LEMBARANNEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 43,2008 KESRA. Pendanaan. Pengelolaan. Bantuan. Bencana. (Penjelasan Dalam Tambahan Lembaran Negara Republik IndonesiaNomor4829) PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN2008 TENTANG PENDANAANDANPENGELOLAAN BANTUAN BENCANA DENGAN RAHMATTUHANYANGMAHAESA PRESIDENREPUBLIKINDONESIA, Menimbang :bahwauntukmelaksanakan ketentuan Pasal63 dan Pasal69 ayat (4) Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana perlu menetapkan Peraturan Pemerintah tentang Pendanaan dan Pengelolaan Bantuan Bencana; Mengingat :1. Pasal 5 ayat (2) Undang-Undang Dasar Negara Republik IndonesiaTahun1945; 2. Undang-Undang Nomor 24 Tahun 2007 tentang Penanggulangan Bencana (Lembaran Negara Republik Indonesia tahun 2007 Nomor 66, Tambahan Lembaran NegaraRepublikIndonesiaNomor4723); MEMUTUSKAN: Menetapkan: PERATURAN PEMERINTAH TENTANG PENDANAAN DANPENGELOLAAN BANTUANBENCANA.
2008,No43 2 BAB I KETENTUANUMUM Pasal1 DalamPeraturan Pemerintahini yangdimaksuddengan: 1. Dana penanggulangan bencana adalah dana yang digunakan bagi penanggulangan bencana untuk tahap prabencana, saat tanggapdarurat, dan/ataupascabencana. 2. Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara, selanjutnya disebut APBN, adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan negara yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat. 3. Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, selanjutnya disebut APBD, adalah rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh Dewan Perwakilan Rakyat Daerah. 4. Dana kontinjensi bencana adalah dana yang dicadangkan untukmenghadapi kemungkinan terjadinyabencanatertentu. 5. Dana siap pakai adalah dana yang selalu tersedia dan dicadangkan oleh Pemerintah untuk digunakan pada saat tanggap darurat bencana sampai dengan batas waktu tanggap daruratberakhir. 6. Dana bantuan sosial berpola hibah adalah dana yang disediakan Pemerintah kepada pemerintah daerah sebagai bantuanpenanganan pascabencana. 7. Bantuan darurat bencana adalah bantuan untuk memenuhi kebutuhandasarpadasaat tanggapdarurat. 8. Penyelenggaraan penanggulangan bencana adalah serangkaian upaya yang meliputi penetapan kebijakan pembangunan yang berisiko timbulnya bencana, kegiatan pencegahanbencana,tanggapdarurat,dan rehabilitasi. 9. Badan Nasional Penanggulangan Bencana yang selanjutnya disingkat dengan BNPB adalah lembaga pemerintah nondepartemen sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan.
3 2008,No43 10. Badan Penanggulangan Bencana Daerah yang selanjutnya disingkat BPBD adalah badan pemerintah daerah yang melakukanpenyelenggaraan penanggulanganbencana. 11.Instansi/lembaga terkait adalah instansi/lembaga yang terkait denganpenanggulanganbencana. Pasal2 Pendanaan dan pengelolaan bantuan bencana ditujukan untuk mendukung upaya penanggulangan bencana secara berdayaguna, berhasilguna,dandapat dipertanggungjawabkan. Pasal3 Pengaturan pendanaan dan pengelolaan bantuan bencana meliputi: a. sumberdanapenanggulangan bencana; b. penggunaan danapenanggulangan bencana; c. pengelolaan bantuanbencana;dan d. pengawasan, pelaporan, dan pertanggungjawaban pendanaan dan pengelolaanbantuan bencana. BAB II SUMBER DANAPENANGGULANGANBENCANA Pasal4 (1) Dana penanggulangan bencana menjadi tanggungjawab bersamaantarapemerintahdanpemerintahdaerah. (2) Dana penanggulangan bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)berasaldari: a. APBN; b. APBD;dan/atau c. masyarakat. Pasal5 (1) Pemerintah dan pemerintah daerah mengalokasikan anggaran penanggulangan bencana dalam APBN dan APBD sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4ayat (2) huruf adan hurufbsecaramemadai.
