Keefektifan Lembar Kegiatan Siswa Materi Pemisahan Campuran untuk Melatihkan Keterampilan Proses Sains Siswa pada Kelas VII SMP

dokumen-dokumen yang mirip
PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERORIENTASI GUIDED DISCOVERY

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) BERORIENTASI LITERASI SAINS PADA SUBMATERI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI LAJU REAKSI

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA BERORIENTASI SETS PADA MATERI POKOK ZAT ADITIF MAKANAN

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 2, No. 2, pp , May 2013

Ernita Vika Aulia dan Ismono Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya

E-journal Prodi Edisi 1

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 06 No. 03, September 2017, ISSN:

Santi Helmi et al., Meningkatkan Aktivitas dan Hasil Belajar IPA (Fisika)...

Unesa Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 5, No. 2, pp , May 2016

BioEdu Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi

Kemampuan Keterampilan Proses Sains Siswa pada Materi Zat Aditif Pada Makanan dan Minuman. Ariska Yuniar Rahmawati (1),Evie Ratnasari (2)

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK (LKDP) BERBASIS GUIDED INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN PRACTICAL SKILLS DAN PEMAHAMAN KONSEP IPA PESERTA DIDIK SMP

PENGEMBANGAN LKS FISIKA BERORIENTASI MODEL LEARNING CYCLE 7-E PADA MATERI ELASTISITAS SEBAGAI PENUNJANG PEMBELAJARAN SMA

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA (LKS) IPA MODEL DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA SMP KELAS VII JURNAL

SAMPAH. , Winarsih 2 ) dan Martini 3) Abstrak. Abstract. and the positive UAN PENDAHULU. aktif. mengajar. yang. yang diperoleh

KEEFEKTIFAN LKS BERBASIS MODEL PEMBELAJARAN DISCOVERY LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN LITERASI SAINS

PENGEMBANGAN LKS BERORIENTASI PENDEKATAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI SISTEM PEREDARAN DARAH UNTUK KELAS XI SMA E JURNAL

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERORIENTASI SOFT SKILLS PADA MATERI POKOK LARUTAN ELEKTROLIT DAN NON ELEKTROLIT KELAS X DI MAN MOJOKERTO

PENGEMBANGAN MEDIA INTERAKTIF CHEMBOND (CHEMICAL BONDING) SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PADA MATERI IKATAN KIMIA KELAS X SMA

PENERAPAN PENDEKATAN SAINTIFIK PADA PEMBELAJARAN FISIKA MATERI KALOR TERHADAP KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA KELAS X SMA

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 05 No. 02, Mei 2016, 1-5 ISSN:

BioEdu Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi

Wardah Fajar Hani, 2) Indrawati, 2) Subiki 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika. Dosen Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember

Automotive Science and Education Journal

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Melalui Pembelajaran Berbasis Pendekatan Saintifik

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 4, No. 2, pp , May 2015

Kelayakan Teoritis LKS Berbasis Guided Discovery Berdasarkan Hasil Telaah dan Validasi

IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SISWA PADA MATERI LAJU REAKSI KELAS XI IPA MAN SUMENEP

MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS MELALUI IMPLEMENTASI MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI PADA MATERI LAJU REAKSI KELAS XI SMA NEGERI 1 GRESIK

Amelia dan Syahmani. Meningkatkan Keterampilan Proses Sains dan Hasil Belajar Melalui Pendekatan Scientific 32

BioEdu Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi

Rahma Ditasari, Endah Peniati, Kasmui. Prodi Pendidikan IPA, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Universitas Negeri Semarang, Indonesia

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA (LKS) BIOLOGI PADA MATERI JARINGAN TUMBUHAN UNTUK SMA. Program Studi Pendidikan Biologi STKIP PGRI Sumatera Barat

ISSN : X Jurnal Riset dan Praktik Pendidikan Kimia Vol. 1 No. 1 Mei 2013

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol.3, No.03. pp. 8-12, September 2014

PENGEMBANGAN MODEL E-BOOK INTERAKTIF TERMODIFIKASI MAJALAH PADA MATERI STRUKTUR ATOM

Unesa Journal of Chemical Education ISSN Vol. 5, No. 2, pp May 2016

PENGEMBANGAN PERMAINAN KUARTET SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN MATERI KLASIFIKASI MAKHLUK HIDUP KELAS VII SMP

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol 6, No.2 pp , May 2017

UNESA Journal of Chemical Education ISSN: Vol.4, No.3. pp , September 2015

IPA TEMA PEMBUATAN PUPUK ORGANIK CAIR BERBASIS PEDAGOGY FOR SUSTAINABILITY

Pengembangan Alat Praktikum Gelombang Stasioner untuk Melatihkan Keterampilan Proses Siswa SMA Kelas XI

PENGEMBANGAN LKS IPA TERPADU MENGGUNAKAN MODEL PROBLEM BASED LEARNING (PBL) PADA MATERI SISTEM PERNAFASAN KELAS VIII SMP N 6 TAMBUSAI

Bahrul Ulum dan Rusly Hidayah Jurusan Kimia, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya

UNESA Journal of Chemical Education Vol.6, No.3 pp , September 2017

UNESA Journal of Chemistry Education ISSN: Vol. 6, No. 1, pp January 2017

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BERBASIS KEGIATAN LABORATORIUM UNTUK SISWA KELAS VIII SMP NEGERI 6 SURABAYA PADA MATERI POKOK ALAT OPTIK

Unesa Journal of Chemistry Education Vol. 2, No. 2, pp May 2013 ISSN:

Unesa Journal of Chemical Education ISSN Vol. 5 No. 3. pp , September 2016

FORMULATING PROBLEM AND MAKING HYPOTHESIS SKILLS THROUGH DEVELOPMENT WORKSHEET BASED INQUIRY ON ELECTROLYTE AND NONELECTROLYTE SUBJECT MATTER

