Institusi Penyelenggaraan Pemilu

dokumen-dokumen yang mirip
BAWASLU (TUGAS, WEWENANG DAN KEWAJIBAN) Institusi Penyelenggaraan Pemilu KPU DKPP KESIAPAN BAWASLU DALAM PENGAWASAN PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN

2 Nomor 11 Tahun 2014 tentang Pengawasan Pemilihan Umum; Mengingat : 1. Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembar

Oleh : Dr. Muhammad, S.IP., M.Si. (Ketua Badan Pengawas Pemilihan Umum)

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BAB I KETENTUAN UMUM

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 11 TAHUN 2014 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NOTA KESEPAKATAN BERSAMA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA, KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAN KEJAKSAAN REPUBLIK INDONESIA

BAB IV PENUTUP. Berdasarkan pemaparan hasil penelitian dan pembahasan yang telah. diuraikan maka dapat ditarik beberapa kesimpulan yaitu :

JAKARTA, 03 JUNI

- 2 - BAB I KETENTUAN UMUM

SOP Sentra Gakkumdu dan Tantangannya. Purnomo S. Pringgodigdo

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA, KETUA BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN KOMISI PEMILIHAN UMUM NOMOR 44 TAHUN 2008 TENTANG PEDOMAN TATA CARA PENYELESAIAN PELANGGARAN ADMINISTRASI PEMILIHAN UMUM

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 19 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

I. PENDAHULUAN. Pemilihan umum (Pemilu) adalah proses pemilihan orang-orang untuk mengisi

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

NOMOR 14 TAHUN 2016 NOMOR 01 TAHUN 2016 NOMOR 013/JA/11/2016 TENTANG

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

BAB II DISKRIPSI ORGANISASI

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG PENGAWASAN TAHAPAN PENCALONAN PEMILIHAN UMUM KEPALA DAERAH DAN WAKIL KEPALA DAERAH

PERATURAN KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2008 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM,

2 Mengingat : Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilihan Umum (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2011 Nomor 101, Tambaha

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 1 TAHUN 2012 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

POLA PENEGAKAN HUKUM PEMILU Oleh: Arief Budiman Ketua KPU RI Badan Pendidikan dan Pelatihan Kejaksaan RI, 12 Desember 2017

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 7 TAHUN 2017 TENTANG PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 14 TAHUN 2014

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA TENTANG PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 8 TAHUN 2014

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 25 TAHUN 2009 TENTANG

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

TATA CARA PENGADUAN PENYALAHGUNAAN WEWENANG PEJABAT PP 53 TAHUN 2010 TENTANG DISIPLIN PNS

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 1 TAHUN 2011 TENTANG

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG

Oleh: Basrief Arief JAKSA AGUNG REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN PEMERINTAH PENGGANTI UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2014 TENTANG PEMILIHAN GUBERNUR, BUPATI, DAN WALIKOTA

2017, No d. bahwa Undang-Undang Nomor 42 Tahun 2008 tentang Pemilihan Umum Presiden dan Wakil Presiden, Undang- Undang Nomor 15 Tahun 2011 tent

RANCANGAN UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR TAHUN 2015 TENTANG

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 18 TAHUN 2009 TENTANG

2011, No Daftar Pemilih Tetap Dalam Penyelenggaraan Pemilihan Umum Kepala Daerah dan Wakil Kepala Daerah; c. bahwa berdasarkan pertimbangan seba

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM,

PEI{GADILAI{ TIIYGGI MEDAN JL. PENGADILANNO. l0 TELP: F-AX. :

2016, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang; b. bahwa Pasal 22B huruf a dan huruf b Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2016 tent

Pemilihan Umum Kecamatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor 187);

BERITA NEGARA. No.1080, 2012 BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM. Pengawasan Pemilu. Tata Cara. PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 14 TAHUN 2012 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 24 TAHUN 2009 TENTANG

- 2 - Nasional Indonesia, dan Anggota Kepolisian Negara Republik Indonesia;

