BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%. Hipertensi

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. bertambah dan pertambahan ini relatif lebih tinggi di negara berkembang,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Analisis Situasi

BAB I PENDAHULUAN. (Kemenkes RI, 2013). Hipertensi sering kali disebut silent killer karena

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Adapun peningkatan tajam terjadi pada kelompok penduduk lanjut

BAB I PENDAHULUAN. dapat terlepas dari aktivitas dan pekerjaan dalam kehidupan sehari-hari. Tuntutan

BAB I PENDAHULUAN. yang terdiri dari orang laki-laki dan orang perempuan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini kesehatan semakin menjadi perhatian luas diseluruh

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dasar Disamping itu, pengontrolan hipertensi belum adekuat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. kematian berasal dari PTM dengan perbandingan satu dari dua orang. dewasa mempunyai satu jenis PTM, sedangkan di Indonesia PTM

BAB I PENDAHULUAN. mendapatkan kesempatan untuk melewati masa ini. tahun 2014, jumlah lansia di Provinsi Jawa Tengah meningkat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. Kesehatan yang baik merupakan suatu kondisi dimana tidak hanya

BAB I PENDAHULUAN. kearah perilaku hidup bersih dan sehat dalam tatanan keluarga dan

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Kardiovaskuler (PKV) (Kemenkes RI, 2012). World Health Organization. yang berpenghasilan menengah ke bawah (WHO, 2003).

BAB I PENDAHULUAN. mengalami berbagai perkembangan penyakit yang bersifat degeneratif.

BAB 1 PENDAHULUAN. tanpa gejala, sehingga disebut sebagai Silent Killer (pembunuh terselubung).

BAB 1 PENDAHULUAN. disebabkan oleh perilaku yang tidak sehat. Salah satunya adalah penyakit

BAB I PENDAHULUAN. ditularkan dari orang ke orang. Mereka memiliki durasi panjang dan umumnya

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Millenium Development Goals (MDGs) adalah komitmen negara terhadap rakyat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Insiden hipertensi mulai terjadi seiring bertambahnya usia. Pada

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi adalah tekanan darah tinggi dimana tekanan darah sistolik lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. koroner, stroke), kanker, penyakit pernafasan kronis (asma dan. penyakit paru obstruksi kronis), dan diabetes.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Perserikatan Bangsa-Bangsa tahun 2011, pada tahun UHH adalah 66,4

BAB I PENDAHULUAN. pembunuh diam diam karena penderita hipertensi sering tidak. menampakan gejala ( Brunner dan Suddarth, 2002 ).

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Penyakit tidak menular (PTM) merupakan masalah kesehatan utama di

I. PENDAHULUAN. tahun. Peningkatan penduduk usia lanjut di Indonesia akan menimbulkan

BAB I PENDAHULUAN. keadaan cukup istirahat maupun dalam keadaan tenang. 2

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai istilah bergesernya umur sebuah populasi menuju usia tua. (1)

BAB I PENDAHULUAN. negara berkembang lebih dari delapan dekade terakhir. Hipertensi merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Triple Burden Disease, yaitu suatu keadaan dimana : 2. Peningkatan kasus Penyakit Tidak Menular (PTM), yang merupakan penyakit

BAB I PENDAHULUAN. Peningkatan usia harapan hidup dan penurunan angka fertilitas. mengakibatkan populasi penduduk lanjut usia meningkat.

BAB 1 PENDAHULUAN. didominasi oleh penyakit infeksi bergeser ke penyakit non-infeksi/penyakit tidak

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan masyarakat menyebabkan meningkatnya Umur Harapan Hidup

BAB I PENDAHULUAN. mencakup dua aspek, yakni kuratif dan rehabilitatif. Sedangkan peningkatan

BAB I PENDAHULUAN. penyakit infeksi ke penyakit tidak menular ( PTM ) meliputi penyakit

BAB I PENDAHULUAN. (2014), mencatat dalam World Health Statistics Indonesia. meningkatnya tekanan darah sistolik diatas 140 mmhg dan

BAB I PENDAHULUAN. Detection, Evaluation and Treatment of High Blood Pressure (JNC VII) tahun

BAB I PENDAHULUAN. tekanan darah lebih dari sama dengan 140mmHg untuk sistolik dan lebih dari

BAB I PENDAHULUAN. (Armilawati, 2007). Hipertensi merupakan salah satu penyakit degeneratif

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi dapat didefinisikan sebagai tekanan darah persisten dimana