UNESA Journal of Chemistry Education ISSN: Vol. 6 No. 1, pp January 2017

Unnes Physics Education Journal

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA BERBASIS MIND MAPPING PADA MATERI LAJU REAKSI UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN BERFIKIR KREATIF SISWA KELAS XI SMA

KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS SISWA SMA KEMALA BHAYANGKARI 1 SURABAYA PADA MATERI LAJU REAKSI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING PADA MATERI POKOK LARUTAN PENYANGGA UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN METAKOGNITIF SISWA KELAS XI SMA

MODEL INKUIRI DENGAN TIPE INTEGRATED PADA PEMBELAJARAN IPA DI SMP ARTIKEL. Oleh. Etik Khoirun Nisa NIM

EFEKTIVITAS PEMBELAJARAN BIOLOGI MENGGUNAKAN MEDIA SLIDE POWER POINT TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA. (Artikel) Oleh MADE DEWI LESTARI

KETERAMPILAN KERJA ILMIAH PADA MATERI INDIKATOR ASAM BASA MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING

PENGEMBANGAN LKS BERPROGRAMA PADA SUB POKOK BAHASAN PERPINDAHAN KALOR DI SMA. Binar Ayu Dewanti, Sri Wahyuni, Yushardi

PENERAPAN MEDIA E-BOOK BEREKSTENSI EPUB UNTUK MENINGKATKAN MINAT DAN HASIL BELAJAR SISWA SMP PADA MATA PELAJARAN IPA

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 03 No. 01 Tahun 2014, ISSN:

Pengembangan Lembar Kerja Siswa (LKS) Bilingual dengan Pendekatan Kontekstual pada Materi Sistem Reproduksi Manusia

Unnes Physics Education Journal

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 05 No. 02, Mei 2016, ISSN:

MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DISERTAI TEKNIK PETA KONSEP DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

PERMAINAN KIMIA KOTAK KATIK SEBAGAI MEDIA PEMBELAJARAN PADA MATERI SISTEM PERIODIK UNSUR

PENGARUH PENGGUNAAN BAHAN AJAR BROSUR TERHADAP AKTIVITAS DAN PENGUASAAN MATERI OLEH SISWA. (Artikel) Oleh: Ely Fitri Astuti

Unnes Science Education Journal

J. Ind. Soc. Integ. Chem., 2014, Volume 6, Nomor 2

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Bung Hatta Irmasuryani Abstract

UNESA Journal of Chemical Education ISSN Vol. 5, No. 1, pp January 2016

UPAYA MENINGKATKAN AKTIVITAS DAN HASIL BELAJAR FISIKA MENGGUNAKAN MODEL INKUIRI DI SMP

PENGARUH PENGGUNAAN LEMBAR KERJA PESERTA DIDIK BERBASIS PETA KONSEP TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR PESERTA DIDIKKELAS VII SMPN 1 AWANGPONE

Journal of Innovative Science Education PENGEMBANGAN MODEL PEMBELAJARAN LARUTAN PENYANGGA BERBASIS MASALAH BERVISI SETS

BIOEDUKASI Jurnal Pendidikan Biologi e ISSN Universitas Muhammadiyah Metro p ISSN

PENGEMBANGAN LEMBAR KEGIATAN SISWA GUIDED DISCOVERY UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS

EFEKTIFITAS PENGGUNAAN LABORATORIUM TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR IPA PESERTA DIDIK SMPN 3 PALAKKA KABUPATEN BONE

MODEL PEMBELAJARAN INSTRUCTION, DOING, DAN EVALUATING (MPIDE) DENGAN MODUL SEBAGAI SUMBER BELAJAR PADA PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

Jurnal Pendidikan IPA Indonesia

Keyword: Cooperative learning,experimental method, learning activities, physics achievement, science process skill, TPS.

Harun Nasrudin 1, Choirun Nisa 2.

Unesa Journal of Chemical Education ISSN: Vol. 5, No.2, pp , May 2016

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI TERHADAP HASIL BELAJAR PADA MATERI PEMISAHAN CAMPURAN MTsN 2 PONTIANAK

Edu Elektrika Journal

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR BERBASIS SCIENTIFIC APPROACH PADA POKOK BAHASAN BESARAN DAN SATUAN DI SMA

Unesa Journal of Chemical Education ISSN: Vol 5,. No 3, , September, 2016

PENERAPAN MEDIA PEMBELAJARAN ANIMASI SEBAGAI UPAYA UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATA KULIAH OTOMASI

STUDENT ACADEMIC SKILLS THROUGH PROJECT BASED LEARNING IN CLASS XI SENIOR HIGH SCHOOL BABUSSALAM

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 04 No. 02, Mei 2015, ISSN:

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN GUIDED INQUIRY UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA SMP KELAS VII

PENGGUNAAN BAHAN AJAR LEAFLET TERHADAP HASIL BELAJAR SISWA

Abstrak. : Desi Hartinah, Dr. Insih Wilujeng, dan Purwanti Widhy H, M. Pd, FMIPA Universitas Negeri Yogyakarta

BioEdu Berkala Ilmiah Pendidikan Biologi

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI UNTUK MELATIH KETERAMPILAN BERPIKIR KRITIS PADA MATERI POKOK ASAM-BASA DI KELAS XI SMAN 1 BOJONEGORO

Arwinda Probowati 1, Amy Tenzer 2, dan Siti Imroatul Maslikah 3 Jurusan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Malang

PENERAPAN STRATEGI SNOWBALLING PADA MATERI ATOM, ION, MOLEKUL UNTUK MENINGKATKAN AKTIVITAS BELAJAR SISWA KELAS VIII SMPN 19 SURABAYA

PENGEMBANGAN BAHAN AJAR FISIKA BERBASIS MAJALAH SISWA PINTAR FISIKA (MSPF) PADA PEMBELAJARAN IPA DI SMP (Pokok Bahasan Gerak Pada Benda)

