Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

dokumen-dokumen yang mirip
PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMUNGUTAN RETRIBUSI DAERAH PELAYANAN TATA KOTA

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMUNGUTAN RETRIBUSI DAERAH PELAYANAN PERTAMANAN

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 121 TAHUN 2007 TENTANG

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 2 TAHUN 2013 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG PETUNJUK TEKNIS PEMUNGUTAN RETRIBUSI DAERAH PELAYANAN PEKERJAAN UMUM

Tata Cara Pemungutan Retribusi Daerah; Pemeriksaan di Bidang Retribusi Daerah;

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

GUBERNUR PAPUA PERATURAN GUBERNUR PAPUA NOMOR 35 TAHUN 2011 TENTANG PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta

7. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah;

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG

NOMOR : 8 TAHUN 2013 TENTANG

dengan Peraturan Presiden Nomor 85 Tahun 2006; 15. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2006 tentang Retribusi Daerah;

6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; 7. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah;

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 88 TAHUN 2007 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA SALATIGA NOMOR 22 TAHUN 2011 PERATURAN WALIKOTA SALATIGA NOMOR 22 TAHUN 2011

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 37 TAHUN 2013 TENTANG PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG

4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara;

LEMBARAN BERITA DAERAH KABUPATEN KARAWANG

BUPATI KEBUMEN PERATURAN BUPATI KEBUMEN NOMOR 76 TAHUN 2008 TENTANG

..f6uaotaj~ PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 86 TAHUN 2014 TENTANG INSENTIF PEMUNGUTAN RETRIBUSI DAERAH

GUBERNUR RIAU PERATURAN GUBERNUR RIAU NOMOR 93 TAHUN 2016 TENTANG

NOMOR 13 TAHUN 2014 TENTANG PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK BUMI DAN BANGUNAN PERDESAAN DAN PERKOTAAN DI KABUPATEN MAJALENGKA

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 37 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI JEMBER PROVINSI JAWA TIMUR

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 24 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG TAHUN 2014 NOMOR 1 PERATURAN DAERAH KABUPATEN MAGELANG NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN PEMALANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN PEMALANG NOMOR 12 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN WALIKOTA MALANG NOMOR 45 TAHUN 2010 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN PURBALINGGA NOMOR 24 TAHUN 2005

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BUPATI SIDOARJO PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI SIDOARJO NOMOR 9 TAHUN 2016 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BEKASI

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN BUPATI BERAU NOMOR 15 TAHUN 2013 TENTANG

BUPATI TRENGGALEK PROVINSI JAWA TIMUR

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 22 TAHUN 2017 TENTANG PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 99 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN TEKNIS PENILAIAN USULAN PENERAPAN POLA PENGELOLAAN

BUPATI MADIUN SALINAN PERATURAN BUPATI MADIUN NOMOR 20 TAHUN 2014 TENTANG

PERATURAN BUPATI PANDEGLANG NOMOR 6 TAHUN 2012 TENTANG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PANDEGLANG,

GUBERNUR NUSA TENGGARA BARAT

GUBERNUR JAWA TIMUR PERATURAN GUBERNUR JAWA TIMUR NOMOR 88 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TENTANG

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 36 TAHUN 2008 TENTANG PENTAHAPAN DAN PROSES KEGIATAN TAHUN JAMAK

BUPATI LAMONGAN PERATURAN BUPATI LAMONGAN NOMOR 4 TAHUN 2014 TENTANG KEDUDUKAN, TUGAS DAN FUNGSI DINAS PENDAPATAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN

BUPATI TANGERANG PROVINSI BANTEN PERATURAN BUPATI TANGERANG NOMOR 51 TAHUN 2014 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

GUBERNUR JAWA TIMUR DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR JAWA TIMUR,

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 66 TAHUN 2010 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 79 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR PER.31/MEN/2012 TENTANG

ZâuxÜÇâÜ cüéñ Çá WtxÜt{ ^{âáâá \uâ~éàt ]t~tüàt KEPUTUSAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

LEMBARAN DAERAH KOTA CILEGON TAHUN : 2007 NOMOR : 2 PERATURAN DAERAH KOTA CILEGON NOMOR 2 TAHUN 2007 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR KALIMANTAN SELATAN NOMOR 011 TAHUN 2017 TENTANG

