BAB I PENDAHULUAN. untuk rakyat (Abraham Lincoln). Demokrasi disebut juga pemerintahan rakyat

dokumen-dokumen yang mirip
DAFTAR PUSTAKA. A. Buku Alfian, 1990, Masalah dan Prospek Pembangunan Politik Indonesia, PT.

BAB I PENDAHULUAN. dengan kebebasan berpendapat dan kebebasan berserikat, dianggap

BAB I PENDAHULUAN. mencapai 48 partai politik peserta Pemilu Sistem multipartai ini

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Provinsi dan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten/Kota 1 periode 2014-

BAB I PENDAHULUAN. Pasca reformasi tahun 1998, landasan hukum pemilihan umum (pemilu) berupa Undang-Undang mengalami perubahan besar meskipun terjadi

BAB I PENDAHULUAN. dikelola salah satunya dengan mengimplementasikan nilai-nilai demokrasi

BAB I PENDAHULUAN. memerlukan perppu (peraturan pemerintah pengganti undang-undang). 1 Karena

BAB I PENDAHULUAN. menjadi salah satu ujung tombak dalam mewujudkan demokrasi. Hal ini

IMPLIKASI PEMILIHAN UMUM ANGGOTA LEGISLATIF DAN PEMILIHAN UMUM PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN SECARA SERENTAK TERHADAP AMBANG BATAS PENCALONAN PRESIDEN

BAB I PENDAHULUAN. atau suatu kelompok yang memiliki kepentingan yang sama serta cita-cita yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pemilihan Umum (Pemilu) adalah salah satu cara dalam sistem

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA KETUA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA,

BAB IV PENUTUP. A. Kesimpulan

BAB I PENDAHULUAN. Di zaman modern sekarang ini, hampir semua negara mengklaim menjadi

BAB I PENDAHULUAN. negara di berikan kebebasan untuk berserikat, berkumpul, serta mengeluarkan

PENDAHULUAN. kendatipun disebut sebagai karya agung yang tidak dapat terhindar dari

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia

Mewujudkan Pemilu 2014 Sebagai Pemilu Demokratis

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 1945 disebutkan bahwa negara Indonesia adalah Negara Kesatuan yang

BAB I PENDAHULUAN. dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dan

BAB II PELAKSANAAN HAK-HAK PILIH PERSPEKTIF DEMOKRASI. yaitu demos yang berarti rakyat dan cratos atau cratein yang berarti

BAB I PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah salah satu hak asasi warga negara yang sangat

BAB I PENDAHULUAN. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah Negara hukum. 1 Konsekuensi

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adanya korupsi di berbagai bidang menjadikan cita-cita demokrasi

ANALISIS YURIDIS PARLIAMENTARY THRESHOLD DALAM UNDANG-UNDANG NOMOR 8 TAHUN 2012 TENTANG PEMILIHAN UMUM ANGGOTA DPR, DPD, DAN DPRD

BAB I PENDAHULUAN. Hal ini secara tegas dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar

PENGUATAN SISTEM DEMOKRASI PANCASILA MELALUI INSTITUSIONALISASI PARTAI POLITIK Oleh: Muchamad Ali Safa at (Dosen Fakultas Hukum Universitas Brawijaya)

Ringkasan Putusan.

PENGELOLAAN PARTAI POLITIK MENUJU PARTAI POLITIK YANG MODERN DAN PROFESIONAL. Muryanto Amin 1

DESAIN SISTEM PEMERINTAHAN PRESIDENSIAL YANG EFEKTIF

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum adalah suatu sarana demokrasi yang digunakan untuk memilih

Ringkasan Putusan. 1. Pemohon : HABEL RUMBIAK, S.H., SPN. 2. Materi pasal yang diuji:

BAB I PENDAHULUAN. pemerintah haruslah mendapat persetujuan dengan rakyat. Istilah demokrasi sendiri berasal dari negara Yunani, demos yang

-2- demokrasi serta menyerap dan memperjuangkan aspirasi rakyat dan daerah sesuai dengan tuntutan perkembangan kehidupan berbangsa dan bernegara. Mesk

RINGKASAN PUTUSAN.

