2016 KAJIAN BENTUK D AN MAKNA KERIS ARTEFAK PUSAKA SITUS MAKAM PANJANG KARAWANG

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. berdaulat. Merdeka yang dimaksud adalah terbebas dari kekuasaan Kerajaan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Berkembangnya Islam di Nusantara tidak lepas dari faktor kemunduran

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. kontrak perkebunan Deli yang didatangkan pada akhir abad ke-19.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Bangsa Barat datang ke Indonesia khususnya di Bengkulu sesungguhnya adalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Bab I Pendahuluan. 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Proklamasi kemerdekaan Republik Indonesia yang diproklamirkan pada

2016 PANDANGAN MASYARAKAT SUNDA TERHADAP ORANG BANGSA ASING

BAB 1 PENDAHULUAN. dengan sebutan CARAVAN yang kemudian berubah menjadi Karawang. 1

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Tabel 7. Luas wilayah tiap-tiap kabupaten di Provinsi Jawa Barat. IV. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Ayu Fauziyyah, 2014

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Kanayatn yaitu pada zaman Kayo (memotong kepala lawan) sekitar ratusan tahun yang

BAB II KONDISI DAERAH SEKITAR TEMPAT TINGGAL PANGLIMA BESAR JENDERAL SOEDIRMAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berdasarkan posisi geografisnya Aceh berada di pintu gerbang masuk

BAB V KESIMPULAN. permasalahan yang dibahas. Dalam kesimpulan ini penulis akan memaparkan. telah dikaji. Kesimpulan tersebut adalah sebagai berikut.

2016 ANALISIS NERACA AIR (WATER BALANCE) PADA DAERAH ALIRAN SUNGAI (DAS) CIKAPUNDUNG

BAB V KESIMPULAN. Di dalam aktivitas pelayaran dan perniagaan internasional Nusantara

BAB I PENDAHULUAN. Kota Bandung memiliki sejarah yang sangat panjang. Kota Bandung berdiri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Jenis Bencana Jumlah Kejadian Jumlah

BAB I PENDAHULUAN. dalam sekelompok masyarakat. Masyarakat terbentuk oleh

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Ulama di Indonesia dan negara-negara muslim lainnya telah memainkan

BAB I PENDAHULUAN. rohaniah (Satrio Haryanto, 2006:1). Dalam kehidupan perlu adanya. dengan melestarikan nilai-nilai budaya dan memahami makna yang

BAB I PENDAHULUAN PENELITIAN ARTEFAK ASTANA GEDE. dan terapit oleh dua benua. Ribuan pulau yang berada di dalam garis tersebut

BAB I PENDAHULUAN. pembacanya. Banyak sekali manfaat yang terkandung dari membaca buku. Selain

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia merupakan negara kesatuan yang memiliki keanekaragaman

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG. Kota Tanjung Balai adalah salah satu kota di provinsi Sumatera Utara.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

ANALISIS VISUAL MOTIF BATIK KARAWANG

BAB I PENDAHULUAN. dikategorikan ke dalam dua kelompok, yaitu fasilitas yang bersifat umum dan. mempertahankan daerah yang dikuasai Belanda.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Yunita, 2014

BAB 5 PENUTUP. Penelitian ini merupakan penelusuran sejarah permukiman di kota Depok,

BAB V PENUTUP. pendidikan Islam di Indonesia antara lain dibukanya pendidikan agama di

BAB 1 PENDAHULUAN. mempromosikan museum-museum tersebut sebagai tujuan wisata bagi wisatawan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

2015 TARI TUPPING DI DESA KURIPAN KECAMATAN PENENGAHAN KABUPATEN LAMPUNG SELATAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Kota merupakan salah satu wilayah hunian manusia yang paling kompleks,

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Aini Loita, 2014 Pola Pewarisan Budaya Membatik Masyarakat Sumedang

BAB. I PENDAHULUAN. wilayah III (Cirebon, Indramayu, Majalengka dan Kuningan) serta dikenal dengan

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Hal ini disebabkan masing-masing pengarang mempunyai

