Tabel 4 Nilai Ekonomi Total Lahan Sawah Persentase (%) (Rp/Ha/Tahun) ,65. Jenis Nilai Jasa yang Dihasilkan

dokumen-dokumen yang mirip
SEBARAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DAN DAMPAKNYA TERHADAP PRODUKSI PADI DI PROPINSI JAWA TENGAH

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KARAWANA KECAMATAN DOLO KABUPATEN SIGI

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI BAWANG MERAH DI KECAMATAN ANGGERAJA KABUPATEN ENREKANG

KAJIAN PROYEKSI KEBUTUHAN PANGAN DAN LAHAN PERTANIAN UNTUK MEWUJUDKAN KETAHANAN DAN KEDAULATAN PANGAN DAERAH DI KOTA TASIKMALAYA

BAB I PENDAHULUAN. Lahan menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang kehidupan. manusia. Fungsi lahan sebagai tempat manusia beraktivitas untuk

BAB I PENDAHULUAN. Upaya mewujudkan pembangunan pertanian tidak terlepas dari berbagai macam

PENDAHULUAN. Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang. kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi.

DAMPAK DAN STRATEGI PENGENDALIAN KONVERSI LAHAN UNTUK KETAHANAN PANGAN DI JAWA TENGAH

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pulau Jawa merupakan wilayah pusat pertumbuhan ekonomi dan industri.

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional. Peran terpenting sektor agribisnis saat ini adalah

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI ALIH FUNGSI LAHAN PADI SAWAH DAN PENGARUHNYA TERHADAP PENDAPATAN PETANI

BAB I PENDAHULUAN. politik. Oleh karena itu, ketersediaan beras yang aman menjadi sangat penting. untuk mencapai ketahanan pangan yang stabil.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. menghambat pembangunan ekonomi atau memiskinkan masyarakat (Rufendi,

ppbab I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BPS Klaten Klaten dalam Angka BPS Klaten : Klaten Klaten dalam Angka BPS Klaten : Klaten

FAKTOR- FAKTOR YANG MEMPENGARUHI TERJADINYA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

ANALISIS PENDAPATAN PETANI PENGGARAP PADA USAHATANI PADI SAWAH DI DESA KALEKE KECAMATAN DOLO BARAT KABUPATEN SIGI

LAND CONVERSION AND NATIONAL FOOD PRODUCTION

ANALISIS TEKANAN PENDUDUK TERHADAP LAHAN PERTANIAN DI KOTA PADANG ABSTRACT

DAMPAK PENERAPAN TEKNOLOGI PENGELOLAAN TANAMAN TERPADU (PTT) TERHADAP PENDAPATAN PETANI PADI SAWAH

CURAHAN WAKTU KERJA PETANI PADA USAHATANI PADI SAWAH DI KECAMATAN PAGUYAMAN KABUPATEN BOALEMO JURNAL

BAB I PENDAHULUAN. makin maraknya alih fungsi lahan tanaman padi ke tanaman lainnya.

PRODUKSI PANGAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. sektor non pertanian merupakan suatu proses perubahan struktur ekonomi.

KETERKAITAN JENIS SUMBERDAYA LAHAN DENGAN BESAR DAN JENIS PENGELUARAN RUMAH TANGGA DI PEDESAAN LAMPUNG

HUBUNGAN ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN SAWAH DENGAN KETERSEDIAAN PANGAN DI KABUPATEN SLEMAN DAN KABUPATEN BANTUL, DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Pangan merupakan salah satu kebutuhan dasar manusia di samping kebutuhan

PROPOSAL POTENSI, Tim Peneliti:

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI NILAI TUKAR PETANI SEBAGAI INDIKATOR KESEJAHTERAAN PETANI PADI DI KABUPATEN SRAGEN

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Nainggolan K. (2005), pertanian merupakan salah satu sektor

I. PENDAHULUAN. 1 Kementerian Pertanian Kontribusi Pertanian Terhadap Sektor PDB.

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. mempertahankan eksistensinya. Penggunaan lahan yang semakin meningkat

BAB I PENDAHULUAN. Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia setiap tahunnya. Sektor pertanian telah

BAB I PENGANTAR. 1.1 Latar Belakang. Indonesia saat ini tengah menghadapi sebuah kondisi krisis pangan seiring

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Lahan sawah adalah lahan pertanian yang berpetak-petak dan dibatasi oleh

BAB I PENGANTAR. masa yang akan datang. Selain sebagai sumber bahan pangan utama, sektor pertanian

ANALISIS PENDAPATAN DAN KELAYAKAN USAHATANI PADI SAWAH DI DESA SIDERA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

Bab IV Alih Fungsi Lahan Pertanian dan Pengaruhnya Terhadap Ketahanan Pangan

PERANAN SEKTOR PERTANIAN KHUSUSNYA JAGUNG TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI KABUPATEN JENEPONTO Oleh : Muhammad Anshar