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

WALIKOTA PROBOLINGGO

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN SELATAN NOMOR 11 TAHUN 2006 TENTANG

PEMERINTAH KABUPATEN JENEPONTO

2 6. Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 89, Tambahan Le

BERITA DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 50 TAHUN 2011 TENTANG

BERITA DAERAH KOTA BOGOR TAHUN 2012 NOMOR 14 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 33 Tahun : 2017

5. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan

LEMBARAN DAERAH KOTA TARAKAN TAHUN 2009 NOMOR 01 PERATURAN DAERAH KOTA TARAKAN NOMOR 01 TAHUN 2009 TENTANG

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR 36 TAHUN 2011 TENTANG

Gubernur Jawa Barat PERATURAN GUBERNUR JAWA BARAT NOMOR : 45 TAHUN 2014 TENTANG PENGHAPUSAN PIUTANG PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH

GUBERNUR BALI PERATURAN GUBERNUR BALI NOMOR 48 TAHUN 2009 TENTANG TATA CARA PENAGIHAN BIAYA PELAYANAN KESEHATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR X9 TAHUN 2016 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN REMBANG NOMOR 11 TAHUN 2007 TENTANG PENGELOLAAN BARANG MILIK DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI REMBANG,

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR 28 TAHUN 2016

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 51 TAHUN 2011 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 103 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KENDAL NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG

BUPATI SUKOHARJO TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF PEMUNGUTAN RETRIBUSI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 103 TAHUN 2014 TENTANG

GUBERNUR JAWA BARAT PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA BARAT NOMOR 3 TAHUN 2017 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN TERPADU SATU PINTU

BERITA DAERAH KOTA BEKASI NOMOR : SERI : E PERATURAN WALIKOTA BEKASI. NOMOR 46 TAHUN A Tahun 2011 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA,

MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA PERATURAN MENTERI DALAM NEGERI REPUBLIK INDONESIA NOMOR 72 TAHUN 2012

BUPATI PURWOREJO PERATURAN BUPATI PURWOREJO NOMOR 51 TAHUN 2011 TENTANG PEDOMAN PENGELOLAAN ALOKASI DANA DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Pengelolaan Perbatasan Negara Lingkup Badan Nasional Pengelola Perbatasan Tahun Anggaran 2017; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 43 T

WALIKOTA MATARAM PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA MATARAM NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

WALIKOTA YOGYAKARTA DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN WALIKOTA YOGYAKARTA NOMOR 114 TAHUN 2016 TENTANG

BUPATI GARUT PROVINSI JAWA BARAT

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI DALAM NEGERI,

BUPATI SITUBONDO PERATURAN BUPATI SITUBONDO NOMOR 5 TAHUN 2012 TENTANG

BUPATI BANYUWANGI PERATURAN BUPATI BANYUWANGI NOMOR 17 TAHUN 2009 TENTANG

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 33 TAHUN 2012 TENTANG TATA CARA PENGELOLAAN INSENTIF PEMUNGUTAN RETRIBUSI DAERAH

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI BANDUNG BARAT,

Peraturan Pemerintah Nomor 20 Tahun 1968 tentang Berlakunya Undang-Undang Nomor 9 Tahun 1967 dan Pelaksanaan Pemerintahan di Propinsi Ben

PERATURAN BUPATI TOLITOLI NOMOR 14 TAHUN

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL ( Berita Resmi Pemerintah Kabupaten Gunungkidul ) Nomor : 12 Tahun : 2015

WALIKOTA PADANG PROVINSI SUMATERA BARAT

PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN BUPATI KARAWANG NOMOR : 21 TAHUN 2014

Transkripsi:

Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta PERATURAN GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA NOMOR 60 TAHUN 2007 TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS PEMUNGUTAN RETRIBUSI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA, Menimbang : a. bahwa berdasarkan Keputusan Gubernur Nomor 45 Tahun 2001, telah ditetapkan Tata Cara Koordinasi dan Pembinaan Teknis Operasional Pemungutan Retribusi Daerah; b. bahwa dengan diberlakukannya Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah dan Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2006 tentang Retribusi Daerah, maka Tata Cara Koordinasi dan Pembinaan Teknis Operasional Pemungutan Retribusi sebagaimana ditetapkan dengan Keputusan Gubernur Nomor 45 Tahun 2001 perlu disempurnakan; c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a dan b serta dalam rangka meningkatkan penyelenggaraan retribusi daerah perlu menetapkan Peraturan Gubernur tentang Pedoman Pembinaan Administrasi dan Teknis Pemungutan Retribusi Daerah. Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak dan Retribusi Daerah sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000; 2. Undang-Undang Nomor 34 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Propinsi Daerah Khusus Ibukota Negara Republik Indonesia Jakarta; 3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara; 4. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara; 5. Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-undangan; 6. Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah; 7. Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintahan Daerah; 8. Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah; 9. Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah;

10. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah; 11. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 26 Tahun 2006 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 2007; 12. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 3 Tahun 2001 tentang Bentuk Susunan Organisasi dan Tata Kerja Perangkat Daerah dan Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; 13. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 8 Tahun 2001 tentang Pokok-pokok Pengelolaan Keuangan Daerah; 14. Peraturan Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 10 Tahun 2002 tentang Rencana Strategis Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Tahun 2002-2007; 15. Peraturan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 1 Tahun 2006 tentang Retribusi Daerah; 16. Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 108 Tahun 2003 tentang Tata Cara Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Gubernur Nomor 37 Tahun 2007. MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN GUBERNUR TENTANG PEDOMAN PEMBINAAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS PEMUNGUTAN RETRIBUSI DAERAH. BAB I KETENTUAN UMUM Pasal 1 Dalam peraturan Gubernur ini yang dimaksud dengan: 1. Daerah adalah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; 2. Gubernur adalah Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; 3. Badan Perencanaan Daerah yang selanjutnya disingkat Bapeda adalah Badan Perencanaan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; 4. Dinas Pendapatan Daerah yang selanjutnya disingkat Dipenda adalah Dinas Pendapatan Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; 5. Instansi terkait adalah Instansi di lingkungan Pemerintah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta yang terkait dengan pelaksanaan pemungutan retribusi daerah terdiri dari Badan Perencanaan Daerah, Badan Pengawasan Daerah, Biro Keuangan, Biro Hukum dan Kantor Perbendaharaan dan Kas Daerah; 6. Satuan Kerja Perangkat Daerah Pemungut Retribusi Daerah yang selanjutnya disingkat SKPD Pemungut Retribusi Daerah adalah Satuan Kerja Perangkat Daerah di lingkungan Pemerintah Daerah yang memberikan pelayanan dan memungut retribusi daerah dari masyarakat/wajib retribusi di Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta; 7. Unit Kerja Daerah adalah bagian dari SKPD; 8. Retribusi Daerah yang selanjutnya disebut retribusi adalah pungutan daerah sebagai pembayaran atas jasa atau pemberian izin tertentu yang khusus disediakan dan/atau diberikan oleh Pemerintah Daerah untuk kepentingan orang pribadi atau badan; 9. Rencana Penerimaan Retribusi Daerah adalah jumlah penerimaan retribusi daerah