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2017 TENTANG TAHAPAN, PROGRAM DAN JADWAL PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM TAHUN 2019

I. PENDAHULUAN. praktik ketatanegaraan Indonesia. Setiap gagasan akan perubahan tersebut

Pancasila sebagai Paradigma Reformasi Politik

URGENSI UNDANG-UNDANG PEMILU DAN PEMANTAPAN STABILITAS POLITIK 2014

BAB I PENDAHULUAN. Pengesahan, Pengangkatan dan Pemberhentian Kepala Daerah dan Wakil

CONTOH SOAL DAN JAWABAN UKG PKN SMP Berikut ini contoh soal beserta jawaban Uji Kompetensi Guru PKn SMP

BAB II TINJAUAN TERHADAP SISTEM PEMERINTAHAN. dari beberapa bagian yang memiliki hubungan fungsional, baik antara bagian yang satu dengan

UNDANG-UNDANG DASAR NEGARA REPUBLIK INDONESIA

DEMOKRASI INDONESIA (Pemilu Sebagai Wujud Demokrasi Indonesia)

I. PENDAHULUAN. Pemilihan Umum (Pemilu) di Negara Indonesia merupakan sarana pelaksanaan

BAB V PENUTUP. A. Kesimpulan. Berdasarkan pemaparan dalam hasil penelitian dan pembahasan

SEJARAH PEMILU DI INDONESIA. Muchamad Ali Safa at

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA

PEMILU & PARTISIPASI PEREMPUAN DALAM POLITIK. MY ESTI WIJAYATI A-187 DPR RI KOMISI X Fraksi PDI Perjuangan

Pimpinan dan anggota pansus serta hadirin yang kami hormati,

ASPEK SOSIOLOGIS POLITIK KEDAULATAN RAKYAT DALAM UUD NRI TAHUN Oleh: Dr. Suciati, SH., M. Hum

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor 130/PUU-VII/2009 Tentang UU Pemilu Anggota DPR, DPD & DPRD Tata cara penetapan kursi DPRD Provinsi

DEMOKRATISASI DAN KEBEBASAN MEMILIH WARGA NEGARA DALAM PEMILIHAN UMUM. Oleh: SARBAINI, SH. MH.

BAB II PEMBAHASAN. A. Pengaturan Mengenai Pengisian Jabatan Presiden dan Wakil Presiden di Indonesia

TAHAPAN PILPRES 2014 DALAM MEWUJUDKAN BUDAYA DEMOKRASI

BAB I PENDAHULUAN. perbincangan yang hangat, sebab dalam Undang-Undang ini mengatur sistem

proses perjalanan sejarah arah pembangunan demokrasi apakah penyelenggaranya berjalan sesuai dengan kehendak rakyat, atau tidak

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 53/PUU-XV/2017 Verifikasi Partai Peserta Pemilu serta Syarat Pengusulan Presiden dan Wakil Presiden

RINGKASAN PERMOHONAN Perkara Nomor 35/PUU-XII/2014 Sistem Proporsional Terbuka

RESUME PERMOHONAN PERKARA Nomor 008/PUU-IV/2006 Perbaikan Tgl. 12 Mei 2006

Cara Menghitung Perolehan Kursi Parpol dan. Penetapan Caleg Terpilih (3)

BAB I. PENDAHULUAN. Sejak angin reformasi berhembus kencang di tahun 1998, wajah politik

BAB I PENDAHULUAN. konstitusional terhadap prinsip kedaulatan rakyat. Hal ini dinyatakan dalam Pasal

BAB II KAJIAN TEORI. A. Tinjauan Pustaka. 1. Peran. Peran merupakan aspek yang dinamis dalam kedudukan (status)

