1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia membutuhkan interaksi antara sesama pengguna bahasa. Penggunaan bahasa didasarkan pada alat komunikasi dalam kehidupan bermasyarakat yang berupa bunyi ujaran yang dihasilkan oleh alat ucap. Bahasa dalam fungsinya sebagai alat komunikasi keberadaannya penting di masyarakat. Komunikasi melalui bahasa memungkinkan setiap orang dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan fisik dan sosialnya serta untuk mempelajari kebiasaan, kebudayaan, adat istiadat serta latar belakang masing-masing. Melalui komunikasi kepribadian seseorang sering dianggap sebagai cerminan. Kepribadian tersebut dapat digambarkan dengan ungkapan bahasa sopan atau tidak sopan. Setiap pribadi tentu menyadari dalam suatu komunikasi, ada kaidah-kaidah yang mengatur tindakannya. Kaidah-kaidah yang dimaksudkan yaitu mengandung bahasa yang sopan dan pantas untuk dituturkan kepada seseorang, sehingga kepribadian tercermin indah antara penutur dan petutur. Pemakaian bahasa sopan merupakan etika seseorang baik maupun buruk dalam bersosialisasi di masyarakat. Berhasa yang sopan dengan pemilihan kata yang baik, memperhatikan suasana, status sosial, usia, keakraban adalah hal penting yang harus dilakukan. Pemilihan kata yang baik tentu digunakan dengan tepat, baik dalam mengungkapkan gagasan atau hal yang diamanatkan sesuai
2 dengan situasi yang ada sehingga kalimat yang diucapkan jelas dan efektif. Seseorang pengguna bahasa yang sopan tentu memperhatikan suasana saat sedang berbicara agar kalimat yang disampaikan dapat dipahami. Pembicra mampu memperhatikan dengan siapa ia berbicara, misalkan kepada orang yang lebih tua harus memanggil dengan sapaan yang sopan juga memperhatikan status sosial yang dapat dilihat dari status pekerjaannya. Setiap manusia ingin selalu menjaga hubungan yang baik melalui kesopanan berbahasa. Syaeful (2011:4) berpendapat prinsip dalam kesopanan berbahasa adalah meminimalkan kerugian orang lain, atau memaksimalkan keuntungan orang lain, dimaksudkan bahwa sopan-santun adalah memberi penghargaan atau menghormati orang yang diajak bicara khususnya pendengar atau pembaca. Berdasarkan pengertian di atas kesopanan berbahasa dijadikan sebagai fokus dalam pembahasan. Pemilihan kesopanan berbahasa mengingat pentingnya bagi setiap orang untuk memahami kesopanan bahasa, karena pada hakikatnya manusia adalah makhluk berbahasa. Manusia senantiasa melakukan komunikasi verbal yang sudah sepatutnya beretika dalam berkomunikasi, tidak hanya tatap muka secara langsung, namun juga berkomunikasi dengan menggunakan media. Oleh sebab itu, diperlukan suatu media komunikasi yang berupa bahan bacaan yaitu novel. Novel merupakan jenis karya sastra yang ditulis oleh pengarang melalui media bahasa. Novel banyak diminati oleh berbagai kalangan termasuk pelajar sehingga pembelajaran melalui bahan ajar novel dapat dijadikan sebagai alternatif bahan ajar khusunya di tingkat sekolah menengah atas. Siswa sekolah menengah atas diarahkan agar mampu mengaplikasikan potensi berbahasa dalam berkomunikasi setiap hari baik di lingkungan sekolah
3 ataupun luar sekolah. Sebagai seorang siswa tentu harus memahami aturan berbicara seperti kesopanan berbahasa. Namun pada kenyataannya di sekolah siswa tidak sedikit yang kurang sopan dalam berbicara kepada sesama teman maupun guru. Oleh karena itu, masalah ini menjadi dasar dan alasan untuk melakukan pemaparan berkaitan dengan penelitian kesopanan berbahasa pada novel. Karya sastra berupa novel banyak dijumpai karena sastrawan cukup pro - duktif dalam berkreasi di bidang seni sastra. Sastrawan yang produktif dalam penulisan novel salah satunya adalah Tere Liye. Beliau adalah salah satu sastrawan terbaik di Indonesia yang dapat memberikan insprasi kepada pembaca. Setiap karya yang dihasilkan Tere Liye laku di pasaran dan menjadi best seller. Tere Liye meraih penghargaan dari Goodreads Indonesia atau Festival pembaca Indonesia.Tere Liye telah menghasilkan belasan novel dan beberapa dari novelnya telah diangkat ke layar lebar. Beberapa karya yang telah ditulis Tere Liye, yaitu Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin (Gramedia Pustaka Utama, 2010), Pukat (Republika, 2010), Burlian (Republika, 2009), Hapalan Shalat Delisa (Republika 2005), Moga Bunda Disayang Allah (Republika,2007), The Gogons Series:James dan Incridible Incidents (Gramedia Pustaka Umum, 2006), Bidadari-Bidadari Surga (Republika, 2008), Sang Penandai (Serambi, 2007), Rembulan Tenggelam di Wajahmu (Grafindo, 2006; Republika 2009). Mimpi-Mimpi Si Patah Hati (Addprint, 2005), Cintaku Antara Jakarta dan Kuala Lumpur (Addprint, 2006), Senja Bersama Rosie (Granfindo, 2008), Negeri Parah Bedebah (Gramedia Pustaka, 2012, Negeri di Ujung Tanduk (Gramedia Pustaka 2013), Bumi (Gramedia Pustaka Jakarta, 2014), Pulang (Republika, 2015), Bulan (Gramedia Pustaka Jakarta, 2015), Hujan (Gramedia Pustaka Jakarta, 2016)