PENDAHULUAN Latar Belakang

2015 PEWARISAN NILAI-NILAI BUDAYA SUNDA PADA UPACARA ADAT NYANGKU DI KECAMATAN PANJALU KABUPATEN CIAMIS

BAB I STRATEGI MARITIM PADA PERANG LAUT NUSANTARA DAN POROS MARITIM DUNIA

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelilitian

BAB I PENDAHULUAN. menjadi dominan adalah Suku Dayak bukit sebagai penduduk asli kesamaan itu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sofyan Alamhudi, 2014 Kajian Visual Celengan Gerabah Di Desa Arjawinangun Blok Posong Kabupaten Cirebon

BAB I PENDAHULUAN. paham kebangsaan di Indonesia, Islam menjadi salah satu katalisator dan

STUDI PENENTUAN KAWASAN KONSERVASI KOTA TEGAL MELALUI PENDEKATAN MORFOLOGI KOTA TUGAS AKHIR. Oleh : PRIMA AMALIA L2D

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

Sunda, Priangan dan Jawa Barat : Analisis berdasarkan pola gerak sejarah

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha 1

BAB I PENDAHULUAN. peranan pariwisata dalam pembangunan ekonomi di berbagai negarad, pariwisata

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia salah satu negara yang sangat unik di dunia. Suatu Negara

BAB I PENDAHULUAN. Moses, 2014 Keraton Ismahayana Landak Universitas Pendidikan Indonesia repository.upi.edu perpustakaan.upi.edu

BAB IV GAMBARAN UMUM

Blangkon gaya Yogyakarta ditinjau dari bentuk motif dan makna simbolisnya

IV. GAMBARAN UMUM DAERAH PENELITIAN. Kabupaten Tulang Bawang adalah kabupaten yang terdapat di Provinsi

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Kristen Maranatha

II. TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR, PARADIGMA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

SEJARAH KOTA BANDUNG. AGUS MULYANA Universitas Pendidikan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Tubagus Arief Rachman Fauzi, 2013

2015 KEHID UPAN MASAYARAKAT BAD UY LUAR D I D ESA KANEKES KABUPATEN LEBAK BANTEN

II. TINJAUAN PUSTAKA

KAJIAN POLA STRUKTUR RUANG KOTA LASEM DITINJAU DARI SEJARAHNYA SEBAGAI KOTA PANTAI TUGAS AKHIR. Oleh: M Anwar Hidayat L2D

V GAMBARAN UMUM WILAYAH PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

SATU DATA PEMBANGUNAN JAWA BARAT PUSAT DATA DAN ANALISA PEMBANGUNAN (PUSDALISBANG) DAFTAR ISI DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN LatarBelakang Eko Juliana Susanto, 2015

IV. KONDISI UMUM WILAYAH

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

A. Peta 1. Pengertian Peta 2. Syarat Peta

BAB I PENDAHULUAN. Setiap daerah atau kota di Indonesia memiliki kesenian dengan ciri

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Komunikasi merupakan sesuatu yang sangat penting bagi kehidupan manusia

2015 ORNAMEN MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan manusia di dunia pasti dihadapkan dengan dua keadaan yaitu

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan jangka panjang Indonesia mempunyai sasaran utama. terciptanya landasan yang kuat dari bangsa Indonesia untuk tumbuh dan

, 2015 KOMPLEKS MASJID AGUNG SANG CIPTA RASA DALAM SITUS MASYARAKAT KOTA CIREBON

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN

KARAKTERISTIK WILAYAH STUDI. A. Kondisi Geografis. dari luas Provinsi Jawa Barat dan terletak di antara Bujur Timur

LANDASAN PROGRAM PERENCANAAN DAN PERANCANGAN ARSITEKTUR MUSEUM BAHARI DI JAKARTA PENEKANAN DESAIN ARSITEKTUR HI-TECH

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

CLS di Zaman Kerajaan Mataram

BAB IV KONDISI UMUM DAERAH PENELITIAN

KERAJAAN DEMAK. Berdirinya Kerajaan Demak

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. fasilitas serta layanan yang disediakan oleh masyarakat, pengusaha, pemerintah,

