PENGARUH BELANJA MODAL DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP PENDAPATAN PER KAPITA

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL (Studi Empiris di Wilayah Karesidenan Surakarta)

PENGARUH ANGGARAN PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP PENGALOKASIAN ANGGARAN BELANJA MODAL SKRIPSI

BAB V PENUTUP. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh Pendapatan Asli Daerah

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN DANA ALOKASI UMUM (DAU) TERHADAP BELANJA MODAL

BAB I PENDAHULUAN. oleh krisis ekonomi yang menyebabkan kualitas pelayanan publik terganggu dan

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA ALOKASI UMUM (DAU) TERHADAP BELANJA MODAL PADA

PENGARUH PRODUK DOMESTIK REGIONAL BRUTO, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DANA ALOKASI UMUM DAN DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP BELANJA DAERAH

N A S K A H P U B L I K A S I

PENGARUH DANA ALOKASI UMUM (DAU), PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA PEMERINTAH KABUPATEN KLATEN TAHUN

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA ALOKASI UMUM (DAU), DAN DANA ALOKASI KHUSUS (DAK) TERHADAP BELANJA MODAL

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH, PERTUMBUHAN EKONOMI, DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP PENGALOKASIAN ANGGARAN BELANJA MODAL

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN DANA ALOKASI UMUM (DAU) TERHADAP ALOKASI BELANJA MODAL (Study Empiris Kabupaten/ Kota Jawa Tengah)

BAB V PENUTUP. terhadap alokasi belanja modal. PAD diukur dengan indikator retribusi daerah,

BAB 1 PENDAHULUAN. Anggaran daerah merupakan rencana keuangan yang menjadi. daerah berkewajiban membuat rancangan APBD, yang hanya bisa

Powered by TCPDF (

PENGARUH DANA ALOKASI UMUM (DAU), DANA ALOKASI KHUSUS (DAK), PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN PERTUMBUHAN EKONOMI TERHADAP BELANJA PEMERINTAH DAERAH

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN/KOTA DI PROVINSI JAWA BARAT PERIODE

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. undang-undang di bidang otonomi daerah tersebut telah menetapkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan kekayaan daerah

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA ALOKASI UMUM (DAU), DANA ALOKASI KHUSUS (DAK), DAN SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN

INUNG ISMI SETYOWATI B

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. UU No. 22 tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan UU No 25 tahun 1999

BAB I PENDAHULUAN. Dalam sistem negara kesatuan, pemerintah daerah merupakan bagian yang

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP BELANJA MODAL PADA KABUPATEN GORONTALO

Volume I No. 1, Februari 2016 ISSN

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP TINGKAT KEMANDIRIAN KEUANGAN DAERAH (Studi Kasus Pada Kota Di Jawa Barat)

Volume I No. 1, Februari 2016 ISSN

NASKAH PUBLIKASI ILMIAH

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DANA BAGI HASIL (DBH), DANA ALOKASI UMUM (DAU), DAN ALOKASI KHUSUS (DAK) TERHADAP PERTUMBUHAN EKONOMI (PDRB)

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan yang sentralisasi menjadi struktur yang terdesentralisasi dengan

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP ALOKASI BELANJA DAERAH PADA PEMERINTAH KABUPATEN/KOTA PROVINSI JAWA TIMUR

PENGARUH DANA ALOKASI UMUM, PENDAPATAN ASLI DAERAH, SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN, DAN LUAS WILAYAH TERHADAP ANGGARAN BELANJA MODAL

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi. masyarakat sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan kewenangan yang diberikan oleh pemerintah pusat

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. mengelola sumber daya yang dimiliki secara efisien dan efektif.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia memasuki babak baru pengelolaan pemerintahan dari sistem

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Dalam landasan teori, akan dibahas lebih jauh mengenai Pertumbuhan

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH, DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP PENGALOKASIAN ANGGARAN BELANJA MODAL

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang ditetapkan berdasarkan peraturan daerah tentang APBD.

DAFTAR PUSTAKA. Abdul Halim Akuntansi Sektor Publik: Akuntansi Keuangan Daerah. Edisi Keempat. Jakarta: Salemba Empat.

