DWI SETYO ASTUTI A

dokumen-dokumen yang mirip
Uji Mikrobiologis Kompos Organik dari Sampah Organik dengan Penambahan Limbah Tomat dan EM-4 SKRIPSI

UJI MIKROBIOLOGIS KOMPOS ORGANIK (HASIL PENGOMPOSAN DENGAN PENAMBAHAN LIMBAH TOMAT)

PEMANFAATAN LIMBAH DISTILASI ETANOL DENGAN PENAMBAHAN EFFECTIVE MICROORGANISM (EM) PADA PERTUMBUHAN GELOMBANG CINTA (Anthurium plowmanii)

EFEKTIVITAS PEMBERIAN EM (Effective Microorganism) TERHADAP PERTUMBUHAN Anthurium plowmanii PADA MEDIA CAMPURAN PAKIS CACAH DAN ARANG SEKAM SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Penampungan Sampah Sementara (TPS) untuk selanjutnya dibuang ke. yang muncul berkepanjangan antara pemerintah daerah dan masyarakat

EFEKTIFITAS PENYIRAMAN EM

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. mengurangi pemakaian pestisida. Limbah padat (feses) dapat diolah. menjadi pupuk kompos dan limbah cair (urine) dapat juga diolah

BAB I PENDAHULUAN. limbah, mulai dari limbah industri makanan hingga industri furnitur yang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

EFEKTIFITAS MIKROORGANISME (EM) PADA PERTUMBUHAN TANAMAN GELOMBANG CINTA (Anthurium Plowmanii) DENGAN MEDIA CAMPURAN ARANG SEKAM DAN KOMPOS SKRIPSI

S U N A R D I A

EFEKTIFITAS PEMBERIAN KONSENTRASI EM YANG BERBEDA TERHADAP PERTUMBUHAN

I. PENDAHULUAN. bagi perekonomian Indonesia. Pada tahun 2012 luas perkebunan kakao di

PERTUMBUHAN TANAMAN Gelombang Cinta (Anthurium plowmanii keris) PADA MEDIA CAMPURAN ARANG SEKAM DAN PUPUK KANDANG DENGAN PENAMBAHAN STARBIO SKRIPSI

PENGARUH PEMBERIAN DOSIS EM4, CACING LUMBRICUS RUBELLUS DAN CAMPURAN KEDUANYA TERHADAP LAMA WAKTU PENGOMPOSAN SAMPAH RUMAH TANGGA

PEMBUATAN BIOEKSTRAK DARI SAYURAN DAN BUAH-BUAHAN UNTUK MEMPERCEPAT PENGHANCURAN SAMPAH DAUN

BAB I PENDAHULUAN. ditanggung alam karena keberadaan sampah. Sampah merupakan masalah yang

BAB I PENDAHULUAN. kandungan gizi cukup, nilai ekonomis tinggi serta banyak digunakan baik untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. sebagai sumber pencemaran. Limbah tersebut dapat berupa bahan organik dan

Pengaruh Tingkat Konsentrasi dan Lamanya Inkubasi EM4 Terhadap Kualitas Organoleptik Pupuk Bokashi

PERTUMBUHAN TANAMAN Anthurium plowmanii PADA MEDIA ARANG SEKAM DAN COCOPEAT DENGAN PEMBERIAN STARBIO

BAB I PENDAHULUAN. sejauh mana tingkat industrialisasi telah dicapai oleh satu negara. Bagi

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicum esculentum Miil.) termasuk tanaman sayuran yang sudah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. memperoleh penghasilan dengan waktu yang cukup pendek. tanpa diikuti upaya pemulihan kesuburannya. Pengusahaan lahan yang terus

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu komoditi tanaman

PENDAHULUAN. hingga mencapai luasan 110 ribu Ha. Pengurangan itu terlihat dari perbandingan

PEMBUATAN KOMPOS DARI LIMBAH PADAT ORGANIK YANG TIDAK TERPAKAI ( LIMBAH SAYURAN KANGKUNG, KOL, DAN KULIT PISANG )

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L.] Merr.) merupakan salah satu tanaman pangan dan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan instalasi pengolahan limbah dan operasionalnya. Adanya

I. PENDAHULUAN. cruciferae yang mempunyai nilai ekonomis tinggi. Sawi memiliki nilai gizi yang

PEMANFAATAN LIMBAH PADAT AREN SEBAGAI BAHAN BAKU KOMPOS DENGAN PENAMBAHAN STARTER ALAMI SKRIPSI

I. PENDAHULUAN. sekitar 60% biaya produksi berasal dari pakan. Salah satu upaya untuk menekan

BAB I PENDAHULUAN. terus menerus tanpa diikuti upaya pemulihan kesuburannya. Menurut Bekti