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. 1. Situs Makam Sisingamangaraja XII yang ada di Soposurung Balige

BAB I PENDAHULUAN. Sejarah dalam bahasa Indonesia merupakan peristiwa yang benar-benar

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

UKDW BAB I PENDAHULUAN. I.1. Latar Belakang Permasalahan.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tabel 1.1 Luas Hutan Mangrove di Indonesia Tahun 2002 No Wilayah Luas (ha) Persen

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Pantai utara atau dikenal dengan akronim Pantura Jawa Barat merupakan bentangan wilayah yang memiliki banyak keunikan, baik dari segi geografis, kesenian, bahasa, sistem sosial budaya masyarakat, dan berbagai kebiasaan yang tidak ditemukan di wilayah lain. Kehidupan masyarakat Pantura dibentuk dan dikembangkan atas potensi yang dimilikinya. Berbagai perubahan hadir sebagai perwujudan tuntutan dan kebutuhan di setiap zaman. Dengan demikian, kehidupan masyarakat Pantura tumbuh dan berkembang berdasarkan faktor kondisi internal dan eksternal masyarakatnya. Pantura Jawa Barat memiliki sejarah panjang, banyak temuan yang menunjukkan bukti bahwa wilayah ini dikunjungi berbagai kelompok masyarakat dari luar. Fakta menunjukan situs kuno di sekitar Cirebon, Indramayu, Subang, dan Karawang menunjukkan daerah ini menjadi persinggahan dan tempat transaksi berbagai komoditi. Hal ini dapat dipahami, mengingat banyaknya aliran sungai yang bermuara di wilayah pantura. Sungai tersebut keseluruhannya bersumber dari wilayah dataran tinggi pegunungan dan perbukitan yang ada di wilayah selatan Jawa Barat yang dikenal dengan nama daerah Parahyangan. Wilayah Bandung dialiri sungai Citarum yang terpecah menjadi sungai-sungai sedang, pada masa itu aliran sungai-sungai tersebut menjadi sarana lalu lintas perdagangan bangsa asing, diantaranya bangsa Arab, Cina, Inggris, Portugis, dan Belanda. Wilayah Karawang adalah bagian dari wilayah Pantura Jawa Barat. Penelitian yang ada menunjukkan bahwa wilayah Karawang merupakan salah satu dari tujuh pelabuhan yang berkembang pada masa kerajaan Sunda Kuno. Pelabuhan di daerah Karawang bukan hanya berfungsi sebagai area perdagangan, melainkan juga menjadi pintu masuk menuju wilayah pedalaman Jawa Barat bagian Timur, melalui beberapa sungai besar yang ada, diantaranya adalah sungai Citarum. Pada Tahun 1628-1629 wilayah Karawang dijadikan sebagai pos 1

