BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Lastarina Andanawari, 2013

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Noviana Martiana, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Ulfah Saefatul Mustaqimah,2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG PENELITIAN

SISTEM PENDIDIKAN DI SEKOLAH LUAR BIASA (SLB) D YPAC BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Nera Insan Nurfadillah, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan anak seoptimal mungkin dalam berbagai aspek, baik aspek

BAB I. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. abad kedua puluh satu ini. Dimana didalamnya sarat dengan kompetisi. yang pemenangnya sangat ditentukan oleh kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. memiliki kelainan berupa kecacatan bentuk dan atau fungsi tubuh. Salah

E-JUPEKhu (JURNAL ILMIAH PENDIDIKAN KHUSUS)

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PELAKSANAAN PEMBELAJARAN KETERAMPILAN TATA BUSANA PADA ANAK TUNARUNGU KELAS VII SMPLB DI SLB-B PRIMA BHAKTI MULIA KOTA CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

JASSI_anakku Volume 18 Nomor 1, Juni 2017

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dwi Agies Yuliani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Emay Mastiani, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

MENINGKATKAN KEMAMPUAN MOTORIK HALUS DALAM MENULIS PERMULAAN SISWA CEREBRAL PALSY SEDANG (Single Subject Research di Kelas V SLB Amal Bhakti Sicincin)

BAB I PENDAHULUAN. khusus karena anak tersebut menandakan adanya kelainan khusus. Mereka

2015 UPAYA GURU D ALAM MENGEMBANGKAN KETERAMPILAN VOKASIONAL BAGI ANAK TUNAGRAHITA RINGAN

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG Galih Wiguna, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Setiap makhluk hidup telah menyadari pentingnya makan untuk memenuhi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Vera Puji Lestari, 2013

BAB I PENDAHULUAN. kerjaan menyatakan Setiap tenaga kerja memiliki kesempatan yang sama tanpa

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. SMP/MTs/SMPLB/Paket B, SMA/MA/SMALB/Paket C, SMK/MAK, atau

BAB I PENDAHULUAN. yang tepat sesuai dengan kebutuhan dan karakteristiknya. Namun terkait

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Salah satu tujuan bangsa Indonesia yang tertuang dalam pembukaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Bayu Dwi Sulistiyo, 2014

JASSI_anakku Volume 18 Nomor 1, Juni 2017

2015 PENGARUH METODE DRILL TERHADAP PENINGKATAN KETERAMPILAN MEMAKAI SEPATU BERTALI PADA ANAK TUNAGRAHITA RINGAN KELAS 3 SDLB DI SLB C YPLB MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. Ai Nuraeni, 2014 Pembelajaran PAI Untuk Siswa Tunarungu Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Yuyun Yuniarsih, 2014 Perilaku sosial remaja tunadaksa yang menggunakan jejaring sosial

2015 PEMBELAJARAN TARI MELALUI STIMULUS GERAK BURUNG UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN KINESTETIK PADA ANAK TUNAGRAHITA SEDANG DI SLB YPLAB LEMBANG

BAB I PENDAHULUAN. mengalami hambatan dalam pertumbuhan dan perkembangan atau mengalami

BAB I PENDAHULUAN. Kurikulum untuk SMP/MTs/ SMPLB atau bentuk lain yang sederajat, pendidikan kecakapan hidup untuk kepentingan peserta didik dalam

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Nurfitri Amelia Rahman, 2013

BAB III METODE PENELITIAN. Pada bab ini, akan dijelaskan tentang metode penelitian yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. dalam mendeteksi secara dini disfungsi tumbuh kembang anak. satunya adalah cerebral palsy. Cerebral palsy menggambarkan

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan yang tepat bagi anak sejak masa usia dini. aspek perkembangan kecerdasan intelektual, emosional, dan spiritual mengalami

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Asep Maosul, 2013

BAB I PENDAHULUAN. tersendiri dalam jenis dan karakteristiknya, yang membedakan dari anak-anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Hakikat semua manusia yang ada dimuka bumi ini adalah sama. Semua manusia

Implementasi Pendidikan Segregasi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tita Nurhayati, 2013

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. keterbatasan fisik dan juga kelainan fisik yang sering disebut tunadaksa.

2015 PENERAPAN PELATIHAN CETAK SABLON DIGITAL DALAM MENINGKATKAN PRODUKTIVITAS SISWA TUNARUNGU KELAS XII SMALBDI SLB BC YATIRA CIMAHI

BAB I PENDAHULUAN. maupun pada anak dengan hambatan tumbuh kembang. Pembangunan. tercapainya kesadaran, kemauan, dan kemampuan untuk hidup sehat bagi

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. LATAR BELAKANG LATAR BELAKANG PENGADAAN PROYEK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. karena itu mereka termasuk kedalam anak berkebutuhan khusus (Miller, 2005).