BAB III METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh Pemerintahan Kota/Kabupaten

ANALISIS KINERJA KEUANGAN DAN PERTUMBUHAN EKONOMI SEBELUM DAN SESUDAH DIBERLAKUKANNYA OTONOMI DAERAH DI KABUPATEN BOYOLALI APBD

BAB I PENDAHULUAN. Melalui Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbang) yang telah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah. Pelaksanaan otonomi daerah didasarkan atas pertimbangan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tentang situasi manajemen tidaklah termotivasi oleh tujuan-tujuan individu

BAB 1 PENDAHULUAN. mengelola daerahnya sendiri. Namun dalam pelaksanaannya, desentralisasi

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi sektor publik yang disertai adanya tuntutan untuk lebih

Bab I Pendahuluan 1.1 Latar Belakang

Mia Rachmawati. Abstract. Keyword : General Allocation Fund (DAU), Special Allocation Fund (DAK), Regional Own Revenue (PAD), Capital Expenditure.

BAB 1 PENDAHULUAN. disebutanggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Baik untuk

BAB I PENDAHULUAN. era baru dalam pelaksanaan otonomi daerah dan desentralisasi fiskal. Pembiayaan

PENGARUH PERTUMBUHAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), DAN DANA ALOKASI UMUM (DAU) TERHADAP PENGALOKASIAN ANGGARAN BELANJA MODAL

BAB I PENDAHULUAN. dampak diberlakukannya kebijakan otonomi daerah. Sistem otonomi daerah

PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH,DANA ALOKASI UMUM,DANA ALOKASI KHUSUS TERHADAP ALOKASI BELANJA MODAL DAERAH DI KABUPATEN TULUNGAGUNG

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. segala sesuatu baik berupa uang maupun barang yang dapat dijadikan

BAB 5 KESIMPULAN, KETERBATASAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. otonomi daerah ditandai dengan dikeluarkan Undang-Undang (UU No.22 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Negara dimaksudkan untuk meningkatkan efektifitas dan efesiensi. penyelenggaraan pemerintahan dan pelayanan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

1. PENDAHULUAN. merupakan salah satu unsur belanja langsung. Belanja modal merupakan

BAB I PENDAHULUAN. kapasitas fiskal yaitu pendapatan asli daerah (PAD) (Sidik, 2002)

BAB 1 PENDAHULUAN. Kebijakan desentralisasi fiskal yang diberikan pemerintah pusat kepada

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS. Menurut Undang-Undang Nomor 17 tahun 2003, pendapatan daerah

BAB I PENDAHULUAN. Otonomi daerah merupakan hak, wewenang, dan kewajiban daerah

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan rakyat, termasuk kewenangan untuk melakukan pengelolaan

BAB I PENDAHULUAN. Proses globalisasi pemerintahan pada daerah Indonesia di tahun 2001

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS. peraturan daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan.

BAB I PENDAHULUAN. daerah dan desentralisasi fiskal. Dalam perkembangannya, kebijakan ini

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian (Kuncoro, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. kabupaten dan kota memasuki era baru sejalan dengan dikeluarkannya UU No.

BAB I PENDAHULUAN. otonomi daerah merupakan wujud reformasi yang mengharapkan suatu tata kelola

NASKAH PUBLIKASI. Mencapai Derajat Sarjana S-1 Program Studi Akuntansi pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis. Universitas Muhammadiyah Surakarta.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Reformasi telah membawa perubahan yang signifikan terhadap pola

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Indonesia sedang berada di tengah masa transformasi dalam hubungan antara

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat setempat sesuai dengan peraturan peundang-undangan. Hal tersebut

BAB 1 PENDAHULUAN. dalam bidang pengelolaan keuangan negara maupun daerah. Akuntabilitas

PENDAHULUAN. yang sangat besar, terlebih lagi untuk memulihkan keadaan seperti semula. Sesuai

BAB I PENDAHULUAN. penduduk perkotaan dan penduduk daerah maka pemerintah membuat kebijakan-kebijakan sebagai usaha

PENGARUH DANA ALOKASI UMUM (DAU), PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD), SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN

DAFTAR PUSTAKA. Abdullah, Sukriy dan Abdul Halim Studi atas Belanja Modal Anggaran

BAB III METODE PENELITIAN

Disusun oleh : Nama : Ismy Chaerunissa Oktia NPM : Jurusan : Akuntansi / S1 Pembimbing : Supiningtyas P., SE., MM

TUGAS AKHIR PENGARUH PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) DAN DANA ALOKASI UMUM (DAU) TERHADAP BELANJA DAERAH PEMERINTAH PROPINSI JAWA BARAT

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kebijakan tentang otonomi daerah di wilayah Negara Kesatuan Republik

BAB I PENDAHULUAN. Di Indonesia, desentralisasi fiskal mulai hangat dibicarakan sejak

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pengelolaan keuangan daerah sejak tahun 2000 telah mengalami era baru,

BAB I PENDAHULUAN. dalam pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen anggaran

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan pelayanan publik. Di Indonesia, dokumen anggaran dearah

BABV PENUTUP. signifikan antara variabel Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Alokasi

PENGARUH PERTUMBUAN EKONOMI, PENDAPATAN ASLI DAERAH DAN DANA ALOKASI UMUM TERHADAP PENGALOKASIAN BELANJA MODAL DI KABUPATEN BOYOLALI PERIODE TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. melakukan berbagai jenis pembelanjaan. Seperti halnya pengeluaran-pengeluaran

BAB I PENDAHULUAN. diterapkan otonomi daerah pada tahun Undang-Undang Nomor 32 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-

BAB I PENDAHULUAN. disebut Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD), baik untuk

Transkripsi:

PENGARUH BELANJA MODAL DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD) TERHADAP PENDAPATAN PER KAPITA (Studi pada Pemerintah Kabupaten dan Kota Se-Provinsi Jawa Tengah dari tahun 2009-2011 ) NASKAH PUBLIKASI Diajukan Untuk Memenuhi Tugas dan Syarat Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi Pada Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta Disusun Oleh : WIDYA JAYANTI B 200 080 228 FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS PROGRAM STUDI AKUNTANSI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2013 i

ii

PENGARUH BELANJA MODAL DAN PENDAPATAN ASLI DAERAH TERHADAP PENDAPATAN PER KAPITA WIDYA JAYANTI B. 200 080 228 Fakultas Ekonomi dan Bisnis Universitas Muhammadiyah Surakarta ABSTRAKSI Penelitian ini bertujuan untuk membuktikan secara empiris mengenai pengaruh Belanja Modal dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Pendapatan per Kapita. Berdasarkan hasil penelitian diharapkan sebagai informasi untuk mengetahui faktor apa saja dalam keuangan daerah yang dapat mempengaruhi Pendapatan per Kapita. Metode analisis data yang digunakan untuk menentukan pengaruh Belanja Modal dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Pendapatan per Kapita adalah regresi linier berganda dengan uji t, uji F dan koefisien determinasi (Adj. R 2 ). Populasi dan sampel dalam peneitian ini adalah seluruh Kabupaten dan Kota Provinsi Jawa Tengah, dengan metode purposive sampling Jenis Kabupaten/Kota yang menyampaikan laporan realisasi APBD tahun anggaran 2009 hingga 2011 kepada situs Dirjen Perimbangan Keuangan Pemerintah daerah sebanyak 35 Kabupaten/Kota di Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan hasil penelitian diketahui bahwa Pendapatan Asli Daerah berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan per Kapita di Kabupaten dan Kota Provinsi Jawa Tengah. Hal ini terbukti dari hasil perhitungan diperoleh nilai t hitung sebesar 9,681 dengan p= 0,032 < 0,05. Belanja modal berpengaruh signifikan terhadap pendapatan per kapita di Kabupaten dan Kota Provinsi Jawa Tengah. Hal ini terbukti dari hasil perhitungan diperoleh nilai t hitung sebesar -2,321 dengan p= 0,023 < 0,05. Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Modal secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan per Kapita penduduk di Kabupaten dan Kota Provinsi Jawa Tengah. Hal ini terbukti dari hasil perhitungan diperoleh F hitung sebesar 59,070 dengan p= 0,000 < 0,05. Kata kunci: Belanja Modal, Pendapatan Asli Daerah (PAD), Pendapatan per Kapita. 1