KE-2) Oleh: Supadi Valeriana Darwis

FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KONVERSI LAHAN PERTANIAN STUDI KASUS: KECAMATAN JATEN, KABUPATEN KARANGANYAR

DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERTANIAN KE SEKTOR NON PERTANIAN TERHADAP KETERSEDIAAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Program Studi Penyuluhan dan Komunikasi Pertanian Fakultas Pertanian Universitas Sumatera Utara

ANALISIS KELAYAKAN USAHATANI TANAMAN PADI DI KECAMATAN SEBANGKI KABUPATEN LANDAK JURNAL PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian merupakan salah satu penggerak utama dari roda. perekonomian. Indonesia merupakan negara agraris dimana pertanian

Analisis Penyebab Kenaikan Harga Beras

PENDAHULUAN Latar Belakang

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA

DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERSAWAHAN TERHADAP PRODUKSI PADI DI DESA MANARAP BARU KECAMATAN KERTAK HANYAR KABUPATEN BANJAR

I. PENDAHULUAN. sumber pangan utama penduduk Indonesia. Jumlah penduduk yang semakin

DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN TERHADAP PENDAPATAN PETANI ( Studi Kasus : Di Desa Landangan Kecamatan Kapongan )

I. PENDAHULUAN. Lahan sudah menjadi salah satu unsur utama dalam menunjang. kelangsungan kehidupan sejak manusia pertama kali menempati bumi.

ANALISIS KEMISKINAN DI WILAYAH BENCANA BANJIR ROB DESA TIMBULSLOKO, KECAMATAN SAYUNG, KABUPATEN DEMAK. Nanang Ahmad Fauzi

PROSPEK TANAMAN PANGAN

HUBUNGAN IMPOR BERAS DENGAN HARGA DOMESTIK BERAS DAN PRODUKSI BERAS DI SUMATERA UTARA

I. PENDAHULUAN. bahan pangan utama berupa beras. Selain itu, lahan sawah juga memiliki

DAMPAK ALIH FUNGSI LAHAN PERSAWAHAN TERHADAP PRODUKSI BERAS DALAM RANGKA KETAHANAN PANGAN (STUDI KASUS DI KABUPATEN TANGERANG)

METODE PENELITIAN. Tabel 1 Jenis dan sumber data yang digunakan dalam penelitian. Tahun Publikasi BPS Kabupaten Lampung Barat

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. menghadapi tantangan yang sangat kompleks dalam memenuhi kebutuhan pangan

ANALISIS PENGARUH BIAYA INPUT DAN TENAGA KERJA TERHADAP KONVERSI LUAS LAHAN KARET MENJADI LAHAN KELAPA SAWIT

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

V. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

ANALISIS RASIO KETERSEDIAAN DAN KONSUMSI PANGAN STRATEGIS DI KOTA MEDAN

V GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

Geo Image 5 (2) (2016) Geo Image. ANALISIS TINGKAT SWASEMBADA WILAYAH DI KABUPATEN SEMARANG5

BAB I PENDAHULUAN. sehingga ketersediaannya harus terjamin dan terpenuhi. Pemenuhan pangan

ANALISIS PERANAN SEKTOR PERTANIAN DALAM PEMBANGUNAN WILAYAH KABUPATEN DEMAK

ANALISIS TINGKAT PARTISIPASI ANGKATAN KERJA BERDASARKAN KEGIATAN EKONOMI MASYARAKAT DESA TEGALSARI KECAMATAN TEGALSARI KABUPATEN BANYUWANGI TAHUN 2015

Multifungsi Lahan dan Revitalisasi Pertanian

PRIORITAS AKTIVITAS PERTANIAN, INDUSTRI DAN PERTAMBANGAN DI KABUPATEN KULON PROGO TUGAS AKHIR. Oleh: B U S T A M I L2D

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JAGUNG (Zea mays) DI KABUPATEN GROBOGAN (Studi Kasus di Kecamatan Geyer)

BAB I PENDAHULUAN. bermatapencaharian sebagai petani. Kondisi geografis negara Indonesia terletak di

PENGARUH KONVERSI LAHAN SAWAH KE NON PERTANIAN TERHADAP HASIL PRODUKSI PADI SAWAH DI KOTA TASIKMALAYA

ANALISIS KAPABILITAS PETANI DAN PENGARUHNYA TERHADAP PRODUKSI DALAM USAHATANI PADI SAWAH

Abstract. Keywords : Agriculture, GIS, spatial data and non-spatial data, digital map. Abstrak

BAB I PENDAHULUAN. Sedangkan berdasarkan FAO pada World Food Summit 1996 menyatakan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. tanaman pangan. Sektor tanaman pangan adalah sebagai penghasil bahan makanan

VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN, STRATEGI DAN KEBIJAKAN

ANALISIS KEBUTUHAN LUAS LAHAN PERTANIAN PANGAN DALAM PEMENUHAN KEBUTUHAN PANGAN PENDUDUK KABUPATEN LAMPUNG BARAT SUMARLIN