2008,No43 4 (2) Anggaran sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disediakan pada tahap prabencana, saat tanggap darurat bencana, dan pascabencana. (3) Dalam anggaran penanggulangan bencana yang bersumber dari APBN sebagaimana dimaksud pada ayat (1), Pemerintah menyediakanpula: a. danakontinjensibencana; b. danasiappakai;dan c. danabantuan sosialberpolahibah. Pasal6 (1)Dana kontinjensi bencanasebagaimanadimaksud dalam Pasal 5ayat (3) huruf adisediakan dalam APBN untuk kegiatan kesiapsiagaanpadatahapprabencana. (2)Dana siap pakai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5ayat (3) huruf bdisediakan dalam APBN yang ditempatkan dalam anggaran BNPBuntukkegiatanpadasaat tanggapdarurat. (3)Pemerintah daerah dapat menyediakan dana siap pakai dalam anggaran penanggulangan bencana yang berasal dari APBD yangditempatkandalamanggaranbpbd. (4)Dana siap pakai sebagaimana dimaksud pada ayat (2) harus selalu tersedia sesuai dengan kebutuhan pada saat tanggap darurat. (5)Dana bantuan sosial berpola hibah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5ayat (2) huruf cdisediakan dalam APBN untuk kegiatan padatahappascabencana. Pasal7 (1) Pemerintah dan pemerintah daerah mendorong partisipasi masyarakat dalam penyediaan dana yang bersumber dari masyarakat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4ayat (2) hurufc. (2) Dana yang bersumber dari masyarakat sebagaimana dimaksudpadaayat (1) yangditerima oleh Pemerintah dicatat dalamapbn. (3) Dana yang bersumber dari masyarakat sebagaimana dimaksud padaayat (1) yangditerima oleh pemerintah daerah dicatatdalamapbd.
5 2008,No43 (4) Pemerintah daerah hanya dapat menerima dana yang bersumberdarimasyarakat dalamnegeri. (5) Ketentuan lebih lanjut mengenai pencatatan dana sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan MenteriKeuangan. (6) Ketentuan lebih lanjut mengenai pencatatan dana sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan Peraturan MenteriDalamNegeri. Pasal8 Dalam mendorong partisipasi masyarakat sebagaimana dimaksud dalampasal7,pemerintah ataupemerintahdaerah dapat: a. memfasilitasi masyarakat yang akan memberikan bantuan danapenanggulanganbencana; b. memfasilitasi masyarakat yang akan melakukan pengumpulan danapenanggulanganbencana;dan c. meningkatkan kepedulian masyarakat untuk berpartisipasi dalampenyediaandana. Pasal9 (1) Setiap pengumpulan dana penanggulangan bencana, wajib mendapatizindariinstansi/lembagayang berwenang. (2) Setiapizin yangdiberikan olehinstansi/lembagasebagaimana dimaksud pada ayat (1) salinannya disampaikan kepada BNPB ataubpbd. (3) Tata cara perizinan pengumpulan dana penanggulangan bencana dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB III PENGGUNAANDANA PENANGGULANGAN BENCANA Bagian Kesatu Umum Pasal10 (1) Penggunaan danapenanggulanganbencanadilaksanakan oleh Pemerintah, pemerintah daerah, BNPB, dan/atau BPBD sesuai dengantugaspokokdan fungsinya.
2008,No43 6 (2) Dana penanggulangan bencana digunakan sesuai dengan penyelenggaraan penanggulangan bencana yang meliputi tahap prabencana, saat tanggap darurat, dan/atau pascabencanasebagaimanadimaksud dalam Pasal6. Bagian Kedua Prabencana Pasal11 Perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban penggunaan dana penanggulangan bencana yang bersumber dari APBN atau APBD pada tahap prabencana dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Pasal12 Dana penanggulangan bencana pada tahap prabencana dialokasikan untukkegiatandalamsituasi: a. tidakterjadi bencana;dan b. terdapatpotensiterjadinyabencana. Pasal13 Penggunaan dana penanggulangan bencana dalam situasi tidak terjadi bencana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 12 huruf a meliputi: a. fasilitasi penyusunanrencanapenanggulanganbencana; b. programpengurangan risiko bencana; c. programpencegahanbencana; d. pemaduan perencanaan pembangunan dengan perencanaan penanggulanganbencana; e. penyusunananalisis risikobencana; f. fasilitasi pelaksanaan danpenegakan rencanatataruang; g. penyelenggaraan pendidikan dan pelatihan penanggulangan bencana;dan h. penyusunanstandarteknis penanggulangan bencana.