TINJAUAN YURIDIS HAK RECALL OLEH PARTAI POLITIK DALAM SISTEM PEMILU PROPORSIONAL TERBUKA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN memandang pentingnya otonomi daerah terkait dengan tuntutan

RINGKASAN PUTUSAN. 2. Materi pasal yang diuji: a. Nomor 51/PUU-VI/2008: Pasal 9

BAB III PELAKSANAAN TUGAS DAN KEWENANGAN DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARAAN PEMILIHAN UMUM (DKPP) DALAM PEMILU LEGESLATIF DI KABUPATEN

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 70/PUU-XV/2017

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Dasar 1945 mengandung empat pokok pikiran yang meliputi suasana dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

PENGGUNAAN HAK RECALL ANGGOTA DPR MENURUT PERSPEKTIF UNDANG-UNDANG NOMOR 27 TAHUN 2009 TENTANG MPR, DPR, DPD, DAN DPRD (MD3) FITRI LAMEO JOHAN JASIN

BAB I PENDAHULUAN. susunan organisasi negara yang terdiri dari organ-organ atau jabatan-jabatan

PANCASILA DALAM KONTEKS KETATANEGARAAN REPUBLIK INDONESIA

RINGKASAN PERBAIKAN PERMOHONAN PERKARA Registrasi Nomor : 54/PUU-X/2012 Tentang Parliamentary Threshold dan Electoral Threshold

2017, No BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam Peraturan Komisi ini yang dimaksud dengan: 1. Pemilihan Umum yang selanjutnya disebut Pemilu adala

RANGKUMAN KN DEMOS KRATOS DEMOKRASI RAKYAT ARTI : RAKYAT MEMERINTAH PEMERINTAHAN. a) SEJARAH DEMOKRASI. b) PRINSIP DEMOKRASI

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 72/PUU-XV/2017

II. TINJAUAN PUSTAKA. kedaulatan berada di tangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN ANALISIS

kinerja DPR-GR mengalami perubahan, manakala ada keberanian dari lembaga legislatif untuk kritis terhadap kinerja eksekutif. Pada masa Orde Baru,

RINGKASAN PERMOHONAN PERKARA Nomor 89/PUU-XIV/2016 Bilangan Pembagi Pemilihan

FUNGSI LEGISLASI DPR PASCA AMANDEMEN UUD Sunarto 1

BAB I PENDAHULUAN. kekuasaan, kedaulatan berada pada tangan rakyat. Demokrasi yang kuat,

PENDAPAT FRAKSI PARTAI BINTANG REFORMASI TERHADAP TENTANG RUU TENTANG PEMILU DPR, DPD, DAN DPRD DAN RUU PEMILU PRESIDEN

Modul ke: Fakultas DESAIN SENI KREATIF. Program Studi DESAIN PRODUK

I. PENDAHULUAN. ini merupakan penjelmaan dari seluruh rakyat Indonesia. DPR dan DPRD dipilih oleh rakyat serta utusan daerah dan golongan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 02 TAHUN 2011 TENTANG

SEJARAH PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

DAFTAR PUSTAKA. Asshiddiqie, Jimly Pengantar Ilmu Hukum Tata Negara, Jakarta: Sekertariat Jenderal dan Kepaniteraan Mahkamah Konstitusi.

BAB I PENDAHULUAN. diwujudkan dengan adanya pemilihan umum yang telah diselenggarakan pada

DEMOKRASI PANCASILA. Buku Pegangan: PANCASILA dan UUD 1945 dalam Paradigma Reformasi Oleh: H. Subandi Al Marsudi, SH., MH. Oleh: MAHIFAL, SH., MH.