2 pertahanan tentara Sultan Agung yang akan melakukan perlawanan terhadap penjajah Belanda yang bermarkas di Batavia. Pada masa itu, Karawang yang dahulunya rawa-rawa dijadikan areal pesawahan untuk perbekalan perjuangan, (Lubis, 2011, hlm. 102-105). Itulah sebabnya, Karawang dikenal dengan nama Kota pangkal perjuangan. Artinya, awal perjuangan mengusir kolonal Belanda dimulai dari Kota Karawang. Geografis wilayah Karawang memiliki karakter daerah dataran rendah yang sebagain besar digunakan untuk areal pesawahan basah. Berbagai aliran sungai digunakan untuk irigasi pesawahan, sehingga wilayah ini dikenal sebagai Kota Gudang Beras. Seiring dengan perkembangan industri, sebagaian lahan sawah digunakan untuk berbagai keperluan industri, yakni sebagai pabrik, kantor, ruko dan pergudangan. Sedangkan secara administratif Kabupaten Karawang terbagai kedalam 30 Kecamatan, (Ardiana, dkk. 2010, hlm. 09). Salah satu kecamatan yang letaknya bersentuhan dengan pantai di sebelah utara Jawa Barat adalah Kecamatan Pedes. Sejalan dengan itu, KH. Darpin dalam percakapan wawancara ke-19 menerangkan bahwa, di kecamatan tersebut terdapat sungai (walungan) yang aliran sungainya mengalir ke laut. Aliran sungai itu menjadi sarana transportasi oleh pedagang luar. Penelitian yang ada menunjukkan bahwa melalui sungai walungan ditemukan jejak kehidupan dengan berbagai temuan situs, diantaranya Situs Kendaljaya, Situs Pejaten, Situs Dongkal, Situs Babakan Pedas, Situs Cibuaya, dan Situs Batujaya. Bukti lain yang berkaitan dengan jejak budaya masa lalau di Kecamatan Pedes adalah adanya situs bersejarah Makam Panjang Karawang yang sampai saat ini masih disakralkan masyarakat sekitar Kecamatan Pedes. Berdasarkan data wawancara dengan juru kunci situs Makam Panjang Karawang (KH. Darpin, data wawancara ke-19), latar belakang terciptanya situs Makam Panjang Karawang berawal pada tahun 1627. Menurut Heuken, (2001, hlm. 29) tahun tersebut merupakan tahun sebelum serangan tentara Sultan Agung yang pertama, Dimana para pejuang bangsa Nusantara seperti Raden Jaya Rangga dari Mataram Yogyakarta, Raden Jaya Munara dari Panjalu Ciamis, Raden Jaya Kusumah dari Cirebon, Raden Jaya Raksa Negara dari Sumedang, Raden Jaya

3 Negara dari Blitar Jawa Timur, Raden Jayakerta dari Banten, Kiai Ardi Sela dari Kuningan, Kiai Tumenggung dari Garut, dan Kalifah Dalem Wirasaba dari Karawang, berkumpul dan bermusyawarah di Makam Panjang Karawang yang dulu dikenal dengan Pelabuhan Karawang, untuk mengatur strategi perang melawan tentara Belanda di Batavia. Menurut data percakapan wawancara ke-23, para pejuang tersebut merupakan keturunan raja dari berbagai kerajaan di Nusantara. Sebelum berperang melawan Belanda, para pejuang bermusyawarah di Makam Panjang untuk mengatur strategi perang. Setelah startegi perang selesai dirancang. Pada tahun 1629 para pejuang Nusantara menempuh perjalanan menuju Batavia untuk melakukan pemberontakan. Menurut Heuken, (2001, hlm. 68) tahun tersebut bertepatan dengan serangan kedua tentara Mataram, dimana masing-masing pimpinan membawa pasukannya dengan berjalan secara berkelompok menuju wilayah-wilayah Batavia yang sudah menjadi target pemberontakan. Dalam peperangan tersebut terjadi penembakan tanpa ada henti-hentinya, peristiwa pada waktu itu begitu mencekam, banyak pejuang Nusantara yang tewas dan luka-luka terkena tembak tentara Belanda. Pemberontakan tersebut berlangsung terus menerus selama kurang lebih 4 tahun. Dalam 4 tahun berperang, para pejuang Nusantara hidup dengan sangat memprihatinkan, mereka tinggal di hutan belukar menempati tempat yang tidak layak dan menederita kelaparan. Akhirnya pada tahun 1633, (Heuken, 2001, hlm. 20), setelah berakhirnya perang, seluruh pejuang Nusantara kembali ke Teluk Karawang tanpa berhasil merebut Batavia dari pasukan Belanda. Setelah tiba di pelabuhan Karawang, para pejuang yang jumlahnya berkisar 1500 orang mengubur seluruh senjata yang digunakan dalam berperang seperti tombak, panah, parang, perisai, pedang, golok, keris, dan kujang yang dikuburkan secara berjajar memanjang, sehingga tempat persembunyian dan musyawarah itu dikenal dengan sebutan makam panjang. Situs Makam Panjang Karawang merupakan makam pusaka yang digunakan para pejuang Nusantara dalam berperang melawan tentara Belanda di Batavia, sehingga tidak heran jika ditempat tersebut banyak ditemukan artefak pusaka peninggalan perang seperti keris, pedang, golok, dan tombak, namun