BAB I PENDAHULUAN. dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENDIDIKAN KHUSUS PUSAT KURIKULUM BALITBANG DIKNAS

BAB I PENDAHULUAN. syndrome, hyperactive, cacat fisik dan lain-lain. Anak dengan kondisi yang

PENATALAKSANAAN TERAPI LATIHAN PADA CEREBRAL PALSY SPASTIC QUADRIPLEGI DENGAN METODE NEURO DEVELOPMENTAL TREATMENT (NDT) DI YPAC SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Kita tidak dapat memungkiri bahwa pendidikan anak usia dini (TK) perlu mendapat perhatian yang sangat serius dari semua pihak baik,

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita kategori ringan membutuhkan pendidikan sebagaimana anak

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Republik Indonesia Nomor 70 Tahun

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

I. PENDAHULUAN. Usia dini merupakan masa keemasan (golden age), oleh karena itu pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah Luar Biasa PKK Propinsi Lampung sebagai salah satu sekolah centara

BAB I PENDAHULUAN. komponen dalam rangka mencapai tujuan yang diharapkan. Indonesia telah mencanangkan pendidikan wajib belajar yang semula 6 tahun

BAB I PENDAHULUAN. keterampilan yang bersifat vokasional, salah satunya adalah melalui

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkualitas, deteksi, intervensi dini penyimpangan tumbuh kembang (Depkes

BAB I PENDAHULUAN. tumbuh kembang anak adalah kondisi Cerebral Palsy (Rosenbaum, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. dalam fungsi motorik, afektif maupun kognitifnya. Orang-orang yang fungsi. kesulitan dalam menyelesaikan tugas-tugasnya.

BAB I PENDAHULUAN. Keterampilan bagi sebagian orang adalah suatu kelebihan yang harus

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. Perkembangan anak terjadi mulai aspek sosial, emosional, dan intelektual. Salah satu aspek

BAB I PENDAHULUAN. Anak berkebutuhan khusus adalah anak yang memiliki perbedaan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Iding Tarsidi, 2013

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

JASSI_anakku Volume 17 Nomor 1, Juni 2016

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pendidikan dijadikan sorotan oleh berbagai negara-negara di dunia saat

2014 IMPLEMENTASI PEMBELAJARAN BERBASIS KONTEKSTUAL PADA KETERAMPILAN MEMBUAT SPAKBOR KAWASAKI KLX 150 MENGGUNAKAN FIBERGLASS DI SMALB-B

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. yang diharapkan memiliki kecakapan hidup dan mampu mengoptimalkan segenap

2015 PENGGUNAAN MEDIA PLAYDOUGH TERHADAP KEMAMPUAN MENULIS PERMULAAN ANAK TUNARUNGU YANG DISERTAI CEREBRAL PALSY KELAS VII DI SLB-B YPLB MAJALENGKA

BAB I PENDAHULUAN. salah satu cara untuk mengubah sikap dan perilaku seseorang atau kelompok

BAB I PENDAHULUAN. pengajaran dan pendidikan agama dari guru Pendidikan Agama Islam.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

2014 PROGRAM KEWIRAUSAHAAN BATIK JUMPUTAN UNTUK ANAK TUNAGRAHITA RINGAN TINGKAT SMPLB DI SLBN DOMPU PROPINSI NUSA TENGGARA BARAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Anak tunagrahita merupakan salah satu jenis anak berkesulitan yang

BAB I PENDAHULUAN. Fokus sasaran pendidikan pada jenjang SMLB bagi anak tunagrahita

JASSI_anakku Volume 17 Nomor 1, Juni 2016

BAB I PENDAHULUAN. kecerdasan anak sebanyak-banyaknya. Di masa peka ini, kecepatan. pertumbuhan otak anak sangat tinggi hingga mencapai 50 persen dari

