BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Perusahaan dipandang sebagai sekumpulan kontrak antara manajer perusahaan dan pemegang saham. Penunjukan manajer oleh pemegang saham untuk mengelola perusahaan dalam kenyataannya seringkali menghadapi masalah dikarenakan tujuan perusahaan berbenturan dengan tujuan pribadi manajer. Dengan kewenangan yang dimiliki, manajer bisa mencari keuntungan untuk diri sendiri dan mengorbankan kepentingan para pemegang saham. Hal ini mungkin terjadi karena adanya perbedaan informasi yang dimiliki oleh keduanya (asymmetric information). Pihak pemilik dapat membatasi kepentingan manajer dengan memberikan tingkat insentif yang layak kepada manajer dan dengan mengeluarkan biaya pengawasan atau monitoring cost. Biaya biaya tersebut disebut sebagai biaya keagenan atau agency cost. Ada beberapa pendekatan yang dapat dilakukan untuk mengurangi agency cost, diantaranya adalah pertama dengan meningkatkan kepemilikan dari dalam (insider ownership). Jensen dan Meckling (1976) dalam Agus (2001), penambahan kepemilikan manajer memiliki keuntungan untuk mensejajarkan kepentingan manajer dan pemegang saham. Crystal (1991), Jensen (1993) dan Byrne (1996) menyatakan bahwa semakin tinggi kepemilikan saham oleh manajemen dan dewan direktur akan memperbaiki nilai perusahaan. McConnel dan Servaes (1990) mendukung pandangan ini secara empiris dengan menemukan hubungan yang signifikan antara Tobin Q dan jumlah saham yang dipegang oleh insider perusahaan. Kedua, dengan menggunakan kebijakan hutang. 1
Easterbrook (1984) berargumen bahwa pemegang saham akan melakukan monitoring terhadap manajemen; namun bila biaya monitoring tersebut terlalu tinggi maka mereka akan menggunakan pihak ketiga (debtholders dan atau bondholdrs) untuk membantu melakukan monitoring. Debtholders yang sudah menanamkan dananya di perusahaan akan berusaha mengawasi penggunaan dana tersebut. Ketiga, melalui peningkatan dividend payout ratio (DPR) atau ratio dividen terhadap laba bersih. Keempat, dengan cara mengaktifkan monitoring melalui investor investor institusional. Adanya kepemilikan oleh institutional investor seperti perusahaan asuransi, bank, perusahaan investasi, dan institusi lain akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja manajemen, karena kepemilikan saham mewakili suatu sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap keberadaan manajemen. Mitton (2000) menunjukkan bahwa variabel-variabel yang berkaitan dengan corporate governance mempunyai dampak yang kuat terhadap kinerja perusahaan selama periode krisis di Asia Timur (tahun 1997-1998). Perusahaan dengan kualitas pengungkapan yang lebih baik, kepemilikan pihak eksternal yang lebih terkonsentrasi, dan perusahaan yang lebih terfokus (dibandingkan dengan yang terdiversifikasi) memiliki kinerja pasar yang lebih baik. Tingkat kepemilikan insider, publik, dan institusional adalah variabel-variabel yang dapat dijadikan proksi untuk menguji pengaruh mekanisme kontrol corporate governance terhadap kinerja perusahaan. Shleiver dan Vishny (1997) menyatakan bahwa corporate governance merupakan serangkaian mekanisme yang dapat melindungi outside shareholders dari ekspropriasi yang dilakukan oleh para manajer dan pemegang saham pengendali (insider) dengan 2
penekanan pada mekanisme legal. Johnson,dkk (2000) mendefinisikan corporate governance sebagai mekanisme yang bertujuan meminimalisasi konflik keagenan, dengan penekanan khusus pada mekanisme legal yang mencegah dilakukannya ekspropriasi atas pemegang saham minoritas. Klapper dan Love menemukan adanya hubungan positif antara corporate governance dengan kinerja perusahaan yang diukur dengan return on assets (ROA) dan Tobin s Q. Penemuan penting lainnya adalah bahwa penerapan corporate governance di tingkat perusahaan lebih memiliki arti dalam negara berkembang dibandingkan dalam negara maju. Lemahnya corporate governance sering disebut sebagai salah satu penyebab krisis keuangan di negara-negara di Asia. Ciri utama dari lemahnya corporate governance adalah adanya tindakan mementingkan diri sendiri dari insider shareholders. Jika insider shareholders mengabaikan kepentingan outside shareholders, maka harapan para investor tentang