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

DEWAN KEHORMATAN PENYELENGGARA PEMILU REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 21 TAHUN 2009 TENTANG

2 b. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud huruf a, perlu menetapkan Peraturan Badan Pengawas Pemilihan Umum tentang Pengawasan Tahapan

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 1 TAHUN 2015 TENTANG

BAB II GAMBARAN UMUM LOKASI PENELITIAN. II.1. Panitia Pengawas Pemilihan Umum (Panwaslu) Kabupaten/Kota

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM NOMOR 4 TAHUN 2013 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Pada tahun 2014, bangsa Indonesia telah melaksanakan Pemilihan Umum

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 13 TAHUN 2012 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Daftar Isi Undang undang Nomor 7 tahun 2017 tentang Pemilihan Umum

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KESIAPAN KEJAKSAAN DALAM PENANGANAN PELANGGARAN PIDANA PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN OLEH : BASRIEF ARIEF 2

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

2017, No Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum tentang Perubahan atas Peraturan Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilihan Umum Nomor 1 Tahun 2

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BAWASLU. Daftar Pemilih. Pemilihan Umum. Presiden dan Wakil Presiden. Pengawasan. Penetapan.

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 10 TAHUN 2012 TENTANG

PETUNJUK TEKNIS I. PENDAHULUAN

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

Naskah ini telah diproses oleh Pusat Studi Hukum & Kebijakan Indonesia dan ditampilkan di

BAB III BAWASLU DALAM MENYELESAIKAN SENGKETA PEMILU. A. Kewenangan Bawaslu dalam Menyelesaikan Sengketa Pemilu

2008, No.59 2 c. bahwa dalam penyelenggaraan pemilihan kepala pemerintah daerah sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pem

LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 2008 TENTANG PERUBAHAN KEDUA ATAS UNDANG-UNDANG NOMOR 32 TAHUN 2004 TENTANG PEMERINTAHAN DAERAH

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 15 TAHUN 2011 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM

PEMUTAKHIRAN DATA PEMILIH UNTUK MEWUJUDKAN PEMILU 2019 YANG ADIL DAN BERINTEGRITAS

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA

2017, No Gubernur, Bupati, dan Wali Kota menjadi Undang- Undang (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 130, Tambahan Lembaran N

BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA PERATURAN BADAN PENGAWAS PEMILIHAN UMUM REPUBLIK INDONESIA NOMOR 9 TAHUN 2013 TENTANG

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 22 TAHUN 2007 TENTANG PENYELENGGARA PEMILIHAN UMUM DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Transkripsi:

KESIAPAN BAWASLU DALAM PENGAWASAN PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN DISAMPAIKAN PADA RAPAT KOORDINASI NASIONAL DALAM RANGKA PEMANTAPAN PELAKSANAAN PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN TAHUN 2014 Sentul International Convention Center Bogor, 4 Juni 2014 Institusi Penyelenggaraan Pemilu DKPP Bawaslu KPU 1

BAWASLU (TUGAS, WEWENANG DAN KEWAJIBAN) TUGAS: mengawasi persiapan penyelenggaraan Pemilu mengawasi pelaksanaan tahapan penyelenggaraan Pemilu memantau atas pelaksanaan tindak lanjut penanganan pelanggaran pidana Pemilu oleh instansi yang berwenang; mengawasi atas pelaksanaan putusan pelanggaran Pemilu; WEWENANG: menerima laporan dugaan pelanggaran terhadap pelaksanaan ketentuan peraturan perundang-undangan mengenai Pemilu; mengkaji laporan, temuan, dan merekomendasikan; Menyelesaikan sengketa Pemilu. Lanjutan: Tugas, wewenang dan kewajiban KEWAJIBAN: a. bersikap tidak diskriminatif dalam menjalankan tugas dan wewenangnya; b. melakukan pembinaan dan pengawasan terhadap pelaksanaan tugas Pengawas Pemilu pada semua tingkatan; c. menerima dan menindaklanjuti laporan yang berkaitan dengan dugaan adanya pelanggaran terhadap pelaksanaan peraturan perundang-undangan mengenai Pemilu; d. menyampaikan laporan hasil pengawasan kepada Presiden, DPR, dan KPU sesuai dengan tahapan Pemilu secara periodik dan/atau berdasarkan kebutuhan; dan e. melaksanakan kewajiban lain yang diberikan oleh peraturan perundang-undangan. [Undang-Undang No. 15 Tahun 2011 tentang Penyelenggara Pemilu] 2