7 2008,No43 Pasal14 (1) Penggunaan dana penanggulangan bencana dalam situasi terdapat potensi terjadinya bencana sebagaimana dimaksud dalampasal12hurufbmeliputi: a. kegiatankesiapsiagaan; b. pembangunansistem peringatan dini;dan c. kegiatanmitigasi bencana. (2) Kegiatan kesiapsiagaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a menggunakan dana kontinjensi sebagaimana dimaksuddalam Pasal5ayat (3)hurufa. Bagian Ketiga TanggapDaruratBencana Pasal15 (1) Dana penanggulangan bencana yang digunakan pada saat tanggapdarurat meliputi: a. dana penanggulangan bencana yang telah dialokasikan dalam APBN atau APBD untuk masing-masing instansi/lembagaterkait; b. dana siap pakai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 5ayat (3)hurufbyangdialokasikandalamanggaranBNPB;dan c. danasiap pakai yang telah dialokasikan pemerintah daerah dalamanggaran BPBD. (2) BNPB atau BPBD sesuai dengan kewenangannya mengarahkan penggunaan dana penanggulangan bencana sebagaimanadimaksud padaayat (1)hurufa. Pasal16 Penggunaan dana penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) huruf a meliputi: a. pelaksanaan pengkajian secara cepat dan tepat terhadap lokasi, kerusakan, dansumber daya; b. kegiatan penyelamatan dan evakuasi masyarakat terkena bencana; c. pemberian bantuan pemenuhan kebutuhan dasar korban bencana;
2008,No43 8 d. pelaksanaanperlindungan terhadap kelompok rentan;dan e. kegiatanpemulihandarurat prasaranadan sarana. Pasal17 (1) Dana siap pakai sebagaimana dimaksud dalam Pasal 15 ayat (1) huruf b digunakan sesuai dengan kebutuhan tanggap daruratbencana. (2) Penggunaan dana siap pakai terbatas pada pengadaan barang dan/ataujasauntuk: a. pencarian dan penyelamatan korbanbencana; b. pertolongan darurat; c. evakuasi korbanbencana; d. kebutuhan airbersihdansanitasi; e. pangan; f. sandang; g. pelayanan kesehatan;dan h. penampungan sertatempat huniansementara. (3) Penggunaan dana siap pakai dilaksanakan berdasarkan pedoman yangditetapkan oleh KepalaBNPB. Pasal18 Dalam hal pemerintah daerah mengalokasikan dana siap pakai dalam anggaran BPBD, pengaturan penggunaan dana siap pakai berlaku mutatismutandispasal17. Bagian Keempat Pascabencana Pasal19 Perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, pelaporan, dan pertanggungjawaban penggunaan dana penanggulangan bencana yang bersumber dari APBN dan APBD pada tahap pascabencana dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan. Pasal20 Dana penanggulangan bencana dalam tahap pascabencana digunakanuntuk kegiatan:
9 2008,No43 a. rehabilitasi;dan b. rekonstruksi. Pasal21 Kegiatan rehabilitasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 hurufameliputi: a. perbaikan lingkungan daerahbencana; b. perbaikanprasaranadansaranaumum; c. pemberianbantuan perbaikan rumah masyarakat; d. pemulihansosialpsikologis; e. pelayanan kesehatan; f. rekonsiliasidan resolusi konflik; g. pemulihansosialekonomi budaya; h. pemulihankeamanan danketertiban; i. pemulihanfungsipemerintahan; atau j. pemulihanfungsipelayananpublik. Pasal22 Kegiatan rekonstruksi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 20 hurufbmeliputi: a. pembangunankembaliprasaranadan sarana; b. pembangunankembalisaranasosialmasyarakat; c. pembangkitan kembali kehidupan sosialbudayamasyarakat; d. penerapan rancang bangun yang tepat dan penggunaan peralatan yanglebihbaikdantahanbencana; e. partisipasi dan peran serta lembaga dan organisasi kemasyarakatan, duniausahadan masyarakat; f. peningkatan kondisi sosial,ekonomi,dan budaya; g. peningkatan fungsipelayananpublik; atau h. peningkatanpelayananutamadalammasyarakat.