yang akan dicapai dalam satu periode pada tahun anggaran tertentu; 10. Penetapan realisasi penerimaan retribusi daerah tahun sebelumnya adalah angka paling tinggi yang dicapai dalam realisasi penerimaan daerah dan telah ditefapkan pada pertanggungjawaban pelaksanaan APBD; 11. Pembinaan adalah kegiatan untuk memberikan pedoman bagi SKPD Pemungut Retribusi Daerah dalam perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan baik administrasi maupun teknis dengan maksud agar pemungutan retribusi berdasarkan tugas pokok dan fungsi masing-masing dilakukan secara benar dan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku; 12. Pembinaan Administrasi adalah rangkaian kegiatan bersifat administratif yang diselenggarakan oleh instansi terkait dalam pelaksanaan pemungutan retribusi daerah; 13. Pembinaan Teknis adalah rangkaian kegiatan bersifat teknis yang diselenggarakan oleh SKPD dalam pelaksanaan pemungutan retribusi daerah. Pasal 2 Pedoman pembinaan administrasi dan teknis pemungutan retribusi daerah dimaksudkan untuk memberikan arah penyelenggaraan kegiatan yang berkaitan dengan penggunaan hasil pemungutan retribusi daerah agar dapat diprioritaskan untuk membiayai kegiatan bersangkutan, dengan tujuan untuk menghindari menurunnya kualitas pelayanan kepada masyarakat dan pendapatan asli daerah sebagaimana diamanatkan dalam Pasal 13 Peraturan Pemerintah Nomor 66 Tahun 2001 tentang Retribusi Daerah. BAB II PEMBINAAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS PEMUNGUTAN Pasal 3 (1) Pembinaan Administrasi Pemungutan Retribusi Daerah dapat dilakukan untuk kegiatan: a. penyusunan kebijakan dalam pelaksanaan pemungutan retribusi daerah; b. penyusunan perencanaan penerimaan dan sarana pemungutan retribusi daerah tingkat provinsi; c. monitoring, evaluasi penerimaan dan permasalahan retribusi daerah tingkat provinsi; d. sosialisasi kebijakan administrasi pemungutan retribusi daerah. e. pengembangan sistem pemungutan dan informasi dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan dan optimalisasi penerimaan retribusi daerah. f. kegiatan pembinaan administrasi lainnya yang terkait dengan retribusi daerah. (2) Pembinaan administrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan oleh Dinas Pendapatan Daerah dan/atau instansi terkait sesuai tugas pokok dan fungsi masing-masing secara berkoordinasi dan dapat melibatkan SKPD yang bersangkutan. Pasal 4 (1) Pembinaan Teknis Pemungutan Retribusi Daerah dapat dilakukan untuk kegiatan: a. penyuluhan kepada aparat dan petugas pemungut retribusi daerah; b. sosialisasi kebijakan teknis pemungutan retribusi daerah; c. pemutakhiran data potensi retribusi daerah;

d. pengembangan sistem pemungutan dan informasi; (2) pembinaan teknis Iainnya yang terkait dengan retribusi daerah. Pembinaan Teknis sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diselenggarakan oleh masing-masing SKPD/unit kerja daerah dan berkoordinasi dengan y Dinas Pendapatan Daerah serta dapat melibatkan instansi terkait. (3) Untuk menunjang kelancaran kegiatan perencanaan penerimaan dan penyusunan kebijakan pemungutan retribusi daerah, SKPD/unit kerja Daerah di tingkat Provinsi maupun di tingkat Kotamadya dapat melakukan kegiatan penghitungan potensi secara berjenjang sebagai bahan perencanaan penerimaan dan menyusun bahan usulan kebijakan dalam rangka peningkatan pelayanan dan optimalisasi pemungutan retribusi daerah. BAB III PERENCANAAN PENYUSUNAN KEGIATAN Pasal 5 (1) Setiap SKPD/unit kerja dalam rangka pemungutan retribusi daerah paling lama pada akhir bulan April tahun anggaran berjalan harus menyampaikan rencana kegiatan pembinaan administrasi dan teknis pemungutan retribusi daerah kepada Dinas Pendapatan Daerah selaku Koordinator. (2) Rencana kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dirinci menurut: a. nama dan latar belakang kegiatan; b. Jumlah anggaran dan waktu pelaksanaan; c. Rincian dan langkah-langkah kegiatan; d. Tujuan, sasaran dan hasil yang diharapkan. Pasal 6 (1) Rencana kegiatan yang telah disampaikan sebagaimana dimaksud pada Pasal 5 ayat (1) selanjutnya diteliti dan dikoordinasikan lebih lanjut oleh Tim Pembinaan Administrasi dan Teknis Pemungutan Retribusi Daerah yang keanggotaannya terdiri dari instansi terkait dengan susunan keanggotaan sebagaimana tercantum pada lampiran Peraturan Gubernur ini. (2) Hasil penelitian dan koordinasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) disampaikan kembali, oleh Tim kepada masing-masing Kepala SKPD/unit kerja daerah yang bersangkutan dan sebagai bahan penyusunan Rencana Kerja dan Anggaran Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD), dengan tembusan Bapeda dan Biro Keuangan. Pasal 7 Rencana kegiatan yang telah diteliti oleh Tim sebagaimana dimaksud dalam Pasal 6 ayat (2) dituangkan dalam Rencana Kerja dan Anggaran masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (RKA-SKPD)/unit kerja daerah, Dinas Pendapatan Daerah dan instansi terkait yang harus disampaikan kepada Bapeda sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan. BAB IV TATA CARA PELAKSANAAN KEGIATAN Pasal 8 (1) Pelaksanaan Penyusunan kebijakan dalam pelaksanaan pemungutan retribusi daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf a, dapat dilakukan dengan memperhatikan antara lain:

a. hasil kajian terhadap efektifitas ketentuan peraturan perundang-undangan; b. terjadi keadaan memaksa yang harus mengubah atau menyesuaikan dengan kondisi yang ada seiring dengan perubahan politik, sosial, ekonomi dan budaya; c. terbitnya peraturan perundang-undangan baru yang terkait dengan kebijakan dalam pelaksanaan pemungutan retribusi daerah. (2) Rancangan penyusunan kebijakan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diusulkan oleh Dinas Pendapatan Daerah atau instansi terkait dalam rangka pemungutan retribusi daerah atau oleh SKPD/unit kerja daerah masing-masing untuk mendapatkan persetujuan Gubernur. (3) Terhadap rancangan penyusunan kebijakan dalam pelaksanaan pemungutan retribusi daerah yang telah mendapat persetujuan Gubernur sebagaimana dimaksud pada ayat (2), harus dilakukan pembahasan bersama Dinas Pendapatan Daerah, Instansi terkait dan SKPD/unit kerja daerah yang berkompeten dalam menjalankan kebijakan tersebut. Pasal 9 Pelaksanaan penyusunan perencanaan penerimaan dan sarana pemungutan retribusi daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf b dilakukan dengan tahapan sebagai berikut: a. Setiap SKPD/unit kerja daerah pemungut retribusi daerah paling lambat pada akhir bulan Juni tahun berjalan harus menyampaikan perhitungan potensi retribusi daerah tahun sebelumnya dan usulan rencana penerimaan retribusi daerah pada APBD Perubahan tahun berjalan. b. Dinas Pendapatan Daerah bersama instansi terkait selanjutnya melakukan analisis data perhitungan potensi sebagaimana tersebut pada huruf a dengan membandingkan data penerimaan tahun sebelumnya dan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap intensitas jasa pelayanan dan kegiatan pemberian perizinan retribusi daerah. c. Hasil analisis sebagaimana tersebut pada huruf b, dikonfirmasikan dengan SKPD/unit kerja daerah yang bersangkutan melalui rapat koordinasi. d. Berdasarkan hasil pembahasan sebagaimana tersebut pada huruf c, selanjutnya dituangkan dalam Berita Acara dengan dilampiri rincian perhitungan usulan rencana penerimaan retribusi daerah. e. Berita Acara sebagaimana tersebut pada huruf d disampaikan kepada Gubernur melalui Kepala Biro Keuangan untuk ditindaklanjuti sebagai bahan penyusunan rencana penerimaan tahun berikutnya dan usul APBD Perubahan tahun berjalan. Pasal 10 Pelaksanaan monitoring, evaluasi penerimaan dan permasalahan retribusi daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf c, dilakukan dengan tahapan sebagai benkut. a. SKPD/unit kerja daerah pemungut retribusi daerah paling lambat pada tanggal 15 satu bulan sebelum pelaksanaan monitoring evaluasi penerimaan dan permasalahan retribusi daerah wajib menyampaikan data jumlah ketetapan retribusi beserta sanksi yang tercantum dalam SKRD, SKRD Jabatan, SKRD Tambahan dan STRD berikut data jumlah pembayaran serta jumlah uang yang diterima oleh Petugas Pemungut/Bendahara Penerimaan berdasarkan dokumen lain yang dipersamakan. b. SKPD/unit kerja Daerah selanjutnya menyampaikan daftar inventarisasi permasalahan atau kendala dalam pemungutan retribusi daerah berdasarkan pemantauan langsung di lapangan sebagai lampiran data-data sebagaimana dimaksud pada huruf a. c. KPKD secara periodik paling lambat tanggal 10 bulan berikutnya memberikan data penerimaan retribusi daerah kepada Dinas Pendapatan Daerah.