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Anak tunadaksa (ATD) terdiri dari anak-anak yang memiliki hambatan dalam perkembangan fisik dan motorik. Hambatan anak tunadaksa ini sangat beragam, baik berat atau ringannya hambatan, letak anggota tubuh yang berkelainan, maupun ada atau tidaknya hambaan kecerdasan. Keberagaman hambatan ATD inilah yang menjadikan kebutuhan pembelajarannya pun harus difokuskan pada karakteristik masing-masing anak, untuk mencapai tujuan perkembangan dan akademik. Tidak hanya itu, kebutuhan dan tujuan pendidikan bagi ATD juga salah satunya adalah mempersiapkan masa depan anak. Connor (Widati, et al., 2010: 1) mengemukakan bahwa: Sekurang-kurangnya ada 7 aspek yang perlu dikembangkan pada diri masing- masing anak tunadaksa melalui pendidikan, yaitu: (1) pengembangan intelektual dan akademik, (2) membantu perkembanggan fisik, (3) meningkatkan perkembangan emosi dan penerimaan diri anak, (4) mematangkan aspek sosial, (5) mematangkan moral dan spiritual, (6) meningkatkan ekspresi diri, dan (7) mempersiapkan masa depan anak. Mempersiapkan masa depan anak ini diwujudkan melalui penyelenggaraan program keterampilan vokasional bagi siswa tunadaksa. Program keterampilan vokasional dimaksudkan agar siswa tunadaksa memiliki bekal keterampilan hidup yang bisa mereka andalkan ketika telah lulus dari sekolah. Hal-hal yang berkaitan dengan pembekalan vokasional bagi ATD ini sangatlah penting, mengingat pentingnya pula ketercapaian tujuan pendidikan ATD yakni persiapan masa depan mereka. Maka dari itu, mata pelajaran vokasional di Sekolah Luar Biasa memiliki bobot yang lebih dibandingkan mata pelajaran lain. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik bisa memiliki keterampilan yang fungsional sebagai bekal mereka untuk hidup di masyarakat. Permasalahan yang timbul adalah siswa-siswi tunadaksa yang telah lulus belum cukup bisa mengembangkan dirinya dengan mandiri. Tidak banyak lulusan

2 SLB-D yang bisa melanjutkan karir sesuai dengan keterampilan yang diajarkan di sekolah. Selain itu, di masyarakat pun belum banyak tersedia wadah bagi tunadaksa untuk mengembangkan bekal keterampilan yang dimilikinya. Hal ini menunjukkan belum terciptanya optimalisasi persiapan vokasional bagi ATD. Salah satu hambatan yang tergolong anak tunadaksa adalah anak Cerebral Palsy yang memiliki tingkat keparahan dari ringan hingga berat dan jenis kelainan motorik yang berbeda-beda. Kondisi dan potensi siswa Cerebral Palsy yang bersekolah di Sekolah Luar Biasa sangat beragam. Siswa-siswi Cerebral Palsy yang masih memiliki potensi besar untuk berkembang di masyarakat perlu difasilitasi dengan optimal, salah satunya adalah melalui pembelajaran vokasional di sekolah. Berbagai jenis siswa Cerebral Palsy, baik yang menggunakan alat bantu gerak maupun tidak, membutuhkan pembelajaran vokasional yang disesuaikan dengan kondisinya agar mereka memiliki bekal keterampilan setelah menyelesaikan masa sekolah. Pembelajaran vokasional bagi siswa tunadaksa khususnya Cerebral Palsy, salah satunya dilaksanakan oleh Sekolah Luar Biasa bagian D YPAC Bandung. Keterampilan vokasional yang dilaksanakan di SLB-D YPAC adalah tata boga bagi siswa SMPLB dan SMALB. Salah satu kegiatan pembelajaran tata boga di SLB-D YPAC adalah pembuatan kue sistik (cheese stick). Pembuatan kue sistik ini terdiri dari beberapa tahapan proses pengolahan masakan yang memerlukan keterampilan motorik kasar maupun halus. Beberapa proses tersebut adalah menakar, menuangkan, mengaduk, menguleni, mencetak, hingga menggoreng. Pemilihan kue sistik sebagai produk yang diajarkan dalam kegiatan tata boga di SLB-D YPAC ini disesuaikan dengan kondisi siswa dan peluang di masyarakat. Kue sistik termasuk jenis kue yang tidak membutuhkan terlalu banyak macam bahan. Modal yang dibutuhkan dalam membuat kue sistik pun tidak terlalu besar. Selain itu, kue sistik adalah cemilan yang sudah umum dan dapat diterima oleh berbagai kalangan masyarakat, sehingga peluang penjualan kue sistik di masyarakat cukup besar. Pembelajaran membuat kue sistik ini merupakan kegiatan yang dimaksudkan untuk menjadi bekal keterampilan tata boga yang kelak dimiliki