A. PENDAHULUAN Pelaksaan desentralisasi fiskal di Indonesia mengacu pada Undang- Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Pemerintahan Daerah yang telah direvisi menjadi Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 dan Undang- Undang Nomor 25 Tahun 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pusat dan Daerah yang direvisi menjadi Undang-Undang Nomor 33 Tahun 2004. Kedua undang-undang di bidang otonomi daerah tersebut telah menetapkan pemberian kewenangan otonomi dalam wujud otonomi yang luas, nyata, dan bertanggung jawab kepada daerah, pemerintah daerah diberi wewenang untuk menggali potensi daerahnya dan menetapkan prioritas pembangunan. Tujuan dari desentralisasi fiskal dan otonomi daerah yaitu mendorong demokratisasi di daerah, mencegah disintegrasi bangsa, meningkatkan kinerja penyelenggaraan pemerintah, memajukan dan meningkatkan daya saing daerah, mendekatkan pelayanan kepada publik, dan memberdayakan masyarakat. Dalam rangka menjalankan fungsi dan kewenangan pemerintah daerah dalam bentuk pelaksanaan kewenangan fiskal, daerah harus dapat mengenali potensi dan mengidentifikasi sumber-sumber daya yang dimilikinya. Pemerintah daerah diharapkan lebih mampu menggali sumbersumber keuangan khususnya untuk memenuhi kebutuhan pembiayaan pemerintahan dan pembangunan di daerahnya melalui Pendapatan Asli daerah. Tuntutan peningkatan PAD semakin besar seiring dengan semakin banyaknya kewenangan pemerintahan yang dilimpahkan kepada daerah disertai pengalihan personil, peralatan, pembiayaan dan dokumentasi (P3D) ke daerah dalam jumlah besar (Ardhani, 2011). Belanja Modal yang dilakukan oleh pemerintah daerah juga digunakan untuk pembangunan dan perbaikan infrastruktur di dalam sektor pendidikan, kesehatan dan transportasi sehingga masyarakat ikut menikmati manfaat dari pembangunan daerah. Dengan tersedianya infrastruktur yang baik diharapkan dapat menciptakan efisiensi dan efektifitas di berbagai sektor tersebut, 2

produktifitas masyarakat pun menjadi semakin tinggi dan pada akhirnya terjadi peningkatan pertumbuhan ekonomi (Harianto dan Adi, 2007). Pertumbuhan ekonomi sering di ukur dengan menggunakan Pertumbuhan Produk Dosmetik Bruto (PDB/PDRB), namun demikian, indikator ini dianggap tidak selalu tepat dikarenakan tidak mencerminkan makna pertumbuhan yang sebenarnya. Indikator lain, yaitu Pendapatan per Kapita yang dapat digunakan sebagai alat ukur pertumbuhan ekonomi (Kuncoro, 2004). Tujuan penelitian ini adalah pertama, pengaruh belanja modal terhadap pendapatan per kapita. Kedua, pengaruh pendapatan asli daerah terhadap pendapatan per kapita. Ketiga, pengaruh belanja modal dan pendapatan asli daerah terhadap pendapatan per kapita. B. LANDASAN TEORI Belanja Modal Belanja Modal merupakan pengeluaran pemerintah daerah yang manfaatnya lebih dari satu tahun anggaran dan menambah aset atau kekayaan daerah dan selanjutnya akan menambah belanja yang bersifat rutin seperti biaya pemeliharaan pada kelompok belanja administrasi umum (Halim, 2004). Sedangkan menurut PSAP Nomor 2, Belanja Modal adalah pengeluaran anggaran untuk perolehan aset tetap dan asset lainnya yang memberi manfaat lebih dari satu periode akuntansi. Selanjutnya pada pasal 53 ayat 2 Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 ditentukan bahwa nilai aset tetap berwujud yang dianggarkan dalam Belanja Modal sebesar harga beli/bangun aset ditambah seluruh belanja yang terkait dengan pengadaan/ pembangunan aset sampai asset tersebut siap digunakan. Kemudian pada pasal 53 ayat 4 Permendagri Nomor 59 Tahun 2007 disebutkan bahwa Kepala Daerah menetapkan batas minimal kapitalisasi sebagai dasar pembebanan belanja modal selain memenuhi batas minimal juga pengeluaran anggaran untuk belanja barang tersebut harus memberi manfaat lebih satu periode akuntansi bersifat tidak rutin. Ketentuan hal ini sejalan dengan PP 24 Tahun 2004 3

