PENGARUH KONDISI EKOSISTEM DARAT KORIDOR SUNGAI TERHADAP DANAU RAWA PENING

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Daerah Aliran Atas: Pohon: -Pinus (Pinus mercusii) Semak: -Pakis (Davillia denticula) -Kirinyu (Cromolaena odorata) -Pokak

I. PENDAHULUAN. Indonesia memiliki 1539 spesies burung atau 17% dari jumlah seluruh spesies

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Populasi Monyet Ekor Panjang (Macaca fascicularis)

BAB V. HASIL DAN PEMBAHASAN. pada 3 (tiga) fisiografi berdasarkan ketinggian tempat/elevasi lahan. Menurut

BAB IV PROFIL VEGETASI GUNUNG PARAKASAK

Lampiran 4. Kriteria Kesesuaian Lahan Tanaman Kehutanan Persyaratan penggunaan/ karakteristik lahan (1)

I. PENDAHULUAN. (Sujatnika, Joseph, Soehartono, Crosby, dan Mardiastuti, 1995). Kekayaan jenis

KONDISI LAHAN PASANG SURUTKAWASAN RAWA PENING DAN POTENSI PEMANFAATANNYA

BAB I PENDAHULUAN. budidaya, masyarakat sekitar danau sering melakukan budidaya perikanan jala

IV. GAMBARAN UMUM. A. Sejarah Taman Agro Satwa Wisata Bumi Kedaton. Keberadaan Taman Agro Satwa dan Wisata Bumi Kedaton Resort di Kota

FUNGSI STRATEGIS DANAU TONDANO, PERUBAHAN EKOSISTEM DAN MASALAH YANG TERJADI

BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. buah-buahan (kelapa, pisang, MPTS). Klasifikasi untuk komposisi tanaman

Sungai berdasarkan keberadaan airnya dapat diklasifikasikan menjadi tiga kelompok, yaitu (Reid, 1961):

I. PENDAHULUAN. Agroforestry dalam Bahasa Indonesia, dikenal dengan istilah wanatani atau

IV. GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (2013) Pringsewu merupakan Kabupaten

MODEL AGROFORESTRY BERBASIS TONGKONAN YANG BERWAWASAN KONSERVASI LINGKUNGAN DI KABUPATEN TANA TORAJA. Oleh: SAMUEL ARUNG PAEMBONAN.

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN dengan pusat pemerintahan di Gedong Tataan. Berdasarkan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

V. HASIL 5.1 Hasil Survey Perubahan Perilaku

TINJAUAN PUSTAKA. Sungai

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Provinsi Lampung adalah provinsi yang memiliki luas wilayah ,50 km 2

INVENTARISASI KEGIATAN PERTANIAN DI KABUPATEN KUTAI BARAT

PENYUSUN : TIM KONSULTAN PT ECOSITROP 1. Dr. Yaya Rayadin 2. Adi Nugraha, SP.

II. B. KETERANGAN RUMAH TANGGA USAHA PERTANIAN

BAB VI PROFIL TUTUPAN LAHAN

I. PENDAHULUAN. paling tinggi di dunia. Menurut World Wildlife Fund (2007), keanekaragaman

LAPORAN PENGAMATAN EKOLOGI TUMBUHAN DI LINGKUNGAN UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT BANJARBARU PROVINSI KALIMANTAN SELATAN

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

PENGEMBANGAN KONSERVASI LAHAN TERHADAP EROSI PARIT/JURANG (GULLY EROSION) PADA SUB DAS LESTI DI KABUPATEN MALANG

PENENTUAN JENIS VEGETASI LOKAL UNTUK PERLINDUNGAN TEBING SUNGAI SIAK DENGAN DESAIN EKO - ENGINEERING TANPA TURAP

GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN

IV. GAMBARAN UMUM. Gebernur Provinsi DKI Jakarta Nomor: 202 tahun Hutan Kota

BAB IV KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

JENIS-JENIS POHON DI SEKITAR MATA AIR DATARAN TINGGI DAN RENDAH (Studi Kasus Kabupaten Malang)

S i s t e m M a s y a ra k a t y a n g B e r ke l a n j u t a n

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian merupakan suatu proses produksi untuk menghasilkan barang