BAGAIMANA BAWASLU MENJALANKAN TUGAS PENGAWASAN PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN? 1. Bawaslu memberdayakan Pengawas Pemilu di setiap jenjang Bawaslu (tingkat pusat); Bawaslu Provinsi; Panwaslu Kabupaten/Kota; Panwaslu Kecamatan; Pengawas Pemilu Lapangan; dan Pengawas Pemilu Luar Negeri. 3

2. Bawaslu Melakukan pengawasan secara Aktif Definisi Pengawasan Pemilu: kegiatan mengamati, mengkaji, memeriksa, dan menilai proses penyelenggaraan Pemilu sesuai peraturan perundang-undangan. (Pasal 1 angka 23 Peraturan Bawaslu No. 13 Tahun 2012 tentang Tata Cara Pengawasan Pemilu) Pengawasan Pemilu dilaksanakan dengan strategi: a. Pencegahan; dan b. Penindakan. [Pasal 9 ayat (1) Peraturan Bawaslu No. 13 Tahun 2012] Lanjutan : Melakukan pengawasan secara Aktif 2.a. Pencegahan Pencegahan dilakukan dengan tindakan langkah-langkah, dan upaya optimal mencegah secara dini terhadap potensi pelanggaran dan/atau indikasi awal pelanggaran. 4

Mekanisme Pencegahan: Lanjutan : Melakukan pengawasan secara Aktif Identifikasi Potensi Rawan Tindakan Pencegahan setiap tahapan Pemilu; dan Non-tahapan Pemilu. penguatan koordinasi antar lembaga dalam mencegah terjadinya pelanggaran; peningkatan kerjasama antar lembaga; peningkatan transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan Pemilu; pelaksanaan sosialisasi ketentuan peraturan perundang-undangan terkait Pemilu; Gerakan Sejuta Relawan Pengawas Pemilu (Kurang lebih 6 ribu relawan) dan kegiatan-kegiatan lain yang tidak bertentangan dengan peraturan perundang-undangan. Lanjutan : Melakukan pengawasan secara Aktif 2.b. Penindakan Memproses hasil pengawasan yang berupa temuan pelanggaran melalui tindakan yang sesuai dengan Peraturan Bawaslu tentang Tata Cara Pelaporan dan Penanganan. 5

3. Bawaslu Menjalankan Tugas Penanganan Penanganan digambarkan sebagai: serangkaian proses yang meliputi penerusan temuan, penerimaan laporan, pengumpulan alat bukti, klarifikasi, pengkajian, dan/atau pemberian rekomendasi, serta penerusan hasil kajian atas temuan/laporan kepada instansi yang berwenang untuk ditindaklanjuti. PELAPOR Laporan PENGAWAS PEMILU Temuan (Hasil Pengawasan) ANGGOTA PANWASLU KAJIAN PLENO Pemberkasan Pengumpulan alat bukti, melalui permintaan keterangan (klarifikasi), permintaan data, dsb. Pengumuman di Form A-7 KWK: Bukan Administrasi Pidana 6

Rekap Data Pemilu Anggota DPR,DPD dan DPRD Tahun 2014 Penerimaan Bukan Tindaklanjut (Rekomendasi) Temuan Laporan Administrasi Pidana Kode Etik 7.478 2.075 2.033 7.292 186 38 Total = 9.553 Keterangan : Berdasarkan laporan hasil penanganan pelanggaran sd 20 Mei 2014 Jumlah Administrasi Per tahapan Pemilu Anggota DPR,DPD,dan DPRD Tahun 2014 Administrasi Tahapan Jumlah Administrasi % (dari Total Administrasi = 7.296) Kampanye 4.581 62,26% Pemungutan dan Penghitungan Suara 992 13,59% Pemutakhiran Data Pemilih 935 12,81% Pencalonan (Pendaftaran) 426 5,83% Rekapitulasi Perolehan Hasil 250 3,43% Keterangan : Berdasarkan Laporan Hasil Penanganan sd 20 Mei 7