PENGEMBANGAN LEMBAR KERJA SISWA PADA PEMBELAJARAN IPA BERBASIS INKUIRI TERBIMBING UNTUK KELAS V SEKOLAH DASAR

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 03 No. 03 Tahun 2014, ISSN:

Jurnal Inovasi Pendidikan Fisika (JIPF) Vol. 05 No. 03, September 2016, ISSN:

Transkripsi:

Keefektifan Lembar Kegiatan Materi Pemisahan Campuran untuk Melatihkan Keterampilan Proses Sains KEEFEKTIFAN LEMBAR KEGIATAN SISWA MATERI PEMISAHAN CAMPURAN UNTUK MELATIHKAN KETERAMPILAN PROSES SAINS SISWA PADA KELAS VII SMP Milda Dwi Lestari Pendidikan Sains, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya, e-mail : dmildadwi@yahoo.com Dra. Nur Kuswanti, M. Sc. St. Pendidikan Biologi, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya, e-mail: nurkuswanti2013@gmail.com An Nuril Maulida F, S.Pd., M.Pd. Pendidikan Sains, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya, e-mail: nurilfauziah@unesa.co.id Abstrak Tujuan dari penelitian ini adalah mendeskripsikan keefektifan LKS Pemisahan Campuran untuk Melatihkan Keterampilan Proses Sains. Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan dengan model Research and Development (R&D) yang dilaksanakan sampai pada ujicoba terbatas. Sasaran penelitian ini adalah LKS Pemisahan Campuran untuk Melatihkan Keterampilan Proses Sains. Metode yang digunakan adalah metode tes, dan angket. Instrumen yang digunakan adalah lembar tes hasil belajar siswa, dan lembar angket respon siswa. LKS ini dinyatakan layak berdasarkan keefektifannya dilihat dari ketuntasan hasil belajar siswa yang memperoleh persentase sebesar 66% dengan interpretasi efektif, serta peningkatan hasil belajar siswa sebesar 58% yang termasuk pada kriteria gain tinggi dan 42% siswa pada kriteria gain sedang. Adapun dari segi keterampilan proses sains siswa LKS Pemisahan Campuran dinyatakan belum efektif karena hanya memperoleh persentase sebesar 60%, namun peningkatan keterampilan proses sains siswa menunjukkan 58% siswa masuk pada kriteria gain tinggi dan 42% siswa masuk pada kriteria gain sedang. Adapun respon positif siswa memperoleh persentase sebesar 88% dengan interpretasi sangat efektif. Secara keseluruhan dapat disimpulkan bahwa LKS Pemisahan Campuran efektif berdasarkan hasil belajar kognitif siswa, dan respon postitif siswa, namun LKS Pemisahan Campuran dinyatakan belum efektif berdasarkan ketuntasan keterampilan proses sains siswa Kata Kunci: Lembar Kegiatan, Keterampilan Proses Sains, Pemisahan Campuran Abstract The purpose of this study is to describe the effectiveness of Worksheets of Separation of Mixture to Train Science Process Skills of Students of Class VII. The research used Research and Development (R & D) model carried out until a limited trial. The goal of this study was to identify the effectiveness of the Worksheets of Separation Mixture to Train Science Process Skills of Students. The methods used are observation, test, and the questionnaire. The instrument used are activity sheets of science process skills of students, student achievement test sheet, and the sheet of student responses questionnaire. The results show that the Worksheets of Separation of Mixture are effective based on learning outcomes of students which get percentage of 66% with effective interpretation, and students increase of learning outcomes of 58% with the criterion of high gain and 42% with the criterion of the medium gain. In terms of science process skills of students, Separation of Mixture Worksheets otherwise are not effective because they only get a percentage of 60%, but based on the increase of science process skills of students, it shows that 58% of students have high gain and 42% with medium gain. The positive response of students get a percentage of 88% that belongs to a very effective interpretation. Overall, it can be concluded that, the Worksheets of Separation of Mixture to Train Students Science Process are effective based on learning outcomes and positive response of students, however the worksheets are categorized not effective based on the term of science process skills of students. Keywords: Student Activity work, Science Process Skills, Separation Mixeture 1