BAB I PENDAHULUAN. seluruh dunia, karena dalam jangka panjang peningkatan tekanan darah yang

BAB I PENDAHULUAN. pesat. Penyakit degeneratif biasanya disebut dengan penyakit yang

BAB 1 PENDAHULUAN. Sustrani, dkk (2009) dalam Putra (2014) mengatakan hipertensi sering

LATAR BELAKANG TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menjadi tahun. Menurut data dari Kementerian Negara Pemberdayaan

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi ditandai dengan peningkatan Tekanan Darah Sistolik (TDS)

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. secara Nation Wide mengingat prevalensinya cukup tinggi umumnya sebagian

BAB I LATAR BELAKANG

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB 1 PENDAHULUAN. Lansia (lanjut usia) adalah seseorang yang usia 65 tahun keatas (Potter

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana diketahui, ketika manusia mencapai usia dewasa, ia

LAPORAN RESUME ASUHAN KEPERAWATAN KELUARGA PADA Bpk. A DENGAN HIPERTENSI DI RW 13 KELURAHAN BARANANG SIANG BOGOR TIMUR

Prevalensi hipertensi berdasarkan yang telah terdiagnosis oleh tenaga kesehatan dan pengukuran tekanan darah terlihat meningkat dengan bertambahnya

BAB I PENDAHULUAN. atau tekanan darah tinggi (Dalimartha, 2008). makanan siap saji dan mempunyai kebiasaan makan berlebihan kurang olahraga

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi bisa diumpamakan seperti pohon yang terus. Hipertensi yang didefinisikan sebagai tekanan darah sistolik (SBP, 140

BAB I PENDAHULUAN. menular (PTM) yang meliputi penyakit degeneratif dan man made diseases.

BAB I PENDAHULUAN. Depkes (2008), jumlah penderita stroke pada usia tahun berada di

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. akhirnya mengubah gaya hidup manusia. Konsumsi makanan cepat saji, kurang

BAB I PENDAHULUAN. produktifitas seseorang salah satunya adalah penyakit hipertensi.hipertensi atau

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tyas Kusuma Dewi, 2013

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular dan penyakit kronis. Salah satu penyakit tidak menular

2014 GAMBARAN TINGKAT PENGETAHUAN LANSIA TENTANG HIPERTENSI DI RW 05 DESA DAYEUHKOLOT KABUPATEN BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. peningkatan Usia Harapan Hidup penduduk dunia dan semakin meningkatnya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah kondisi dimana jika tekanan

BAB I PENDAHULUAN. banyak, akan menimbulkan persoalan-persoalan yang sangat beragam. dalam kehidupan masyarakat Indonesia, salah satunya dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. 1

Lampiran Kuesioner KUESIONER GAMBARAN PERILAKU PASIEN HIPERTENSI DI PUSKESMAS NANGGALO TAHUN 2017

BAB I PENDAHULUAN. Tekanan darah adalah tenaga pada dinding pembuluh darah arteri saat

BAB I PENDAHULUAN. diwaspadai. Hipertensi menjadi masalah kesehatan masyarakat yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. pada beban ganda, disatu pihak penyakit menular masih merupakan

BAB I PENDAHULUAN. Penyakit Paru Obstruktif Kronik (PPOK) adalah penyakit paru kronis ditandai dengan hambatan

Mengetahui Hipertensi secara Umum

BAB I PENDAHULUAN. disikapi dengan baik. Perubahan gaya hidup, terutama di perkotaan telah

BAB I PENDAHULUAN. dinding pembuluh darah dan merupakan salah satu tanda-tanda vital yang utama.

HUBUNGAN OLAHRAGA TERHADAP TEKANAN DARAH PENDERITA HIPERTENSI RAWAT JALAN DI RUMAH SAKIT PKU MUHAMMADIYAH SURAKARTA NASKAH PUBLIKASI

LAMPIRAN 2 SURAT PERNYATAAN PERSETUJUAN UNTUK IKUT SERTA DALAM PENELITIAN (INFORMED CONSENT)

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi kualitas hidup serta produktivitas seseorang. Penyakitpenyakit

BAB II TINJAUAN TEORITIS. darah arteri meningkat melebihi batas normal.menurut World. (2001) seseorang dikatakan hipertensi apabila tekanan

BAB I PENDAHULUAN. kardiovaskular (World Health Organization, 2010). Menurut AHA (American

BAB I PENDAHULUAN. penyakit tidak menular (noncommunicable diseases)seperti penyakit jantung,