tentang Standar Akuntansi Pemerintahan khususnya PSAP No 7, yang mengatur tentang akuntansi aset tetap. Belanja Modal merupakan pengeluaran anggaran yang digunakan dalam rangka memperoleh atau menambah aset tetap dan aset lainnya yang memberikan manfaat lebih dari satu periode akuntansi serta melebihi batasan minimal kapitalisasi aset tetap atau aset lainnya yang ditetapkan pemerintah. Nomor 59 Tahun 2007 ditentukan bahwa nilai aset tetap berwujud yang dianggarkan dalam Belanja Modal sebesar harga beli/bangun aset ditambah seluruh belanja yang terkait dengan pengadaan/pembangunan aset sampai aset tersebut siap digunakan. Pendapatan Asli Daerah Menurut pasal 79 undang-undang no. 22 tahun 1999, pendapatan daerah yaitu semua penerimaan kas daerah dalam periode anggaran tertentu yang menjadi hak atas daerah yang menjelaskan tentang jumlah anggaran dan realisasi dari bagian sisa lebih perhitungan anggaran tahun lalu, bagian Pendapatan asli daerah, pendapatan dari pemerintah/instansi yang lebih tinggi, dan lain-lain pendapatan yang sah. Pendapatan daerah ini dimaksud untuk membiayai belanja atau pengeluaran pembangunan daerah, karena pembangunan daerah tidak akan terlaksana dengan baik apabila tidak didukung dengan yang dana yang cukup. Sumber keuangan yang berasal dari Pendapatan Asli Daerah lebih penting dibanding dengan sumber yang berasal dari luar Pendapatan Asli Daerah. Hal ini karena Pendapatan Asli Daerah dapat dipergunakan sesuai dengan kehendak dan inisiatif pemerintah daerah demi kelancaran penyelenggaraan urusan daerahnya. Selain Pendapatan Asli Daerah, Dana Perimbangan juga merupakan salah satu sumber penerimaan daerah yang memiliki kontribusi besar terhadap sturktur APBD. Dalam UU No.33/ 2004 disebutkan Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari pendapatan APBN yang dialokasikan kepada daerah untuk mendanai kebutuhan daerah dalam rangka pelaksanaan desentralisasi. Perimbangan keuangan antara Pemerintah dan Pemerintahan Daerah adalah suatu sistem pembagian keuangan yang adil, proporsional, demokratis, transparan, dan efisien dalam 4

rangka pendanaan penyelenggaraan desentralisasi, dengan mempertimbangkan potensi, kondisi, dan kebutuhan daerah, serta besaran pendanaan penyelenggaraan dekonsentrasi dan tugas pembantuan. Pendapatan per Kapita Pendapatan per Kapita dipengaruhi oleh PDRB dan jumlah penduduk, dengan kata lain pendapatan per kapita mencerminkan pendapatan rata-rata yang diperoleh di suatu daerah, sehingga jika pendapatan tersebut besar masyarakat pun cenderung memiliki pengeluaran yang lebih besar untuk kebutuhannya, sehingga dapat memenuhi kebutuhannya (Kuncoro, 2004). Produk Dosmetik Bruto atas dasar harga berlaku menggambarkan nilai tambah barang dan jasa yang dihitung menggunakan harga berlaku pada setiap tahun, sedang Produk Dosmetik Bruto atas dasar harga konstan menunjukkan nilai tambah barang dan jasa tersebut yang dihitung menggunakan harga yang berlaku pada satu tahun tertentu sebagai dasar. Produk Dosmetik Bruto atas dasar harga berlaku dapat digunakan untuk melihat pergeseran dan struktur ekonomi, sedang harga konstan digunakan untuk mengetahui pertumbuhan ekonomi dari tahun ke tahun. Todaro (2006) menyebutkan bahwa pendapatan per kapita pada dasarnya mengukur kemampuan dari suatu daerah untuk memperbesar outputnya dalam laju yang lebih cepat dari pada tingkat pertumbuhan penduduknya. Tingkat dan laju pertumbuhan pendapatan per kapita sering digunakan untuk mengukur kemakmuran suatu daerah, yaitu seberapa banyak barang dan jasa yang tersedia bagi rata-rata penduduk untuk melakukan kegiatan konsumsi dan investasi. Hipotesis H1: Belanja Modal berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Pendapatan per Kapita. H2: Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pendapatan per Kapita 5