Pemanfaatan dan Pengolahan Pupuk Organik Dari Limbah Tanaman Jagung Dan Kulit Coklat

PENGARUH WAKTU FERMENTASI DAN PENAMBAHAN AKTIVATOR BMF BIOFAD TERHADAP KUALITAS PUPUK ORGANIK

PEMANFAATAN LIMBAH BUAH- BUAHAN DALAM PEMBUATAN BIOAKTIVATOR SEDERHANA UNTUK MEMPERCEPAT PROSES PENGOMPOSAN(STUDI PENDAHULUAN)

Pengemasan dan Pemasaran Pupuk Organik Cair

I. PENDAHULUAN. Sampah masih merupakan masalah bagi masyarakat karena perbandingan antara

BAB I PENDAHULUAN. produk pertanian yang dihasilkan terbebas dari bahan bahan kimia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Industri tahu mempunyai dampak positif yaitu sebagai sumber

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PENDAHULUAN. padat (feses) dan limbah cair (urine). Feses sebagian besar terdiri atas bahan organik

I. PENDAHULUAN. Konsumsi kedelai di Indonesia setiap tahun semakin meningkat, seiring dengan

EFEKTIFITAS DOSIS EM4 (Effective Microorganism) DALAM PEMBUATAN PUPUK CAIR DARI SAMPAH ORGANIK

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Peternakan puyuh merupakan suatu kegiatan usaha di bidang budidaya

I. PENDAHULUAN. Kacang hijau merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak dibudidayakan

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah merupakan tanaman pangan berupa semak yang berasal dari

PENDAHULUAN. Dewasa ini kebutuhan jagung untuk pakan sudah lebih dari 50% kebutuhan

PEMBUATAN PUPUK ORGANIK

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. ternyata memiliki sebuah potensi besar yang luput terlihat. Salah satu limbah yang

I. PENDAHULUAN. Teknologi revolusi hijau di Indonesia digulirkan sejak tahun 1960 dan

PEMANFAATAN LIMBAH DISTILASI BIOETANOL DENGAN PENAMBAHAN EFFECTIVE MICROORGANISM

V. GAMBARAN UMUM USAHA

Aktivator Tanaman Ulangan Ʃ Ӯ A0 T1 20,75 27,46 38,59 86,80 28,93 T2 12,98 12,99 21,46 47,43 15,81 T3 16,71 18,85 17,90 53,46 17,82

I. PENDAHULUAN. Seiring dengan peningkatan permintaan daging kambing, peternak harus

I. PENDAHULUAN. sekali limbah khususnya limbah organik. Limbah organik yang berbentuk padat

UJI ORGANOLEPTIK FRUITGHURT HASIL FERMENTASI LIMBAH BUAH ANGGUR (Vitis vinifera) OLEH Lactobacillus bulgaricus SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan perkebunan ataupun pabrik biji kopi yang jika tidak dimanfaatkan akan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I PENDAHULUAN. Hal tersebut menjadi masalah yang perlu diupayakan melalui. terurai menjadi bahan anorganik yang siap diserap oleh tanaman.

Pemanfaatan Lindi sebagai Bahan EM4 dalam Proses Pengomposan

BAB I PENDAHULUAN. kelompok masyarakat maupun oleh lembaga pemerintah tetapi seringkali hanya

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. terpakai dan mengandung bahan yang dapat menimbulkan gangguan

Jurnal Biology Education Vol. 4 No. 1 April 2015 PENGARUH PENAMBAHAN EM BUATAN DAN KOMERSIL PADA FERMENTASI PUPUK CAIR BERBAHAN BAKU LIMBAH KULIT BUAH

BAB I PENDAHULUAN. selain memproduksi tahu juga dapat menimbulkan limbah cair. Seperti

BAB I PENDAHULUAN. dibudidayakan di air tawar dan disukai oleh masyarakat karena rasanya yang

MAKALAH PENDAMPING : PARALEL A PENGEMBANGAN PROSES DEGRADASI SAMPAH ORGANIK UNTUK PRODUKSI BIOGAS DAN PUPUK

PENDAHULUAN. Sedangkan pads Bokashi Arang Sekam setelah disimpan selama 4 minggu C/N rationya sebesar 20.