Penanganan Administrasi Pemilu Anggota DPR,DPD dan DPRD Tahun 2014 PENANGANAN PELANGGARAN ADMINISTRASI PEMILU TAHAPAN PEMILU DITERUSKAN KE KPU Non Tahapan 9 Pemutakhiran Data Pemilih Pencalonan 935 426 Masa Kampanye 4.581 Masa Tenang 103 Pemungutan Suara 992 Rekapitulasi Perolehan Suara TOTAL 250 7.296 (79,24% dari T/L yang diterima oleh Pengawas Pemilu sebesar 9.207) DITINDAKLANJUTI KPU (DARI T/L YANG DITERUSKAN) 9 100% 881 924,22% 390 91,54% 4.076 88,97% 96 93,20% 932 93,95% 235 94% 6.619 (90,72% dari laporan yang diteruskan ke KPU) TIDAK DITINDAKLANJUTI KPU (DARI T/L YANG DITERUSKAN) 0 0% 54 5,77% 36 8,45% 505 11,02% 7 6,79% 60 6,05% 15 6% 677 9,28% (dari laporan yang diteruskan) Keterangan : Berdasarkan Laporan Hasil Penanganan sd 20 Mei 2014 Jumlah Pidana Per Tahapan Pemilu Anggota DPR,DPD dan DPRD Tahun 2014 PELANGGARAN PIDANA Tahapan Pemilu Jumlah Pidana % (dari Total Pidana = 186) Kampanye 71 38,17% Pemungutan dan Penghitungan Suara Rekapitulasi Perolehan Hasil Suara 54 29,03% 24 12,90% Masa Tenang 21 11,29% 8

TREND PELANGGARAN KODE ETIK (38 KASUS) PEMILU ANGGOTA DPR, DPD DAN DPRD TAHUN 2014 a. Permasalahan Pemutakhiran DPT oleh KPU/jajaran; b. Dalam tahapan Pencalonan, KPU/jajaran tidak cermat dalam melakukan verifikasi administrasi dan verifikasi faktual Bakal Calon Anggota DPRD; c. KPU/jajaran tidak memproses Dokumen Pencalonan Bakal Calon Anggota DPRD terkait dengan Model BB-5; d. KPU/jajaran tidak melaksanakan rekomendasi Pengawas Pemilu terkait dengan Calon Anggota DPRD; e. Penyelenggara Pemilu masuk dalam Daftar Calon Tetap; f. Penyelenggara Pemilu turut serta dalam Kampanye Pemilu; g. Perubahan Perolehan Suara oleh Penyelenggara Pemilu; h. Penyelenggara Pemilu tidak melaksanakan Pemungutan dan Penghitungan Suara sesuai dengan ketentuan perundang-undangan. POLA PENANGANAN PELANGGARAN PEMILU PRESIDEN /WAKIL PRESIDEN Pelapor Adalah Warga Negara Indonesia atau Pemantau Pemilu atau Pasangan Calon Presiden/Wakil Presiden dan atau Tim Kampanye Pelapor wajib mengisi dan menandatanggani Formulir Penerimaan Laporan Dugaan Pemilu dan menyertakan KTP atau kartu identitas lain 9