H3: Belanja Modal dan Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pendapatan per Kapita. Kerangka Model : Belanja Modal Pendapatan Asli Daerah Pendapatan per Kapita C. METODE PENELITIAN Populasi dan Sampel Jenis penelitian ini merupakan penelitian empiris dengan menggunakan data sekunder sebagai sumber data yang diperoleh dari situs resmi Dirjen Perimbangan Keuangan Pemerintahan Daerah (www.djpk.depkeu.go.id) dan Badan Pusat Statistik Jateng (www.jateng.bps.go.id) melalui internet yang digunakan untuk mengetahui pengaruh Belanja Modal dan Pendapatan Asli Daerah terhadap Pendapatan per Kapita. Populasi dalam peneitian ini adalah seluruh Kabupaten dan Kota Provinsi Jawa Tengah berjumlah 35 Kabupaten dan Kota. Sampel yang digunakan penelitian ini adalah Pemerintah Daerah Kabupaten dan Kota di Provinsi Jawa Tengah dari tahun 2009-2011. Populasi dalam penelitian ini adalah laporan realisasi APBD tahunan kepada Dirjen Perimbangan keuangan Pemerintah daerah tahun 2009-2011. Sampel adalah bagian dari jumlah karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Dalam penelitian ini variabel independen adalah Belanja Modal dan Pendapatan Asli Daerah, sedangkan variabel dependen adalah Pendapatan per Kapita. Metode Analisis Data Persamaan regresi berganda pada penelitian kali ini adalah sebagai berikut: Y = a + b 1 PAD + b 2 BM + e 6

D. HASIL PENELITIAN Pengujian Hipotesis Berdasarkan hasil uji t Belanja modal diperoleh nilai t hitung sebesar - 2,321 dengan p= 0,023. Oleh karena p= 0,023 < 0,05; maka H 1 diterima, artinya Belanja Modal berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan per Kapita di Kabupaten dan Kota Provinsi Jawa Tengah. Pendapatan Asli Daerah diperoleh nilai t hitung sebesar 9,681 dengan p= 0,032. Oleh karena p= 0,032 < 0,05; maka H 2 diterima, artinya Pendapatan Asli Daerah berpengaruh signifikan terhadap pendapatan per kapita di Kabupaten dan Kota Provinsi Jawa Tengah. Berdasarkan hasil uji F diperoleh nilai F hitung sebesar 59,070 dengan p= 0,000. Oleh karena p= 0,000 < 0,05; maka H 3 diterima, artinya Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Modal secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan per Kapita penduduk di Kabupaten dan Kota Provinsi Jawa Tengah. Pembahasan Hipotesis Hasil perhitungan menunjukkan bahwa nilai koefisien regresi untuk belanja modal (b 2 ) adalah -0,00001 dengan berparameterkan negatif. Hal ini menunjukkan bahwa setiap terjadi peningkatan Belanja Modal sebesar 1%, akan mempengaruhi terhadap penurunan Pendapatan per Kapita sebesar 0,00001%. Belanja Modal diperoleh nilai t hitung sebesar -2,321 dengan p= 0,023. Oleh karena p= 0,023 < 0,05; maka H 1 diterima, artinya Belanja Modal berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Pendapatan per Kapita di Kabupaten dan Kota Provinsi Jawa Tengah. Hal ini konsisten dengan hasil penelitian terdahulu yang dilakukan oleh Harianto dan Adi (2007) Berdasarkan hasil penelitian, diketahui nilai koefisien regresi untuk Pendapatan Asli Daerah (b 1 ) adalah 0,00004 dengan berparameterkan positif. Hal ini menunjukkan bahwa setiap terjadi peningkatan Pendapatan Asli Daerah sebesar 1%, akan memberikan kontribusi terhadap peningkatan Pendapatan per Kapita sebesar 0,00004%. Hasil uji t untuk variabel Pendapatan Asli Daerah diperoleh nilai t hitung sebesar 9,681 dengan p= 0,032. 7