PERAN SERTA TERNAK SEBAGAI KOMPONEN USAHATANI PADI UNTUK PENINGKATAN PENDAPATAN PETANI

ANALISIS PEMASARAN BERAS DI KABUPATEN KLATEN

KAJIAN PENGEMBANGAN USAHA BUDIDAYA IKAN AIR TAWAR DALAM MINA PADI DI DESA A. WIDODO KECAMATAN TUGUMULYO KABUPATEN MUSI RAWAS

BAB I PENDAHULUAN. individu manusia setelah pangan dan sandang. Pemenuhan kebutuhan dasar

PENDAHULUAN A. Latar Belakang

POLITIK KETAHANAN PANGAN MENUJU KEMANDIRIAN PERTANIAN

Nelfita Rizka*), Salmiah**), Aspan Sofian**)

SEPA : Vol. 8 No.1 September 2011 : 9 13 ISSN : ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN USAHATANI KEDELAI DI KABUPATEN SUKOHARJO

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

EFISIENSI FAKTOR PRODUKSI DAN PENDAPATAN PADI SAWAH DI DESA MASANI KECAMATAN POSO PESISIR KABUPATEN POSO

I. PENDAHULUAN. Indonesia selama ini dikenal sebagai negara yang memiliki sumber daya alam

BAB I PENDAHULUAN. Beras merupakan bahan pangan pokok bagi sebagian besar penduduk

Transkripsi:

Saran yang dapat diberikan dalam penelitian ini adalahpemerintah seharusnya menyadari dengan adanya konversi lahan sawah ke non pertanian yang terus menerus ini, aturan-aturan yang sudah dibuat oleh Pemerintah terkait dengan penataan wilayah harus diimplementasikan dengan baik antara pihak pemerintah, masyarakat dan pihak swasta atau pengembang.dengan adanya valuasi ekonomi untuk menghitung nilai ekonomi lahan sawah yang hilang akibat konversi lahan dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan bagi pemerintah dalam mengambil keputusan terkait dengan penggunaan lahan. DAFTAR PUSTAKA BPS Jawa Tengah. 2002. Jawa Tengah Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Tengah.. 2012. Jawa Tengah Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Tengah. 2013. Jawa Tengah Dalam Angka. Badan Pusat Statistik Propinsi Jawa Tengah. Denny.1999. Pemahaman Perubahan Pemanfaatan Lahan Kota Sebagai Dasar Bagi Kebijakan Penanganannya.Jurnal Perencanaan Wilayah dan Kota, 10 (2) :128-146. Bandung Irawan. 2006. Valuasi Ekonomi Lahan Pertanian : Pendekatan Nilai Manfaat Multifungsi Lahan Sawah dan Lahan kering. Jurnal Ilmu Pertanian Indonesia, 11 (3), hal :32-41. ISSN 0853-4217. Munasinghe M. 1993. Enviromental Economics and Suistanable Development World Bank Environment Paper Number 3.The World Bank. Washington, D.C. Pawitan, H. 1989. Kharakteristik Hidrologi dan Daur Limpasan Daerah Aliran Sungai Ciliwung. Laporan Akhir Penelitian Lembaga Penelitian IPB. Bogor. Ratna, N.K. 2004.Teori, Metode, dan Teknik Penelitian Sastra cetakan ke. I. Pustaka Pelajar. Yogyakarta. Singarimbun & Sofian E. 1995. Metode Penelitian Survai. LP3ES.Jakarta Singarimbun & Sofian E. 2008. Metode Penelitian Survai. LP3ES.Jakarta Sutandi 2009 dalam Astuti 2011.Keterkaitan Harga Lahan Terhadap Laju Konversi Lahan Pertanian di Hulu Sungai Ciliwung Kabupaten Bogor. Skripsi.Institut Pertanian Bogor.Bogor