BAB 1 PENDAHULUAN. dibuktikan dengan bunyi pasal 1 ayat 2 Undang-Undang Dasar 1945 yaitu kedaulatan

I. PILIHLAH JAWABAN YANG BENAR

BAB I PENDAHULUAN. tinggi negara yang lain secara distributif (distribution of power atau

PENINGKATAN NILAI PARTISIPASI PEMILIH

HAK DAN KEWAJIBAN WARGA NEGARA

SKRIPSI. Diajukan Guna Memenuhi Sebagai Salah Satu Persyaratan Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Hukum. Oleh : Nama : Adri Suwirman.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang Demokrasi adalah suatu pemerintahan dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat (Abraham Lincoln). Demokrasi disebut juga pemerintahan rakyat sebagai bentuk pemerintahan negara yang segenap rakyat ikut serta memerintah dengan perantara wakil-wakilnya. 1 Rakyatlah yang secara bersama-sama memerintah diri mereka sendiri, dengan memilih sebagian dari rakyat untuk menduduki jabatan pemerintahan baik di lembaga legislatif, eksekutif, maupun yudikatif. Negara demokrasi adalah negara yang diselenggarakan berdasarkan kehendak dan kemauan rakyat atau jika ditinjau dari sudut organisasi, berarti suatu pengorganisasian suatu negara yang dilakukan oleh rakyat sendiri atau atas persetujuan rakyat karena kedaulatan berada ditangan rakyat. 2 Dalam negara modern sekarang ini, hampir semua negara mengklaim menjadi penganut paham demokrasi. Seperti dapat diketahui pada tahun 1950, dari 83 UUD negara-negara yang diperbandingkan, terdapat 74 Negara yang konstitusinya secara resmi menganut prinsip kedaulatan rakyat (90%). 3 Harus diakui sampai sekarang istilah demokrasi sudah menjadi bahasa umum yang 1 2 3 Poewadarminta, 1976, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, Jakarta, hlm. 29. Bagir Manan, 1999, Hukum dan Pilar-Pilar Demokrasi, Gama Media, Jakarta, hlm. 7-8. Penelitian Amos J. Peaslee dalam Jimly Asshiddiqie, 2005, Konstitusi dan Konstitusionalisme Indonesia, Konstitusi Press, Jakarta, hlm. 140. 1

menunjuk kepada pengertian sistem politik yang diidealkan dimana-mana. 4 Walaupun pada saat ini, demokrasi yang tidak dilaksanakan secara langsung seperti pada masa Plato dan Aristoteles di Athena. Mayoritas demokrasi yang digunakan saat ini ialah demokrasi perwakilan. Bagi sejumlah negara yang menerapkan atau mengklaim diri sebagai negara demokrasi (berkedaulatan rakyat), Pemilihan Umum (Pemilu) memang dianggap sebagai lambang sekaligus tolok ukur utama dan pertama dari demokrasi. 5 Pemilu merupakan mekanisme utama yang harus ada dalam tahapan penyelenggaraan negara dan pembentukan pemerintahan. Pemilu dipandang sebagai bentuk paling nyata dari kedaulatan yang berada di tangan rakyat serta wujud paling konkrit partisipasi rakyat dalam penyelenggaraan negara. Oleh karena itu, sistem dan penyelenggaraan Pemilu selalu menjadi perhatian utama. Melalui penataan sistem dan kualitas penyelenggaraan Pemilu diharapkan pemerintahan dari, oleh dan untuk rakyat benar-benar dapat diwujudkan. 6 Sistem tata negara Indonesia menganut kedaulatan rakyat sessuai dengan pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia (UUD RI 1945) 7 yang berbunyi, Kedaulatan berada ditangan rakyat dan dilaksanakan menurut Undang-Undang Dasar. Demokrasi yang dianut merupakan Demokrasi Pancasila, demokrasi yang diperkenalkan oleh 4 Ibid. 5 Dhurorudin Mashad, 1999, Korupsi Politik, Pemilu dan Legitimasi Pasca Orde Baru, Pustaka Cidesindo, Jakarta, hlm. 1. 6 Janeddjri M. Gaffar, 2012, Politik Hukum Pemilu, Konstitusi Pers, Jakarta, hlm.36. 7 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945 merupakan Undang-Undang Dasar 1945 setelah amandemen dan juga konstitusi Negara Indonesia. 2