Lanjutan: Pola Penanganan Dugaan Syarat Laporan: Syarat formal: a.pihak yang berhak melaporkan; b.waktu pelaporan tidak melebihi ketentuan batas waktu; c. Keabsahan laporan pelanggaran yang mencakup: Kesesuaian tandatangan dalam formulir laporan pelanggaran dengan kartu identitas; dan Tanggal dan waktu Syarat material: a.identitas Pelapor; b.nama dan alamat terlapor; c. peristiwa dan uraian kejadian; d.waktu dan tempat kejadian; e.saksi-saksi yang mengetahui peristiwa tersebut; f. barang bukti yang mungkin diperoleh atau diketahui; dan g. cara mendapatkan barang bukti yang diserahkan Lanjutan: Pola Penanganan Dugaan Laporan disampaikan kepada Pengawas Pemilu paling lama 3 (tiga) hari sejak terjadinya peristiwa Pengawas Pemilu menangani laporan paling lambat 3 (tiga) hari dan dapat diperpanjang 5 (lima) hari setelah menerima laporan. 10

Lanjutan: Pola Penanganan Dugaan Tindaklanjut penangganan dugaan pelanggaran Pemilu dapat diteruskan kepada: KPU jika pelanggaran administrasi. Kepolisian jika pelanggaran pidana. DKPP jika pelanggaran kode etik. Bawaslu akan menanggani jika Sengketa Pemilu. POLA PENANGANAN PERKARA TINDAK PIDANA PEMILU 11

Pemilu Legislatif Pemilu Presiden Pemilu Kada PELAPOR -Warga Masyarakat -Pemantau; dan -Calon Ang Legislatif/ Tim Kampanye -Warga Masyarakat -Pemantau; dan -Paslon Pres dan Wapres/ Tim Kampanye -Warga Masyarakat -Pemantau; dan -Paslon Kada/ Tim Kampanye Pemilu Legislatif Pemilu Presiden Pemilu Kada Batasan Waktu Pelaporan Dugaan 7 Hari Sejak diketahui dan/atau ditemukannya pelanggaran 3 Hari Sejak terjadinya peristiwa 7 Hari Sejak terjadinya pelanggaran 12

KETERANGAN PEMILU LEGISLATIF PEMILU PRES DAN WAPRES PEMILU KADA Batas Waktu Penanganan Pengawas Pemilu 3 + 2 Hari 3 + 2 Hari 7 + 7 Hari Batas Waktu di Kepolisian 14 Hari 14 Hari KUHAP Batas Waktu di Kejaksaan 5 Hari 5 Hari KUHAP Batas Waktu di Pengadilan 7 Hari 7 Hari KUHAP PROSES PELAPORAN PELANGGARAN PEMILU LEGISLATIF PELAPOR 7 Hari -WNI (HAK PILIH) -PEMANTAU -PESERTA PEMILU ADMIN KPU SANKSI ADMIN Ps. 266 BA/ PANWASLU GAR PEMILU 5 hr SIDIK TUNTUT SIDANG SENTRA GAKKUMDU -BA/PANWASLU -JAKSA -PENYIDIK PIDANA POLRI JPU PN 14 hr 5 hr 7 hr P-19 = 3 hr Perbaikan 3 hr 13

PROSES PELAPORAN PELANGGARAN PEMILU PRESIDEN DAN WAKIL PRESIDEN PELAPOR 3 Hari -WNI (HAK PILIH) -PEMANTAU -PESERTA PEMILU ADMIN KPU SANKSI ADMIN Ps. 266 BA/ PANWASLU GAR PEMILU 5 hr SIDIK TUNTUT SIDANG SENTRA GAKKUMDU -BA/PANWASLU -JAKSA -PENYIDIK PIDANA POLRI JPU PN 14 hr 5 hr 7 hr P-19 = 3 hr Perbaikan 3 hr PELAPOR 7 Hr LAPORAN 7 Hr PANWASLU TEMUAN ANGGOTA PANWASLU KAJIAN PLENO 7 Hr Pemberkasan Klarifikasi Pengumpulan alat bukti Pengumuman di Form A-7 KWK: Bukan Administrasi Pidana PP No.6 Thn 2005 & Perbawaslu No.2 Thn 2012 14