sebesar Rp 2.294.000,00/Ha/Tahun.Hal ini menunjukkan bahwa masyarakat mendukung adanya pembayaran jasa lingkungan pertanian karena mereka beranggapan adanya dampak yang diakibatkan setelah adanya konversi lahan sawah ke non pertanian. Nilai Ekonomi Total Nilai ekonomi lahan sawah sebagai penghasil produksi padi yang hilang Rp 112.618.950,00/Ha/Tahun. Nilai ekonomi lahan sawah sebagai fungsi lingkungan dapat dilihat sebagai daerah resapan air sebesar Rp 404.539,00/Ha/Tahun dan nilai keberadaan lahan sawah sebesar Rp 2.294.000,00/Ha/Tahun. Jadi nilai ekonomi total lahan pertanian sebesar Rp 115.317.489,00/Ha/Tahun. Hal ini Jenis Nilai Jasa yang Dihasilkan Nilai Penggunaan Langsung Penghasil Produksi Padi Nilai Penggunaan Tidak langsung Resapan Air Nilai Non Guna Keberadaan menunjukkan bahwa lahan sawah selain memberikan manfaat ekonomi sebagai sumber pendapatan kepada petani juga menghasilkan jasa lingkungan bagi masyarakat dengan nilai manfaat yang lebih besar. Kabupaten Karanganyar pada tahun 2002 2011 terjadi koneversi lahan sebesar 826,43 Ha atau rata-rata 82,643/Ha/Tahun. Adanya konversi lahan tersebut menyebabkan nilai dari multifungsi lahan pertanian selama 10 tahun berkurang sebesar Rp 374.339.020.092,00 atau rata-rata sebesar Rp 37.433.902.009,00 /Ha/Tahun. Tabel 4 Nilai Ekonomi Total Lahan Sawah Nilai Persentase (%) (Rp/Ha/Tahun) 112.618.950 97,65 404.539 0,35 2.294.000 1,98 Nilai Ekonomi Total 115.317.489 100 Sumber : Analisa Data Primer, 2014 SIMPULAN Dalam kurun waktu 10 tahun lahan sawah di Kabupaten Karanganyar mengalami konversi lahan sawah ke non pertanian sebesar 826,43 Ha dengan laju konversi lahan sebesar 3,64 % atau ratarata sebesar 82,643 Ha per tahun dengan laju konversi lahan sebesar 0,364 %/Tahun. Nilai ekonomi total lahan sawah yang hilang akibat dampak konversi lahan sawah ke non pertanian sebesar Rp 115.317.489,00/Ha/Tahun dengan rincian sebagai berikut nilai ekonomi penghasil produksi sebesar Rp 112.618.950,00/Ha/Tahun, nilai ekonomi lahan sawah sebagai fungsi lingkungan dapat dilihat sebagai daerah resapan air sebesar Rp 404.539,00/Ha/Tahun dan nilai keberadaan lahan sawah sebesar Rp 2.294.000/Ha/Tahun. Jadi, nilai ekonomi lahan sawah di Kabupaten Karanganyar selama 10 tahun terakhir yang hilang sebesar Rp 374.339.020.092,00 atau ratarata sebesar Rp 37.433.902.009,00 /Ha/Tahun.

dampak yang ditimbulkan begitu nyata jika ada perubahan lahan sawah ke non pertanian. Dengan demikian penelitian ini mencoba menggambarkan nilai lingkungan lahan sawah sebagai resapan air jika dilihat dari curah hujan dengan biaya ganti nilai bahan baku air apabila lahan sawah tersebut dijadikan sebagai perumahan warga. Lahan pertanian yang banyak berubah fungsi tidak diimbangi dengan pencetakan lahan pertanian baru.sekali lahan sawah berubah fungsi berarti tak ada lagi lahan tersebut dapat menjadi sawah kembali.semakin tinggi tingkat produktifitas sawah yang terkonversi, No Tahun Tabel 3 semakin tinggi pula kerugian yang terjadi.penurunan kualitas pada lahan sawah menyangkut ketersediaan air dan kesuburan tanah. Berdasarkan Tabel 3 dapat diketahui bahwa adanya konversi lahan sawah ke non pertanian dapat dihitung bahwa nilai ekologi yang dihasilkan lahan sawah sebagai resapan air sebesar Rp 404.539,00 /Ha/Tahun. Nilai lingkungan tersebut akan hilang apabila lahan sawah terus dikonversikanmenjadi lahan non pertanian. Analisis Biaya Ganti Lahan Sawah Sebagai Resapan Air di Kabupaten Karanganyar Curah Hujan (m 3 ) 10% Nilai Bahan Baku Air (Rp/m 2 ) Nilai Pengganti (Rp) 1 2002 1250,52 125,052 2.000 250.104 2 2003 1277,31 127,731 2.000 255.462 3 2004 2170,72 217,072 2.000 434.144 4 2005 2299,76 229,976 2.000 459.952 5 2006 1805,06 180,506 2.000 361.012 6 2007 1660,8 166,08 2.000 332.160 7 2008 1260,46 126,046 2.000 252.092 8 2009 1755,51 175,551 2.000 351.102 9 2010 3610 361,000 2.000 722.000 10 2011 3136,81 313,681 2.000 627.362 Total 20.226,95 2.022,695 4.045.390 Rata-Rata 2.022,695 202,2695 2.000 404.539 Sumber : Analisa Data Sekunder, 2014 Nilai Keberadaan Lahan Sawah Nilai keberadaan lahan sawah ini dapat dianalisis dengan menggunakan analisis WTP ( Willingnes to pay).pendekatan WTP(Willingnes to pay) dapat digunakan untuk menilai jasa lingkungan pertanian yang dapat dirasakan oleh masyarakat.pendekatan WTP (Willingnes to pay) ini diharapkan masyarakat memberikan respon positif terhadap adanya perubahan lahan sawah ke non pertanian sehingga banyak masyarakat yang berpartisipasi dalam pembayaran jasa lingkungan pertanian agar lahan sawah tidak dialihfungsikan secara terus menerus. Berdasarkan hasil data yang diolah diketahui bahwa nilai kisaran WTP yang telah ditetapkan dihasilkan nilai rata-rata