E-Jurnal Pensa. Volume 05 Nomor 01 Tahun 2017, 1-7 PENDAHULUAN Salah satu tujuan pembelajaran dalam Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) adalah mengembangkan aktivitas kreatif yang melibatkan imajinasi, intuisi, dan penemuan dengan mengembangkan pemikiran, orisinalitas, rasa ingin tahu, membuat prediksi dan dugaan serta mencoba-coba (BNSP, 2006). Permendiknas no. 26 tahun 2006 menyebutkan bahwa pada KTSP pembelajaran IPA di SMP/MTs menekankan pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah. Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) didefinisikan sebagai pengetahuan yang diperoleh melalui pengumpulan data dengan eksperimen, pengamatan, dan deduksi untuk menghasilkan suatu penjelasan tentang sebuah gejala yang dapat dipercaya (Kemendikbud, 2013). Pembelajaran IPA, siswa terlibat secara langsung untuk memecahkan masalah berdasarkan metode ilmiah dalam proses pembelajaran. Metode ilmiah adalah proses berfikir untuk menyelesaikan masalah secara sistematis, empiris, dan terkontrol. Trianto (2012) menjelaskan bahwa, secara umum IPA dipahami sebagai ilmu yang lahir dan berkembang lewat langkah-langkah observasi, perumusan masalah, penarikan kesimpulan, serta penemuan teori dan konsep. Menciptakan pembelajaran IPA yang dapat melibatkan siswa secara langsung memerlukan pendekatan dalam pembelajaran. Salah satu pendekatan yang dapat digunakan adalah pendekatan keterampilan proses. Pembelajaran dengan menggunakan pedekatan keterampilan proses sains merupakan proses pembelajaran yang disusun sedemikian rupa agar siswa dapat menemukan sendiri fakta-fakta, konsep, teori, dan sikap tertentu melalui proses sains (Haryono, 2006). Keterampilan proses sains siswa dapat diajarkan dengan menggunakan Lembar Kegiatan (LKS). LKS adalah bahan ajar cetak berupa lembaran yang di dalamnya berisi petunjuk, dan langkah-langkah untuk menyelesaikan suatu tugas (Trianto, 2007). LKS juga berupa petunjuk untuk melatihan pengembangan kognitif siswa maupun pengembangan semua aspek pembelajaran berupa eksperimen dan demonstrasi. LKS memuat kegiatan-kegiatan dasar yang harus dilaksanakan siswa untuk memaksimalkan pemahaman dalam upaya pembentukan kemampuan dasar sesuai indikator pencapaian hasil belajar yang dilaksanakan. Hasil angket pra penelitian pada salah satu SMP di Surabaya menunjukkan bahwa mata pelajaran IPA masih dianggap sebagai mata pelajaran yang sulit oleh siswa. Guru IPA di SMP tersebut telah menggunakan LKS sebagai bahan pembelajaran. Namun berdasarkan hasil angket yang disebar di kelas VII menunjukkan bahwa LKS yang diberikan oleh guru IPA masih sulit untuk dipahami, padahal siswa merasa senang jika dilakukan pembelajaran IPA dengan praktikum. kelas VII juga berpendapat bahwa, praktikum yang mereka lakukan hanya sebatas mengamati, mengukur, dan menggolongkan. Pendapat siswa tersebut diakui oleh guru IPA di SMP tersebut. Berdasarkan wawancara yang dilakukan, Guru IPA juga belum sepenuhnya melatihkan keterampilan proses sains kepada siswa kelas VII, misalnya menentukan hipotesis dan menentukan variabel variabel dalam penelitian. Guru masih menggunakan LKS yang tercantum pada buku siswa yang disediakan. LKS yang digunakan guru IPA juga hanya mengajarkan pengamatan, analisis dan penarikan kesimpulan dari praktikum yang dilakukan siswa. LKS yang diberikan guru juga belum memuat keterampilan proses sains yang dibutuhkan siswa. Hal ini pula yang menyebabkan siswa kelas VII belum menguasai seluruh keterampilan proses sains. Guru IPA di SMP tersebut juga berpendapat bahwa pada materi di kelas VII, materi pemisahan campuran masih sulit dipahami oleh siswa. Salah satu contoh kesulitan siswa pada materi ini adalah saat siswa melakukan praktikum kromatografi. Pada praktikum tersebut, siswa menyimpulkan bahwa pemisahan warna yang terjadi pada percobaan tersebut hanya dikarenakan air yang ada dalam warna, bukan dipengaruhi oleh kelarutan setiap komponen warna yang berbeda. Hal tersebut menunjukkan siswa masih belum memahami konsep kromatografi. Kromatografi adalah pemisahan campuran berdasarkan perbedaan kelarutan komponenkomponen penyusunnya. Pada teknik kromatografi, partikel yang mudah larut dalam pelarut akan paling cepat terpisah. Pentingnya mempelajari materi pemisahan campuran ini karena pemisahan campuran dekat dengan kehidupan sehari-hari. LKS materi pemisahan campuran akan mempermudah siswa dalam mempelajari pemisahan campuran karena siswa dapat membaca langsung langkah-langkah yang akan dilakukan selama pembelajaran. LKS ini juga akan mempermudah siswa dalam mengetahui tujuan, dan tugas-tugas saat kegiatan pembelajaran karena siswa diberi LKS yang telah memuat semua komponen tersebut. Adapun LKS yang digunakan juga dapat melatihkan keterampilan proses sains siswa. LKS materi pemisahan campuran yang dapat melatihkan keterampilan proses sains akan membantu siswa dalam memecahkan masalah berdasarkan metode ilmiah. Tujuan dari penelitian ini ialah mendeskripsikan keefektifan LKS Pemisahan Campuran untuk melatihkan keterampilan proses sains siswa kelas VII SMP. Keefektifan LKS Pemisahan Campuran ini ditentukan berdasarkan hasil belajar kognitif siswa, dan respon positif siswa. METODE Penelitian ini merupakan penelitian pengembangan LKS pada materi pemisahan campuran yang dikembangkan menggunakan model Research and Development (R&D) yang terdiri dari tiga tahap yaitu studi pendahuluan, pengembangan, dan evaluasi. Namun pada penelitian ini hanya sampai tahap pengembangan yaitu pada ujicoba produk terbatas. Sasaran penelitian ini adalah LKS Pemisahan Campuran untuk melatihkan keterampilan proses sains siswa pada kelas VII SMP. 2