d. Dinas Pendapatan Daerah bersama instansi terkait melakukan pengolahan data sebagaimana tersebut pada huruf b, sebagai bahan analisis dan evaluasi penerimaan pada tahun berjalan. e. Monitoring, evaluasi penerimaan dan permasalahan retribusi daerah dilakukan melalui rapat : koordinasi antara Dinas Pendapatan Daerah, instansi terkait dan SKPD/unit kerja daerah pemungut retribusi daerah. f. Periodesasi rapat koordinasi sebagaimana dimaksud pada huruf e, diatur sesuai kondisi yang ada. Pasal 11 Pelaksanaan sosialisasi kebijakan administrasi pemungutan retribusi daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf d, dilakukan dengan tahapan sebagai berikut. a. Sosialisasi atas ketentuan peraturan perundang-undangan baru yang terkait dengan retribusi daerah untuk memberikan pemahaman kepada petugas atau masyarakat. b. Narasumber untuk kegiatan sosialisasi sebagaimana tersebut pada huruf a, dapat dilakukan menggunakan pejabat di lingkungan dan/atau diluar Pemerintah Daerah sepanjang terkait dengan program kerja sebagaimana dimaksud pada huruf a. c. Melakukan koordinasi dengan SKPD/unit kerja daerah dalam penyusunan materi sosialisasi. Pasal 12 Pelaksanaan Pengembangan sistem pemungutan dan informasi dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan dan optimalisasi penerimaan retribusi daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf e, dilakukan dengan cara sebagai berikut. a. Dinas Pendapatan Daerah membangun database maupun aplikasi sistem pemungutan retribusi daerah di masing-masing SKPD/unit kerja daerah untuk meningkatkan pelayanan pemungutan retribusi daerah yang sesuai dengan karakteristik jenis retribusi dalam flat form dan mengacu pada Masterplan Teknologi Informasi Pemerintahan Daerah. b. Dinas Pendapatan Daerah melakukan pembangunan, penyesuaian sistem aplikasi dan database serta pembuatan interface (program antara) di masing-masing SKPD/unit kerja daerah. Pasal 13 Pelaksanaan pembinaan administrasi lainnya yang terkait dengan retribusi daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 3 ayat (1) huruf f, dapat diselenggarakan dalam hal: a. Mendukung terciptanya percepatan pelayanan dan optimalisasi pemungutan retribusi daerah; b. Pembenahan sistem informasi dalam rangka pengendalian pelaksanaan pemungutan retribusi daerah; c. Terdapat temuan dari aparat pemeriksa fungsional sehingga perlu menyempurnakan dan/atau menerbitkan ketentuan yang mendukung pelaksanaan pemungutan retribusi daerah; d. Permintaan SKPD/unit kerja daerah untuk melakukan penelitian dan pengembangan dalam, rangka standarisasi pemungutan retribusi daerah dan strategi pengamanan target retribusi daerah.

Pasal 14 Pelaksanaan penyuluhan kepada aparat dan petugas pemungut retribusi daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf a, dilakukan dengan cara: a. Memberikan penyuluhan peraturan perundang-undangan kepada petugas di lingkungan SKPD/unit kerja daerah atau masyarakat, khususnya pengguna jasa pelayanan yang dilakukan oleh SKPD/unit kerja daerah masing-masing; b. Materi dan tenaga penyuluh sebagaimana tersebut pada huruf a, dapat menggunakan pejabat di lingkungan dan/atau di luar Pemerintah Daerah sepanjang terkait dengan materi penyuluhan; c. Melakukan koordinasi pelaksanaan penyuluhan sebagaimana tersebut pada huruf a dengan Dinas Pendapatan Daerah dan instansi terkait dalam rangka evaluasi dan merencanakan pengembangan metode penyuluhan. Pasal 15 Pelaksanaan sosialisasi kebijakan teknis pemungutan retribusi daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf b, dilakukan dengan cara: a. Memberikan sosialisasi ketentuan peraturan perundang-undangan baru yang terkait dengan retribusi daerah untuk memberikan pemahaman kepada petugas atau masyarakat khususnya pengguna jasa pelayanan yang diberikan oleh SKPD/unit kerja daerah masing-masing; b. Nara sumber dalam rangka sosialisasi sebagaimana tersebut pada huruf a, dapat menggunakan pejabat di lingkungan dan/atau di luar Pemerintah Daerah sepanjang terkait dengan materi sosialisasi; c. Melakukan koordinasi dengan Dinas Pendapatan Daerah dan instansi terkait dalam menyusun materi sosialisasi. Pasal 16 Pelaksanaan pemutakhiran data potensi retribusi daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf c, dilakukan dengan cara: a. Melakukan pemutakhiran data potensi daerah yang dilakukan secara periodik setiap triwulan sesuai dengan intensitas jumlah pelayanan berdasarkan pendaftaran permohonan pelayanan dan hasil temuan di lapangan terhadap subyek retribusi yang belum tercatat sebagai potensi retribusi daerah; b. Pemutakhiran data potensi retribusi daerah sebagaimana tersebut pada huruf a, harus dapat menunjukkan besaran angka perkiraan penerimaan untuk setiap triwulanan ke depan berdasarkan tarif retribusi yang berlaku; c. Termasuk potensi retribusi daerah sebagaimana tersebut pada huruf a, juga terdapat pelayanan yang tidak dipungut; d. Perhitungan terhadap hasil pemutakhiran data potensi retribusi daerah sebagaimana tersebut pada huruf a, harus dipilah secara berjenjang untuk masing-masing wilayah pemungutan mulai dari tingkat Kecamatan, Kotamadya dan Provinsi; e. Hasil pemutakhiran data potensi retribusi daerah sebagaimana tersebut pada huruf a, dituangkan dalam Berita Acara dan dilaporkan kepada Dinas Pendapatan Daerah dengan tembusan instansi terkait dalam rangka penyusunan rencana penerimaan perubahan maupun penerimaan tahun berikutnya. Pasal 17 Pelaksanaan Pengembangan sistem pemungutan dan informasi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf d, dilakukan dengan cara: a. SKPD/unit kerja daerah dapat membangun database maupun aplikasi sistem pemungutan retribusi daerah sepanjang bertujuan untuk meningkatkan pelayanan

