secara lebih spesifik dituangkan dalam negosiasi EPA merupakan hal yang menarik. Dikarenakan Uni 11 Gayatri Marisca. 2012. Afrika Barat, Afrika Tengah & Afrika Selatan: Kajian Atas Pasar dan Politik Domestik, Relevansi Perjanjian Cotonou, dan Marketing Power Diplomasi Piala Dunia 2010. UI-Press 12 European Comission: International Coorperation and Development. 2016. ACP The Cotonou Agreement. http://ec.europa.eu/europeaid/regions/african-caribbean-and-pacific-acpregion/cotonou-agreement_en diakses pada 20 November 2016 pukul 15:40 WIB 13 Economic Partnership Agreements: Means and Objectives, diakses dari http://www.delnga.cc.europa.eu/epas/tradoc_115007.pdf pada 21 November 2016 4

Eropa meyakini bahwa Cotonou Agreement dan negosiasi EPA tersebut dapat menjadi dorongan eksternal bagi integrasi regional di Afrika. 14 Melalui kerangka EPA ini, Uni Eropa menghilangkan hampir keseluruhan hambatan tarifnya dalam waktu singkat. Terlebih, pengaturan EPA mempertimbankan level pembangunan dan dampak sosial ekonomi. Sebagai hasilnya EPA ini menjadi perjanjian baru yang mengatur hubungan antara Uni Eropa dan ACP, namun upaya mereka tidak hanya sebatas negosiasi dan membangun area perdagangan bebas, namun juga isu yang terkait dan aspek pembangunan. Integrasi bertahap dari negaranegara ACP merupakan tujuan penting dalam kerjasama ini. Seperti apa yang menjadi pilar dalam Cotonou Agreement. EPA memiliki tujuan terutama dalam pembangunan dan penyelesaian masalah-masalah yang menghambat proses integrasi regional Afrika. Pertama, EPA diharapkan dapat menjadi alat pengembangan, dan berkontribusi dalam membangun pasar regional yang kuat, mendorong perdagangan dan investasi, memfasilitasi integrasi ekonomi ACP dalam ekonomi global dan mendorong reformasi ekonomi yang lebih dalam. Dengan kata lain EPA dapat menjadi fasilitas untuk Afrika dalam perdagangan inta-regional. EPA dimaksudkan untuk memastikan akses pasar yang tidak terbatas, segera dan sepenuhnya diliberalisasi ke pasar UE untuk barang dan jasa dari negara-negara ACP. Juga untuk memberikan akses pasar barang-barang Eropa dan penyedia layanan yang 14 Gayatri Marisca. 2012. Afrika Barat, Afrika Tengah & Afrika Selatan: Kajian Atas Pasar dan Politik Domestik, Relevansi Perjanjian Cotonou, dan Marketing Power Diplomasi Piala Dunia 2010. UI-Press 5

signifikan ke pasar Afrika dari waktu ke waktu. Ketiga, EPA akan membantu mengatasi masalah keanggotaan yang tupang tindih. Serta EPA akan membawa investasi yang diperlukan untuk integrasi regional Afrika. Setelah EPA secara resmi diluncurkan pada tanggal 27 September 2002, negosiasi EPA telah disusun melalui dua tahap utama. Tahap pertama negosiasi, yang dilakukan sampai bulan September 2003, berlangsung antara Uni Eropa dan negara-negara ACP secara keseluruhan. Tujuannya adalah untuk menentukan format, struktur dan prinsip untuk negosiasi. Setelah tahap awal perundingan ini (terutama terdiri dari pertukaran pandangan dan klarifikasi dari kedua belah pihak) di semua tingkat ACP dengan Uni Eropa, tahap kedua negosiasi dimulai di tingkat regional. Perundingan ini dimaksudkan untuk membangun dan mendorong proses integrasi regional dari pengelompokan ACP. Tahap kedua dalam negosiasi ini diproyeksikan untuk dapat selesai pada tahun 2007, namun sampai detik ini, negosiasi EPA dengan kelompok-kelompok regional di Afrika belum selesai. EPA telah berunlang kali memperpanjang masa tenggang kepada negara-negara Afrika untuk memberikan keputusannya terkait negosiasi ini. Dari 76 negara ACP, baru 30 negara yang menerapkan EPA. Dari fakta tersebut munculah sebuah pertanyaan yang mendasar, yaitu bagaimana implikasi EPA tersebut dalam proses integrasi regional di kawasan Afrika. 6