Keefektifan Lembar Kegiatan Materi Pemisahan Campuran untuk Melatihkan Keterampilan Proses Sains Metode yang digunakan pada penelitian ini adalah metode tes, dan metode angket. Instrumen yang digunakan yaitu lembar tes hasil belajar siswa, dan lembar angket respon siswa. Keefektifan LKS Pemisahan Campuran dinilai berdasarkan data hasil belajar siswa. Data diperoleh melalui hasil pretest dan posttest siswa. Setelah diperoleh data hasil belajar setiap siswa, kemudian data tersebut dipersentasekan dengan menggunakan sebagai berikut: Nilai yang diperoleh kemudian diinterpretasikan menggunakan interpretasi ketuntasan hasil belajar yang ditunjukkan pada Tabel 2. LKS Pemisahan Campuran dikatakan dapat melatihkan keterampilan proses sains jika terjadi peningkatan hasil belajar siswa. Untuk mengetahui peningkatan tersebut, maka dilakukan uji gain <g> untuk menentukan besar peningkatan keterampilan proses sains siswa (Hake, 1998). Hal itu dinyatakan dalam rumus matematis sebagai berikut: dengan : g S f S i S max = Skor gain = Skor akhir (post test) = Skor awal (pre test) = Skor maksimal yang mungkin dicapai. Hasil skor gain kemudian dikonversikan sesuai dengan kriteria sesuai dengan criteria gain pada tabel berikut : Tabel 1. Rentang g > 0,7 Tinggi 0,3 < g < 0,7 Sedang g < 0,3 Rendah (Hake,1998) Keefektifan LKS Pemisahan Campuran juga dinilia berdasarkan respon positif siswa. Data yang diperoleh kemudian dihitung persentasenya menggunakan rumus sebagai berikut: Hasil pesentase respon siswa kemudian diinterpretasikan seperti Tabel 2. Tabel 2. Interpretasi Keefektifan LKS Persentase 0 20 Sangat kurang 21 40 Kurang Persentase 41 60 Cukup 61 80 Efektif 81-100 Sangat Efektif HASIL DAN PEMBAHASAN Keefektifan LKS diperoleh berdasarkan aktivitas keterampilan proses sains siswa, peningkatan hasil belajar siswa, dan respon siswa. Keefektifan LKS materi Pemisahan Campuran ini dinilai berdasarkan hasil belajar siswa. Persentase ketuntasan siswa sebesar 66% dengan interpretasi efektif (Riduwan, 2015). Persentase tersebut menunjukkan bahwa LKS Pemisahan Campuran yang dikembangkan efektif dalam meningkatkan hasil belajar kognitif siswa. Penelitian yang dilakukan Mirrota (2014) juga menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan LKS dapat meningkatkan ketertarikan siswa untuk belajar sehingga meningkatkan hasil belajar siswa. Keefektifan LKS ini juga didukung oleh pengembangan LKS yang didasarkan pada syarat-syarat LKS yang baik menurut Depdiknas (2004), yaitu LKS disesuaikan dengan kurikulum yang berlaku dan kompetensi dasar yang harus dicapai oleh siswa. Keefektifan LKS berdasarkan ketuntasan hasil belajar kognitif siswa tersebut juga didukung dengan peningkatan hasil belajar kognitif siswa. Peningkatan hasil belajar siswa diperoleh dari gain score tiap siswa. Data hasil gain score tiap siswa dapat dilihat pada Tabel 3 berikut. Tabel 3. Score Hasil Belajar Kognitif Nomor Pretest Posttest 1. 1 13 74 0,7 Tinggi 2. 2 6 53 0,5 Sedang 3. 3 13 74 0,7 Tinggi 4. 4 10 48 0,4 Sedang 5. 5 10 52 0,4 Sedang 6. 6 10 81 0,7 Tinggi 7. 7 40 84 0,7 Tinggi 8. 8 17 78 0,7 Tinggi 9. 9 30 74 0,6 Sedang 10. 10 10 75 0,7 Tinggi 11. 11 10 49 0,4 Sedang 12. 12 17 79 0,7 Tinggi Berdasarkan skor gain yang diperoleh tiap siswa, 58% siswa masuk dalam kriteria tinggi, dan 42% siswa masuk dalam kriteria sedang. Hal ini menunjukkan bahwa LKS Pemisahan Campuran ini efektif untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pemisahan campuran. LKS Pemisahan Campuran yang dikembangkan menyesuaikan dengan fungsi LKS untuk membantu siswa menemukan/memahami konsep seperti yang dijelaskan oleh Depdiknas (2004). Ketuntasan hasil belajar siswa dilihat dari indikator kognitif siswa memperoleh persentase sebesar 63% dengan interpretasi efektif. Hal ini menunjukkan bahwa materi pada LKS Pemisahan Campuran memiliki relevansi dengan kompetensi dasar atau materi pokok yang harus dikuasai oleh siswa (Depdiknas, 2004). 3