Tabel 2 Laju Konversi Lahan Sawah Tahun 2002 2011 di Kabupaten Karanganyar No Tahun Luas Lahan Sawah Konversi Luas (Ha) Sawah (Ha) Laju Konversi (%) 1 2002 22.912,50 44,25 0,19 2 2003 22.868,21 44,29 0,19 3 2004 22.856,33 11,88 0,05 4 2005 22.844,26 12,07 0,05 5 2006 22.831,34 12,92 0,06 6 2007 22.478,56 352,78 1,55 7 2008 22.474,91 3,65 0,02 8 2009 22.465,11 9,8 0,04 9 2010 22.459,8 5,31 0,02 10 2011 22.130,32 329,48 1,47 Jumlah 22.6321,34 826,43 3,64 Rata-Rata 22.632,134 82,643 0,36 Sumber :Hasil Analisa Data Sekunder, 2014 Berdasarkan Tabel 3 dapat dilihat bahwa dari tahun 2002 sampai tahun 2011 Kabupaten Karanganyar mengalami konversi lahan sawah ke non pertanian. Hasil analisis laju konversi lahan secara parsial yang dilakukan berdasarkan data luas lahan sawah yang diperoleh dari BPS dalam kurun waktu 10 tahun. Lahan sawah di Kabupaten Karanganyar mengalami konversi lahan sawah ke non pertanian sebesar 826,43 Ha atau rata-rata sebesar 82,643 Ha per tahun. Kondisi tersebut disebabkan karena adanya pertambahan jumlah penduduk, pertambahan jumlah industri dan sarana pembangunan lainnya di Kabupaten Karanganyar. Konversi lahan sawah terkecil terjadi pada tahun 2008 sebesar 3,65 Ha sedangkan konversi lahan sawah terbesar terjadi pada tahun 2007 sebesar 352,78 Ha. Analisis Nilai Ekonomi Lahan Sawah Nilai Ekonomi Penghasil Produksi Padi Multifungsi lahan sawah dapat dilihat dari fungsi ekonomi, sosial dan lingkungan.fungsi ekonomi dari lahan sawah adalah sebagai penghasil produksi padi dan sumber pendapatan bagi petani.lahan sawah di Kabupaten Karanganyar pada umumnya ditanami padi sawah.lahan sawah merupakan aset penting bagi ekonomi rumah tangga masyarakat petani di pedesaan.sebagian besar petani memiliki ketergantungan yang tinggi pada kegiatan usahatani, yang ditunjukkan dengan tingginya kontribusi penghasilan dari usahatani pendapatan rumah tangga. Berdasarkan hasil data yang diolah dapat diketahui bahwa nilai produksi padi yang hilang sebesar 169,65 Ton/Tahun dengan luas lahan 8,3225 Ha sehingga nilai produktivitas padi yang hilang sebesar 21,1 Ton/Ha/Tahun. Berdasarkan nilai produktivitas sebesar 21,1 Ton/Ha/Tahun jumlah total nilai penghasil produksi padi yang hilang adalah sebesar Rp 3.378.568.495,00atau rata-rata sebesar Rp 112.618.950,00/Ha/Tahun.. Potensi kehilangan nilai produksi lahan sawah tersebut akan semakin besar sejalan dengan laju konversi lahan yang terjadi pada tahun-tahun berikutnya. Analisis Nilai Resapan Air Nilai lingkungan dari lahan sawah memang sulit untuk diukur, akan tetapi

tahun ini nilai jual lahan yang semakin tinggi dan keberadaan lahan sawah yang semakin sempit mendorong para petani untuk mengkonversikan lahan sawahnya ke non pertanian.sama halnya dengan responden non petani yang mana tingkat pendidikan tertinggi adalah tamat PT sehingga banyak yang memilih untuk bekerja di luar sektor pertanian. Jenis pekerjaan yang dimiliki oleh responden dari petani setelah adanya konversi lahan sawah adalah tidak bekerja sebesar 8 petani.hal ini disebabkan karena kondisi petani yang sudah tidak mampu untuk mengolah usahataninya lagi, sedangkan bagi responden non petani jenis pekerjaan yang diusahakan adalah PNS sebesar 21 responden. Petani yang telah mengkonversikan lahan sawahnya sebagian besar pada kisaran 0,1-0,5 Ha terdapat 28 petani. Tabel 1 Karakteristik Responden Petani Konversi Lahan Sawah dengan Non Petani di Kabupaten Karanganyar No Uraian Petani Konversi Lahan Sawah Non Petani 1 Umur Umur Produktif (15-64) 19 22 Umur tidak produktif ( > 64) 11 8 2 Pendidikan Tidak Sekolah 1 1 Tamat SR/SD 9 1 Tamat SMP 4 3 Tamat SMA 9 11 Tamat PT 7 14 3 Jenis Pekerjaan Petani 3 0 Swasta 3 2 Pedagang 4 3 PNS 7 21 Wiraswasta 3 1 Buruh 1 2 Penyuluh 1 0 Tidak Bekerja 8 1 4 Luas Lahan Sawah yang Dikonversi 0,1 0,5 Ha 28 0,6-1 Ha 2 Sumber : Hasil Analisa Data Primer, 2014 Laju Konversi Lahan Sawah Fenomena konversi lahan sawah ke non pertanian memang sering terjadi oleh karena itu dilakukan suatu analisis mengenai tingkat perubahan luas lahan sawah di Kabupaten Karanganyar.DiKabupaten Karanganyar konversi lahan sawah sering dijadikan sebagai perumahan, industri, perhotelan, dan sarana infrastruktur lainnya karena dilihat dari letaknya yang sangat strategis sehingga banyak pengembang yang menginginkan lahan di Kabupaten Karanganyar.