TELAAH EUTROFIKASI PADA WADUK ALAM RAWAPENING

BAB IV KEADAAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai (DAS) adalah sebidang lahan yang menampung air hujan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Hampir semua sektor pembangunan fisik memerlukan lahan,

BAB I PENDAHULUAN. hutan hujan tropis yang tersebar di berbagai penjuru wilayah. Luasan hutan

KEANEKARAGAMAN HAYATI (BIODIVERSITY) SEBAGAI ELEMEN KUNCI EKOSISTEM KOTA HIJAU

Dalam kehidupan dan aktivitas rnanusia, Iahan merupakan salah satu. kepentingan dan kegiatan manusia, lahan dirnanfaatkan antara lain untuk pemukiman,

Judul Penelitian : Kebijakan pengelolaan Cagar Alam Gunung Celering Kabupaten Jepara Propinsi Jawa Tengah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia adalah negara kepulauan yang mencapai sekitar pulau. Perbedaan karakteristik antar pulau

4.1. Letak dan Luas Wilayah

BAB IV. KONDISI UMUM LOKASI PENELITIAN

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Struktur Pekarangan

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

PERILAKU MASYARAKAT TERHADAP PENGGUNAAN DAN PELESTARIAN AIR DI LINGKUNGANNYA (Studi kasus di Daerah Aliran Sungai Garang, Semarang) Purwadi Suhandini

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Daerah Aliran Sungai (DAS) Cikeruh adalah merupakan Daerah Aliran

ANALISIS TUTUPAN LAHAN TERHADAP KUALITAS AIR SITU BURUNG, DESA CIKARAWANG, KABUPATEN BOGOR

Perkembangan Ekonomi Makro

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. kedua sumber utama tidak dapat memenuhi kebutuhan. Ketersediaan pangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. menggabungkan unsur tanaman dan pepohonan. Agroforestri adalah suatu

Lokasi Penelitian. Peta Lokasi TUJUAN PENELITIAN

PERENCANAAN LANSKAP SEMPADAN SUNGAI CILIWUNG

SOAL KONSEP LINGKUNGAN

BAB I PENDAHULUAN. ekosistemnya sebagai modal dasar pembangunan nasional dengan. Menurut Dangler (1930) dalam Hardiwinoto (2005), hutan adalah suatu

BAB I PENDAHULUAN. Danau merupakan sumber daya air tawar yang berada di daratan yang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kawasan secara umum merupakan permukaan tanah atau air yang sederhana

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Tinjauan Umum

I. PENDAHULUAN. berbagai tipe vegetasi dan ekosistem hutan hujan tropis yang tersebar di

V. HASIL DAN PEMBAHASAN. A. Kondisi Sosial, Budaya dan Ekonomi Masyarakat di Desa Kalimulyo

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia dikenal sebagai negara yang mempunyai potensi besar dalam

BAB I PENDAHULUAN. banyak, bahkan oleh semua mahkluk hidup. Oleh karena itu, sumber daya air

BERDASAR ADA TIDAKNYA BANTANG

IV. KONDISI DAN GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. administratif berada di wilayah Kelurahan Kedaung Kecamatan Kemiling Kota

KATA PENGANTAR. Bogor, 08 Desember 2015 Walikota Bogor, Dr. Bima Arya Sugiarto

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang. Wilayahnya meliputi bagian hulu, bagian hilir, bagian pesisir dan dapat berupa

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

IDENTIFIKASI PEMANFAATAN DAERAH SEMPADAN SUNGAI TUKAD PETANU

BAB I PENDAHULUAN. alam dan jasa lingkungan yang kaya dan beragam. Kawasan pesisir merupakan

SD kelas 6 - ILMU PENGETAHUAN ALAM BAB 10. PELESTARIAN LINGKUNGANLaihan soal 10.3

KERUSAKAN LAHAN AKIBAT PERTAMBANGAN

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Lokasi Geografis

DAMPAK PEMBANGUNAN DAN PENANGANANNYA PADA SUMBERDAYA AIR

PELESTARIAN HUTAN DAN KONSERFASI ALAM

Abstract Pendahuluan

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

VII. KOMODITAS UNGGULAN DI KABUPATEN BOGOR

III. GAMBARAN UMUM WILAYAH STUDI

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

Hewan dan Tumbuhan di Sekitarku

commit to user BAB I PENDAHULUAN

PENDAHULUAN. dengan yang lainnya tidak terpisahkan (Awang, 2002). kehutanan Indonesia adalah membagi lahan hutan kedalam pengelolaan yang