4 (Saputri, 2016:19). Dari sekian banyak novel yang dihasilkan oleh Tere Liye, novel Hujan dipilih sebagai novel yang akan diteliti. Hal ini didasari oleh beberapa alasan, yakni: (1) novel Hujan tergolong novel moderen dan best seller, novel terbaru dan menarik perhatian masyarakat untuk membacanya (Dahdawi, 2016:18), (2) menurut Reni (2016:1) novel Hujan menggunakan bahasa yang komunikatif, sangat mudah dipahami dan puitis sehingga sangat menyentuh hati para pembacanya, dan (3) novel Hujan mampu memotivasi dan menginspirasi para pembaca karena novel ini mengajarkan agar manusia hidup harus berjuang dan manusia bersikap untuk terus melangkah, menghargai persahabatan, menghargai cinta, dan yang paling penting yakni manusia seharusnya memiliki keikhlasan. Novel Hujan karya Tere Liye menjadi perhatian seiring dengan pembelajaran bahasa dan sastra di sekolah menengah atas yang didasarkan pada kurikulum 2013 siswa diupayakan agar lebih berkarakter. Pembelajaran sastra mengarah pada usaha agar siswa dapat tumbuh pemahaman dan penghargaan terhadap hasil karya manusia. Oleh sebab itu, guru membina siswa agar mampu mengapresiasikan sastra dalam pembelajaran bahasa Indonesia dengan baik dan benar. Indriyani (2012:1) mengemukakan dalam kegiatan pembelajaran membutuhkan bahan ajar yang sesuai dengan tinggkat kemampuan siswa. Bahan ajar berkedudukan sebagai modal awal yang akan digunakan atau diproses untuk mencapai hasil. Hasil tersebut berupa pemahaman dan kemampuan siswa. Bahan ajar memiliki posisi penting dalam pembelajaran, yaitu sebagai representasi (wakil) dari penjelasan guru di depan kelas. Di sisi lain, bahan ajar berkedudukan sebagai alat atau sarana untuk mencapai kompetensi inti. Oleh karena itu, penyusunan
5 bahan ajar hendaklah berpedoman kompetensi inti (KI), kompetensi dasar (KD) dan standar kompetensi kelulusan (SKL). Bahan ajar yang disusun tanpa berpedoman pada KI, KD dan SKL, tentu tidak akan memberikan banyak manfaat kepada peserta didik. Bahan ajar merupakan komponen yang harus ada di dalam proses pembelajaran. Hernawan dalam Indriyani (2014:4) berpendapat bahwa bahan pembelajaran merupakan seperangkat materi atau substansi pelajaran yang disusun secara runtut dan sistematik serta menampilkan sosok utuh dari kompetensi yang akan dikuasai siswa dalam kegiatan pembelajaran. Bahan pembelajaran inilah yang dibentuk sedemikian rupa menjadi bahan ajar yang akan membantu siswa dalam proses pembelajaran. Jadi bahan ajar merupakan segala bentuk bahan yang digunakan guru/instruktur dalam melaksanakan kegiatan belajar mengajar, bentuknya bisa tertulis maupun tidak tertulis. Pengembangan bahan ajar memiliki beberapa fungsi diantaranya yaitu sebagai pedoman bagi siswa terhadap kompetensi yang harus dikuasai, sebagai pedoman bagi guru untuk mengarahkan kegiatan pembelajaran, dan sebagai alat evaluasi pembelajaran. Fungsi bahan ajar bagi siswa yaitu sebagai pedoman terhadap kompetensi yang harus dikuasai. Melalui bahan ajar yang digunakan dalam pembelajaran, siswa dapat memahami materi yang dipelajari dengan lebih mudah, sedangkan fungsi dari bahan ajar bagi guru adalah sebagai pedoman dalam mengarahkan kegiatan pembelajaran. 1.2 Fokus Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, penelitian ini difokuskan pada ke-
6 sopanan berbahasa dalam novel Hujan karya Tere Liye dan alternatif bahan pembelajaran di sekolah menengah atas. 1.3 Rumusan Masalah Berdasarkan fokus masalah di atas maka dirumuskan masalah penelitian sebagai berikut. Bagaimanakah kesopanan berbahasa dalam novel Hujan karya Tere liye dan alternatif bahan pembelajaran di sekolah menengah atas? 1.4 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan kesopanan berbahasa dalam novel Hujan karya Tere Liye dan alternatif bahan pembelajaran di sekolah menengah atas. 1.5 Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak, diantaranya adalah sebagai berikut. 1. Sumbangan pikiran bagi guru mengenai alternatif bahan pembelajaran bahasa Indonesia di sekolah menengah atas 2. Memberikan pengetahuan dan pemahaman kepada siswa mengenai kesopanan berbahasa yang terdapat pada novel Hujan karya Tere liye. 3. Menambah pengetahuan pembaca tentang kesopanan berbahasa dalam karya sastra, khususnya yang terdapat pada novel Hujan karya Tere liye.