pengembalian (return) atas investasi yang telah mereka tanamkan akan jatuh, Jika corporate governance dilakukan dengan baik, harapan para investor tentang pengembalian (return) atas investasi yang telah mereka tanamkan akan meningkat. Dengan demikian, secara agregat, hal tersebut mengakibatkan aliran masuk modal (capital inflows) ke suatu negara mengalami kenaikan dan aliran keluar modal (capital outflows) dari suatu negara mengalami penurunan. Akibat selanjutnya adalah meningkatnya harga-harga saham di negara tersebut sehingga kinerja pasar modalnya menjadi semakin baik. Jogiyanto (2002); Membaiknya kinerja pasar modal akan menjadi daya tarik investor untuk menginvestasikan dananya ke pasar modal yang mengalami bullish, dan menyebabkan apresiasi nilai tukar rupiah dalam jangka pendek. Peningkatan harga saham 3
secara terus-menerus akan mendorong apresiasi mata uang domestik (rupiah) dalam jangka panjang. Di sisi lain, depresiasi mempunyai efek positif dalam jangka pendek dan jangka panjang atas pasar modal. Efek positif atas depresiasi mata uang rupiah terhadap harga saham dalam jangka pendek dapat dijelaskan sebagai gangguan suku bunga riil. Pada saat rupiah terdepresiasi cukup dalam, pemerintah mengambil kebijakan untuk menaikkan suku bunga dengan tujuan untuk menahan jatuhnya nilai rupiah (disamping menarik capital inflow) agar rupiah terapresiasi. Namun tingginya suku bunga akan berakibat pada penurunan present value dari future cash flow perusahaan sehingga mengakibatkan harga saham menjadi jatuh dan hal ini sesuai dengan teori arbitrage. Di lain pihak, tingginya suku bunga pada saat yang bersamaan diikuti oleh tingkat inflasi yang tinggi yang disebabkan oleh adanya capital flight yang besar (teori makro suku bunga tinggi akan menyebabkan inflasi turun karena uang beredar akan berkurang yang disebabkan daya tarik suku bunga tinggi akan menyebabkan dana masyarakat masuk ke bank). Gangguan inflasi menunjukkan hubungan negatif antara nilai tukar dan harga saham. Dalam jangka panjang terdapat hubungan positif atas terdepresiasinya nilai tukar rupiah dengan indeks harga saham. Harga saham itu sendiri merupakan cerminan dari kinerja perusahaan. Johnson,dkk (2000) memberikan bukti bahwa rendahnya kualitas corporate governance dalam suatu negara berdampak negatif pada pasar saham dan nilai tukar mata uang negara yang bersangkutan pada masa krisis di Asia. 4
1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka masalah yang akan diteliti dapat dirumuskan sebagai berikut: 1. Apakah tingkat kepemilikan insider mempengaruhi kinerja perusahaan? 2. Apakah tingkat kepemilikan publik mempengaruhi kinerja perusahaan? 3. Apakah tingkat kepemilikan institusional mempengaruhi kinerja perusahaan? 4. Apakah nilai tukar rupiah terhadap US $ memoderasi hubungan antara tingkat kepemilikan insider, publik, institusional; dan kinerja perusahaan. 1.3 Batasan Masalah Agar pembahasan terdapat objek yang diteliti tidak terlalu luas maka perlu adanya fokus penelitian sehingga menjadi lebih terarah: 1. Perusahaan dalam penelitian ini adalah perusahaan manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Jakarta (BEJ) yang melaporkan keuangan yang lengkap dan dipublikasikan pada Indonesian Capital Market Directory (ICMD). 2. Perusahaan yang memiliki kepemilikan insider, kepemilikan publik, dan kepemilikan institusional selama 7 tahun berturut-turut dari tahun 2000-2006 3. Penelitian ini menggunakan Tobin Q sebagai ukuran kinerja perusahaan 5
1.4 Tujuan Penelitian Berdasarkan rumusan masalah dan batasan masalah yang ada maka tujuan penelitian ini adalah: 1. Untuk menguji apakah tingkat kepemilikan insider mempengaruhi kinerja perusahaan. 2. Untuk menguji apakah tingkat kepemilikan publik mempengaruhi kinerja perusahaan. 3. Untuk menguji apakah tingkat kepemilikan institusional mempengaruhi kinerja perusahaan. 4. Untuk menguji apakah nilai tukar rupiah terhadap US $ memoderasi hubungan antara tingkat kepemilikan insider, publik, institusional; dan kinerja perusahaan 1.5 Manfaat Penelitian Hasil dari penelitian ini diharapkan dapat menguatkan penelitian-penelitian serupa, yakni penelitian mengenai pengaruh mekanisme kontrol corporate governance terhadap kinerja perusahaan. 6