VI. GAMBARAN APKI SECARA UMUM Gambaran APKI secara umum menjelaskan bagaimana sejarah, maksud, tujuan, dan peranan APKI guna memberdayakan petani kelapa yang selama ini selalu diposisikan sebagai pemasok bahan baku kepada pengusaha pengolah produksi kelapa. Pengusaha kelapa belum mempunyai keinginan untuk berlaku adil kepada petani mengingat pengusaha hanya berorientasi semata-mata mencari keuntungan untuk itu diperlukan kelembagaan yang dapat memposisikan petani tidak hanya sebagai pemasok bahan baku saja, tetapi juga dapat menjadi pengusaha, untuk itu lahirlah APKI. Sejarah APKI Sejarah berdirinya Asosiasi Petani Kelapa Indonesia. APKI berdiri pada tanggal 28 Oktober 2000 di Palembang, Sumatera Selatan, dan dikukuhkan 30 Juli 2002 di Manado, Sulawesi Utara. Organisasi ini, organisasi tingkat nasional berkedudukan di Ibukota Provinsi dimana ketua dan seketaris APKI berdomisili di Propinsi. APKI unit terkecil berkedudukan di ibu kota kecamatan. APKI di Kecamatan Kahayan Kuala lahir ketika kecamatan ini masih bergabung dengan kabupaten lama yaitu Kuala Kapuas tahun 2002 sebelum pemekaran wilayah dimana Kecamatan Kahayan Kuala sekarang menjadi wilayah kabupaten baru dengan nama Pulang Pisau. Bagaimana kecamatan ini bisa tergabung dalam Asosiasi Petani Kelapa Indonesia hal ini karena latar belakang penduduk di kecamatan ini 90 % penduduknya bemata pencaharian sebagai petani perkebunan kelapa dan memerlukan wadah yang dapat mengorganisir kepentingan petani untuk dapat lebih produktif dalam pengembangan usaha petani dengan tujuan meningkatkan kesejahteraan petani.sesuai dengan AD/ART dalam APKI yang berusaha meningkatkan posisi tawar petani kelapa maka lahirlah Asosiasi Petani Kelapa di Kecamatan ini.
44 Tujuan Adapun tujuan penyusunan pedoman penumbuhan dan pengembangan Kelembagaan Asosiasi petani perkebunan kelapa adalah: 1. Memberdayakan Petani Kelapa melalui suatu wadah organisasi 2. Meningkatkan harkat, martabat dan kesejahteraan petani kelapa 3. Membentuk pola kemitraan bisnis yang sinergis dan berkualitas Fungsi Asosiasi Petani Kelapa Indonesia (APKI) berfungsi sebagai berikut: 1. Sebagai wadah berhimpun seluruh petani kelapa. 2. Wahana perjuangan penyalur aspirasi dan kominikasi timbal balik antara sesama petani kelapa dan organisasi seprofesi yang lain. 3. Wadah penggerak dan pengarah peran serta petani kelapa. 4. Wadah pembina an dan pengembangan kegiatan-kegiatan petani kelapa. Tugas pokok Dalam rangka pencapai tujuan dan fungsi yang dimaksud, Asosiasi Petani Kelapa Indonesia (APKI) tugas pokoknya adalah: 1. Mengembangkan, meningkatkan serta memperkokoh organisasi. 2. Memperjuangkan perlindungan hak dan kepentingan petani kelapa. 3. Meningkatkan pengetahuan dan keterampilan petani kelapa. 4. Menggerakan semangat kewirausahaan dan gotong- royong petani kelapa. 5. Meningkatkan kerjasama / kemitraan dengan pihak lain yang menguntungkan. Peranan APKI Peranan APKI adalah sebgai wadah berhimpun petani untuk menyalurkan aspirasi petani, memahami persoalan yang mengganggu pengembangan usahanya dan mencari upaya pemecahanya serta untuk memperkuat posisi tawar petani terhadap stakeholder perkebunan lainya.