Tindak Lanjut Penanganan PEMILU KADA ADMIN KPU SANKSI ADMIN PANWASLU PELANGGARAN PEMILU Berlaku KUHAP SIDIK TUNTUT SIDANG PIDANA POLRI JPU PN Tindak Pidana Pemilu yang sering terjadi Memberi/menjanjikan uang (money politics) Pemalsuan tanda tangan dukungan calon atau keterangan palsu Penggunaan fasilitas negara untuk kampanye; Penyalahgunaan Jabatan; Kampanye terselubung (di luar jadwal yang ditetapkan); Black campaign; Ketidaknetralan Pejabat/PNS; Mencoblos lebih dari satu kali; Penggelembungan maupun pengurangan suara; Perusakan alat peraga/atribut kampanye. 15

Data Tindak Pidana Pemilu 2010 TAHAPAN PEMILU Pemutakhiran Data Pemilih Pencalonan Masa Kampanye/Mas a Tenang Pemungutan dan Penghitungan Suara LAPORAN/ TEMUAN TINDAK PIDANA PEMILU DITERUSKAN KE KEPOLISIAN 4 4 ( 100 % dari laporan/temuan) 71 60 (84,51 % dari laporan/temuan) 377 344 (91,25 % dari laporan/temuan) 128 124 ( 96,88 % dari laporan/temuan) DIHENTIKAN KEPOLISIAN 4 ( 100 % dari laporan/temuan) 20 (28.17 % dari laporan/temuan) 113 (29,97 % dari laporan/temuan) 31 (24,22 % dari laporan/temuan) TOTAL 580 532 168 Data Tindak Pidana Pemilu 2011 Tahapan Pemilu Non-Tahapan dan Pemutakhiran Data Pemilih Diteruskan Ke Kepolisian Dihentikan Kepolisian 12 9 (75%) Pencalonan 23 7 (30,4%) Kampanye 118 48 (40,67%) Masa Tenang 123 69 (56,09%) Pemungutan dan Penghitungan 68 44 (64,70%) Rekapitulasi 28 1 (3,57%) TOTAL 372 178 (47,85%) Kepolisian meneruskan ke Kejaksaan 1 (8,33%) 1 (4,34%) 8 (6,77%) 2 (1,62%) 4 (5,88%) 0 16 (4,30%) 16

Pidana Pemilu Kada Tahun 2012 NO KETERANGAN DITERIMA PANWASLU DITERUSKAN KE KEPOL DIHENTIKAN KEPOL DITERUSKA N KE KEJAKSAA N DIHENTIK AN KE KEJAKSAA N DILIMPAHK AN KE PN PUTUSAN PN 1 Pemutakhiran DPT 2 0 0 (0%) 2 Pencalonan 35 8 (22,86%) 3 Kampanye 58 20 (34,48%) 8 (100%) 12 (60%) 0 0 0 0 0 0 0 0 8 (40%) 7 (87,5%) 1 (12,5) 1 (100%) 4 Masa Tenang 37 6 (16,22) 6 (100%) 0 0 0 0 5 Pemungutan dan Penghitungan Suara 6 Rekapitulasi Hasil Perolehan Suara 65 11 (16,92%) 27 4 (14,81%) TOTAL 224 49 (21,88) 1 (9,09%) 3 (75,00%) 30 (61,22%) 4 (36,36%) 0 4 (100%) 4 (100%) 0 0 0 0 12 (24,49%) 7 (58,33%) 5 (41,67%) 5 (100%) Penanganan Pidana Pemilu Anggota DPR,DPD dan DPRD Tahun 2014 PENANGANAN PELANGGARAN PIDANA PEMILU TAHAPAN PEMILU DITERUSKAN KE KEPOLISIAN DIHENTIKAN KEPOLISIAN (Dari T/lditeruskan ke kepolisian) DITINDAKLANJUTI DARI KEPOLISIAN KE KEJAKSAAN (Dari t/lditeruskan ke kepolisian) DIHENTIKAN KEJAKSAAN (Dari t/l diteruskan ke kejaksaan) DILIMPAHKAN KE PN (Dari t/l diterima kejaksaan) PUTUSAN PN (Dari t/l dilimpahkan Ke pn) Non Tahapan 1 1 Pemutakhiran Data Pemilih 7 5 2 2 0 0 Pencalonan Masa Kampanye 71 60 8 6 2 1 1 11 0 7 6 Masa Tenang 21 19 2 2 2 Pungut dan 8 8 3 54 46 Hitung Rekapitulasi Hasil 24 24 186 25 3 18 12 161 86,55% 13,44% 12% 72% 66,67% TOTAL dari T/L yang 86,55% dari T/L yang dari T/L yang dari T/L yang Dari T/L diterima oleh dari T/L yang diteruskan ke diteruskan ke diterima di dilimpahkan ke PN) Pengawas Pemilu sebesar 302 diteruskan ke Kepolisian) Kepolisian) Kejaksaan) Kejaksaan) * Keterangan : Berdasarkan Laporan Hasil Penanganan sd 20 Mei 2014 1 17