produktivitas padi ke beras, 4) Mencari rata-rata nilai ekonomi penghasil produksi padi. m n NPS = ( Pij x Clt ij )...(3) j = 1 i=1 Dimana NPS adalah Nilai produksi pertanian per tahun yang hilang (Rp);Pij adalah harga komoditi (Rp/Kg);Clt adalah Produktivitas Beras (Kg) ;m adalah masa tanam; j adalah Responden.(Irawan, 2006) Nilai Penggunaan Tidak Langsung Nilai penggunaan tidak langsung dalam penelitian lahan sawah dapat dijadikan sebagai resapan air.nilai ekonomi lahan sebagai resapan air dapat dihitung dengan nilai biaya pengganti (replacement cost) menggunakan persamaan sebagai berikut: RCM = 10 % x curah hujan x Harga Bahan Baku Air...(4) Dimana RCM adalah Replacement Cost Methodsebagai biaya ganti resapan air (Rp/Ha/Tahun);Curah hujan (mm); Harga Bahan Baku Air (Rp/m 3 )(Pawitan, 1989) Nilai Tanpa Penggunaan Nilai tanpa penggunaan dalam penelitian ini nilai ekonomi yang dianalisis adalah nilai keberadaan adanya lahan sawah.hal tersebut dapat dianalisis melalui pendekatan kontingensi dengan metode Analisis WTP ( Willingnes to pay).dalam hal ini langkah yang dilakukan adalah dengan wawancara secara langsung kepada responden. Tahapan dari analisis tersebut adalah : 1) Memberikan pernyataan terkait dengan nilai keberadaan di lembar kuisioner yang diberikan kepada responden, 2) Melakukan negosiasi kepada responden berdasarkan range harga yang ditentukan, 3) Mencari nilai dari rata-rata WTP yang telah diberikan oleh responden terkait dengan nilai keberadaan tersebut. Analisis TEV (Total Economic Value) Total Economic Value atau nilai ekonomi total diperoleh dari penjumlahan nilai penggunaan langsung dengan nilai tanpa penggunaan. TEV = Nilai Penghasil Produksi Padi + Nilai Resapan Air + Nilai Keberadaan...(5) Dimana TEV adalah nilai ekonomi total (Rp/Ha/Tahun); Nilai Penghasil Produksi Padi (Rp/Ha/tahun);Nilai Resapan Air (Rp/Ha/Tahun);Nilai Keberadaan(Rp/Ha/Tahun) (Munasinghe, 1993) Hasil Penelitian dan Pembahasan Karakteristik Responden Karakteristik responden merupakan gambaran umum mengenai latar belakang dan keadaan responden terkait dengan multifungsi lahan sawah dan kegiatan usahataninya. Berdasarkan Tabel 1 dapat diketahui bahwa sebagian besar petani yang telah mengkonversikan lahan sawahnya pada umur produktif (15-64 tahun) yaitu sebanyak 19 petani, sedangkan responden yang berada pada usia tidak produktif sebesar 11 petani. Responden non petani juga terdapat pada usia produktif sebesar 22 orang, sedangkan yang berada pada usia tidak produktif sebesar 8 orang. Hal tersebut menunjukkan bahwa dengan umur yang sama-sama produktif mereka masih mampu untuk memenuhi kebutuhan hidup keluarganya. Jika dilihat dari tingkat pendidikan, pada petani sendiri tingkat pendidikan yang paling banyak jumlahnya adalah tamatan SMA dan tamat SR/SD sebesar 9 petani sedangkan pada responden non petani tingkat pendidikan tertinggi adalah tamat PT sebesar 14 responden. Dengan tingkat pendidikan petani yang sebagian tergolong rendah dan sebagian tergolong cukup tinggi, mereka beranggapan pada