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Memperoleh Derajat Sarjana S-1 Program Studi Pendidikan Biologi. Diajukan Oleh :

Pengolahan Tanah Dosis Waktu Aplikasi Sebelum diolah beri pupuk organik dari limbah panen / limbah ternak ataupun sampah kota yang diolah dengan

PENGARUH PENAMBAHAN EM4 DALAM PEMBUATAN PUPUK ORGANIK BERBAHAN KOTORAN AYAM TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN SELEDRI

I. PENDAHULUAN. sejak diterapkannya revolusi hijau ( ) menimbulkan dampak negatif yang berkaitan

BAB I PENDAHULUAN. semakin menyebar luas baik di daerah perkotaan maupun pedesaan.limbah atau

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Pada saat ini pandangan perkembangan pertanian organik sebagai salah satu teknologi alternatif untuk menanggulangi

I. PENDAHULUAN. Jagung manis (Zea mays saccharata) merupakan salah satu komoditas pertanian

BAB I PENDAHULUAN. dapat menyebabkan penyakit, cacat janin, kematian, bahkan. pemutusan mata rantai kehidupan suatu organisme. Limbah merupakan dapat

BAB I PENDAHULUAN. manusia terhadap lingkungan adalah adanya sampah. yang dianggap sudah tidak berguna sehingga diperlakukan sebagai barang

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dua yaitu gambut topogen dan ombrogen. 2

JENIS DAN DOSIS AKTIVATOR PADA PEMBUATAN KOMPOS BERBAHAN BAKU MAKROALGA

BAB I PENDAHULUAN. reproduksi. Setiap ternak ruminansia membutuhkan makanan berupa hijauan karena

PEMANFAATAN AMPAS TAHU DAN LIMBAH JAMUR DALAM PEMBUATAN KOMPOS ORGANIK UNTUK MEMENUHI UNSUR NITROGEN (N)

PENERAPAN IPTEKS. Pemanfaatan Limbah Usaha Pemotongan Ayam dan Pertanian Untuk Penyediaan Pupuk Organik Cair dan Produksi Tanaman Organik

PENGOLAHAN PUPUK PADAT DAN CAIR OLEH PUSAT INOVASI AGROTEKNOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA

BAB I PENDAHULUAN. secara maksimal sayuran tersebut. Sehingga menambah tumpukan sampah. Limbah merupakan material sisa yang tidak di inginkan setelah

I. PENDAHULUAN. Cabai (Capsicum annuum) merupakan komoditas sayuran yang memiliki nilai

I. PENDAHULUAN. sebagai salah satu matapencaharian masyarakat pedesaan. Sapi biasanya

I. PENDAHULUAN. membuat kita perlu mencari bahan ransum alternatif yang tersedia secara

I. PENDAHULUAN. Tomat (Lycopersicon esculentum mill) merupakan tanaman yang berasal dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

Temu Lapang Bioindustri Sawit-Sapi

PEMANFAATAN PUPUK KANDANG SAPI UNTUK PERTUMBUHAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus)

BAB I PENDAHULUAN. membawa dampak yang tidak baik bagi manusia. Tumpukan sampah. tersebut jika dibiarkan dapat menimbulkan pencemaran, penyakit serta

BAB I PENDAHULUAN. pertanian seperti wortel, kentang, dan kubis yang merupakan sayur sisa panen

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pasar tradisional merupakan tempat bertemunya penjual dan pembeli serta

Transkripsi:

EFEKTIVITAS PENGGUNAAN KOMPOS ORGANIK HASIL PENGOMPOSAN DENGAN INOKULAN LIMBAH TOMAT dan EM -4 TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays) SKRIPSI Diajukan Guna Memenuhi Sebagai Syarat Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Disusun Oleh : DWI SETYO ASTUTI A. 420 040 032 FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008 i

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Dalam kehidupan sehari-hari, manusia senantiasa melakukan berbagai aktivitas untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Berbagai aktivitas manusia ini akan menghasilkan suatu produk sisa yang disebut sampah. Sampah merupakan hasil buangan manusia yang sudah tidak digunakan, sehingga dibuang sebagai barang yang tidak memiliki nilai ekonomi dan nilai guna lagi. Produksi sampah semakin bertambah seiring dengan meningkatnya komp leksitas hidup meliputi kepadatan penduduk, modernisasi, dan perkembangan teknologi yang meningkatkan berbagai aktivitas manusia. Dengan demikian, tentu masalah sampah yang timbul menjadi lebih besar. Keadaan seperti ini menuntut untuk diadakan suatu tindakan pengolahan sampah secara efektif. Di Indonesia, penindaklajutan terhadap pengolahan sampah masih menjadi masalah yang perlu dipikirkan oleh perintah dan seluruh masyarakat. Sedikitnya pengolahan ulang yang berhasil dilakukan membuat sampah-sampah hasil produksi manusia dan makhluk hidup lainnya hanya menumpuk di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) sampah. Peningkatan jumlah sampah yang tidak diimbangi dengan pengolahan secara efektif akan mengundang timbulnya banyak masalah, diantaranya 1