Mengapa?...: 1. Tingkat Tindak Pidana yang diteruskan ke kepolisian cukup rendah/tidak maksimal? 2. Tingkat Tindak Pidana yang dihentikan kepolisian begitu tinggi? Undang- Undang yang mengatur Daluwarsa Pelaporan Proses di Pengawas Pemilu Proses di Penyidik Pemilu Kada Pemilu Legislatif Pemilu Presiden dan Wakil Presiden UU No. 32 Tahun 2004 ttg Pemerintahan Daerah [PP Nomor 6 Tahun 2005 yang telah diubah tiga kali terakhir dengan PP Nomor 49 Tahun 2008 ] 7 hari sejak terjadinya peristiwa UU No. 8 Tahun 2012 ttg Pemilu Anggota DPR, DPD, dan DPRD 3 hari sejak terjadinya peristiwa UU No. 42 Tahun 2008 ttg Pemilu Presiden [sedang proses usulan revisi] 3 hari sejak terjadinya peristiwa 7 hari + 7 hari 3 hari + 2 hari 3 hari + 2 hari mengikuti KUHAP (UU No.8 Thn 1981) 14 hari 14 hari 18

Banyak Laporan dan Temuan yang tidak dapat diproses karena alat bukti tidak lengkap, serta karena keterbatasan wewenang Pengawas Pemilu Pasal183 KUHAP: Bukti awal yang cukup sekurang kurangnya 2 alat bukti Pasal184 ayat (1) KUHAP, alat bukti yang sah adalah : Keterangan Saksi ; Keterangan Ahli ; Surat ; Petunjuk ; Keterangan terdakwa/tersangka/terlapor; dan Unus Testis Nullus Testis (satu saksi bukan saksi, minimal 2 saksi dengan nilai 1 alat bukti). Pengawas Pemilu tidak berwenang untuk melakukan paksaan terhadap pelapor, terlapor, dan saksi untuk dimintai keterangan Pengawas Pemilu hanya berwenang mengundang pelapor, terlapor, atau saksi dalam rangka untuk diminta klarifikasinya tanpa adanya daya paksa. 19

Pengawas Pemilu tidak memiliki kewenangan untuk menyita alat bukti yang ada di tangan pelapor, terlapor, ataupun saksi Pengawas Pemilu tidak memiliki kewenangan untuk menggeledah tempat dan/atau badan. 20