2008,No43 10 Pasal23 (1) Pemerintah dapat memberikan bantuan untuk pembiayaan pascabencana kepada pemerintah daerah yang terkena bencana berupa dana bantuan sosial berpola hibah sebagaimanadimaksud dalam Pasal5ayat (3)hurufc. (2) Untukmemperoleh bantuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), pemerintah daerah mengajukan permohonan tertulis kepadapemerintah melalui BNPB. (3) Berdasarkan permohonan tertulis sebagaimana dimaksud pada ayat (2), BNPB melakukan evaluasi, verifikasi, dan mengkoordinasikannyadenganinstansi/lembagaterkait. (4) Hasil evaluasi dan verifikasi sebagaimana dimaksud pada ayat (3) ditetapkan oleh Kepala BNPB dan disampaikan kepada Menteri Keuangan untuk selanjutnya diajukan kepada Dewan Perwakilan Rakyat untuk mendapatkan persetujuan penggunaandanabantuan sosialberpolahibah. BAB IV PENGELOLAANBANTUANBENCANA Bagian Kesatu Umum Pasal24 (1) Pemerintah dan pemerintah daerah menyediakan dan memberikanbantuan bencana kepadakorban bencana. (2) Bantuan bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1)terdiri dari: a. santunanduka cita; b. santunan kecacatan; c. pinjamanlunakuntukusahaproduktif;dan d. bantuanpemenuhan kebutuhan dasar.
11 2008,No43 Bagian Kedua Santunan DukaCita Pasal25 (1) Santunan duka cita sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) huruf adiberikan kepada korban meninggal dalam bentuk: a. biayapemakaman; dan/atau b. uangduka. (2) Santunan duka cita sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan setelah dilakukan pendataan, identifikasi, dan verifikasi oleh instansi/lembaga yang berwenang yang dikoordinasikan oleh BNPB atau BPBD sesuai dengan kewenangannya. (3) Santunan duka cita sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diberikan kepadaahli wariskorban. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian dan besaran bantuan santunan duka cita sebagaimana dimaksud pada ayat (3) diatur dengan peraturan Kepala BNPB setelah mendapat persetujuan Menteri Keuangan. Bagian Ketiga Santunan Kecacatan Pasal26 (1) Santunan kecacatan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) huruf b diberikan kepada korban bencana yang mengalami kecacatanmentaldan/atau fisik. (2) Santunan kecacatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1), diberikan setelah dilakukan pendataan, identifikasi, dan verifikasi oleh instansi/lembaga yang berwenang yang dikoordinasikan oleh BNPB atau BPBD sesuai dengan kewenangannya. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian dan besaran bantuan santunan kecacatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan Kepala BNPB setelah mendapat persetujuan Menteri Keuangan.
2008,No43 12 Bagian Keempat Pinjaman LunakuntukUsahaProduktif Pasal27 (1) Pinjaman lunak untuk usaha produktif diberikan kepada korbanbencanayangkehilanganmatapencaharian. (2) Pinjaman lunakuntukusahaproduktifsebagaimana dimaksud padaayat (1)diberikan dalambentuk: a. kreditusahaproduktif;atau b. kreditpemilikanbarangmodal. (3) Pinjaman lunak sebagaimana dimaksud pada ayat (2), diberikan setelah dilakukan pendataan, identifikasi, dan verifikasi oleh instansi/lembaga yang berwenang yang dikoordinasikan oleh BNPB atau BPBD sesuai dengan kewenangannya. (4) Ketentuan lebih lanjut mengenai pemberian dan besaran pinjaman lunak sebagaimana dimaksud pada ayat (2) diatur dengan Peraturan Kepala BNPB setelah mendapat persetujuan Menteri Keuangan. Bagian Kelima Bantuan Pemenuhan Kebutuhan Dasar Pasal28 (1) Bantuan pemenuhan kebutuhan dasar sebagaimana dimaksud dalam Pasal 24 ayat (2) huruf ddiberikan kepada korban bencanadalambentuk: a. penampungansementara; b. bantuan pangan; c. sandang; d. airbersihdansanitasi;dan e. pelayanan kesehatan. (2) Bantuan darurat bencana untuk pemenuhan kebutuhan dasar korban bencana diberikan dengan memperhatikan standar minimal kebutuhan dasar dengan memperhatikan prioritas kepadakelompokrentan.