B. Rumusan Masalah Penelitian ini mengajukan rumusan masalah berupa: Bagaimana implikasi Economic Partnership Agreement (EPA) Uni Eropa terhadap proses integrasi regional di Afrika C. Kerangka Pemikiran 1. Teori Strukturalist Kerangka teori ini didasarkan pada teori struktural Raoul Prebisch dan Hans Singer. Strukturalisme adalah versi neo-marxisme, dan sangat terkait dengan model ketergantungan antar-pusat. Prebisch dan Singer dalam The Structuralist Approach to Development Policy, membagi dunia menjadi dua di sepanjang garis divisi tenaga kerja internasional, yaitu: a. Negara-negara industri maju di utara (terutama negara-negara master kolonial) yang berada di inti/pusat, dan b. Negara-negara yang kurang industri atau negara berkembang di Selatan (terutama negara-negara bekas koloni) yang berada di pinggiran. Ketika negara-negara industri di Utara memproduksi dan mengekspor barang-barang manufaktur ke negara-negara berkembang di Selatan, negara-negara industri yang kurang di Selatan pada gilirannya memproduksi dan mengekspor barang primer ke negara-negara industri di Utara. Ikatan hubungan perdagangan vertikal atau neokolonial ini 7

difasilitasi atau dipupuk oleh sejarah kolonialisme dan imperialisme yang panjang di Afrika. 15 Selanjutnya, para strukturalis mengamati bahwa ada yang tidak sama atau tidak simetris mengenai hubungan antara negara di Utara dan di Selatan. Misalnya, sementara negara yang kurang industri mengekspor produk utama ini (yaitu bahan baku) dengan harga sangat murah atau harga rendah ke negara-negara industri; kemudian industri di negaranegara utara ini mengubah bahan baku itu menjadi bahan manufaktur, dan kemudian mengekspor dengan harga yang sangat tinggi ke negara yang kurang industri. Hubungan yang asimetris tersebut terjadi di Afrika. Ekonomi Afrika terintegrasi secara vertikal atau tergantung secara historis dan neokolonial dengan ekonomi Barat. 16 Dengan demikian, untuk menopang keadaan ini, negara maju (terutama bekas master kolonial) menggagalkan integrasi ekonomi regional yang berarti atau serius di Afrika. Strateginya adalah melemahkan komitmen serius negara-negara Afrika (terutama kepentingan negara bekas koloni) terhadap integrasi ekonomi regional di Afrika melalui organisasi neo-kolonial seperti Commonweath of Nations dan French Community. Hubungan asimetris dalam konteks ini pula mengacu pada ketimpangan hubungan antara negara-negara satu kawasan atau intra- 15 Okeke, Aniche. Economic Regionalism And Dependency in Africa: A Study of African Economic Community (AEC), 2012 16 Bilal, Sanoussi dan Corinna Braum-Munzinger dari European Centre for Defelopment Policy Management: EPA Negotiatons and Regional Integration in Africa. 2008 8

Afrika dengan Uni Eropa dalam hal perdagangan. Ketika salah satu negara dalam suatu kawasan regional memiliki pangsa pasar yang luas di Uni Eropa, dengan jumlah ekspor dan impor yang tinggi dan harga yang rendah, hubungan yang terjalin dengan negara-negara lain dalam satu kawasan yang sama menunjukan hal yang berlawanan. Dampaknya dari hal itu adalah negara-negara Afrika ini dengan penguasa kolonial yang sama membentuk blok atau subkelompok di dalam komunitas ekonomi regional sehingga merongrong upaya African Economic Community (AEC) serta melemahkan masyarakat ekonomi regional di Afrika. D. Hipotesa Hipotesis dalam penelitian ini yaitu: Implikasi Economic Partnership Agreemen Uni Eropa tidak berkolerasi positif terhadap integrasi regional Afrika karena: 1. Adanya hubungan asimetris antara Uni Eropa dan Afrika. 2. Organisasi neo-kolonial menyebabkan adanya tumpang tindih keanggotaan dan penumpukan agenda negara-negara dalam pengelompokan integrasi regional. E. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian kualitatif merupakan jenis penelitian yang memiliki fokus pada suatu proses dan peristiwa secara interaktif. Dengan menggunakan model 9