pemungutan retribusi daerah yang sesuai dengan karakteristik jenis retribusi dalam flat form dengan mengacu pada Masterplan Teknologi Informasi Pemerintahan Daerah; b. Terhadap SKPD/unit kerja daerah yang telah memiliki database dan aplikasi sebagaimana dimaksud huruf a, agar melakukan penyesuaian dengan sistem Teknologi Informasi Pemerintah Daerah, sedangkan terhadap sistem yang tidak dimungkinkan dilakukan penyesuaian agar membuat aplikasi antara (interface) yang merujuk kepada Master plan Teknologi Informasi Pemerintahan Daerah; c. Untuk pembangunan, penyesuaian sistem aplikasi dan database serta pembuatan interface (program antara) sebagaimana tersebut pada huruf a dan huruf b, harus terlebih dahulu dikoordinasikan dengan Dinas Pendapatan Daerah; d. Untuk pelaksanaan e-goverment harus memenuhi prinsip-prinsip akurat, relevan, akuntabel dan transparan, maka SKPD/unit kerja daerah wajib menyampaikan data-data ketetapan retribusi beserta sanksinya dan jumlah pembayarannya melalui situs resmi Dinas Pendapatan Daerah paling lambat tanggal 10 setiap bulan. Pasal 18 Pelaksanaan pembinaan teknis lainnya yang terkait dengan retribusi daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 4 ayat (1) huruf e, dapat dilakukan dengan cara: a. Meningkatkan kinerja.skpd/unit kerja daerah dalam pemungutan retribusi daerah; b. Menyusun kerangka kebijakan dalam penerapan sistem informasi terkait dengan penggunaan sarana pemungutan retribusi daerah; c. Pengendalian teknis di lapangan untuk menguji kepatuhan pemenuhan kewajiban retribusi dalam rangka melaksanakan Peraturan Daerah; d. Menindaklanjuti hasil temuan dari aparat pemeriksa fungsional Sehingga perlu mencari, mengumpulkan dan meneliti keterangan atau laporan berkenaan dengan tindak pidana dibidang retribusi daerah yang kegiatannya harus dilaksanakan dalam suatu periode tertentu sehingga keterangan atau Iaporan tersebut dapat digunakan sebagai pembanding dan/atau melengkapi data yang telah ada; e. Permintaan pejabat yang berkompeten dalam menentukan kebijakan pelaksanaan pemungutan retribusi. BAB V PENGENDALIAN, EVALUSI DAN PELAPORAN Pasal 19 (1) Pengendalian terhadap peraturan Gubernur ini ditakukan oleh Kepala Dinas Pendapatan Daerah. (2) Terhadap pengendalian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan evaluasi setiap 6 (enam) bulan sekali atau sewaktu-waktu sesuai kebutuhan. (3) Hasil evaluasi sebagaimana dimaksud pada ayat (2) dilaporkan kepada Gubernur melalui Sekretaris Daerah. BAB VI PEMBIAYAAN Pasal 20 (1) Biaya yang diperlukan untuk penyelenggaraan kegiatan pembinaan administrasi dan teknis pemungutan retribusi daerah dialokasikan berdasarkan realisasi penerimaan APBD tahun sebelumnya.