3 siswa setelah lulus. Bekal keterampilan membuat kue sistik diharapkan bisa mengembangkan potensi siswa-siswi di masyarakat dengan cara memproduksi kue sistik untuk dijual di masyarakat. Keterampilan membuat kue sistik ini bukan hanya bekal keterampilan praktis tapi juga modal pengetahuan yang bermanfaat bagi siswa. Contohnya, bagi siswa Cerebral Palsy yang secara fisik cukup mampu melakukan proses pembuatan kue sistik, mereka bisa secara langsung terlibat dalam proses pembuatannya hingga menghasilkan produk yang layak jual. Sedangkan bagi siswa Cerebral Palsy yang kesulitan secara fisik namun masih memiliki kemampuan kognisi yang baik, kelak mereka bisa mengelola industri rumah tangga yang memproduksi cemilan berupa kue sistik. Menurut guru pengajar keterampilan tata boga di SLB-D pada tahun 2013, proses pembuatan kue sistik tidak memerlukan tahapan yang rumit. Siswa Cerebral Palsy dianggap mampu mengikuti tahapan-tahapan pembuatan tersebut walaupun masih memerlukan bantuan dalam tahapan tertentu. Proses pengolahan adonan pun tidak perlu menggunakan alat yang berbahaya, yang diperlukan hanya kemampuan menguleni adonan dan kemampuan mencetak adonan menggunakan cetakan mie. Cara pengoprasian cetakan mie pun termasuk mudah dan bisa dilakukan oleh siswa Cerebral Palsy. Kenyataan yang muncul di lapangan, pelaksanaan pembelajaran tata boga kue sistik di SLB-D YPAC ini tidak sepenuhnya dapat terlaksana dengan lancar. Tidak semua rombongan kelas di sekolah ini melaksanakan pembelajaran kue sistik secara rutin, padahal keterampilan membuat kue sistik ini penting untuk dilatihkan kepada siswa. Selain itu, kondisi fisik dan motorik siswa-siswi Cerebral Palsy di SLB-D YPAC cukup beragam. Kebanyakan dari mereka mengalami spasme pada tangannya, namun tingkat dan letak kekakuannya berbeda-beda. Maka dari itu, tidak setiap siswa mampu melakukan semua tahapan pembuatan kue sistik secara mandiri. Bagaimanapun, kondisi ini masih bisa dioptimalisasi melalui pembelajaran yang disesuaikan dengan kebutuhan siswa. Atas dasar itulah, perlu adanya penelitian lebih dalam mengenai pelaksanaan pembelajaran tata boga bagi siswa tundaksa khususnya siswa Cerebral Palsy spastik. Dampak motorik dari kekakuan alat gerak yang dialami

4 siswa Cerebral Palsy spastik adalah terbatasnya kekuatan otot dan kelenturan gerak saat melakukan tahapan pembuatan kue sistik. Walaupun begitu, beberapa siswa CP spastik di sekolah ini berpotensi untuk dibekali keterampilan pembuatan kue sistik. Maka dari itu peneliti melakukan penelitian mengenai pembelajaran kue sistik bagi siswa Cerebral Palsy spastik. Penelitian juga dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan pembelajaran tata boga kue sistik mulai dari perencanaan hingga evaluasi, kemampuan siswa dalam pembuatan kue sistik, kesulitan yang dihadapi siswa dan guru pengajar, serta usaha yang sudah diwujudkan guru pengajar dalam mengatasi kesulitan tersebut. Berdasarkan fenomena tersebut, permasalahan yang ingin ditinjau oleh peneliti adalah pembelajaran tata boga kue sistik bagi siswa Cerebral Palsy spastik di SLB- D YPAC Bandung. B. Fokus Masalah Penelitian Fokus masalah dalam penelitian ini adalah Bagaimana pembelajaran tata boga kue sistik bagi siswa Cerebral Palsy spastik di SLB-D YPAC?. Fokus masalah dijabarkan melalui pertanyaan-pertanyaan penelitian berikut ini: 1. Bagaimana perencanaan pembelajaran tata boga kue sistik bagi siswa Cerebral Palsy spastik di SLB-D YPAC? 2. Bagaimana pelaksanaan pembelajaran tata boga kue sistik bagi siswa Cerebral Palsy spastik di SLB-D YPAC? 3. Bagaimana kemampuan siswa Cerebral Palsy spastik dalam melaksanakan pembelajaran tata boga kue sistik? 4. Apa kesulitan yang dihadapi siswa dan guru dalam melaksanakan pembelajaran tata boga kue sistik? 5. Bagaimana usaha guru dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi dalam pembelajaran tata boga kue sistik tersebut? 6. Bagaimana evaluasi pembelajaran tata boga kue sistik bagi siswa Cerebral Palsy spastik di SLB-D YPAC?