masalah kesehatan. Di dalam tumpukan sampah terdapat mikroorganisme patogen yang dapat menyebabkan berbagai penyakit. Penumpukan sampah di TPA (Tempat Pembuangan Akhir) menyebabkan pencemaran lingkungan, menimbulkan bau tidak sedap, dan beresiko sebagai sumber penyebar penyakit sehingga mengganggu kesehatan orang yang tinggal di sekitarnya. Dalam kondisi demikian, sebenarnya ada dua hal yang dapat terjadi. Pertama, timbulnya aneka bencana yang disebabkan oleh tumpukan sampah yang tidak ditangani secara efektif. Kedua, sampah dapat mendatangkan nilai ekonomi yang tinggi jika diolah secara efektif, karena sebenarnya sampah organik dapat diubah menjadi kompos. Kompos merupakan produk akhir suatu proses fermentasi tumpukan sampah atau serasah tanaman dan adakalanya termasuk bangkai binatang serta bahan-bahan organik lainnya. Tumpukan bahan-bahan mentah (serasah, sisa-sisa tanaman, sampah dapur, dan lain-lain) menjadi kompos karena telah terjadi pelapukan-pelapukan dari sifat fisik semula menjadi sifat fisik baru (kompos). Perubahan-perubahan ini sebagian besar adalah karena kegiatan-kegiatan jasad renik, sehubungan pula dengan kebutuhan-kebutuhan hidupnya. Apa yang telah terikat dengan jasad renik demi mecukupi kebutuhan hidupnya, kelak akan dikembalikan lagi apabila jasad-jasad renik tersebut mati (Mulyani, 2002). Proses pegomposan dapat dilakukan dengan dua cara yakni secara tradisional dan dengan pemberian stimulator. Pembuatan kompos secara 2

tradisional adalah dengan menumpuk sampah-sampah organik dan membiarkannya begitu saja. Tumpukan sampah ini akan terdegradasi dan berubah menjadi kompos setelah memerlukan waktu yang lama, yaitu sekitar 2-6 bulan. Pengomposan dengan menggunakan bantuan stimulator adalah dengan menambahkan mikroba pengurai pada sampah tersebut sehingga proses pelapukan dan penguraian bahan-bahan organik dalam sampah menjadi lebih cepat. Penambahan stimulator akan menghasilkan kompos dalam waktu yang lebih singkat yakni sekitar 1-2 bulan. Menurut Andoko (2004), adanya mikroba pengurai dapat mempersingkat waktu pembentukan kompos, yaitu hanya 1 bulan. Selain itu kompos yang dihasilkan masih mengandung mikroba pengurai sehingga menambah kesuburan tanah. Salah satu stimulator yang sering digunakan dalam proses pengomposan adalah Effective microorganism (EM-4). EM-4 merupakan kultur campuran dari mikroorganisme yang menguntungkan bagi pertumbuhan tanaman, mampu meningkatkan dekomposisi limbah dan sampah organik, mempercepat proses pengomposan sampah atau kotoran hewan, meningkatkan ketersediaan nutrisi tanaman, serta menekan aktivitas serangan dari mikroorganisme patogen. Sebagian besar mengandung mikroorganisme Lactobacillus sp (bakteri asam laktat) serta dalam jumlah sedikit bakteri fotosintesis, Streptomyces, dan ragi (Anonim, 1993). EM -4 adalah campuran mikroorganisme baik aerob maupun anaerob yang hidup bersimbiosis satu sama lain. Komposisi EM-4 terdiri dari 3