(2) Biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dianggarkan pada anggaran belanja masing-masing. SKPD, Dinas Pendapatan Daerah dan/atau instansi terkait yang dituangkan dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) SKPD dengan memperhatikan efisiensi dan prioritas penggunaan anggaran. (3) Penganggaran biaya sebagaimana dimaksud pada ayat (2) untuk kegiatan dan biaya operasional yang berkaitan dengan retribusi daerah yang diselenggarakan oleh SKPD, Dinas Pendapatan Daerah dan instansi terkait harus ditetapkan terlebih dahulu dalam Peraturan Daerah tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah, Pasal 21 (1) Anggaran untuk membiayai kegiatan yang berkaitan dengan retribusi daerah dapat menggunakan sebagian dari penerimaan retribusi setiap SKPD, dihitung secara proporsional berdasarkan hasil pemungutan retribusi daerah tahun sebelumnya. (2) Biaya kegiatan yang diberikan kepada SKPD sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dianggarkan dalam Dokumen Pelaksanaan Anggaran (DPA) di setiap SKPD yang bersangkutan. BAB VII KETENTUAN PENUTUP Pasal 22 Pada saat Peraturan Gubernur ini mulai berlaku, maka Keputusan Gubernur Propinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor 45 Tahun 2001 tentang Tata Cara Koordinasi dan Pembinaan Teknis Operasional Pemungutan Retribusi Daerah serta semua ketentuan yang bertentangan dengan peraturan Gubernur ini dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. Pasal 23 Peraturan Gubernur ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan peraturan Gubernur ini dengan penempatannya dalam Berita Daerah Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal, 23 April 2007 GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA SUTIYOSO BERITA DAERAH PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA TAHUN 2007 NOMOR 62

Lampiran : Peraturan Gubernur Provinsi Daerah Khusus Ibukota Jakarta Nomor : 60 TAHUN 2007 Tanggal : 23 April 2007 SUSUNAN KEANGGOTAAN TIM PEMBINAAN ADMINISTRASI DAN TEKNIS PEMUNGUTAN RETRIBUSI DAERAH Pengarah : 1. Sekretaris Daerah Provinsi DKI Jakarta 2. Para Asisten Sekretaris Daerah Provinsi DKI Jakarta 3. Kepala Badan Pengawasan Daerah Provinsi DKI Jakarta 4. Kepala Dinas Pendapatan Daerah Provinsi DKI Jakarta 5. Kepala Biro Keuangan Setda Provinsi DKI Jakarta 6. Kepala Biro Hukum Setda Provinsi DKI Jakarta Ketua : Wakil Kepala Dinas Pendapatan Daerah Provinsi DKI Jakarta Wakil Ketua : 1. Kepala Subdis Renbang Dinas Pendapatan Daerah Provinsi DKI Jakarta 2. Kepala Bagian Pembinaan Keuangan Daerah Biro Keuangan Setda Provinsi DKI Jakarta Sekretaris : 1. Kepala Seksi Analisa Potensi Retribusi Daerah Dinas Pendapatan Daerah Provinsi DKI Jakarta 2. Kasubbag Pembinaan Anggaran Pendapatan Daerah Biro Keuangan Setda Provinsi DKI Jakarta Anggota Tetap : 1. Unsur Bawasda Provinsi DKI Jakarta 2. Unsur Bapeda Provinsi DKI Jakarta 3. Unsur Dinas Pendapatan Daerah Provinsi DKI Jakarta 4. Unsur Biro Keuangan Setda Provinsi DKI Jakarta 5. Unsur Biro Hukum Setda Provinsi DKI Jakarta 6. Unsur Kantor Perbendaharaan dan Kas Daerah Provinsi DKI Jakarta Anggota Tidak Tetap : 1. Unsur SKPD 2. Unsur instansi terkait lainnya yang dianggap perlu GUBERNUR PROVINSI DAERAH KHUSUS IBUKOTA JAKARTA SUTIYOSO