Lampiran 3. Interpretasi dari Korelasi Peraturan Perundangan dengan Nilai Konservasi Tinggi

KAJIAN PEMANFAATAN LAHAN PADA DAERAH RAWAN LONGSOR DI KECAMATAN TIKALA KOTA MANADO

BAB I PENDAHULUAN. plasma nutfah serta fungsi sosial budaya bagi masyarakat di sekitarnya dengan

PANDUAN PENGELOLAAN RIPARIAN

HUTAN: FUNGSI DAN PERANANNYA BAGI MASYARAKAT

IV. KONDISI UMUM PROVINSI RIAU

BAB I PENDAHULUAN. Undang-Undang Republik Indonesia, Nomor 32 Tahun 2009, Tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup. pdf, hlm. 3.

Transkripsi:

JRL Vol. 4 No.2 Hal 81-86 Jakarta, Mei 2008 ISSN : 2085-3866 PENGARUH KONDISI EKOSISTEM DARAT KORIDOR SUNGAI TERHADAP DANAU RAWA PENING E. Hanggari Sittadewi Peneliti Madya Pada Pusat Teknologi Lahan, Wilayah dan Mitigasi Bencana Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi Jl MH Thamrin No 8 Jakarta 10340 Abstract Environment degradation in Rawa Pening s lake is caused of descend lake s functions for some potentions and activities around the lake. Some problems in the Rawa Pening s lake has emerged i.e : decrease water quality of lake, abundance of water hyacinth growth and increase sediment in the bottom lake. A research about infl uences of land ecosystem on Panjang and Galeh river corridors for Rawa Pening s lake has been done. Two rivers named Galeh and Panjang are the largest water contribution in Rawa Pening s lake. That caused the land characteristic ecosystem of that river corridors gives infl uences in the Rawa Pening s lake. Key words: land ecosystem, river corridor, water contribution, Rawa Pening Lake. 1. Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Rawa Pening adalah danau alam yang terletak di Kabupaten Semarang, Propinsi Jawa Tengah, kurang lebih 40 km kearah selatan kota Semarang yang mempunyai multifungsi yaitu sebagai sumber air irigasi, sumber tenaga listrik, tempat pengembangan perikanan darat dan wisata air. Degradasi lingkungan di Danau Rawa Pening yang telah berlangsung selama kurang lebih 30 tahun menyebabkan terjadinya penurunan fungsi waduk yang diikuti oleh penurunan fungsi dan dayaguna untuk berbagai potensi dan aktivitas di kawasan sekitarnya. Degradasi lingkungan di Danau Rawa Pening sangat dipengaruhi oleh kondisi sungaisungai yang mengalir ke Danau Rawa Pening. Hasil penelitian FT. Undip tahun 2003 menunjukkan adanya penurunan kualitas air Danau Rawa Pening yaitu dengan ditemukannya logam berat pada endapan sedimen di dasar danau (Balitbang Jateng, 2004). Penyebab turunnya kualitas Danau Rawa Pening dapat disebabkan oleh polutan yang datang dari luar danau antara lain dari proses erosi di DAS, atau sisa-sisa pestisida dan pupuk dari lahan pertanian di sekitarnya yang masuk ke Danau Rawa Pening melalui sungai-sungai yang memberikan pasokan air ke danau tersebut. Sungai Galeh dan Sungai Panjang adalah 2 (dua) dari 9 sungai yang memberikan pasokan air ke Danau Rawa Pening dan merupakan sungai dominan yang memiliki luasan Daerah Aliran Sungai (DAS) yang paling luas dibandingkan dengan sungai lainnya. Ketujuh sungai lainnya yang memberikan pasokan air ke Danau Rawa Pening adalah Sungai Kedungringin, Sungai Ringis, Sungai Sraten, Sungai Parat, Sungai Legi, Sungai Torong, dan Sungai Rengas (Balitbang Jateng, 2003). Pengelolaan DAS dengan pengembangan dan penerapan konsep koridor sungai merupakan salah satu cara untuk mengatasi permasalahan yang ada. Studi identifi kasi ekosistem darat adalah bagian dari upaya pengelolaan sungai terkait dengan 81 JRL Vol. 4 No. 2, Mei 2008 : 81-86

karakteristik ekosistemnya, keragaman jenis vegetasi dan fauna yang merupakan komponen penting dalam ekosistem sungai. 1.1 Tujuan a. Studi tentang ekosistem darat, jenis vegetasi dan jenis fauna di daerah koridor Sungai Galeh dan Sungai Panjang bagian hulu, tengah dan hilir. b. Analisis pengaruh kondisi ekosistem darat Sungai Galeh dan Sungai Panjang terhadap Danau Rawa Pening. 2. Hasil dan Pembahasan 2.1 Kondisi Lapangan Koridor Sungai Galeh dan Sungai Panjang Pada bagian hulu sungai banyak dijumpai daerah pemukiman dan perkebunan rakyat. Bagian tengah sungai lebih didominasi oleh pemukiman rakyat dan warung-warung serta perkebunan. Sedang pada bagian hilir ditemukan ekosistem persawahan, perkebunan, ladang/ budidaya sayuran serta pemukiman (Sittadewi dkk, 2006). Secara lebih detail, hasil kajian karakterisasi ekosistem darat tersebut adalah sebagai berikut : a. Karakteristik Ekosistem Darat Sungai Galeh di Bagian Hilir, Tengah dan Hulu Dari hasil penelitian yang telah dilakukan oleh Sittadewi dkk (2006), di jembatan Ambarawa - Banyubiru dan sekitarnya, pada koordinat: 07 o 17 Dari hasil penelitian karakteristik ekosistem darat Sungai Galeh dan Panjang, secara umum ditunjukkan bahwa 3 koridor sungai Galeh (hulu, tengah dan hilir) ditemukan beberapa karakteristik ekosistem. Bagian hulu dan tengah didominasi oleh ekosistem hutan rakyat dan perkebunan rakyat serta daerah pemukiman. Bagian hilir banyak dijumpai persawahan dan perkebunan rakyat. Sedangkan di ke-3 lokasi daerah koridor Sungai Panjang (hulu, tengah dan hilir) terdapat beberapa karakteristik ekosistem. Sungai Galeh Tengah Sungai Galeh Hilir Sumber : Sittadewi dkk (2006) Sungai Galeh Hulu Gambar 1. Ekosistem Sungai Galeh bagian Hilir, Tengah dan Hulu 82 JRL Vol. 4 No. 2, Mei 2008 : 81-86

04,1 S ; 110 o 24 17,8 E (daerah hilir sungai), topografi pinggiran sungai landai. Secara umum, kondisi ekosistem di sekitar daerah hilir sungai didominasi oleh persawahan. Sedangkan di bantaran sungai dijumpai vegetasi beberapa jenis tanaman antara lain pohon pisang (Musa,sp), ketela pohon (Manihot esculenta) dan pohon kelapa (Cocos nucifera). Fauna yang dijumpai di sekitar daerah hilir sungai adalah ternak peliharaan antara lain itik dan hewan liar seperti burung, tikus sawah dan ular. Daerah tengah Sungai Galeh di sekitar Bendung Dedor, Desa Jambu, pada koordinat : 07 o 16 54,6 S ; 110 o 21 58,8 E, topografi pinggiran sungai agak curam. Kondisi ekosistem di sekitar sungai Galeh tengah umumnya didominasi oleh pemukiman dan hutan rakyat. Disekitar pemukiman banyak dijumpai pohon nangka (Artocarpus integra), sukun (Artocarpus communis), pisang (Musa,sp), kelapa (Cocos nucifera) dan mangga (Mangifera indica). Di sekitar bantaran sungai dijumpai berbagai jenis pohon antara lain pisang (Musa, sp), nangka (Artocarpus integra), bambu (Bambusa, sp), Mahoni (Swietenia macrophylla), beringin (Ficus benyamina), sengon (Paraserianthes falcata) dan durian (Durio zibethinus). Selain itu banyak dijumpai paku - pakuan (fam. Polypodiaceae), mahkota dewa dan semak belukar. Ekosistem hutan rakyat didominasi oleh tanaman sengon (Paraserianthes falcataria), nangka (Artocarpus integra), pisang (Musa,sp), kelapa (Cocos nucifera). Fauna yang dijumpai di sekitar sungai Galeh tengah adalah ternak peliharaan antara lain ayam, kambing, bebek dan hewan liar seperti burung, dan kodok. Daerah hulu Sungai Galeh, di sekitar Jembatan, Desa Rejosari pada koordinat : 07 o 16 59,4 S ; 110 o 20 14,3 E, topografi pinggiran sungai terjal sedang. Dikatakan bahwa secara umum, kondisi ekosistem di sekitar daerah hulu sungai Galeh terdiri dari beberapa ekosistem yakni ekosistem bantaran sungai, ekosistem pemukiman dan ekosistem hutan rakyat Sungai Panjang Hilir Sumber : Sittadewi dkk (2006) Sungai Panjang Tengah Sungai Panjang Hulu Gambar 2. Ekosistem Sungai Panjang bagian Hilir, Tengah dan Hulu 83 JRL Vol. 4 No. 2, Mei 2008 : 81-86

Pada ekosistem bantaran sungai dijumpai beberapa jenis vegetasi antara lain padi (Oryza sativa), ubi kayu (Manihot esculenta), kelapa (Cocos nucifera), pisang (Musa,sp), petai (Parkia,sp), sawo (Manilkara kauki ), randu (Ceiba pantandra ) dan semak. Sedangkan pada ekosistem pemukiman banyak dijumpai mangga (Mangifera indica), sawo (Manilkara kauki), kelapa (Cocos nucifera), kelengkeng (Euphoria longana ). Vegetasi yang mendominasi ekosistem hutan rakyat antara lain bambu (Bambusa, sp), kelapa (Cocos nucifera), randu (Ceiba pentandra), mahoni (Swietenia macrophylla), sengon (Paraserianthes falcataria). Fauna yang dijumpai di sekitar daerah hulu sungai adalah ternak peliharaan antara lain ayam dan hewan liar seperti burung, tikus dan ular. C. Karakteristik Ekosistem Darat Sungai Panjang Bagian Hilir, Tengah dan Hulu Untuk karakteristik ekosistem darat sungai Panjang dilaporkan oleh Sittadewi dkk (2006), pada bagian hilir sungai, di sekitar jembatan, desa Panjang Lor pada koordinat : 07 o 15 31,7 S ; 110 o 24 12,4 E memperlihatkan kondisi topografi pinggiran sungai suram. Di sekitar sungai Panjang Tengah didominasi oleh ekosistem pemukiman dan warung sehingga banyak ditemukan limbah kotoran manusia dan sampah di sepanjang sungai. Vegetasi yang banyak dijumpai pada ekosistem perkebunan dan pemukiman di sepanjang sungai adalah mangga (Mangifera indica), jambu (Psidium guajava ), pisang (Musa, sp), pepaya (Carica papaya) pepaya (Carica papaya), jambu (Psidium guajava) dan semak. Fauna yang dijumpai di sekitar daerah hilir sungai adalah ternak peliharaan antara lain itik dan ayam dan hewan liar seperti burung. Untuk bagian tengah sungai, di sekitar jembatan, desa Panjang Lor pada koordinat : 07 o 15 31,7 S ; 110 o 24 12,4 E dilaporkan bahwa kondisi topografi pinggiran sungai suram. Di sekitar sungai Panjang Tengah didominasi oleh ekosistem pemukiman dan warung sehingga banyak ditemukan limbah kotoran manusia dan sampah di sepanjang sungai. Vegetasi yang banyak dijumpai pada ekosistem perkebunan dan pemukiman di sepanjang sungai adalah mangga (Mangifera indica), jambu (Psidium guajava ), pisang (Musa, sp), pepaya (Carica papaya) pepaya (Carica papaya), jambu (Psidium guajava) dan semak. Fauna yang dijumpai di sekitar daerah hilir sungai adalah ternak peliharaan antara lain itik dan ayam dan hewan liar seperti burung. Selanjutnya, karakteristik ekosistem darat Sungai Panjang bagian hulu, di jembatan Desa Ngonto dan sekitarnya, pada koordinat : 07 o 13 34,8 S ; 110 o 20 19,4 E dikatakan bahwa kondisi topografi pinggiran sungai dengan kemiringan terjal. Ekosistem di sekitar daerah hulu sungai Panjang terdiri dari bantaran sungai, pemukiman, pemancingan dan perkebunan dengan vegetasinya masing - masing. Di bantaran sungai dijumpai vegetasi jagung (Zea mays), pisang (Musa,sp), nangka (Artocarpus integra), pepaya (Carica papaya), bambu, (Bambusa, sp), kopi (Coffea, sp). Sedangkan di pemukiman dijumpai vegetasi kelapa (Cocos nucifera), beringin (Ficus benjamina), bambu (Bambusa, sp), alpukat (Persea americana), lengkeng, (Euphoria longana, ) mangga (Mangifera indica), bougenvil (Bougainvillea, sp), mawar (Rosa, sp), dahlia, aster (Aster, sp) Fauna yang dijumpai di sekitar daerah hilir sungai adalah ternak peliharaan antara lain ikan, ayam dan hewan liar seperti burung. 2.2 Pengaruh Ekosistem Darat Sungai Galeh dan Sungai Panjang Terhadap Danau Rawa Pening Degradasi lingkungan di danau Rawa Pening sangat dipengaruhi oleh kondisi sungaisungai yang mengalir ke danau Rawa Pening. Hasil penelitian FT. Undip tahun 2003 menunjukkan adanya penurunan kualitas air danau Rawa Pening yaitu dengan ditemukannya logam berat pada endapan sedimen di dasar danau (Balitbang Jateng, 2004). Penyebab turunnya kualitas danau Rawa Pening dapat disebabkan oleh polutan yang datang dari luar danau antara lain dari proses erosi di DAS, atau sisa-sisa pestisida dan pupuk dari lahan pertanian di sekitarnya yang masuk ke danau Rawa Pening melalui sungai-sungai yang memberikan pasokan air ke danau tersebut. Dalam kaitannya dengan ekologi, sungai mempunyai fungsi vital. Sungai dan bantarannya biasanya merupakan habitat yang sangat kaya 84 JRL Vol. 4 No. 2, Mei 2008 : 81-86

akan flora dan fauna sekaligus sebagai barometer kondisi ekologi daerah tersebut. Sungai yang masih alamiah dapat berfungsi sebagai aerasi alamiah yang akan meningkatkan atau menjaga kandungan oksigen air sungai (Maryono, 2005). Komponen ekologi sungai adalah vegetasi daerah badan, tebing dan bantaran sungai. Karakteristik vegetasi dalam suatu ekosestem sungai secara langsung akan mempengaruhi jumlah dan keanekaragaman spesies hewan yang ada disekitarnya. Sedangkan banyaknya vegetasi akan berpengaruh pada karakteristik saluran/ sungai. Sistem perakaran di tebing sungai dapat mengikat sedimen dan memperlambat proses erosi (Anonym, 2001). Koridor sungai merupakan habitat bagi satwa liar yang paling banyak dibandingkan habitat lain dan merupakan sumber air utama bagi populasi satwa liar tersebut. Koridor sungai merupakan sumber makanan, air, dan tempat berteduh. Oleh karena itu banyak jenis satwa yang menjadikan koridor sungai sebagai habitatnya, misalnya jenis hewan melata (reptil), ampibi, burung, dan mamalia (Anonym, 2001). Karakteristik ekosistem darat Sungai Galeh dan Sungai Panjang yang termasuk dalam DAS Rawa Pening dapat menggambarkan tingkat dari fungsi ekologis sungai - sungai tersebut. Dari hasil karakterisasi ekosistem darat sungai Galeh dan Sungai Panjang menunjukkan adanya kerusakan yang disebabkan oleh aktivitas manusia antara lain dari limbah pemukiman penduduk, warung - warung, sisa sisa pemupukan dari aktivitas pertanian yang menyebabkan pencemaran sungai sehingga mempengaruhi kualitas Danau Rawa Pening yang merupakan muara dari sungai sungai tersebut. 3. Kesimpulan a. Dari hasil studi koridor Sungai Galeh dan Sungai Panjang secara umum ditemukan beberapa karakteristik ekosistem. Bagian hulu dan tengah Sungai Galeh didominasi oleh ekosistem hutan rakyat dan perkebunan rakyat serta daerah pemukiman sedangkan bagian hilir banyak dijumpai persawahan dan perkebunan rakyat. Pada bagian hulu Sungai Panjang banyak dijumpai daerah pemukiman dan perkebunan rakyat, bagian tengah sungai lebih didominasi oleh pemukiman rakyat dan warung-warung serta perkebunan sedangkan pada bagian hilir ditemukan ekosistem persawahan, perkebunan, ladang/ budidaya sayuran serta pemukiman. b. Jenis vegetasi yang dijumpai pada bantaran sungai Galeh dari hulu ke hilir didominasi oleh tanaman keras seperti nangka (Artocarpus integra MERR), sukun (Artocarpus communis FORST), mangga (Mangifera indica), kelapa (Cocos nucifera), bambu (Bambusa,,sp), mahoni (Swietenia macrophylla), beringin (Ficus benjamina,), sengon (Paraserianthes falcata), durian (Durio zibethinus MURR). Selain itu juga banyak dijumpai tanaman pohon seperti pisang (Musa,sp), tanaman semak yaitu jenis paku2an (fam. Polypodiaceae).bunga-bungaan dan juga tanaman padi (Oryza sativa) serta ketela pohon (Manihot esculenta). Sedangkan jenis vegetasi yang dijumpai pada bantaran sungai Panjang dari hulu ke hilir juga didominasi oleh tanaman keras seperti kelapa (Cocos nucifera), petai (Parkia,sp), sawo (Manilkara kauki DUBARD), kopi (Coffea, sp), randu (Ceiba pantandra GAERTN). waru (Hibiscus tiliaceus L) nangka (Artocarpus integra MERR. Mangga (Mangifera indica), jambu biji (Psidium guajava L). bambu (Bambusa, sp). Selain itu dijumpai juga tanaman pohon seperti pepeya (Carica papaya, L), pisang (Musa sp), dan tanaman perdu seperti, ubi kayu (Manihot esculenta), tomat (Solanum tuberosum).bunga-bungaan dan semak, jagung (Zea mays). c. Ternak peliharaan yang banyak ditemukan di bagian hulu, tengah dan hilir sungai Galeh umumnya terdiri dari ayam, itik dan kambing. Sedangkan di daerah hulu dan tengah sungai Panjang dijumpai ternak peliharaan ikan, ayam dan itik/ bebek dan di daerah Hilir banyak dijumpai kerbau dan itik. d. Kondisi ekosistem darat Sungai Galeh dan Sungai Panjang yang termasuk dalam Daerah Aliran Sungai Rawa Pening berpengaruh terhadap kualitas Danau Rawa Pening yang merupakan muara dari kedua sungai tersebut. 85 JRL Vol. 4 No. 2, Mei 2008 : 81-86