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu indikator keberhasilan pembanguan adalah semakin

:-----: :-~-~-:~ '. r~-, : I I ---. I ' I,--1 I ' I I t :.,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kondisi alam dan masyarakat yang sangat kompleks, menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Hipertensi saat ini masih menjadi masalah utama di dunia. Penyakit

BAB I PENDAHULUAN. sedangkan penyakit non infeksi (penyakit tidak menular) justru semakin

BAB I PENDAHULUAN. Hipertensi atau tekanan darah tinggi merupakan masalah yang. ditemukan pada masyarakat baik di negara maju maupun berkembang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas. Menurut The Seventh Report of The Joint National

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Hipertensi merupakan kondisi yang sering ditemukan pada pelayanan kesehatan primer sampai saat ini. Berdasarkan data dari Riskesdas (Pusdatin Kemenkes RI 2013), hipertensi merupakan masalah kesehatan dengan prevalensi yang tinggi, yaitu sebesar 25,8%. Hipertensi atau Tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan darah sistolik lebih dari 140 mmhg dan tekanan darah diastolik lebih dari 90 mmhg pada dua kali pengukuran dengan selang waktu lima menit dalam keadaan cukup istirahat/tenang. Terdapat kategori tekanan darah baru yaitu pre-hypertension, di mana tekanan darah sistolik berada pada 120-139 mmhg dan 80-89 mmhg untuk tekanan darah diastolik. Orang dengan pre-hipertensi akan cenderung lebih cepat terkena hipertensi dari pada orang yang memiliki tekanan darah normal. Pada tahun 1999-2000, lebih dari 88% orang dengan pre-hipertensi mempunyai sedikitnya 1 faktor resiko kardiovaskular (Greenlund, et al, 2004). Jika peningkatan tekanan darah berlangsung dalam jangka waktu yang lama dan persisten, tidak terdeteksi secara dini dan tidak mendapatkan pengobatan yang memadai, maka dapat 1

2 menimbulkan kerusakan pada ginjal (gagal ginjal), jantung (penyakit jantung koroner) dan otak (menyebabkan stroke). Berdasarkan Pusat Data dan Informasi Kementerian Kesehatan RI, menunjukkan bahwa pada tahun 2013 prevalensi hipertensi perempuan lebih tinggi dibandingkan laki-laki. Angka nasional menunjukkan bahwa prevalensi penyakit jantung koroner umur 15 tahun, provinsi NTT mempunyai prevalensi hipertensi yang tertinggi yaitu 4,4% dan Provinsi Riau mempunyai prevalensi terendah yaitu 0,3%. Prevalensi Hipertensi berdasarkan pengukuran tekanan darah di Provinsi Bali mengalami penurunan sekitar 10% dari tahun 2007 sampai tahun 2013. Prevalensi berdasarkan unit analisis individu secara nasional 0,2% penduduk Indonesia menderita penyakit gagal ginjal kronis. Untuk komplikasi lain yang ditimbulkan hipertensi, terdapat 12,1% dari jumlah penduduk Indonesia yang menderita stroke (Pusdatin, Kemenkes RI 2013). Hipertensi merupakan silent killer di mana gejala dapat bervariasi pada masing-msing individu dan hampir sama dengan gejala penyakit lainnya. Gejala-gejala itu adalah sakit kepala/rasa berat di tengkuk, mumet (vertigo), jantung berdebar-debar, mudah lelah, penglihatan kabur, telinga berdenging (tinnitus), dan mimisan. Penatalaksanaan hipertensi yang diajukan oleh Riskesdas, Kemenkes RI ialah dengan menggunakan obatobatan ataupun dengan cara modifikasi gaya hidup dengan membatasi asupan garam tidak lebih dari ¼ - ½ sendok teh (6 gram/hari), menurunkan berat badan, menghindari minuman berkafein, rokok, dan minuman