45 Sasaran dan Manfaat Sasaran dari kegiatan penumbuhan dan pengembangan asosiasi petani kelapa adalah : 1. Terwujudnya asosiasi petani perkebunan yang tangguh sehingga mampu menyelesaikan permasalahan yang dihadapi 2. Menjadi mitra pemerintah dalam stra tegi yang berkaitan dengan produksi, mutu dan pemasaran. Adapun manfaat yang diharapkan dari kegiatan penumbuhan dan pengembangan APKI : 1. Dapat mendukung pembangunan perkebunan kelapa. 2. Mempertangguh daya saing melalui produksi yang bermutu dan efisiensi. Tugas Pengurus Kelompok APKI 1. Mengidentifikasi kebutuhan masalah lapangan dan kebutuhan latihan guna menentukan materi pelatihan teknis kewirausahaan agar dapat mmencapai sasaran yang dibutuhkan dilapangan. Hal ini tidak terlaksana di desa ini karena kepengurusan hanya bersifat semu hanya ketua yang aktif mengingat pengalaman anggota dalam kepengurusan yang dipilih bersifat tidak terbuka tidak melibatkan anggota lain yang lebih berpotensi dalam kepengurusan APKI, hal ini terjadi karena dominasi ketua APKI dalam segala bidang usaha tersebut diatas. 2. Membuat proposal kelayakan usaha. Penyusunan proposal di desa ini juga hanya dikerjakan oleh ketua sehingga ketika FGD petani sebagai anggota menanyakan tentang proposal yang hanya dibuat oleh ketua, hal ini mendapat jawaban dari ketua kalau ingin mendapat bantuan silahkan bagi anggota petani untuk membuat proposal hal ini terjadi karena keterbatasan SDM dalam kepengurusan APKI di kecamatan ini. 3. Membuat Rencana Usaha bagi anggota, pengurus APKI di kecamatan ini sudah mendapat bantuan sesuai dengan proposal bantuan yang dibuat oleh ketua, tetapi rencana usaha tidak dapat berjalan dengan baik karena belum adanya kerjasama yang partisipatif dari seluruh stakeholder yang ada hal ini terjadi kurang adanya kontrol dari instansi terkait untuk mendampingi petani sampai program benar-
46 benar berkelanjutan, petani belum bisa mandiri karena faktor,lemahnya SDM, Pemanfaatan Teknologi Modern dan kerjasama diantara mereka yang sangat tidak adil karena usaha yang dijalankan hanya memposisikan petani sebagai buruh oleh ketua APKI. Ruang Lingkup Pada dasarnya asosiasi tumbuh dari hasil kesepakatan petani yang dilakukan melalui musyawarah, bukan atas tekanan pihak tertentu. Penekanan dalam bentuk apapun harus dihindari karena akan berdampak pada tidak adanya rasa kebersamaan (sense of togetherness). Di sisi lain, kebersamaan dan keterlibatan anggota secara penuh dalam setiap langkah dan pengambilan keputusan, sangat mendukung keberhasilan asosiasi. Asosiasi harus dibentuk karena petani memang merasa perlu mendirikan asosiasi komoditi perkebunan serta menginginkan perubahan dan kemajuan yang nyata dibidang yang selama ini ditekuni. Selanjutnya asosiasi dikembangkan dan diberdayakan sesuai kondisi sosial, ekonomi dan budaya setempat. Asosiasi harus didasari oleh kemandirian sedangkan dukungan sifatnya hanya pelengkap/penyempurna. Oleh karena itu, posisi Pemerintah sebagai fasilitator, dinamisator adalah tepat dalam pengembangan organisasi asosiasi petani. Kriteria Agar asosiasi petani mampu menjawab permasalahan yang dihadapi anggotanya dan mampu hidup pada masa mendatang, maka kriteria yang diperlukan antara lain : 1. Bersifat fleksibel 2. Membangun networking dan sharing. 3. Mendukung perubahan perilaku dalam hal ketrampilan, pengetahuan dan sikap. 4. Orientasi pada peningkatan kapabilitas. 5. Memiliki kewenangan / otonomi yang memadai.
47 Langkah langkah Pembentukan dan Pengembangan Asosiasi Petani Komoditi Perkebunan Untuk penumbuhan asosiasi petani komoditi, langkah yang ditempuh adalah : 1. Sosialisasi tentang peranan dan manfaat asosiasi komoditi perkebunan. 2. Musyawarah petani untuk menyepakati pembentukan asosiasi petani. 3. Menyusun struktur organisasi dan penetapan personil kepengurusan asosiasi. 4. Pengukuran aosiasi petani komoditi perkebunan oleh pejabat yang berwenang. Sesuai dengan pendekatan bottom up, maka penumbuhan perlu dilaksanakan dari tingkat Kecamatan, Kabupaten, Propinsi dan Pusat. Asosiasi dapat berkembang dan berhasil bila para petani sebagai anggota memiliki keyakinan yang kuat untuk mewujudkan tujuan organisasi serta kebersamaan dan tekad yang bulat untuk mengubah nasib dan citra diri.