Soekarno, salah satu The Founding Father Indonesia. Demokrasi Pancasila berintikan bahwa demokrasi yang dianut oleh Indonesia bukan merupakan sistem politik yang hanya memberikan kebebasan politik untuk membentuk pemerintahan (seperti pada penganut demokrasi liberal), tetapi juga menciptakan kesejahteraan rakyat secara ekonomi. Berdasarkan pasal 1 ayat (1) UU No. 8 tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD), dan Dewan Perwakilan Daerah (DPD), Pemilihan Umum adalah sarana pelaksanaan kedaulatan rakyat yang dilaksanakan secara langsung, umum, bebas, rahasia, jujur, dan adil dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Asas Pemilu di Indonesia adalah LUBER dan JURDIL, yaitu Langsung, Umum, Bebas, Rahasia. Jujur dan Adil. Adapun arti dari asas tersebut yaitu, langsung disini maksudnya adalah rakyat yang memiliki hak pilih memberikan suaranya secara langsung dan tidak boleh diwakilkan, umum berarti Pemilu dapat diikuti oleh seluruh warga negara yang sudah memiliki hak suara, bebas adalah asas dimana pemilih memberikan hak suaranya tanpa ada unsur paksaan dari pihak manapun, rahasia adalah suara yang telah diberikan oleh pemilih hanya pemilih itu sendiri yang tahu, Jujur artinya bahwa pemilihan umum harus dilaksanakan sesuai dengan aturan untuk memastikan setiap warga negara yang memiliki hak pilih memiliki kedudukan yang sama untuk menentukan wakil rakyat atau presiden yang 3

akan dipilih, Sedangkan yang dimaksud dengan adil adalah seluruh warga negara mendapat perlakuan yang sama terhadap sesama peserta Pemilu dan pemilih Dalam catatan sejarah, Indonesia telah menyelenggarakan 10 (sepuluh) kali Pemilu. Pemilu pertama dilaksanakan tahun 1955, selanjutnya Pemilu tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992, 1997, 1999, 2004, dan 2009. Adapun Pemilu yang berlangsung pada Tahun 2014 merupakan Pemilu yang ke- 11 (sebelas) di Indonesia. Pada Tahun 1955, Pemilu di Indonesia bertujuan untuk memilih wakil rakyat DPR dan anggota konstituante. Pemilu DPR diikuti oleh 118 peserta yang terdiri dari 36 partai politik, 34 organisasi kemasyarakatan, 48 perseorangan. Sedangkan untuk Pemilu Anggota Konstituante diikuti 91 peserta yang terdiri dari 39 partai politik, 23 organisasi kemasyarakatan, dan 29 perorangan. Pemilu selanjutnya yaitu Pemilu Tahun 1971, 1977, 1982, 1987, 1992 dan 1997 dilaksanakan pada masa Ored Baru. Pemilu pada masa Orde Baru hanya diikuti oleh 3 Partai Politik yaitu Partai Persatuan Pembangunan (PPP), Golongan Karya (Golkar), dan Partai Demokrasi Indonesia (PDI). Pada masa Orde Reformasi, Pemilu pertama dilaksanakan pada Tahun 1999, yang diikuti oleh 48 partai politik. Tahun 2004, merupakan sejarah dimulainya Pemilu yang berbeda dari Pemilu sebelumnya, pada tahun 2004 Pemilu diikuti oleh 24 partai politik dan memilih wakil rakyat yaitu, DPR, 4