atau pendekatan kasus yang diuraikan dan dijelaskan secara komprehensif mengenai berbagai aspek. 2. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang digunakan oleh penulis yakni pemanfaatan dokumen tertulis. Pemanfaatan dokumen ini merupakan teknik pengumpulan data dengan cara menggunakan media buku pendukung, jurnal, dan artikel serta media lain yang berbentuk cetak atau elektronik untuk menguatkan data yang ada. 2. Teknik Analisis Data Kajian ini merupakan kajian yang bersifat deskriptif-analitis untuk menjelaskan mengenai implikasi dari negosiasi EPA terhadap proses integrasi regional di Afrika. Berdasarkan data-data yang diperoleh dari adanya studi kepustakaan yang berupa data sekunder. Data tersebut didapatkan dari dokumen-dokumen resmi seperti teks dokumen dari Cotonou Agreement dan negosiasi EPA yang secara eksplisit memuat tujuan mengenai integrasi regional Afrika. Serta melalui berbagai karya ilmiah, literatur, jurnal ataupun data resmi yang dapat diakses melalui internet. Melalui studi kepustakaan, penelitian ini diharapkan dapat menggambarkan dan mejelaskan implikasi dari Negosiasi EPA antara Uni Eropa dan negara-negara ACP terhadap proses integrasi regional di Afrika. 10

3. Jangkauan Penelitian Pada penelitian ini akan diberi batasan masalah, yaitu untuk mengetahui bagaimana peran aktor dan dorongan eksternal dalam proses regionalisme suatu kawasan. Dimana kawasan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah kawasan Afrika, dan Economic Parnership Agreement (EPA) merupakan dorongan eksternal dalam proses regionalisasi kawasan Afrika. F. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui implikasi dari Economic Partnership Agreement (EPA) Uni Eropa terhadap proses integrasi regional di Afrika. Penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran mengenai situasi proses integrasi regional di Afrika, seperti kesulitankesulitan yang dihadapi, dan pada akhirnya akan memberikan penjelasan mengenai bagaimana peran pihak eksternal dan perjanjian Internasional yang ada dapat membantu mendorong terjadinya integrasi regional. G. Sistematika Penulisan Berdasarkan permasalahan dan model analisis di atas, penelitian ini pada dasarnya akan terdiri dari empat bab dengan rincian sebagai berikut: - Bab I: Pendahuluan, yang berisi latar belakang, rumusan masalah, kerangka pemikiran, hipotesis, metode penelitian, jangkauan penelitian dan sistematika penelitian. - Bab II: Proses Integrasi regional di Afrika. Sebagai variabel dependen, bab dua ini akan meliputi penjelasan mengenai perjalanan historis proses 11

integrasi regional di Afrika. Melalui penjelasan ini akan dilihat bagaimana dinamika proses integrasi regional yang telah ada. - Bab III: EPA di Afrika. Bab ini akan menjelaskan bagaimana Economic Partnership Agreement di Afrika. - Bab IV: EPA dan Implikasinya pada integrasi regional di Afrika. Sebagai variabel independen, bab ini pada awalnya akan menjelaskan secara ringkas mengenai hubungan Uni Eropa dan Negara Afrika, proses EPA antara Uni Eropa dan Negara-negara ACP, yaitu latar belakang yang ingin dicapai dan kaitannya dengan integrasi dari proses negosiasi EPA yang terjadi terhadap proses integrasi regional di Afrika. - Bab V: Penutup, berisi kesimpulan dari penelitian yang telah dilakukan. 12