Oleh karena p= 0,032 < 0,05; maka H 2 diterima, artinya Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pendapatan per Kapita di Kabupaten dan Kota Provinsi Jawa Tengah. Hasil ini konsisten dengan hasil penelitian sebelumnya oleh Harianto dan Adi (2007), menyatakan peningkatan Pendapatan Asli Daerah yang semakin tinggi akan merangsang pemerintah daerah untuk meningkatkan mutu pelayanan kepada publik sehingga Pendapatan per Kapita masyarakat juga akan meningkat dengan kata lain daerah dengan pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah yang positif diharapkan akan meningkatkan Pendapatan per Kapita. Hasil perhitungan koefisien determinasi (Adj. R 2 ) diperoleh nilai sebesar 0,561. Hal ini menunjukkan bahwa variasi perubahan pada Pendapatan per Kapita penduduk di Kabupaten dan Kota Provinsi Jawa Tengah 56,1% disebabkan oleh Belanja Modal dan Pendapatan Asli Daerah. Berdasarkan hasil uji F diperoleh nilai F hitung sebesar 59,070 dengan p= 0,000. Oleh karena p= 0,000 < 0,05; maka H 3 diterima, artinya Belanja Modal dan Pendapatan Asli Daerah secara bersama-sama berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pendapatan per Kapita penduduk di Kabupaten dan Kota Provinsi Jawa Tengah. E. KESIMPULAN Simpulan Berdasarkan hasil analisis data dan pembahasan yang telah dilakukan, maka dapat diambil simpulan sebagai berikut: 1. Belanja Modal berpengaruh negatif dan signifikan terhadap Pendapatan per Kapita di Kabupaten dan Kota Provinsi Jawa Tengah. Hal ini terbukti dari hasil perhitungan diperoleh nilai t hitung sebesar -2,321 dengan p= 0,023 < 0,05. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa koefisien bernilai negatif, hal ini berarti jika Belanja Modal mengalami peningkatan, maka Pendapatan per Kapita akan mengalami penurunan, sebaliknya jika Belanja Modal menurun, maka Pendaptan per Kapita akan mengalami peningkatan. 8

2. Pendapatan Asli Daerah berpengaruh positif dan signifikan terhadap Pendapatan per Kapita di Kabupaten dan Kota Provinsi Jawa Tengah. Hal ini terbukti dari hasil perhitungan diperoleh nilai t hitung sebesar 9,681 dengan p= 0,032 < 0,05. Hasil perhitungan menunjukkan bahwa koefisien bernilai positif, artinya jika Pendapatan Asli Daerah mengalami peningkatan, maka Pendapatan per Kapita juga akan mengalami peningkatan, sebaliknya apabila Pendapatan Asli Daerah mengalami penurunan maka Pendapatan per Kapita juga akan mengalami penurunan. 3. Pendapatan Asli Daerah dan Belanja Modal secara bersama-sama berpengaruh signifikan terhadap Pendapatan per Kapita penduduk di Kabupaten dan Kota Provinsi Jawa Tengah. Hal ini terbukti dari hasil perhitungan diperoleh F hitung sebesar 59,070 dengan p= 0,000 < 0,05, artinya bahwa meningkatnya belanja modal dapat meningkatkan kualitas layanan publik dan pembangunan dari adanya peningkatan Pendapatan Asli Daerah, maka Pendapatan per Kapita daerah juga akan mengalami peningkatan. Saran Dari hasil penelitian, analisis data pembahasan dan kesimpulan yang telah diambil, maka dapat dikemukakan saran sebagai berikut: 1. Bagi penelitian mendatang hendaknya sampel dan daerah penelitian lebih diperluas lagi, yaitu tidak pada Kabupaten dan Kota se-provinsi Jawa Tengah. 2. Bagi penelitian mendatang hendaknya melibatkan variabel lainnya, karena pada dasar nya masih banyak faktor-faktor lain yang mempengaruhi Pendapatan per Kapita daerah seperti Dana Alokasi Umum, Dana Alokasi Khusus, Retribusi Daerah dan variabel-variabel lainnya. 3. Bagi penelitian mendatang hendaknya periode penelitian lebih diperpanjang lagi, yaitu tidak hanya tiga tahun, sehingga tingkat generalisasinya akan lebih baik. 9