DPRD dan DPD. Selain itu mulai tahun 2004 juga dilaksanakan Pemilu untuk memilih secara langsung Presiden dan Wakil Presiden. Pemilu 2004 sedikit berbeda, perbedaan terletak antara lain ada satu lembaga baru dalam lembaga legislatif yaitu Dewan Perwakilan Daerah (DPD) dan dalam pemilihan anggota DPR dan DPRD digunakan Sistem Proporsional dengan Stelsel Daftar Terbuka. Pemilih dapat memberikan suaranya secara langsung kepada calon yang dipilih. Dalam hlm ini pemilih memberikan suara kepada partai, calon yang berada pada uruan teratas mempunyai peluang besar untuk terpilih karena suara pemilih yang diberikan kepada partai menjadi hak calon yang berada di urutan teratas. 8 Semangat untuk mendirikan Partai baru di Indonesia masih belum memudar, meskipun tiga kali Pemilu pasca pemerintahan Orde Baru (1999, 2004, dan 2009) telah memberi cukup pelajaran berharga bahwa ternyata hanya partai-partai tertentu saja yang memperoleh dukungan berarti dari para pemilih (konstituen). Jauh hari sebelum pelaksanaan Pemilu 2014, sudah banyak partai atau reinkarnasi partai lama menjadi partai baru yang terdaftar pada Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia. 9 Dalam negara modern, partai politik merupakan salah satu pilar pokok untuk memperjuangkan kepentingan kelompok-kelompok itu. Hanya saja, ketika dikaitkan dengan efektivitas dan stabilitas pemerintahan yang terbentuk, sistem seperti itu juga dipertanyakan, yakni sistem multi partai yang hendak dibangun. Munculnya pertanyaan seperti ini tidak lepas dari 8 9 Ibid Kacung Marijan, 2011, Sistem Politik Indonesia: Konsolidasi Demokrasi Pasca-Orde Baru, Cetakan ke-2, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, hlm. 57. 5

pandangan bahwa besarnya partai-partai yang memperoleh kursi di lembaga perwakilan itu akan berpengaruh terhadap suatu pemerintahan yang bisa dibangun, sebagaimana di Negara-negara yang menganut sistem parlementer; dan sejauh mana eksekutif memperoleh dukungan di dalam presidensial. 10 Meskipun secara alamiah hanya partai-partai tertentu saja yang memperoleh dukungan riil dari para pemilih, tidak menghentikan minat para elite untuk mendirikan Partai Politik. Partai-partai yang memperoleh dukungan minim di dalam Pemilu sebelumnya pun memiliki semangat yang kuat pula untuk bisa mengikuti Pemilu berikutnya. Konsekuensinya, sistem multi partai sederhana yang seharusnya terbangun secara alamiah oleh hasil Pemilu itu tidak terjadi. 11 Sistem multi partai yang dewasa ini dianut dalam Pemilu di Indonesia menghasilkan pembiakan jumlah partai politik yang berujung pada ketidakefektifan. Jika pada Pemilu 2004 terdapat 24 Parpol, pada Pemilu 2009 terdapat 34 Parpol yang menjadi kontestan. 12 Pada Pemilu tahun 2014, semua partai politik yang didirikan di Indonesia tentu ingin mengikuti pemilihan umum dan menempatkan wakilwakilnya di DPR, DPRD Provinsi, dan DPRD Kabupaten/Kota. Fakta terbatasnya jumlah kursi di lembaga perwakilan akan membatasi pula Partai Politik yang dapat menempatkan wakil-wakilnya. Munculnya Undang-undang Nomor 8 tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan 10 11 12 Steven Wolinetz, Party System and Party System Types, dalam Richard S Skatz dan William Crotty (eds), Handbook of Party Politics, Sage Publications, London: 51-62. Kacung Marijan, Op Cit, hlm. 72. Titik Triwulan Tutik, 2010, Konstruksi Hukum Tata Negara Indonesia Pasca Amandemen UUD 1945, Kencana Prenada Media Group, Jakarta, hlm. 382. 6