E-Jurnal Pensa. Volume 05 Nomor 01 Tahun 2017, 1-7 Ketuntasan indikator kognitif siswa ini juga didukung dari skor gain indikator kognitif siswa. Data skor gain tiap indikator kognitif siswa seperti pada Tabel 4 berikut. 1. 2. 3. 4. 5. Tabel 4. Score Indikator Kognitif siswa Indikator Menjelaskan prinsip dasar kromatografi. Mengidentifikasi pengaruh jenis warna spidol terhadap macam warna hasil pemisahannya. Menentukan kelarutan warna hasil pemisahan dengan metode kromatografi. Menjelaskan prinsip dasar filtrasi. Mengidentifikasi pengaruh ukuran partikel terhadap filtrat hasil pemisahan. Pretest Posttest 52 85 0,6 Sedang 8 72 0,6 Sedang 5 68 0,6 Sedang 74 84 0,3 Sedang 0 53 0,5 Sedang Kelima indikator kognitif siswa masuk dalam kriteria gain sedang. Hal ini membuktikan adanya peningkatan pemahaman siswa terhadap materi pemisahan campuran. LKS Pemisahan campuran dinyatakan belum efektif berdasarkan ketuntasan keterampilan proses sains siswa, hal ini dikarenakan perolehan persentase 61% yaitu sebesar 60% dengan interpretasi cukup efektif. Hal ini menunjukkan bahwa dalam melatihkan keterampilan proses sains tidak dapat dilakukan pada dua kali pertemuan saja. Pembelajaran dengan menggunakan LKS Pemisahan Campuran ini hanya dilakukan dua kali pertemuan, sehingga perlu dilakukan pembelajaran dengan melatihkan keterampilan proses sains agar memperoleh hasil yang lebih efektif. Senada dengan hal tersebut, Trianto (2010) berpendapat bahwa keterampilan proses akan terbentuk hanya melalui proses yang berulang-ulang. Meskipun belum efektif, namun keterampilan proses sains tiap siswa mengalami peningkatan. Hal ini dibuktikan pada perolehan skor gain tiap siswa seperti pada Tabel 5 berikut. Tabel 5. Score Keterampilan Proses Sains Tiap Nilai Nilai Nomor Pretest Posttest Score 1. 1 0 80 0,8 Tinggi 2. 2 0 40 0,4 Sedang 3. 3 0 80 0,8 Tinggi 4. 4 0 40 0,4 Sedang 5. 5 0 40 0,4 Sedang 6. 6 0 80 0,4 Sedang Nomor Nilai Pretest Nilai Posttest Score 7. 7 40 100 1 Tinggi 8. 8 20 80 0,7 Tinggi 9. 9 20 80 0,7 Tinggi 10. 10 0 100 1 Tinggi 11. 11 0 40 0,4 Sedang 12. 12 20 100 1 Tinggi Tabel 5 menunjukkan bahwa skor gain yang diperoleh tiap siswa sebanyak 58% siswa masuk dalam kriteria gain tinggi dan 42% siswa masuk dalam kriteria gain sedang. Ketuntasan hasil belajar siswa juga dilihat pada tiap indikator keterampilan proses sains siswa. Berdasarkan data ketuntasan indikator keterampilan proses sains siswa memperoleh persentase sebesar 63%, dengan interpretasi efektif. Penelitian yang dilakukan oleh Setyaningrum (2014), menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan LKS dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan keterampilan proses sains. Ketuntasan indikator keterampilan proses sains tersebut mengalami peningkatan seperti pada Tabel 6 berikut. Tabel 6. Score Indikator Keterampilan Proses Sains Indikator Pretest Posttest Score 1. Merumuskan Masalah 0 56 0,5 Sedang 2. Merumuskan Hipotesis 0 52 0,5 Sedang 3. Menentukan Variabel 1 55 0,5 Sedang 4. Mengamati 63 81 0,4 Sedang 5. Menyimpulkan 15 91 0,8 Tinggi Tabel 6 menunjukkan bahwa kelima indikator keterampilan proses sains siswa mengalami peningkatan. Berdasarkan gain score terdapat empat indikator yang masuk dalam kriteria gain sedang, yaitu merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, menentukan variabel dan mengamati. Adapun satu indikator masuk dalam kriteria gain tinggi, yaitu indikator menyimpulkan. LKS Pemisahan Campuran yang dikembangkan dapat dikatakan efektif berdasarkan indikator keterampilan proses sains karena semua indikator memperoleh gain score > 0,3 (Hake, 1998). Senada dengan hal tersebut, penelitian yang dilakukan oleh Ekapti dkk (2014) menunjukkan bahwa setelah dilaksanakan pembelajaran dengan menggunakan LKS, keterampilan proses sains siswa mengalami peningkatan. LKS Pemisahan Campuran ini selain untuk melatihkan keterampilan proses sains siswa juga untuk meningkatkan pemahaman siswa terhadap materi pemisahan campuran. Pada submateri kromatografi, siswa diajarkan untuk menganalisis pengaruh tinta spidol terhadap macam warna hasil pemisahan. Pada praktikum ini, siswa dilatih untuk merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, dan menentukan variabel penelitian sebelum melakukan pengamatan, kemudian siswa dilatih untuk mengamati dan menyimpulkan hasil 4