dari aspek sosial, ekonomi dan lingkungan, maka dengan valuasi ekonomi ini akan meneliti nilai ekonomi total akibat adanya dampak konversi lahan pertanian. Tujuan dari penelitian ini adalah 1) mengetahui laju konversi lahan sawah ke non pertanian di Kabupaten Karanganyar dari tahun 2002 2011, 2) Mengetahui nilai ekonomi total lahan pertanian yang hilang akibat konversi lahan sawah ke non pertanian. METODE PENELITIAN Metode Dasar Penelitian Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif analitis dengan teknik survey. Lokasi Penelitian Pengambilan lokasi ini dilakukan secara purposive dengan berdasarkan pertimbangan tertentu.lokasi penelitan yang diambil adalah kecamatan Colomadu dengan pertimbangan bahwa kecamatan tersebut memiliki perubahan penggunaan lahan terbesar akibat adanya konversi lahan.selanjutnya dari Kecamatan terpilih yaitu kecamatan Colomadu, dipilih desa yang memenuhi kriteria yaitu desa dengan adanya perubahan luas lahan sawah ke non sawah yang tertinggi dan terendah yaitu Desa Malangjiwan dan Desa Tohudan. Metode Pengambilan Responden Metode pengambilan sampel ini dilakukan dengan menggunakan metode simple random sampling.penelitian yang diamati kali ini mengambil sampel sebanyak 30 responden petani konversi lahan yang digunakan untuk mengetahui nilai ekonomi produksi dan 30 responden non petani yang digunakan untuk mengetahui nilai ekonomi lingkungan. Dengan demikian total responden yang diteliti sebanyak 60 responden. Jenis dan Sumber Data Data Primer Data primer yang diperoleh pada penelitian ini adalah wawancara kepada petani, pegawai Dinas Pertanian, Pegawai DPU Kecamatan Colomadu, dan BPP Kecamatan Colomadu sebagai informan yang membantu penelitian tersebut. Data Sekunder Data sekunder yang digunakan dalam penelitian ini adalah data keadaan umum daerah penelitian, data luas lahan, lokasi dan perubahannya (konversi) pada tahun 2002-2011, dan data curah hujan. Metode Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah observasi, wawancara dan pencatatan. Metode analisis data Laju konversi lahan V = ( ) 100 %...(1) Dimana Vadalah Laju konversi lahan (%);Ltadalah Luas lahan saat ini/tahun-t (ha); L t-1 adalah Luas lahan tahunsebelumnya (ha) (Sutandi, 2009). Analisis Valuasi Ekonomi Nilai Penggunaan Langsung Nilai penggunaan langsung merupakan nilai yang diperoleh secara langsung dari kegiatan usahatani. Dalam penelitian ini dapat dianalisis sebagai penghasil produksi padi dapat dihitung dengan rumus sebagai berikut : 1) Menghitung nilai produktivitas padi tiap responden Produktivitas Padi = ( ) ( )..(2) 2) Mengkonversi produktivitas padi ke beras tiap respondenkonversi Padi ke Beras = Produktivitas Padi x 0,6274 kg 3) Menghitung nilai ekonomi penghasil produksi padi dengan mengalikan antara harga beras dengan hasil konversi

PENDAHULUAN Sektor pertanian merupakan sektor yang paling diunggulkan tidak hanya sebagai penyedia produk pangan tetapi juga mampu menyeimbangkan kestabilan ekosistem.salah satu modal utama dari sektor pertanian adalah keberadaan lahan pertanian khususnya bagi petani untuk melakukan aktivitas usahataninya. Sumber daya lahan merupakan sumber daya alam yang sangat penting, tetapi penggunaan lahan pertanian persentasenya lebih kecil dibandingkan dengan lahan non pertanian. Adanya peningkatan jumlah penduduk memerlukan supply bahan pangan yang banyak artinya diperlukan lahan pertanian yang luas, padahal lahan yang dimiliki Indonesia sangat terbatas jumlahnya. Kondisi ini menyebabkan persaingan yang ketat dalam pemanfataan lahan sehingga nilai lahan semakin meningkat tetapi penggunaan lahan semakin menurun (Denny, 1999). Kekhawatiran akan adanya konversi lahan pertanian ini memang sudah menjadi hal yang paling serius bagi petani, masyarakat dan pemerintah. Hilangnya lahan pertanian bagi petani akan berdampak pada hilangnya pasokan makanan. Kecenderungan ini tampaknya akan berlanjut terus menerus pada masamasa yang akan datang. Dalam skala nasional, kehilangan produksi pertanian pada tahun 2013 akibat konversi lahan pertanian adalah sebesar 12.083.162 ton di Jawa Barat, 10.344.816 ton di Jawa Tengah, 921.824 ton di DIY, dan 12.049.342 ton di Jawa Timur (BPS, 2013).Kondisi ini memungkinkan bahwa dari tahun ke tahun produksi padi di Jawa selalu mengalami penurunan, tetapi konsumsi beras selalu meningkat.menurut data Badan Pusat Statistik pada tahun 2013 konsumsi beras di Indonesia mencapai 139 kg/kapita/tahun. Mengingat hal itu adanya upaya untuk meningkatkan produksi pangan khususnya beras menjadi sangat penting agar ketahanan pangan benar-benar ditunjang oleh produksi dalam negeri. Apabila konversi lahan terus menerus terjadi mengindikasikan adanya impor beras, karena produksi dalam negeri terbatas bahkan dikhawatirkan volume impor beras di masa mendatang akan meningkat. Dengan demikian keberadaan lahan pertanianlah yang merupakan sektor utama dalam stabilitas ketahanan pangan. Kabupaten Karanganyar mengalami konversi lahan sebesar 827 ha, hal ini menunjukkan bahwa konversi lahan yang terjadi di Kabupaten Karanganyar lebih kecil dari rata-rata konversi lahan yang terjadi di Jawa Tengah. Berdasarkan data Bappenas tahun 2008-2013 Jawa Tengah memiliki 4 wilayah pembangunan yang terdiri dari Kabupaten Pekalongan, Semarang, Cilacap dan eks Karesidenan Kota Surakarta. Kabupaten Karanganyar merupakan salah satu kabupaten yang ada di Jawa Tengah dengan kondisi pertanian yang cukup bagus untuk dikembangkan berbagai komoditas baik dari tanaman pangan, hortikultura, obat dan lain-lain akan tetapi keberadaan lahan pertanian di Kabupaten Karanganyar banyak yang beralih fungsi menjadi pembangunanpembangunan seperti pabrik-pabrik, perumahan, hotel, tempat makan dan lainlain. Konversi lahan pertanian tersebut lebih banyak didorong oleh orientasi ekonomi yang mementingkan keuntungan jangka pendek dalam mengelola sumber daya lahan, tanpa memperhitungkan manfaat yang hilang atau kerugian yang mungkin terjadi akibat berkurangnya fungsi lahan pertanian. Mengingat lahan pertanian yang memiliki multifungsi baik