4 peninggalan artefak pusaka yang paling mendominasi selain golok adalah artefak keris. Keberadaan keris pusaka di situs tersebut tergolong sangat unik, dimana pusaka yang dahulu dikubur setelah selesai berperang dengan Belanda di Batavia pada tahun 1633, muncul secara sendiri tanpa menggali makam pusaka itu, akan tetapi tidak semua keris pusaka hadir secara sendiri, ada pula keris yang ditemukan melalui perantara orang lain, kemudian orang tersebut menyerahkannya kepada juru kunci. Keris sebagai artefak pusaka, bukan hanya sebagai simbol identitas diri, akan tetapi memiliki makna filosofi dan pengajaran didalam setiap bentuknya. Selain itu, keris juga memiliki peran yang sangat penting dalam sejarah peperangan melawan tentara Belanda pada tahun 1629. Dimana keris sebagai senjata tradisional dipercaya para pejuang Indonesia sebagai alat untuk melumpuhkan lawan sekaligus untuk melindungi diri dari serangan penjajah. Fungsinya sebagai senjata perang pada waktu itu, keris bukan sekedar menjadi alat untuk melakukan perlawanan, akan tetapi keris pusaka itu juga turut menjadi bagian dimana para pejuang Indonesia mengalami perlakukan secara tidak manusiawi, mengalami tekanan secara fisik, dan mental. demi membebaskan bangsa Indonesia dari tekanan penjajah Belanda. Sebagai pusaka yang menjadi bagian peristiwa penting dalam peperangan mengusir tentara Belanda di Batavia, seharusnya artefak tersebut bukan hanya disimpan dan ditata dalam sebuah ruangan, akan tetapi dikaji, dihayati, dikembangkan, dan disebarluaskan nilai-nilai yang ada didalamnya, agar semangat perjuangan yang ada didalamnya bisa membangkitkan semangat cinta kasih masyarakat terhadap tanah air, nasionalisme dan patriotisme, sehingga meningkatkan kepedulian dan kesadaran terhadap tinggalan budaya Karawang. Namun, pemahaman tentang keris sebagi artefak pusaka situs Makam Panjang Karawang sangatlah terbatas, bahkan keberadaan keris pusaka itu tidak diketahui oleh masyarakat Karawang secara menyeluruh sehingga nilai-nilai perjuangan yang terkandung didalamnya dilupakan. Hal ini diakibatkan karena ketidak pahaman masyarakat tentang nilai sejarah dan makna dari unsur rupa yang ada pada keris pusaka situs Makam Panjang Karawang, karena bentuk kerisnya yang sederhana dan peninggalan

5 artefaknya yang tergolong benda pusaka kuno, keberadaan keris tersebut dianggap sebagain masyarakat moderen sebagai hal yang tidak penting. Dengan alasan tersebut, penulis sebagai orang yang dilahirkan dan dibesarkan di Kabupaten Karawang terdorong melakukan peneliti, untuk menghasilkan pengetahuan baru, sehingga dari pengetahuan yang didapat akan tumbuh rasa cinta, rasa ingin memeiliki, rasa ingin mengabadikan, rasa menghormati, rasa ingin memberikan penghargaan yang tinggi terhadap keris artefak pusaka situs Makam Panjang Karawang. Harapan akhirnya nilai-nilai perjuangan yang ada pada keris artefak pusaka tersebut diterapkan dalam kehidupan sehari-hari oleh masyarakat. Adapun judul tesis yang akan diangkat dalam penelitian ini adalah Kajian Bentuk dan Makna Keris Artefak Pusaka Situs Makam Panjang Karawang B. Identifikasi Masalah Penelitian Dari uraian diatas dapat dikemukakan beberapa gambaran terkait keberadaan keris artefak pusaka situs Makam Panjang Karawang. Untuk memperjelas identifikasi masalah penelitian ini, maka penulis menjabarkan permasalahan tersebut kedalam bentuk kalimat sebagai berikut: 1. Kurangnya kepedulian dan publikasi terkait keris artefak pusaka situs Makam Panjang Karawang, sehingga keberadaan pusaka bersejarah tersebut belum diketahui masyarakat Karawang secara menyeluruh, 2. Kurangnya pemahaman masyarakat terkait keris artefak pusaka situs Makam Panjang Karawang, sehingga peninggalan-peninggalan bersejarah tersebut cenderung dilupakan, 3. Keris artefak pusaka situs Makam Panjang Karawang belum pernah diteliti. C. Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan paparan latar belakang dan fenomena mengenai keberadaan keris artefak pusaka Situs Makam Panjang Karawang, maka dalam penelitian ini rumusan masalah penelitian dibatasi pada bentuk dan makna keris sebagai artefak pusaka situs Makam Panjang Karawang yang diduga membuka tabir budaya masyarakat Karawang pada awal abad 17, yakni ketika penyerangan tentara