DAFTAR PUSTAKA Ardhani, Pungky. 2011. Pengaruh Pertumbuhan ekonomi, Pendapatan Asli Daerah, Dana Alokasi Umum, dan Dana Alokasi Khusus terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal (Studi pada Pemerintah Kabupaten /Kota di Jawa Tengah). Skripsi. Universitas Diponegoro. Semarang. Darwanto dan Yulia Yustikasari. 2007. Pengaruh Pertumbuhan Ekonomi, Pendapatan Asli Daerah dan Dana Alokasi Umum Terhadap Pengalokasian Anggaran Belanja Modal. Makalah Simposium Nasional Akuntansi(SNA) X, Makassar. Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Ghozali, Imam. 2011. Aplikasi Analisis Multivariate dengan Program SPSS. Semarang: Edisi 5 Semarang: Badan Penerbit Universitas Diponegoro. Halim, Abdul. 2004. Akuntansi Sektor Publik; Akuntansi Keuangan Daerah. Jakarta: Salemba Empat. Harianto, David dan Priyo Hari Adi. 2007. Hubungan Antara Dana Alokasi Umum, Belanja Modal, Pendapatan Asli Daerah dan Pendapatan Per Kapita. Makalah Simposium Nasional Akuntansi (SNA) X, Padang. Juliawati, Ebit, dkk. 2012. Pengaruh Pendapatan Asli Daerah (PAD) dan Dana Perimbangan terhadap Kinerja Keuangan Pemerintah Kabupaten/Kota di Provinsi Aceh. Jurnal akuntansi Pascasarjana Universitas Syiah Kuala. Kuncoro, Mudrajad. 2004. Otonomi dan Pembangunan Daerah. Jakarta: Erlangga. Maimunah, Mutiara. 2006. Flaypaper Effect pada Dana Alokasi Umum (DAU) dan Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap Belanja Daerah pada Kabupaten/Kota di Pulau Sumatra. Simposium Nasional Akuntansi (SNA) IX, Padang. Mardiasmo. 2002. Akuntansi Sektor Publik. Yogyakarta: Penerbit ANDI 10

Republik Indonesia. 2004. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah.. 2004. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 33 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah.. 2006. Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Daerah.. 2005. Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintah.. 2008. Peraturan Direktur Jenderal Perbendaharaan Nomor 33 Tahun 2008 tentang Pedoman Penggunaan Akun Pendapatan, Belanja Pegawai, Belanja Barang, dan Belanja Modal. Sugiyono, 2009. Metode Penelitian Bisnis, Alfabeta, Bandung. Sularso, Havid dan Yanuar E. 2011. Pengaruh Kinerja Keuangan Terhadap Alokasi Belanja Modal dan Pertumbuhan Ekonomi Kabupaten/Kota di Jawa Tengah. Media Riset Akuntansi, Vol. 1, No. 2, Hal. 109-123. Tambunan, Tulus. 2006. Upaya-upaya Meningkatkan Daya Saing Daerah. www.kardin-indonesia.or.id Todaro. Michael P. 2006. Pembangunan Ekonomi di Dunia Ketiga. Edisi 9. Jilid 1. Jakarta: PT. Erlangga. Alih Bahasa Drs. Haris Munandar. Walidi. 2009. Pengaruh Dana Alokasi Umum terhadap Pendapatan Per Kapita, Belanja Modal sebagai Variabel Intervening. Universitas Sumatera Utara, Medan. www.djpk.depkeu.go.id www.jateng.bps.go.id 11