Pengawas Pemilu bersinergi dengan Kepolisian dan Kejaksaan dalam forum Sentra Gakkumdu untuk menangani laporan/temuan tindak pidana Pemilu secara terpadu, dalam rangkaian proses: a. Temuan/Penerimaan laporan tindak pidana Pemilu; b. Pengumpulan alat bukti: dibantu unsur penyidik POLRI; c. Pengkajian; d. Penerusan laporan hingga proses penuntutan dan peradilan. Pengalaman Sentra Gakkumdu Pemilu Legislatif 2009 Pengalaman Sentra Gakkumdu Pemilukada pada beberapa daerah upaya koordinasi pembentukan MoU Sentra Gakkumdu Nasional untuk Pemilukada, Pemilu Legislatif, Pemilu Presiden (berlangsung sejak 2010) Amanat Pasal 267 UU No. 8 Tahun 2012: Untuk menyamakan pemahaman dan pola penanganan tindak pidana Pemilu, Bawaslu, Kepolisian Negara Republik Indonesia, dan Kejaksaan Agung Republik Indonesia membentuk sentra penegakan hukum terpadu. Pembahasan Rancangan Kesepakatan Bersama antara Bawaslu, Kepolisian dan Kejaksaan Nota Kesepakatan Bersama No. 01/NKB/BAWASLU/I/2013, No. B/02/I/2013, No. KEP-005/A/JA/01/2013 tentang Sentra Gakkumdu tertanggal 16 Januari 2013 SOP Sentra Gakkumdu 8 Mei 2013 21

I. Tingkat Pusat Pembina: a. Ketua Badan Pengawas Pemilu Republik Indonesia; b. Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia; dan c. Jaksa Agung Republik Indonesia. Ketua: a. Koordinator Divisi Hukum dan Penindakan ; b. Kepala Badan Reserse Kriminal Kepolisian Negara Republik Indonesia; dan c. Jaksa Agung Muda Tindak Pidana Umum. II. Tingkat Provinsi Pembina : a. Ketua Badan Pengawas Pemilu Provinsi; b. Kepala Kepolisian Daerah; dan c. Kepala Kejaksaan Tinggi. Ketua: a. Koordinator Divisi Hukum dan Penindakan ; b. Direktur Reserse dan Kriminal Umum; dan c. Asisten Tindak Pidana Umum. [Pasal 5 Nota Kesepakatan Sentra Gakkumdu] III. Tingkat Kabupaten/Kota Pembina: a. Ketua Panitia Pengawas Pemilu Kabupaten/Kota; b. Kepala Kepolisian Resort; dan c. Kepala Kejaksaan Negeri. Ketua: a. Koordinator Divisi Hukum dan Penindakan ; b. Kepala Satuan Reserse dan Kriminal; dan c. Kepala Seksi Tindak Pidana Umum. [Pasal 5 ayat (3) Nota Kesepakatan Sentra Gakkumdu] 22

Pengawas Pemilu menerima laporan/temuan dugaan pelanggaran yang diduga mengandung unsur Tindak Pidana Pemilu (dituangkan dalam Formulir). Pengawas Pemilu segera berkoordinasi dan menyampaikan laporan/temuan tersebut kepada Sentra Gakkumdu paling lama 24 jam terhitung sejak diterimanya laporan/temuan. Pelaksanaan pembahasan Sentra Gakkumdu dengan dipimpin oleh Anggota Sentra Gakkumdu yang berasal dari unsur Pengawas Pemilu. Peserta rapat memberikan saran dan pendapat terhadap syarat formil dan materiil, pasal yang diterapkan, dan pemenuhan unsur tindak pidana. Disusun rekomendasi yang berdasarkan pada kesimpulan pembahasan rapat Sentra Gakkumdu, yang menentukan: a. apakah suatu laporan /temuan merupakan tindak pidana Pemilu atau bukan? atau b. apakah laporan/temuan tersebut masih perlu dilengkapi dengan syarat formil/syarat materiil? Penerimaan dan Pengkajian oleh Pengawas Pemilu Pembahasan dalam Forum Sentra Gakkumdu Tindak Lanjut Rekomendasi menyamakan pemahaman dan pola penanganan Tindak Pidana Pemilu secara terpadu dan terkoordinasi Meningkatkan kerja sama dan sinergi dalam Sentra Gakkumdu Tercapainya penegakan hukum Tindak Pidana Pemilu secara cepat dan sederhana, serta tidak memihak. Kepercayaan masyarakat terhadap proses dan hasil Pemilu. Kuatnya Integritas dan Legitimasi Pemilu. 23

muhammad@bawaslu.go.id 24