5 C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan umum dari penelitian ini adalah memperoleh gambaran objektif mengenai penerapan program vokasional bagi siswa tunadaksa di Sekolah Luar Biasa bagian D, yang salah satunya adalah pembelajaran tata boga membuat kue sistik di SLB-D YPAC Bandung. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk memberikan kontribusi bagi pihak-pihak penyelenggara pembelajaran vokasional bagi siswa tunadaksa, khususnya bagi pihak SLB-D YPAC Bandung. Tujuan khusus penelitian ini adalah: a. Untuk memperoleh gambaran mengenai perencanaan pembelajaran tata boga kue sistik bagi siswa Cerebral Palsy spastik di SLB-D YPAC. b. Untuk memperoleh gambaran mengenai pelaksanaan pembelajaran tata boga kue sistik bagi siswa Cerebral Palsy spastik di SLB-D YPAC. c. Untuk memperoleh gambaran mengenai kemampuan siswa Cerebral Palsy spastik dalam melaksanakan pembelajaran tata boga kue sistik di SLB-D YPAC. d. Untuk memperoleh gambaran mengenai kesulitan yang dihadapi siswa dan guru dalam melaksanakan pembelajaran tata boga kue sistik di SLB-D YPAC. e. Untuk memperoleh gambaran mengenai usaha yang dilakukan guru dalam mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapi tersebut. f. Untuk memperoleh gambaran mengenai evaluasi pembelajaran tata boga kue sistik bagi siswa Cerebral Palsy spastik di SLB-D YPAC.

6 2. Kegunaan Penelitian Secara teoritis, manfaat penelitian ini adalah: a. Sebagai karya ilmiah dalam perkembangan ilmu pendidikan khususnya pendidikan khusus yang berkaitan dengan pembelajaran vokasional. b. Untuk memperkaya pengetahuan mengenai pembelajaran keterampilan tata boga bagi siswa berkebutuhan khusus terutama siswa Cerebral Palsy spastik. Secara praktis, manfaat penelitian ini adalah: a. Bagi guru-guru terutama guru SLB-D, hasil dari penelitian ini bisa dijadikan salah satu wawasan mengenai pembelajaran tata boga bagi siswa Cerebral Palsy spastik. b. Bagi pihak sekolah, gambaran pembelajaran tata boga kue sistik yang diperoleh melalui penelitian ini juga bisa memberikan masukan poditif mengenai pelaksanaan pembelajaran tata boga di SLB-D YPAC. Melalui hasil penelitian ini, pihak sekolah bisa mempertahankan penerapan pembelajaran tata boga yang sudah baik dan meningkatkan lagi aspek-aspek yang dianggap masih bisa lebih dioptimalkan. c. Bagi peneliti sendiri, penelitian ini diharapkan menjadi pengalaman keilmuan yang berharga sebagai salah satu sarana untuk mengkaji berbagai teori ilmu pendidikan khusus yang diperoleh selama masa kuliah. Sedangkan bagi peneliti selanjutnya, hasil penelitian ini bisa digunakan sebagai acuan untuk melakukan penelitian mengenai hal yang relevan.

7 D. Struktur Organisasi Skripsi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah B. Fokus Masalah Penelitian C. Tujuan dan Kegunaan Penelitian 1. Tujuan penelitian 2. Kegunaan Penelitian D. Struktur Organisasi Skripsi BAB II LANDASAN TEORI A. Konsep Dasar Cerebral Palsy 1. Pengertian Anak Cerebral Palsy 2. Klasifikasi Anak Cerebral Palsy 3. Dampak Cerebral Palsy Spastik B. Pembelajaran Tata Boga Kue Sistik (Cheese Stick) 1. Pembelajaran Tata Boga 2. Kue Sistik (Cheese Stick) C. Pembelajaran Tata Boga Kue Sistik bagi Siswa Cerebral Palsy Spastik BAB III METODE PENELITIAN A. Lokasi dan Objek Penelitian 1. Lokasi Penelitian 2. Objek Penelitian B. Metode Penelitian C. Instrumen dan Responden Penelitian 1. Instrumen Penelitian 2. Responden Penelitian D. Teknik Pengumpulan Data E. Pengujian Keabsahan Data F. Teknik Analisis Data

8 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN A. Hasil Penelitian B. Pembahasan Hasil Penelitian BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan B. Rekomendasi DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP