PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI MELALUI PERCOBAAN SEDERHANA UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN KOMPETENSI PENGETAHUAN IPA I Made Nopa Adi Putra 1, Ida Bagus Surya Manuaba 2, Ni Wayan Suniasih 3 Jurusan Pendidikan Guru Sekolah Dasar, FIP Universitas Pendidikan Ganesha Singaraja, Indonesia e-mail: adinopa21@yahoo.com 1, manuabasurya@yahoo.com 2, wyn_suniasih@yahoo.com 3 Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk (1) meningkatkan aktivitas belajar IPA dengan penerapan model sederhana siswa kelas IV tema tempat tinggalku di SDN 18 Sesetan tahun pelajaran 2015/2016 dan (2) meningkatkan kompetensi pengetahuan IPA dengan penerapan model sederhana siswa kelas IV tema tempat tinggalku di SDN 18 Sesetan tahun pelajaran 2015/2016. Siswa yang dibelajarkan dengan penerapan model pembelajaran inkuiri melalui percobaan sederhana pada siswa kelas IV tema tempat tinggalku di SD Negeri 18 Sesetan. Penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas yang dilaksanakan dalam dua siklus. Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV dengan jumlah 43 siswa. Pengumpulan data pada penelitian ini dilakukan dengan metode observasi untuk data aktivitas belajar dan metode tes untuk data kompetensi pengetahuan IPA. Data yang diperoleh dianalisis dengan metode analisis statistik deskriptif dan deskriptif kuantitaf. Hasil penelitian menunjukkan bahwa (1) terjadi peningkatan rata-rata aktivitas belajar siswa pada siklus I mencapai 62,09% kemudian meningkat menjadi 80,4% pada siklus II dan (2) peningkatan juga terjadi pada kompetensi pengetahuan IPA yang dilihat dari persentase rata-rata dan ketuntasan klasikal. Pada siklus I persentase rata-rata kompetensi pengetahuan IPA 65% dan persentase ketuntasan klasikal mencapai 40,86%. Sedangkan pada siklus II terjadi peningkatan persentase rata-rata kompetensi pengetahuan IPA menjadi 84,65% dan persentase ketuntasan klasikal menjadi 93%. Disimpulkan bahwa model pembelajaran inkuiri melalui percobaan sederhana dapat meningkatkan aktivitas belajar dan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IV tema Tempat Tinggalku di SDN 18 Sesetan. Kata kunci: inkuiri, percobaan sederhana, aktivitas, kompetensi pengetahuan IPA Abstract The poreuse of this research are (1) improve learning activities sains of the application inquiry learning model through experiment students in class IV in theme Tempat Tinggalku SDN 18 Sesetan academic year 2015/2016, and (2) to gain more knowledge on our study of sains of the application inquiry learning model through experiment students in class IV in theme Tempat Tinggalku SDN 18 Sesetan academic year 2015/2016. The research is a class act that is done in two cycles. The subyek were students in class IV, 43 in total. Data result of the learning activities are collected by using observation method and tes method for the sains knowledge. Data were analyzed using descriptive statistik analysis method and quantitative descriptive method. Research of the result indicate (1) the increase activities learning students average in first cycles is 62,09%, and than to gain more in second cycles is 80,04%. (2) the in crease in sains knowledge competence from the average precentage and 1
classical completness. In first cycles the average precentage sains knowledge competence is 65% and classical clompletness precentage is 40,86%. In second cycles increase the average sains knowledge competence is 84,65%, and classical completness precentage is 93%. Based on the result of that study can be concluded, the application inquiry learning model through experiment were improve learning activities and sains knowledge competence students in class IV in theme Tempat Tinggalku SDN 18 Sesetan. Keywords: inquiry, experiment, activities, sains knowledge competence PENDAHULUAN Pendidikan merupakan suatu usaha yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh pemahaman dan pengetahuan yang luas. Ilmu pengetahuan dapat diperoleh melalui pendidikan formal, in formal, dan non formal. Pendidikan formal adalah pendidikan di sekolah, pendidikan in formal adalah pendidikan di lingkungan keluarga, dan pendidikan non formal adalah pendidikan di masyarakat. Melalui pendidikan akan mendorong siswa dalam pertumbuhannya untuk mengembangkan pola pikir, kualitas, potensi maupun pengaruh positif yang ada pada diri siswa. Untuk mewujudkan perkembangan tersebut, perlu adanya peningkatan kualitas dan mutu pembelajaran yang dilakukan oleh guru. Dengan demikian guru diharapkan mampu menciptakan kondisi belajar yang baik dan efektif sehingga siswa mampu mengembangkan pola pikir, kualitas, potensi dan sebagainya secara optimal. Apabila guru sudah mampu menciptakan kondisi belajar yang baik dan efektif maka siswa dengan mudah menerima pelajaran, sehingga akan mempengaruhi potensi yang dimiliki siswa. Dengan meningkatknya potensi yang dimiliki oleh siswa sehingga dapat membangun sumber daya manusia yang memiliki kualitas terbaik. Semua itu di dasari oleh kemampuan seorang guru dalam proses pembelajaran. Pada proses pembelajaran guru berpatokan pada kurikulum. Kurikulum yang diterapkan harus sesuai dengan tujuan pendidikan, maka guru memegang peran penting dalam pelaksanaan kurikulum yang diterapkan kepada siswa agar mencapai tujuan pendidikan. Menurut Hamalik (2001:65), Kurikulum adalah program pendidikan yang disediakan oleh lembaga pendidikan (sekolah) bagi siswa. Berdasarkan program pendidikan tersebut siswa melakukan berbagai kegiatan belajar sehingga mendorong perkembangan dan pertumbuhannya. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) disempurnakan menjadi kurikulum 2013. Kurikulum 2013 merupakan kurikulum terbaru yang diterbitkan pada tahun 2013. Pada proses pembelajaran khususnya di sekolah dasar yang menggunakan kurikulum 2013 siswa diajarkan beberapa muatan materi, salah satunya muatan materi Ilmu Pengetahuan Alam. Menurut Susanto (2013:167) menyatakan bahwa, IPA merupakan salah satu mata pelajaran yang menjadi mata pelajaran pokok pada kurikulum di Indonesia di dalam dunia pendidikan termasuk pada jenjang sekolah dasar. Pada pembelajaran kurikulum 2013, mata pelajaran menjadi tematik integratif yaitu menggunakan tema, dalam satu tema terdiri dari berbagai mata pelajaran. Misalnya, muatan materi IPA tergabung dengan muatan materti lain dalam satu tema. Tujuan muatan materi IPA pada Kurikulum 2013 terangkum dalam 4 (empat) kompetensi inti yaitu kompetensi spritual, kompetensi sikap sosial, kompetensi pengetahuan dan kompetensi keterampilan. Untuk mencapai tujuan muatan materi IPA tersebut maka diperlukan model pembelajaran yang nantinya dapat meningkatkan aktivitas belajar dan kompetensi pengetahuan IPA Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan di SDN 18 Sesetan yaitu di kelas IV, dengan diterapkannya pembelajaran 2
kurikulum 2013 tepatnya pada muatan materi IPA, aktivitas belajar siswa masih rendah dan nilai rata-rata kompetensi pengetahuan IPA siswa rendah. Masih banyak siswa yang memperoleh nilai kompetensi pengetahuan IPA dibawah KKM yang telah ditentukan dari sekolah. Berdasarkan data tersebut maka perlu ditetapkan suatu model pembelajaran yang dapat dikembangkannya aktivitas dan kompetensi pengetahuan siswa. Dengan mengembangkan aktivitas siswa secara otomatis akan mempengaruhi nilai pengetahuan siswa, yaitu nilai ulangan harian, ulangan tengah semester, dan ulangan akhir semester agar sesuai dengan hasil yang diharapkan. Dari uraian di atas guru harus bisa memilih model pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik siswa agar dapat meningkatkan aktivitas dan kompetensi pengetahuan pada muatan materi IPA. Dengan memahami karakteristik dan menggunakan model pembelajaran yang tepat akan mempengaruhi proses berlangsungnya pembelajaran. Bagaimana guru harus bisa mengatasi permasalah yang ada pada siswa dalam proses pembelajaran. Sebagaimana karakteristik siswa, yaitu cepat bosan, karena penyampaian materi yang tidak memanfaatkan media pembelajaran. Konsentrasi siswa akan cepat menurun sehingga materi susah dimengerti siswa. Guru harus bisa membuat pembelajaran yang menarik minat siswa dan tidak monetun. Oleh karena itu pengembangan inovasi-inovasi dalam pembelajaran tematik integratif khususnya muatan materi IPA sangat diperlukan guna pencapaian aktivitas dan kompetensi pengetahuan IPA siswa meningkat. Untuk itu perlu dicari solusi yang tepat untuk mengatasi masalah tersebut, adapun upaya yang dilaksanakan adalah dengan menerapkan model sederhana. Menurut Abidin (2014:150), model pembelajaran inkuiri adalah model pembelajaran yang mentrasferkan pengetahuan bersifat literasi ke dalam sebuah proses penelitian. Model pembelajaran inkuiri dipandang sebagai sebuah model pembelajaran yang tidak hanya diorientasikan bagi pencapai penguasaan materi pembelajaran melainkan lebih jauh ditujukan guna membina kompetensi mencari informasi, mengevaluasi informasi, dan menggunakan informasi melalui serangkaian proses penelitian. Pada praktiknya siswa dilibatkan pada seluruh tahapan penelitian dari tahap penemuan masalah, memformulasikan dan memfokuskan tujuan penelitian, hingga mempresentasikan hasil penelitian sebagai produk akhir pembelajaran. Model sederhana sangat tepat diterapkan dengan muatan materi IPA karena, pada muatan materi IPA rentan dengan melakukan suatu percobaan, pengamatan-pengamatan atau penyelidikan masalah yang belum diketahuai. Dari permasalah tersebut maka dilaksanakan perbaikan pembelajaran dengan penelitian yang berjudul Penerapan Model Pembelajaran Inkuiri Melalui Percobaan Sederhana Untuk Meningkatkan Aktivitas Dan Kompetensi Pengetahuan IPA Siswa Kelas IV Tema Tempat Tinggalku Di SDN 18 Sesetan. METODE Jenis penelitian yang dilakukan di kelas IV SDN 18 Sesetan Tahun Ajaran 2015/2016 adalah penelitian tindakan kelas (PTK). Dari namannya sudah menunjukkan sebuah makna, yaitu sebuah kegiatan penelitian yang dilakukan di kelas. Menurut suharsimi (2011:3) menyatakan penelitian tindakan kelas merupakan suatu pencermatan terhadap kegiatan belajar berupa sebuah tindakan, yang sengaja dimunculkan dan terjadi dalam sebuah kelas secara bersama. Pada penelitian ini terdapat empat tahapan, yaitu (1) perencanaan, (2) pelaksanaan, (3) pengamatan, dan (4) refleksi. Adapun penjelasan untuk masingmasing tahap dari penelitian tindakan kelas 3
ini, yaitu (1) Pada tahap perencanaan, peneliti merancang dan mempersiapkan perangkat-perangkat pembelajaran sebelum penelitisn tindakan dilakukan, (2) Pelaksanaan merupakan penerapan isi rancangan, yaitu mengenakan tindakan kelas. Pada tahap pelaksanaan ini guru harus ingat dan berusaha mentaati apa yang sudah dirumuskan dalam rancangan, (3) Tahap pengamatan dilakukan pada waktu pelaksanaan tindakan sedang dilakukan. Pada waktu guru melaksanakan pelaksanaan, guru berstatus sebagai pelaksana dan pengamat. Sambil melakukan pengamatan guru mencatat sedikit apa yang terjadi agar memperoleh data yang akurat untuk perbaiakn siklus berikutnya, (4) Tahap refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa yang sudah dilakukan (Suharsimi, 2011). Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus tindakan, setiap siklus terdiri 4 kali pertemuan, yaitu 3 kali pertemuan untuk tatap muka pemberian tindakan dan 1 kali pertemuan untuk tes evaluasi di akhir siklus. Pelaksanaan penelitian pada siklus I dilaksanakan selama 4 kali pertemuan, yaitu pada hari kamis, 17 Maret 2016, Senin, 21 Maret 2016, Selasa, 22 Maret 2016, dan Kamis, 24 Maret 2016. Siklus II dilaksanakan selama 4 kali pertemuan, yaitu pada hari Senin, 28 Maret 2016, Rabu, 30 Maret 2016, Kamis, 31 Maret 2016, dan Kamis, 7 April 2016. Lokasi atau tempat pelaksanaan penelitian tindakan kelas ini, yaitu di SD Negeri 18 Sesetan. Subjek penelitian adalah siswa kelas IV SD Negeri 18 Sesetan, dengan jumlah 43 siswa yang terdiri dari 21 siswa laki-laki dan 22 siswa perempuan. Objek penelitian ini adalah aktivitas belajar dan kompetensi pengetahuan IPA pada siswa kelas IV tema Tempat Tinggalku SDN 18 Sesetan tahun pelajaran 2015/2016 dengan menerapkan model sederhana. Metode pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah metode observasi digunakan untuk mengumpulkan data aktivitas belajar dan metode tes digunakan untuk mengumpulkan data kompetensi pengetahuan IPA. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar observasi yang dilengkapi rubrik penilaian untuk aktivitas belajar. Pada penelitin ini aspek yang diobservasi adalah kegiatan Visual, Oral, Writting, Motor dan Mental siswa yang masing-masing terdiri dari 5 deskriptor. Dan tes objektif bentuk pilihan ganda biasa untuk kompetensi pengetahuan IPA. Dalam menganalisis data digunakan metode analisis statistik deskriptif dan metode analisis statistik deskriptif kuantitatif. Data aktivitas belajar siswa diperoleh dengan langkah-langkah sebagai berikut : (1) menghitung nilai setiap individu, (2) menyajikan data ke dalam tabel distribusi frekuensi, (3) menghitung Mean (M), (4) menghitung Median (Me), (5) Modus (Mo), (6) menyajikan data ke dalam grafik poligon, (7) menentukan persentase rata-rata aktivitas belajar, dan Setelah persentase rata-rata diperoleh, maka hasilnya dikonversikan ke dalam tabel PAP skala 5 aktivitas belajar, seperti terlihat pada tabel berikut. Tabel 1. Pedoman Konversi PAP tentang Aktivitas Belajar No Persentase Kriteria Aktivitas Belajar 1 90 100 Sangat Aktif 2 80 89 Aktif 3 65 79 Cukup Aktif 4 55 64 Kurang Aktif 5 0 54 Sangat Kurang Aktif (Sumber : diadaptasi dari Agung, 2014:145) Data kompetensi pengetahuan IPA diperoleh dengan langkah-langkah sebagai berikut : (1) menghitung nilai setiap individu, (2) menyajikan data ke dalam 4
tabel distribusi frekuensi, (3) menghitung Mean (M), (4) menghitung Median (Me), (5) Modus (Mo), (6) menyajikan data ke dalam grafik poligon, (7) menentukan persentase kompetensi pengetahuan IPA, dan Setelah persentase rata-rata diperoleh, maka hasilnya dikonversikan ke dalam tabel PAP skala 5 kompetensi pengetahuan IPA, seperti terlihat pada tabel berikut. Tabel 2. Pedoman Konversi PAP tentang Kompetensi Pengetahuan IPA No Persentase Kriteria Kompetensi Pengetahuan IPA 1 90 100 Sangat tinggi 2 80 89 Tinggi 3 65 79 Sedang 4 55 64 Rendah 5 0 54 Sangat rendah (Sumber : diadaptasi dari Agung, 2014:145) dan (8) dilanjutkan menghitung (KK) Ketuntasan Klasikal kompetensi pengetahuan IPA. Indikator keberhasilan penelitian yang ditetapkan minimum adalah ketuntasan klasikal siswa di kelas IV pada penelitian ini mencapai 80%, artinya sebanyak 80% dari jumlah 43 siswa yang mencapai KKM 70 pada kompetensi Pengetahuan IPA yang telah ditentukan sekolah. HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Penelitian tindakan kelas ini dilakukan di kelas IV SD Negeri 18 Sesetan dengan jumlah 43 siswa. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus. Setiap siklus dilaksanakan dalam 4 kali pertemmuan, yaitu 3 kali pertemuan untuk tatap muka pemberian tindakan dan 1 kali pertemuan untuk evaluasi kompetensi pengetahuan IPA. Data yang dikumpulkan pada penelitian ini yaitu data aktivitas belajar siswa dan data kompetensi pengetahuan IPA siswa dengan penerapan model sederhana. Data aktivitas belajar siswa siklus I dan siklus II diperoleh dari metode observasi yang dilakukan setiap pertemuan pembelajaran berlangsung. Instrumen yang digunakan adalah lembar observasi tersebut terdiri dari 5 kegiatan yaitu kegiatan Visual, kegiatan Oral, kegiatan Writting, kegiatan Motor, dan kegiatan Mental. Seitap kegiatan terdiri dari 5 deskriptor penilaian, sehingga skor maksimal idiealnya (SMI) 25. Data hasil kompetensi pengetahuan IPA siklus I dan siklus II diperoleh melalui metode tes. Instrumen yang digunakan adalah berupa tes objektif bentuk Pilihan Ganda Biasa, dengan jumlah 30 butir soal. Tes dilaksanakan pada akhir pertemuan siklus I dan siklus II. Pada siklus I persentase rata-rata aktivitas belajar mencapai 62,09 % bila dikonversikan ke dalam tabel (PAP) skala lima maka dikategorikan persentase ratarata aktivitas belajar siswa berada pada 55 64 dengan kriteria kurang aktif. Hasil persentase rata-rata kompetensi pengetahuan IPA mencapai 65 % bila dikonversikan ke dalam tabel (PAP) skala lima maka dikategorikan persentase ratarata kompetensi pengetahuan IPA berada pada 65 79 dengan kreteria sedang, dan ketuntasan klasikal mencapai 41,86% dengan ketentuan 18 siswa telah tuntas dari 43 siswa. Pada siklus II persentase rata-rata aktivitas belajar mencapai 80,4% bila dikonversikan ke dalam tabel (PAP) skala lima maka dikategorikan persentase ratarata aktivitas belajar siswa berada pada 80 89 dengan kriteria aktif. Hasil persentase rata-rata kompetensi pengetahuan IPA mencapai 84,65% bila dikonversikan ke dalam tabel (PAP) skala lima dikategorikan persentase rata-rata kompetensi pengetahuan IPA berada pada 80 89 dengan kreteria tinggi, dan ketuntasan klasikal mencapai 93% dengan ketentuan 40 siswa telah tuntas dari 43 siswa. Peningkatan aktivitas belajar dan kompetensi pengetahuan IPA siswa pada 5
siklus I dan siklus II dapat dilihat dari persentase rata-rata aktivitas belajar, persentase rata-rata kompetensi pengetahuan IPA dan ketuntasan klasikal kompetensi pengetahuan IPA. Peningkatan tersebut dapat dilihat pada tabel berikut. Tabel 3. Data Peningkatan Aktivitas Belajar dan Kompetensi Pengetahuan IPA Siswa Kelas IV SD Negeri 18 Sesetan pada Siklus I dan Siklus II Variabel Siklus I Siklus II Pening katan Aktivitas Belajar 62,09 % 80,4% 18,31% Kompete nsi Pengetah 65% 84,65% 19,65% uan IPA Ketuntas an Klasikal Kompete nsi Pengetah uan IPA 40,86% 93% 52,14% Berdasarkan Table 3, dapat diketahui persentase rata-rata aktivitas belajar mencapai 62,09% pada siklus I menjadi 80,4% pada siklus II dengan peningkatan sebanyak 18,31%. Data peningkatan aktivitas belajar siswa penelitian tindakan kelas pada Siklus I dan Siklus II dapat dilihat pada Grafik 1. 100,00% 80,00% 60,00% 40,00% 20,00% 0,00% 62,09% 80,40% Aktivitas Belajar 18,31% Grafik 1. Grafik Batang Peningkatan Aktivitas Belajar Siswa Kelas IV SDN 18 Sesetan pada Siklus I dan Siklus II Berdasarkan Table 3, dapat diketahui persentase rata-rata kompetensi pengetahuan IPA mencapai 65% pada siklus I menjadi 84,65% pada siklus II dengan peningkatan sebanyak 19,65%. Ketuntasan klasikal kompetensi pengetahuan IPA mencapai 40,86% pada siklus I menjadi 93% pada siklus II dengan peningkatan sebanyak 52,14%. Data peningkatan kompetensi pengetahuan IPA penelitian tindakan kelas pada Siklus I dan Siklus II dapat dilihat pada Grafik 2. 100% 80% 60% 40% 20% 0% 65% 40,86% 93% 84,65% 19,65% 52,14% Siklus I Siklus II Peningkatan Kompetensi Pengetahuan IPA Ketuntasan Klasikal Kompetensi Pengetahuan IPA Grafik 2. Grafik Batang Peningkatan Kompetensi Pengetahuan IPA Siswa Kelas IV SDN 18 Sesetan pada Siklus I dan Siklus II Dari uraian Table 3, dan uraian Grafik 1 dan Grafik 2 tersebut dapat dilihat telah terjadi peningkatan pada hasil penelitian tindakan kelas yang telah dilaksanakan yaitu persentase aktivitas belajar, persentase kompetensi pengetahuan IPA, dan ketuntasan klasikal kompetensi pengetahuan IPA. Berdasarkan data yang diperoleh pada Siklus II, indikator keberhasilan yag diharapkan dalam penelitian ini sudah tercapai. Berdasarkan uraian tersebut, maka diputuskan tidak melakukan siklus berikutnya. Artinya, penelitian ini dilaksanakan terdiri atas dua siklus yaitu siklus I dan siklus II. Pada siklus II penelitian ini sudah berhasil. PEMBAHASAN Berdasarkan analisis hasil penelitian yang diperoleh dengan penerapan model sederhana menunjukan bahwa terjadi peningkatan pada aktivitas belajar dan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas 6
IV tema Tempat Tinggalku di SDN 18 Sesetan. Secara umum penelitian yang dilakukan sudah dikatakan berhasil karena sudah memenuhi kriteria keberhasilan yang diharapkan. Aktivitas belajar siswa mengalami peningkatan jika dibandingkan hasil analisis siklus I dengan siklus II. Pada siklus I, persentase rata-rata aktivitas siswa mencapai 62,09% kemudian meningkat menjadi 80,4% pada siklus II. Begitu juga persentase rata-rata kompetensi pengetahuan IPA. Berdasarkan hasil yang diperoleh pada siklus I, persentase ratarata kompetensi pengetahuan siswa mencapai 65% dengan kriteria sedang kemudian pada siklus II meningkat menjadi 84,65% dengan kriteria tinggi. Ketuntasan klasikal kompetensi pengetahuan IPA yang diperoleh pada siklus I masih belum memenuhi kriteria keberhasilan yang diharapkan yakni lebih dari 80% atau lebih dari KKM yaitu 70. Data ketuntasan klasikal kompetensi pengetahuan IPA pada siklus I menunjukkan bahwa dari 43 siswa hanya 18 siswa yang memperoleh nilai tuntas dengan persentase ketuntasan sebesar 40,86%, sementara pada siklus II menunjukkan peningkatan menjadi 93% di mana 40 siswa sudah tuntas dan mampu memenuhi nilai di atas KKM. Data Aktivitas belajar dan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IV SDN 18 Sesetan secara umum mengalami peningkatan setelah diterapkannya model pembelajaran inkuiri melalui percobaan sederhana dalam proses pembelajaran. Proses pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I mengalami banyak kendala, yaitu kurangnya antusiasme siswa ketika mengikuti proses pembelajaran, masih terdapat siswa yang enggan untuk berdiskusi pada saat melakukan percobaan, dan siswa masih malu-malu bertanya ketika belum memahami suatu muatan materi. Berdasarkan kendala-kendala yang dihadapi pada siklus I, maka diperlukan perbaikan pelaksanaan tindakan yang selanjutnya diterapkan pada siklus II. Pada pelaksanaan tindakan siklus II, guru menuntun siswa dengan cara mengaitkan materi yang dipelajari dengan pengalaman siswa sehari-hari kemudian memberikan pujian kepada siswa yang sudah mampu menjawab pertanyaan. Hal tersebut dapat memotivasi siswa untuk lebih antusias mengikuti pelajaran. Selanjutnya memberikan bimbingan yang lebih intensif dengan cara mendatangi setiap kelompok serta memberikan motivasi terhadap kelompok. Kemudian memberikan motivasi kepada siswa agar tidak malu dalam bertanya apabila siswa belum memahami materi. Dengan adanya perbaikan dari kendala-kendala pada siklus I, akhirnya terjadi peningkatan pada siklus II. Peningkatan tersbut dapat dilihat dari peningkatan persentase rata-rata aktivitas belajar, persentase rata-rata kompetensi pengetahuan IPA dan ketuntasan klasikal kompetensi pengetahuan IPA. Peningkatan dari aktivitas belajar dan kompetensi pengetahuan IPA dengan menerapkan model pembelajaran inkuiri melalui percobaan sederhana dapat memberikan dampak positif untuk peningkatan proses pembelajaran muatan materi IPA. Melalui percobaan sederhana, siswa memperoleh kesempatan untuk melakukan suatu percobaan dengan mengaplikasikan pengetahuan yang dimilikinya dan bekerja sama untuk memperoleh suatu ilmu pengetahuan. Dengan demikian, dapat mengurangi rasa bosan siswa selama mengikuti pelajaran, siswa menjadi lebih aktif dan kreatif, sehingga tujuan yang diharapkan dari kegiatan pembelajaran tersebut menjadi lebih optimal. Percobaan dilakukan dengan memanfaatkan benda-benda yang mudah di dapat dan dijumpai siswa dilingkungan sekolah maupun di rumah. Data aktivitas belajar dan kompetensi pengetahuan IPA merupakan salah satu tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan pembelajaran yang dilakukan oleh siswa. Model pembelajaran inkuiri melalui percobaan sederhana sangat tepat diterapkan dengan muatan materi IPA. 7
Karena dengan percobaan yang dilakukan siswa lebih percaya diri dengan kebenaran percobaannya, siswa terlihat aktif berfikir dan berbuat, serta hasil percobaan bermanfaat bagi siswa maupun masyarakat. Dengan penerapan model pembelajaran inkuiri siswa dapat menghubungkan pembelajaran dengan penelitian, sarana mentrasfer pengetahuan ke dalam proses percobaan, membina kemampuan berpendapat secara lebih kreatif, dan memfasilitasi sharing atau bertukar pikiran antara anggota kelompok. Penelitian dengan menerapkan model sederhana dapat meningkatkan aktivitas belajar dan kompetensi pengetahuan IPA siswa. Dengan demikian dapat dinyatakan bahwa penerapan model pembelajaran inkuiri melalui percobaan sederhana dapat meningkatkan aktivitas dan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IV tema Tempat Tinggalku di SDN 18 Sesetan. Hal ini didukung oleh hasil penelitian yang dilakukan oleh Artayana (2012) dengan hasil Peningkatan persentase rata-rata pemahaman konsep IPA siswa sebesar 3,85%, yaitu 66,8% pada siklus I (tergolong kategori sedang) dan70,65% pada siklus II (tergolong kategori tinggi). PENUTUP Penerapan model pembelajaran inkuiri melalui percobaan sederhana dapat meningkatkan aktivitas belajar kelas IV SDN 18 Sesetan. Berdasarkan analisis data yang dilakukan menunjukkan bahwa pada siklus I nilai rata-rata aktivitas belajar mencapai 62,09% dan siklus II nilai ratarata nilai aktivitas belajar sudah mencapai 80,4%. Hal ini menunjukkan bahwa model sederhana dalam proses pembelajaran muatan materi IPA sudah mengalami peningkatan. Penerapan model pembelajaran inkuiri melalui percobaan sederhana dapat meningkatkan kompetensi pengetahuan IPA siswa kelas IV SDN 18 Sesetan. Hal ini terbukti dari peningkatan persentase ratarata kompetensi pengetahuan IPA dan ketuntasan belajar secara klasikal. Pada siklus I persentase rata-rata kompetensi pengetahuan IPA 65% dan presentase ketuntasan belajar secara kalsikal mencapai 40,86%. Sedangkan pada siklus II terjadi peningkatan persentase rata-rata kompetensi pengetahuan IPA menjadi 84,65% dan presentase ketuntasan belajar secara klasikal menjadi 93%. Penelitian mengenai kompetenasi pengetahuan IPA ini telah mencapai kriteria keberhasilan yang ditetapkan pada akhir penelitian yaitu persentase rata-rata kompetenasi pengetahuan IPA dengan kriteria tinggi dan lebih dari 80% siswa tuntas mencapai KKM yang telah ditetapkan. Berdasarkan hasil penelitian tindakan kelas ini, maka saran disampaikan kepada pihak-pihak sebagai berikut. Guru, kepada guru-guru di SD Negeri 18 Sesetan, dari hasil penelitian muatan materi IPA menggunakan model sederhana, diharapkan guru menerapkan model pembelajaran inkuiri dalam proses pembelajaran agar tercapainya pembelajaran yang maksimal pada muatan materi IPA. Sekolah, sekolah hendaknya menyediakan sarana berupa alat peraga yang sesuai dengan kebutuhan siswa untuk menunjang proses pembelajaran agar semangat siswa mengikuti pelajaran meningkat dan siswa tidak bosan. Peneliti Lain, kepada peneliti lain yang berminat untuk mengadakan penelitian lebih lanjut mengenai penerapan model pembelajaran inkuiri melalui percobaan sederhan dalam muatan materi IPA maupun muatan materi lainnya yang sesuai, agar penelitian ini dapat dijadikan acuan ataupun referensi dengan memperhatikan kendala-kendala yang peneliti alami sebagai bahan pertimbangan untuk perbaikan dan penyempurnaan pelaksanaan penelitian. 8
DAFTAR PUSTAKA Abidin, Yunus 2014. Desain Sistem Pembelajaran Dalam Konteks Kurikulum 2013. Bandung: Refika Aditama. Agung, A.A. Gede. 2014. Metodologi Penelitian Pendidikan. Singaraja: Undiksha Singaraja Arikunto, Suharsimi. 2011. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta : Bumi Aksara. Artayana, Putu Erwin. 2012. Penerapan Model Inkuiri untuk Meningkatkan Pemahaman Konsep IPA Dan Sikap Ilmiah Siswa Kelas IV SDN 1 Depeha Kecamatan Kubutambahan. Skripsi (Tidak diterbitkan). Singaraja: Universitas Pendidikan Ganesha. Hamalik, Oemar. 2001. Proses Belajar Mengajar. Jakarta: Bumi Aksara Susanto, Ahmad. 2013. Teori Belajar Dan Pembelajaran Di Sekolah Dasar. Jakarta: Kencana Prenada Media Grup. 9