6 Sultan Agung ke Batavia. Dengan demikian rumusan masalah penelitian dijabarkan dalam kalimat pertanyaan sebagai berikut: 1. Bagaimana bentuk keris artefak pusaka situs Makam Panjang yang ada di Kampung Gempol Desa Malang Sari Kecamatan Pedes Kabupaten Karawang Jawa Barat? 2. Bagaimana makna dari bentuk keris artefak pusaka situs Makam Panjang yang ada di Kampung Gempol Desa Malang Sari Kecamatan Pedes Kabupaten Karawang Jawa Barat? D. Tujuan Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan maksud untuk menghasilkan gambaran yang spesifik terkait keris artefak pusaka situs Makam Panjang Karawang, oleh karena itu fokus penelitian ini bertujuan untuk : 1. Mengetahui dan mendeskripsikan bentuk keris artefak pusaka situs Makam Panjang yang ada di Kampung Gempol Desa Malang Sari Kecamatan Pedes Kabupaten Karawang Jawa Barat. 2. Mengetahui dan mendeskripsikan makna bentuk keris artefak pusaka situs Makam Panjang yang ada di Kampung Gempol Desa Malang Sari kecamatan Pedes Kabupaten Karawang Jawa Barat. E. Manfaat Signifikan Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang diuraikan di atas, penulis berharap hasil penelitian ini dapat memberikan berbagai informasi terkait keris artefak pusaka situs Makam Panjang yang ada di Kampung Gempol Desa Malang Sari kecamatan Pedes Kabupaten Karawang. Oleh karena itu penelitian ini diharapkan bermanfaat untuk : 1. Manfaat Teoritis a. Nilai-nilai perjuangan yang ditemukan melalui penelitian ini dapat dijadikan inspirasi dan memperluas hasanah pengetahuan baik dari segi bentuk maupun dari segi sejarah, sehingga menumbuhkan kesadaran dan kepedulian masyarakat terhadap tinggalan budaya Karawang,

7 2. Manfaat Praktis a. Bagi peneliti seni, memberikan informasi dan data tentang aspek-aspek yang terkait dengan bentuk dan makan keris artefak pusaka situs Makam Panjang Karawang yang kemudian dapat dicermati dan di kaji ulang untuk penelitian lebih lanjut, b. Bagi masyarakat, memberikan pembelajaran tentang nilai-nilai yang terkandung pada bentuk dan makna keris artefak pusaka situs Makam Panjang Karawang, sehingga memberikan proses penyadaran terhadap masyarakat untuk lebih mencintai, memahami, dan memperhatikan kekayaan nilai-nilai budaya, dan turut melestarakian kekayaan nilai-nilai luhur yang terdapat pada situs Makam Panjang Karawang. Harapan akhirnya, situs Makam Panjang Karawang dapat diapresiasi oleh masyarakat Karawang, c. Bagi pemerintah, hasil penelitian ini dapat menjadi bahan pertimbangan khususnya Dinas Pendidikan, sebagai alternatif bahan pembelajaran Seni Rupa di sekolah melalui apresiasi mengambar bentuk keris artefak pusaka situs Makam Panjang Karawang untuk menumbuhkan nilai-nilai perjuangan. F. Struktur Organisasi Tesis Pada bagian ini akan diuraikan struktur organisasi tesis yang meliputi BAB I, BAB II, BAB III, BAB IV, dan BAB V. Untuk memperjelas sistematika laporan penelitian terkait keris artefak situs Makam Panjang Karawang, maka masingmasing bab penulis jabarkan sebagai berikut: BAB I PENDAHULUAN, pada bagian ini penulis menguraikan sistematika penulisan yang meliputi latar belakang penelitian, identifikasi masalah penelitian, rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, dan manfaat signifikan penelitian, serta struktur organisasi yang digunakan dalam penulisan laporan karya ilmiah tesis. Pada bab ini penulis mendeskripsikan secara detail latar belakang megenai topik penelitian yang dipaparkan dalam bentuk kalimat deskriptif yang terstruktur dan fokus, kemudian uraian inti dari hasil pembahasan dijabarkan pada bagian identifikasi masalah dalam bentuk poin-poin inti sebagai