Rakyat, Dewan Perwakilan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah sebagai dasar pelaksanaan Pemilu legislatif tahun 2014 sebenarnya adalah salah satu usaha untuk melakukan penyederhanaan partai politik yang berhak mengikuti Pemilu tahun 2014. Penyederhanaan yang dilakakukan berdasarkan UU ini adalah dengan pengenaan syarat yang berat bagi partai politik yang akan ikut dalam Pemilu tahun 2014. Pengenaan syarat itu hanya untuk partai politik baru dan partai politik yang tidak memenuhi Parliamentary Threshold pada Pemilu tahun 2009. Semangat upaya penyederhanaan partai politik yang akan menjadi peserta pada Pemilu tahun 2014, ternyata menuai tentangan dari partai politik. partai politik non parlemen merasa pemberlakuan UU Nomor 8 Tahun 2012 tidak adil dan diskriminatif. Perlakuaan yang tidak adil dan diskriminatif tersebut terutama terdapat pada Pasal 8 ayat (1), yang mengatur mengenai partai politik yang memenuhi Parliamentary Threshold pada Pemilu tahun 2009 otomatis menjadi peserta Pemilu tahun 2014 tanpa melalui verifikasi partai politik. Pasal ini menuai kontroversi, pasal ini dianggap hanya menguntungkan bagi partai politik yang memenuhi Parliamentary Threshold pada Pemilu tahun 2009 dan hanya menjadi solusi instan dalam penyederhanaan partai politik. Pada perjalanannya UU Nomor 8 tahun 2012 diajukan gugatan uji materi ke Mahkamah Konstitusi. Bukan hanya Pasal 8 ayat (1) saja yang diajukan uji materi, Pasal 8 ayat (2), Pasal 17, Pasal 208 dan Pasal 209 UU Nomor 8 tahun 2012 juga diajukan uji materi ke Mahkamah Konstitusi oleh 7

17 partai politik yang tidak lolos dalam Parliamentary Threshold sebesar 2,5% pada Pemilu tahun 2009. Pasal-pasal tersebut dianggap tidak mencerminkan keadilan bagi para partai politik untuk bisa mengikuti Pemilu pada Tahun 2014 karena hanya partai politik yang tidak duduk dalam parlemen saja yang dilakukan verifikasi ulang untuk menjadi peserta Pemilu 2014, sedangkan partai politik yang sudah duduk di DPR tidak perlu dilakukan verifikasi ulang. Selain itu pengenaan Parliamentary Threshold yang berlaku secara Nasional untuk DPR dan DPRD juga tidak mencerminkan keberagaman pilihan di Indonesia. Berdasarkan uji materi yang diajukan oleh 17 partai politik tersebut, akhirnya Mahkamah Konstitusi mengeluarkan putusan Nomor 52/PUU- X/2012. 13 Implikasi dari putusan ini adalah, Komisi Pemilihan Umum sebagai lembaga penyelenggara Pemilu harus melakukan verifikasi kepada semua partai politik yang akan menjadi peserta Pemilu Tahun 2014. Dalam hal semangat penyederhanaan partai politik, putusan ini tentu bisa berdampak pada jumlah partai politik yang akan ditetapkan sebagai peserta Pemilu tahun 2014. Dengan dilakukannya verifikasi partai politik,, maka penyederhanaan jumlah partai politik sangat tergantung kepada kesiapan masing-masing partai politik memenuhi persyaratan yang ditetapkan oleh KPU dalam verifikasi partai politik.. Berkaitan dengan uraian di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penulisan dengan judul: Implikasi Putusan Mahkamah Konstitusi 13 Mualimin Abdi, 2012, Kewajiban Verifikasi Parpol Pasca Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 52/PUU-X/2012 (compulsory Verification of Political Parties After Decisions Constitutional Court Number 52/PUU-X/2012), Jurnal Legislasi Indonesia, Jakarta. 8