Keefektifan Lembar Kegiatan Materi Pemisahan Campuran untuk Melatihkan Keterampilan Proses Sains praktikum. juga dapat belajar menentukan kelarutan warna hasil pemisahan dengan metode kromatografi dari hasil praktikum. Pada submateri kedua, siswa diajar tentang filtrasi. dilatih untuk mencari tahu tentang prinsip dasar filtrasi dari praktikum. Pada praktikum filtrasi siswa mencari tahu sendiri pengaruh ukuran partikel zat terhadap filtrat hasil penyaringan. Dengan keterampilan proses sains mempermudah siswa mencari informasi sendiri dari konsep-konsep tersebut sehingga siswa dapat menjelaskan prinsip dasar kromatografi dan filtrasi. Berdasarkan data ketuntasan hasil belajar kognitif siswa dan data ketuntasan keterampilan proses sains siswa menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan LKS Pemisahan Campuran yang dikembangkan selain dapat melatihkan keterampilan proses sains siswa juga dapat digunakan untuk meningkatkan pemahaman kognitif siswa pada materi Pemisahan Campuran. Hal ini ditunjukkan dari skor gain yang diperoleh menunjukkan masing-masing mengalami peningkatan sebesar 58% siswa masuk dalam kriteria gain tinggi dan 42% siswa masuk dalam kriteria gain sedang. LKS Pemisahan Campuran juga dikembangkan berdasarkan syarat LKS yang baik yaitu memiliki substansi materi yang relevan dengan kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh siswa (Depdiknas, 2004). Oleh karena itu indikator kognitif yang akan dicapai siswa memiliki keterkaitan dengan indikator keterampilan proses sains yang akan dilatihkan oleh siswa. Keterkaitan antara indikator kognitif siswa dan indikator keterampilan proses sains siswa berpengaruh terhadap hasil belajar siswa. Indikator menjelaskan prinsip dasar kromatografi dan indikator menjelaskan prinsip dasar filtrasi digunakan untuk melatihkan keterampilan mengamati menunjukkan bahwa ketiga indikator tersebut masuk dalam interpretasi sangat efektif. Pada indikator menjelaskan prinsip dasar kromatografi memperoleh persentase 100% sedangkan pada indikator menjelaskan prinsip dasar filtrasi memperoleh persentase 91%. Adapun pada indikator keterampilan mengamati memperoleh persentase 91%. Indikator mengidentifikasi pengaruh jenis warna spidol terhadap macam warna hasil pemisahan digunakan untuk melatihkan keterampilan proses menentukan variabel dan menyimpulkan. Pada indikator mengidentifikasi pengaruh jenis warna spidol terhadap macam warna hasil pemisahan memperoleh persentase 67% dengan interpretasi efektif. Pada indikator kognitif ini siswa lebih banyak menjawab benar pada indikator keterampilan menyimpulkan dengan perolehan persentase 100%. Adapun indikator menentukan variabel memperoleh persentase 50% dengan interpretasi cukup efektif. Indikator menentukan kelaurtan warna hasil pemisahan dengan metode kromatografi digunakan untuk melatihkan keterampilan merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, dan menyimpulkan. Indikator kognitif tersebut memperoleh persentase 67% dengan interpretasi efektif. Pada indikator keterampilan menyimpulkan memperoleh persentase 100%, namun pada indikator keterampilan merumuskan masalah memperoleh persentase 50% dengan interpretasi cukup efektif. Adapun indikator keterampilan merumuskan hipotesis memperoleh nilai terendah dengan persentase 25% dengan interpretasi kurang efektif. Indikator mengidentifikasi pengaruh ukuran partikel terhadap filtrat hasil pemisahan digunakan untuk melatihkan keterampilan merumuskan masalah, merumuskan hipotesis, dan menentukan variabel. Pada indikator kognitif tersebut hanya memperoleh persentase 33% dengan interpretasi kurang efektif. Hal ini didukung dengan perolehan persentase indikator keterampilan merumuskan masalah dan menentukan variabel sebesar 50% dengan interpretasi cukup efektif. Adapun pada indikator keterampilan merumskan hipotesis hanya memperoleh persentase 25% dengan interpretasi kurang efektif. Pembelajaran dengan menggunakan LKS Pemisahan Campuran ini mendapat respon positif dari siswa. Data respon positif siswa terhadap LKS Pemisahan Campuran yang dikembangkan dapat dilihat pada tabel berikut. Hasil respon positif siswa yang memperoleh persentase sebesar 88% dengan interpretasi sangat efektif (Riduwan, 2015). Hal ini menunjukkan bahwa pemberian LKS Pemisahan Campuran dalam pembelajaran merupakan awal yang baik untuk melatihkan keterampilan proses sains pada siswa. Pada penelitian yang dilakukan oleh Mirrota (2014) juga menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan LKS memperoleh respon positif dari siswa. Hal ini sesuai dengan Peraturan Pemerintah 19 tahun 2005, bahwa pembelajaran yang dilaksanakan harus menyenangkan, dan memotivasi siswa untuk berpartisipasi aktif. Berdasarkan 13 pertanyaan angket respon siswa menunjukkan bahwa 3 pertanyaan memperoleh persentase 100%. Pertanyaan tersebut meliputi 1) apakah petunjuk praktikum membantu kalian dalam melakukan kegiatan pada LKS Pemisahan Campuran ini? 2) apakah LKS ini membantu kalian dalam memahami materi Pemisahan Campuran?, dan 3) apakah LKS Pemisahan Campuran ini melatihkanmu dalam membuat kesimpulan penelitian? LKS yang baik seharusnya dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk untuk memudahkan siswa untuk belajar (Depdiknas, 2004). Pada LKS Pemisahan campuran ini juga disusun sesuai dengan kompetensi dasar/materi pokok yang harus dikuasai oleh siswa (Depdiknas, 2004). Menurut Trianto (2010), menyebutkan bahwa menyimpulkan menjadi kegiatan untuk memutuskan hasil pengamatan. Pada tiga pertanyaan memperolah persentase 92% meliputi: 1) apakah LKS Pemisahan Campuran ini melatihkanmu dalam menentukan variabel-variabel penelitian?; 2) apakah LKS Pemisahan Campuran ini melatihkanmu dalam melakukan pengamatan?; 3) apakah LKS Pemisahan Campuran ini melatihkanmu dalam mengkomunikasikan hasil penelitian?. Adapun dari ketiga pertanyaan tersebut masing-masing ada satu siswa menjawab tidak. Berdasarkan komentar/saran yang diberikan siswa menyebutkan bahwa siswa masih kurang paham dengan variabel-variabel penilian. Lima petanyaan memperoleh persentase sebesar 83,5%. Kelima pertanyaan tersebut meliputi: 1) Apakah 5