8 acuan pemetaan masalah penelitian. Poin-poin inti yang dikemukakan dijadikan rumusan masalah penelitian yang disusun dalam bentuk kalimat pertanyaan. Selanjutnya menguraikan tujuan yang akan dicapai, dan memaparkan kontribusi yang didapat dalam penelitian ini. BAB II KAJIAN TEORI, pada bagian ini penulis menguraikan konsepkonsep teori yang digunakan untuk mendukung hasil temuan dan pembahasan penelitian yang diuraikan pada BAB IV yang meliputi Sejarah seni budaya di Karawang, sejarah politik perjuangan di Karawang, konsep seni keris, konsep kebudayan, konsep situs makam keramat, simbol, simbol sejarah, dan konsep estetika, yang dipaparkan dengan menggunakan kalimat yang efektif dengan merujuk kepada pemikiran teori yang mutakhir, kalimat yang dipaparkan pada bab ini lebih bersifat analitis dan sumatif. Selain itu, penulis juga memaparkan alasan mencantumkan teori-teori yang digunakan pada BAB II, BAB III METODE PENELITIAN, pada bagian ini penulis menguraikan langkah-langkah yang digunakan untuk memperoleh data penelitian yang meliputi desain penelitian, narasumber dan informan, pengumpulan data, dan analisis data, dengan mengunakan alur yang terstruktur serta memberikan alasan secara logis terkait pengunaan metode yang digunakan. Selain itu, langkah-langkah yang digunakan dalam penelitian juga dirancang khusus untuk menjawab rumusan masalah penelitian pada BAB I yang hasilnya berupa data deskriptif yang dilaporkan secara rinci pada BAB IV, BAB IV TEMUAN DAN PEMBAHASAN, pada bab ini diuraikan secara detail hasil temuan dan pembahasan penelitian terkit bentuk dan makana keris artefak pusaka situs makam panjang Karawang, yang meliputi sejarah situs makam panjanag Karawang, keris leres, keris luk 3, keris luk 5, keris luk 9, dan keris luk 13, yang digambarkan secara detail dan dideskripsikan secara menyeluruh muali dari makna keris, tangguh keris, ricikan, dhapur, motif pamor, bahan keris, warangka, dan hulu keris. Kemudian hasil temuan tersebut ditafsirkan dan dihubungkan dengan teori yang diapaprkan pada BAB II sehingga hasil temuan tersebut didukung dengan bukti-bukti yang dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

9 BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI, pada bagian ini penulis menguraikan inti hasil kesimpulan yang menyajikan penafsiran dan pemaknaan terkait keris artefak pusaka situs Makam Panjang Karawang berdasarkan pengolahan dan analisis data penelitian. Kemudian pada bab ini, penulis juga memaparkan saran hasil penelitian kepada pembuat kebijakan, peneliti seni, dan masyarakat Kabupaten Karawang dalam bentuk kalimat deskriptif yang dirancang secara terstruktur. Hasil laporkan merupakan uraian padat yang merupakan jawaban masalah yang dirumuskan pada BAB I.