VALUASI EKONOMI DAMPAK KONVERSI LAHAN SAWAH KE NON PERTANIAN DI KABUPATEN KARANGANYAR Dewi Safitri, Joko Sutrisno, Agustono Program Studi Agribisnis Fakultas Pertanian Universitas Sebelas Maret Jl.Ir.Sutami No.36 A Kentingan Surakarta 57126 Telp./Fax (0271) 637457 Email:dewisafitri4492@yahoo.comTelp. +6281567988241 ABSTRAK: The agricultural sector is a sector that is favored not only produce food products locally but also capable of balancing the ecosystem stability. One of the main capital of the agricultural sector is the existence of agricultural land, because of the agricultural land is able to meet human needs. This study aimed to determine the rate of conversion to non-paddy rice field in Karanganyar the year 2002-2011 and determine the total economic value lost due to conversion to nonagriculture in Karanganyar. The research location is District because the District Colomadu an area that experienced the highest wetland conversion in Karanganyar. The data used are primary and secondary data. Analysis of the data used are (1) the analysis of the rate of land conversion is partially determine the rate of wetland conversion (2) analysis of total economic value (TEV) determine the total economic value lost due to conversion of wetland. The results showed that in Karanganyar over 10 years experience of 826.43 hectares of land conversion to the conversion rate of 3.64%, or an average of 82.643 ha per year with a conversion rate of 0.36% / year. Total economic value of wetland lost due to the impact of wetland conversion to non-agricultural in Karanganyar of Karanganyar over the last 10 years lost of Rp 374,339,020,092.00, or an average of Rp 37,433,902,009.00 / ha / year. Keywords: Conversion, Multifunction, Valuation Abstrak: Sektor pertanian merupakan sektor yang diunggulkan tidak hanya menghasilkan produk pangan lokal tetapi juga mampu menyeimbangkan kestabilan ekosistem. Salah satu modal utama sektor pertanian adalah keberadaan lahan pertanian, karena adanya lahan pertanian mampu memenuhi kebutuhan manusia.penelitian ini bertujuan untuk mengetahui laju konversi lahan sawah ke non pertanian di Kabupaten Karanganyar pada tahun 2002 2011 dan mengetahui nilai ekonomi total yang hilang akibat adanya konversi lahan sawah ke non sawah di Kabupaten Karanganyar. Lokasi penelitian yaitu Kecamatan Colomadu karena Kecamatan Colomadu merupakan daerah yang mengalami konversi lahan sawah tertinggi di Kabupaten Karanganyar.Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Analisis data yang digunakan adalah (1) analisis laju konversi lahan secara parsial mengetahui laju konversi lahan sawah (2) analisis nilai ekonomi total (TEV) mengetahui nilai ekonomi total yang hilang akibat konversi lahan sawah. Hasil penelitian menunjukkan bahwa di Kabupaten Karanganyar selama kurun waktu 10 tahun mengalami konversi lahan sebesar 826,43 Ha dengan laju konversi lahan sebesar 3,64% atau ratarata sebesar 82,643 Ha per tahun dengan laju konversi lahan sebesar 0,36 %/Tahun. Nilai ekonomi total lahan sawah yang hilang akibat dampak konversi lahan sawah ke non pertanian di Kabupaten Karanganyar sebesar Karanganyar selama 10 tahun terakhir yang hilang sebesar Rp 374.339.020.092,00 atau rata-rata sebesar Rp 37.433.902.009,00 /Ha/Tahun. Kata Kunci: Konversi, Multifungsi, Valuasi