4. Daftar Pustaka 1. Anonim, 2001. Stream Corridor Restoration. Principal Processes and Practices. USDA Natural Resources Conservation Services. 2. Anonim, 1997. Kriteria Kesesuaian Tanah Dan Iklim Tanaman Pertanian. Biro Perencanaan Departemen Pertanian. 3. Anonim. 2003. Penelitian Karakteristik Rawa Pening. Badan Penelitian dan Pengembangan Propinsi Jawa Tengah. 4. Anonim. 2004. Studi Optimalisasi Potensi Di Kawasan Rawa Pening Badan Penelitian dan pengembangan Propinsi Jawa Tengah. 5. Maryono, 2005. Eko Hidraulik. Pembangunan Sungai. Ecological Hyddraulics of River Development. Edisi Kedua. Magister Sistem Teknik Program Pascasarjana. Universitas Gadjah Mada Yogyakarta. 6. Odum, E.P., 1982. Fundamentals of Ecology. Third Edition. W.B. Sounders Company. Philadelphia dan London. 7. Sittadewi, E.H., 2006. Karema, J, Meilanie Y dan Susanti, WD : Karakterisasi Ekosistem Darat Koridor Sungai Galeh dan Sungai Panjang (Sub DAS Rawa Pening, Provinsi Jawa Tengah). ALAMI. Journal Air, Lahan, Lingkungan dan Mitigasi Bencana. Volume 11 Nomor 1. 86 JRL Vol. 4 No. 2, Mei 2008 : 81-86