bakteri asam laktat, ragi, Actinomycetes, dan bakteri fotosintesis (Setiani, 2002). Selain EM-4, ternyata tomat yang busuk juga dapat digunakan sebagai stimulator. Penggunaan tomat busuk sebagai stimulator sudah dilakukan para petani tradisional secara turun temurun dengan tujuan untuk memperbaiki kualitas kompos. Hal tersebut karena hasil panen yang melimpah selalu menyisakan sejumlah besar tomat yang akhirnya membusuk dan tidak terjual. Limbah tomat tersebut oleh para petani disiramkan pada tumpukan sampah yang sedang dalam proses pegomposan. Hasil penelitian Anif dan Kun Harismah (2004), menunjukkan bahwa pengolahan limbah tomat menjadi kompos dapat menggantikan peran EM-4 karena hasil pengomposan tomat mampu mengembalikan kesuburan tanah melalui perbaikan sifat-sifat tanah baik sifat fisik, chemis, maupun biologis, mempercepat dan mempermudah penyerapan unsur-unsur kimia oleh tanaman, mencegah infeksi yang disebabkan oleh hama dan tumbuhan pengganggu. Hasil penelitian Susilo (2007), menunjukkan bahwa pemberian limbah tomat dapat mempercepat proses pengomposan sampah organik. Teknologi kompos saat ini juga sangat diharapkan di bidang pertanian. Selama ini sebagian besar petani sangat tergantung dengan sarana produksi buatan pabrik. Selain mahal, bahan kimia dapat menimbulkan dampak yang kurang baik terhadap lingkungan, baik bagi ekosistem sawah maupun kesehatan manusia. Penggunaan kompos dapat dip ilih sebagai alternatif untuk meminimalis dampak yang ditimbulkan dari bahan pertanian kimia. Oleh karena itulah, 4

penggunaan kompos sebagai pengganti pupuk sintetik sangat dianjurkan. Kompos mampu mencukupi nutrisi yang dibutuhkan berbagai tanaman, baik tanaman hias, padi, dan palawija termasuk jagung. Salah satu upaya untuk mendukung peningkatan produksi (kuantitas) komoditi jagung di Indonesia adalah dengan meningkatkan kualitas tanah yang mudah menurun karena terjadinya biodegradasi secara terus -menerus, sedangkan kompos mampu memperbaiki struktur, tekstur, dan kelembutan tanah. Jagung sebagai tanaman pangan di Indonesia menduduki urutan kedua setelah padi. Namun jagung memiliki peranan yang tidak kalah pentingnya dengan padi. Di negara agraris seperti Indonesia, sangat mendukung dikembangkannya komoditi jagung, sebab tanaman jagung memiliki potensi yang baik untuk dibudidayakan dan mudah diusahakan. Berdasarkan latar belakang tersebut, maka diadakan penelitian dengan judul EFEKTIVITAS PENGGUNAAN KOMPOS ORGANIK HASIL PENGOMPOSAN DENGAN INOKULAN LIMBAH TOMAT dan EM -4 TERHADAP PERTUMBUHAN TANAMAN JAGUNG (Zea mays). B. Pembatasan Masalah 1. Subjek penelitian ini adalah kompos organik dengan inokulan limbah tomat dan EM-4. 2. Objek penelitian ini adalah tanaman jagung 5

3. Limbah tomat berasal dari Pasar Gede Surakarta, sampah organik berasal dari TPA Putri Cempo berumur 1-2 hari 4. Biji jagung yang digunakan adalah Jagung Hibrida Bisi 2 Cap Kapal Terbang. 5. Parameter yang diamati adalah pertumbuhan tanaman jagung hingga berumur 10 minggu. C. Perumusan Masalah Berdasarkan uraian di atas, dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimanakah efektivitas pertumbuhan tanaman jagung dalam media kompos organik hasil pengomposan dengan menggunakan inokulan limbah tomat dan EM-4? 2. Berapakah dosis penggunaan inokulan limbah tomat dan EM-4 pada kompos organik yang paling baik bagi tanaman jagung? D. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui efektivitas pupuk kompos dengan menggunakan inokulan limbah tomat dan EM- 4 terhadap pertumbuhan tanaman jagung. 6

E. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Bagi peneliti hasil penelitian ini dapat menambah pengetahuan terutama tentang kemajuan teknologi pengolahan sa mpah organik. 2. Bagi petani hasil penelitian ini dapat menjadi masukan dalam menekan biaya penggunaan pupuk dan agar tidak bergantung penuh pada pupuk kimia. 3. Bagi institusi pendidikan hasil penelitian ini dapat menambah khasanah ilmu pengetahuan dan teknologi, khususnya teknologi pengelolaan sampah serta pemecahan masalah pencemaran lingkungan. 4. Bagi masyarakat terutama petani hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai informasi tentang pemanfaatan sampah organik dalam bidang pertanian serta memperkenalkan teknologi pengomposan dalam penanganan sampah organic. 5. Bagi institusi pemerintah membantu pemecahan masalah pembangunan terutama pengelolaan lingkungan dan pertanian. 7