E-Jurnal Pensa. Volume 05 Nomor 01 Tahun 2017, 1-7 alokasi waktu yang diberikan cukup untuk mengerjakan semua kegiatan dalam LKS?; 2) Apakah cover LKS Pemisahan Campuran ini menarik?; 3) Apakah tulisan dan huruf pada LKS Pemisahan Campuran ini menarik?; 4) Apakah LKS Pemisahan Campuran ini melatihkan dalam merumuskan masalah?; dan 5) Apakah LKS Pemisahan Campuran ini melatihkanmu dalam merumuskan hipotesis? Pada masing-masing pertanyaan tersebut terdapat 2 siswa yang menjawab tidak. Berdasarkan komentar/saran siswa menyebutkan bahwa sebaiknya waktu menyesuaikan jam pelajaran. Hal tersebut dikarenakan ujicoba terbatas dilakukan diluar jam pelajaran IPA namun pada saat pembelajaran di SMP Muhammadiyah 6 Surabaya belum sepenuhnya efektif, sehingga beberapa siswa ujicoba terbatas ini sedikit terpaksa untuk mengikuti pembelajaran. Menurut Darmodjo dan Kaligis (dalam Rohaeti, 2008), cover pada LKS seharusnya diberi ilustrasi yang menarik agar dapat meningkatkan motivasi belajar siswa. Selain itu mereka juga berpendapat bahwa, alokasi waktu yang tercantum pada LKS seharusnya cukup untuk menyelesaikan semua tugas. Persentase terendah diperoleh dari 2 pertanyaan yaitu sebesar 75%. Kedua pertanyaan tersebut meliputi 1) Apakah tampilan gambar dan warna pada LKS menarik dan meningkatkan motivasi belajarmu? 2) Apakah kalimat yang digunakan dalam LKS Pemisahan Campuran ini jelas dan mudah dimengerti?. Adapun pada masing-masing pertanyaan tersebut terdapat 3 siswa yang menjawab tidak. Berdasarkan komentar siswa menyatakan LKS sebaiknya ditambahkan gambargambar yang lebih menarik. LKS yang baik seharusnya menampilkan lebih banyak gambar daripada kata-kata sehingga lebih mudah ditangkap oleh siswa (Depdiknas, 2004). Senada dengan hal tersebut, penelitian yang dilakukan oleh Putri dan Widiyatmoko (2013), menunjukkan bahwa LKS IPA seharusnya menarik untuk dipelajari siswa sehingga dapat meningkatkan hasil belajar. Meskipun mendapatkan persentase terendah, namun dua pertanyaan tersebut masih dalam kategori efektif (Riduwan, 2015). PENUTUP Simpulan Berdasarkan data hasil penelitian dan pembahasan, maka dapat dituliskan kesimpulan bahwa LKS materi pemisahan campuran untuk melatihkan keterampilan proses sains dinyatakan layak berdasarkan keefektifannya dilihat dari ketuntasan hasil belajar siswa yang memperoleh persentase sebesar 66% dengan interpretasi efektif, peningkatan hasil belajar siswa sebesar 42% termasuk pada kriteria gain tinggi dan 58% siswa pada kriteria gain sedang. Pada ketuntasan keterampilan proses sains siswa dinyatakan belum efektik karena memperoleh persentase 61%, yaitu sebesar 60% dengan interpretasi cukup efektif, namun berdasarkan peningkatan keterampilan proses sains siswa menunjukkan 58% siswa masuk pada kriteria gain tinggi dan 42% siswa masuk pada kriteria gain sedang. Adapun berdasarkan respon siswa memperoleh persentase sebesar 88% dengan interpretasi sangat efektif. Saran Berdasarkan pengalaman penulis dilapangan dalam pengembangan LKS materi pemisahan campuran ini, dapat diajukan saran-saran sebagai berikut: 1. Dalam melatihkan keterampilan proses sains siswa, sebaiknya guru melakukan pemodelan terlebih dahulu, sehingga proses pembimbingan pada masing-masing kelompok tidak terlalu lama dan agar tidak menyita waktu pada kegiatan pembelajaran selanjutnya. 2. Keterampilan proses sains siswa tidak dapat hanya sekali dilatihkan kepada siswa. sehingga perlu dilatihkan melalui proses berulang-ulang untuk memperoleh hasil yang lebih efektif. 3. LKS pemisahan campuran ini hanya terbatas pada submateri kromatografi dan filtrasi sehingga masih dapat dikembangkan lagi LKS pemisahan campuran pada submateri lainnya. 4. Pada ujicoba terbatas masih menggunakan model pembelajaran langsung, sehingga perlu diterapkan dalam penelitian lebih lanjut dalam penerapan pembelajaran dengan model yang lain. DAFTAR PUSTAKA BNSP. 2006. Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan Jenjang Pendidikan Dasar dan Menengah. Jakarta: BNSP. Depdiknas. 2004. Pedoman Umum Pengembangan Bahan Ajar SMA. Jakarta: Depdiknas Ekapti, Rahmi Faradisya, Wahono Widodo, dan An Nuril Maulida Faziah. 2014. Pengaruh LKS IPA Tema Parfm Kulit Jeruk Berorentasi Pendekatan SETS terhadap Peningkatan Keterampilan Proses SMP Kelas VII. E- Journal. Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya. Vol 2, 1. Hake, R. 1998. Interactive engagement methods in introductory methanics course, (Online), (http://www.physics.indiana.edu/~sdi/iem- 2b.pdf. diakses tanggal 17 Juni 2016) Riduwan. 2015. Skala Pengukuran Variabel-Variabel Penelitian. Bandung: Alfabeta Haryono. 2006. Model Pembelajaran Berbasis Peningkatan Keterampilan Proses Sains. E- journal. Jurnal Online Universitas Negeri Surabaya. VOL 7, NO.1, 1-13. Kemendikbud. 2013. Konsep Pendekatan scientific. Jakarta: Depdiknas Mirrota, Dita Dzata. 2014. Pengembangan LKS pada pokok bahasan Pengelolaan Lingkungan (Pupuk Organik Cair) untuk Melatihkan 6

Keefektifan Lembar Kegiatan Materi Pemisahan Campuran untuk Melatihkan Keterampilan Proses Sains Keterampilan Proses Sains. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Permendiknas Nomor 26. 2006. Standar Isi. Jakarta: Depdiknas Putri, B. K., Widiyatmoko, A. 2013. Pengembangan LKS IPA Terpadu Berbasis Inkuiri Tema Darah di SMP N 2 Tengaran. Jurnal Pendidikan IPA Indonesia. Jurnal Online Universitas Negeri Semarang. JPII 2 (2). Rohaeti, Eli., Endang WidjayantiLFX, dan Regina Tutik Padmaningrum. 2009. Pengembangan Lembar Kerja (LKS) Mata Pelajaran Sains Kimia untuk SMP. Artikel Penelitian Inovasi Pendidikan jilid 10. No 1. Setyaningrum, Ika Damayanti. 2014. Pengembangan Lembar Kegiatan (LKS) Keanekaragaman Fungsi dalam Melatihkan Keterampilan Proses pada kelas X SMA. Skripsi. Tidak dipublikasikan. Surabaya: Universitas Negeri Surabaya. Trianto. 2012. Model Pembelajaran Terpadu, untuk KTSP. Bandung: Bumi Aksara. 7