3 beralkohol. Olahraga juga dianjurkan bagi penderita hipertensi, dapat berupa jalan, lari, joging, bersepeda selama 20-25 menit dengan frekuensi 3-5 x per minggu, cukup istirahat (6-8 jam) dan mengendalikan stress (Pusdatin, Kemenkes RI 2013). Salah satu misi dari Kementrian Kesehatan Republik Indonesia yaitu Meningkatkan derajat kesehatan masyarakat, melalui pemberdayaan masyarakat, termasuk swasta dan masyarakat madani, pelayanan fisioterapi mengambil peranan penting dalam pemberdayaan masyarakat di bidang promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat (Depkes RI, 2014). Fisioterapi adalah bentuk pelayanan kesehatan yang ditunjukan pada individu dan atau kelompok untuk mengembangkan, memelihara dan memulihkan gerak dan fungsi tubuh sepanjang rentang kehidupan dan menggunakan penanganan secara manual, peningkatan gerak, peralatan (fisik, elektroterapeutis dan mekanis), pelatihan fungsi dan komunikasi (PERMENKES NO. 80 TAHUN 2013). Slow deep breathing merupakan tindakan yang disadari untuk mengatur pernapasan secara dalam dan lambat. Pengendalian pengaturan pernapasan secara sadar dilakukan oleh korteks serebri, sedangkan pernapasan yang spontan atau automatik dilakukan oleh medulla oblongata (Martini, 2006). Napas dalam lambat dapat menstimulasi respons saraf otonom, yaitu dengan menurunkan respons saraf simpatis dan meningkatkan respon parasimpatis. Stimulasi saraf simpatis meningkatkan

4 aktivitas tubuh, sedangkan respons parasimpatis lebih banyak menurunkan aktivitas tubuh sehingga dapat menurunkan aktivitas metabolik (Velkumary dan Madanmohan, 2004). Deep breathing merupakan teknik bernapas secara perlahan dan dalam, menggunakan otot diafragma, sehingga memungkinkan abdomen terangkat perlahan dan dada mengembang penuh. Latihan napas dalam atau deep breathing exercise bertujuan untuk meningkatkan compliance paru untuk meningkatkan fungsi ventilasi dan memperbaiki oksigenasi (Smeltzer, et al, 2008). Penelitian yang dilakukan dilansir oleh Journal of Education and Practice di Kairo, Mesir terhadap 120 pasien lansia menunjukkan bahwa slow deep breathing exercise selama 10 menit dalam 4 kali sehari selama seminggu dapat menurunkan tekanan darah sistolik maupun tekanan darah diastolik pada pasien hipertensi esensial atau primer (Mohamed, et al, 2013). Penelitian yang di publikasikan oleh Nas Publishers tahun 2013 menunjukkan bahwa terjadi penurunan tekanan darah yang signifikan yaitu 24/16 mmhg untuk tekanan darah sistolik dan diastolik terhadap kelompok hipertensi pada wanita setelah diberikan latihan deep breathing exercise 2-3 kali sehari selama 2 minggu dengan durasi 10 menit setiap latihan (Pinto Adriana, 2013). Melalui ke dua penelitian tersebut di atas, peneliti ingin membandingkan ke efektifan dari ke dua jenis latihan pernapasan yang

5 dapat menurunkan tekanan darah sistolik maupun tekanan darah diastolik pada pre-hipertensi primer. 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut di atas, maka rumusan masalah yang dapat diambil ialah: 1. Apakah slow deep breathing exercise dapat menurunkan tekanan darah pre-hipertensi primer? 2. Apakah deep breathing exercise dapat menurunkan tekanan darah prehipertensi primer? 3. Apakah ada perbedaan efektivitas antara intervensi slow deep breathing exercise dengan deep breathing exercise dalam menurunkan tekanan darah pre-hipertensi primer? 1.3 Tujuan Penelitian Berikut tujuan yang hendak dicapai dalam penelitian ini : 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui gambaran umum slow deep breathing exercise dengan deep breathing exercise terhadap penurunan tekanan darah pada pre-hipertensi primer.

6 1.3.2 Tujuan Khusus 1. Untuk membuktikan efektivitas slow deep breathing exercise dalam menurunkan tekanan darah pre-hipertensi primer. 2. Untuk membuktikan efektivitas deep breathing exercise dalam menurunkan tekanan darah pre-hipertensi primer. 3. Untuk membuktikan perbedaan efektivitas antara slow deep breathing exercise dengan deep breathing exercise terhadap penurunan tekanan darah pada pre-hipertensi primer 1.4 Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan melalui penelitian ini adalah : 1.4.1 Manfaat Praktis Untuk menambah wawasan dan pertimbangan bagi para fisioterapis dalam memberikan latihan pernapasan untuk menurunkan tekanan darah. 1.4.2 Manfaat Teoritis 1. Sebagai referensi tambahan untuk mengetahui intervensi fisioterapi dengan membandingkan slow deep breathing exercise dengan deep breathing exercise terhadap penurunan tekanan darah pada pre-hipertensi primer. 2. Digunakan sebagai bahan referensi bagi penelitian selanjutnya.