Nomor 52/PUU-X/2012 Terhadap Penyederhanaan Partai Politik Peserta Pemilu Tahun 2014. Penelitian ini akan membahas mengenai sejauh mana Putusan Mahkamah Konstitusi tersebut berpengaruh terhadap penyederhanaan jumlah partai politik peserta Pemilu Tahun 2014 dan berusaha menghasilkan konsep mengenai penyederhanaan partai politik peserta Pemilu dimasa akan datang. B. Rumusan Masalah Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini antara lain: 1. Bagaimana implikasi Putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 52/PUU- X/2012 terhadap penyederhanaan Partai Politik peserta Pemilu tahun 2014? 2. Bagaimana seharusnya konsep penyederhanaan Partai Politik dan jumlah Partai Politik yang ideal sebagai peserta Pemilu dimasa yang akan datang? C. Keaslian Penelitian Penelitian dengan tema Verifikasi dan Penyederhanaan Partai Politik sudah beberapa dilakukan, antara lan Skripsi yang disusun oleh Reindy Rudagi dari Universitas Andalas dibuat tahun 2011 dengan judul Pelaksanaan Verifikasi Partai Politik Peserta Pemilu Tingkat Provinsi Sumatera Barat dalam Pemilihan Umum Periode Tahun 2009 2014. Skripsi ini lebih fokus pada proses dan kendala dalam verifikasi partai politik. Selain 9

itu, pada tahun 2013 juga ada tesis yang disusun oleh Rika Anggraeni dari Universitas Indonesia dengan judul Kebijakan Penyederhanaan Partai Politik di Indonesia Menuju Sistem Multipartai sederhana dalam era Pasca Reformasi Tahun 1998 2012. Tesis ini banyak membahas mengenai pengaturan kebijakan penyederhanaan partai politik pasca reformasi. Dari penelitian atau tulisan yang sudah ada, tulisan dengan judul dan tema yang sama dengan yang diajukan tidak ada. Perbedaan antara penelitian ini dengan penelitian-penelitian sebelumnya ialah penelitian ini secara khusus membahas mengenai latar belakang terjadinya perubahan dasar pelaksanaan Verifikasi partai politik dalam ketentuan Undang-undang Nomor 8 tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwailan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah berdasarkan Putusan Mahkamah Konstitusi 52/PUU-X/2012 dan implikasinya terhadap penyederhanaan partai politik peserta Pemilu Tahun 2014. D. Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat untuk kepentingan akademis maupun untuk kepentingan praktis dalam membangun hukum dimasa yang akan datang: 1. Manfaat Akademis Manfaat penelitian ini secara akademis diharapkan dapat memberikan kontribusi pemikiran bagi pengembangan ilmu pengetahuan pada 10

umumnya dan ilmu Hukum Tata Negara khususnya mengenai Penyederhanaan Partai Politik peserta Pemilu tahun 2014. 2. Manfaat praktis Hasil penelitian ini secara praktis diharapkan dapat bermanfaat bagi masyarakat pada umumnya maupun bagi para pihak yang terlibat dalam pembuatan undang-undang, khususnya DPR. E. Tujuan Penelitian Penelitian hukum ini bertujuan untuk: 1. Tujuan Obyektif Untuk menjelaskan mengenai latar belakang diajukannya uji materi terhadap Undang-undang Nomor 8 tahun 2012 tentang Pemilihan Umum Anggota Dewan Perwakilan Rakyat, Dewan Perwailan Daerah dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah dan implikasi Putusan Mahkamah Konstitusi 52/PUU-X/2012 terhadap penyederhanaan jumlah partai politik peserta Pemilu tahun 2014 melalui mekanisme Verifikasi partai politik oleh Komisi Pemilihan Umum. Selain itu, penelitian ini juga bertujuan untuk menjelaskan konsep ideal penyederhanaan partai politik dan jumlah partai politik yang ideal sebagai peserta Pemilu. 2. Tujuan subjektif Penulisan hukum ini bertujuan untuk memenuhi salah satu syarat untuk mendapatkan gelar Magister Hukum dari Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. 11