13 2008,No43 (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian bantuan pemenuhan kebutuhan dasar sebagaimana dimaksud pada ayat (1)diaturdenganPeraturan KepalaBNPB. Bagian Keenam Pengelolaandan PertanggungjawabanBantuan Pasal29 (1) BNPB berwenang mengkoordinasikan pengendalian, pengumpulan, dan penyaluran bantuan darurat bencana pada tingkatnasional. (2) BPBD berwenang mengkoordinasikan pengendalian, pengumpulan dan penyaluran bantuan darurat bencana pada tingkatdaerah. Pasal30 (1) Tata cara pengelolaan serta pertanggungjawaban penggunaan bantuan darurat bencana diberikan perlakuan khusus sesuai dengan kebutuhan, situasi,dan kondisi kedaruratan. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengelolaan serta pertanggungjawaban penggunaan bantuan darurat bencana sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan Peraturan KepalaBNPB. BAB V PENGAWASAN DANLAPORANPERTANGGUNGJAWABAN Bagian Kesatu Umum Pasal31 (1) Pemerintah, pemerintah daerah, BNPB atau BPBD sesuai dengan kewenangannya melaksanakan pengawasan dan laporan pertanggungjawaban terhadap pengelolaan dana dan bantuanpenanggulanganbencana. (2) Instansi/lembaga terkait bersama BNPB atau BPBD melakukan pengawasan terhadap penyaluran bantuan dana yangdilakukanolehmasyarakat kepadakorbanbencana.
2008,No43 14 Bagian Kedua Pengawasan Pasal32 Pemerintah dan pemerintah daerah melaksanakan pengawasan terhadap pengelolaan dana dan bantuan pada seluruh tahapan penanggulanganbencana. Bagian Ketiga Laporan Pertanggungjawaban Pasal33 Laporan pertanggungjawaban pelaksanaan penanggulangan bencana, baik keuangan maupun kinerja pada tahap prabencana dan pascabencana dilakukan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Pasal34 (1) Pertanggungjawaban penggunaan dana penanggulangan bencana pada saat tanggap darurat bencana diperlakukan secara khusus sesuai dengan kondisi kedaruratan dan dilaksanakan sesuai dengan prinsip akuntabilitas dan transparansi. (2) Laporan pertanggungjawaban pelaksanaan penanggulangan bencana, baik keuangan maupun kinerja pada saat tanggap darurat dilaporkan paling lambat 3(tiga) bulan setelah masa tanggapdarurat. Pasal35 (1) Pelaporan keuangan penanggulangan bencana yang bersumber dari APBN atau APBD dilakukan sesuai standar akuntansi pemerintahan. (2) Sistem akuntansi dana penanggulangan bencana yang bersumber dari masyarakat dilakukan sesuai pedoman yang ditetapkan oleh Menteri Keuangan. Pasal36 Semua laporan pertanggungjawaban penanggulangan bencana, baik keuangan maupun kinerjanya, diaudit sesuai dengan peraturanperundang-undangan.
15 2008,No43 BABVI KETENTUANPENUTUP Pasal37 Peraturan Pemerintah ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan Peraturan Pemerintah ini dengan menempatkannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia. Diundangkandi Jakarta padatanggal28februari 2008 Ditetapkandi Jakarta padatanggal28februari 2008 PRESIDEN REPUBLIKINDONESIA, SUSILOBAMBANGYUDHOYONO MENTERIHUKUM DANHAK ASASIMANUSIA REPUBLIKINDONESIA, ANDIMATTALATTA