TINJAUAN KRIMINOLOGIS MENGENAI PERKELAHIAN ANTAR KELOMPOK DIKALANGAN REMAJA DI KOTA PALU REGI MEIDIYANTO / D

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. berlainan tetapi tetap saja modusnya dinilai sama. Semakin lama kejahatan di ibu

BAB I PENDAHULUAN. dampak yang buruk terhadap manusia jika semuanya itu tidak ditempatkan tepat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Banyaknya tawuran antar pelajar yang terjadi di kota kota besar di

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian dan Ruang Lingkup Hukum Pidana. hukum yang berlaku disuatu negara yang mengadakan dasar-dasar dan aturanaturan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali terjadi pelanggaran terhadap

BAB I PENDAHULUAN. hidup manusia dan keberlangsungan sebuah bangsa dan negara. Agar kelak

BAB I PENDAHULUAN. dapat timbul disebabkan oleh faktor- faktor penyebab, baik faktor intern

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Kejahatan merupakan suatu fenomena kompleks yang dapat dipahami dari

Kriminalitas Sebagai Masalah Sosial

BAB I PENDAHULUAN. besar peranannya di dalam mewujudkan cita-cita pembangunan. Dengan. mewujudkan suatu masyarakat yang adil dan makmur.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sekarang ini masyarakat sangat membutuhkan peran Polisi sebagai pelindung

BAB I PENDAHULUAN. yang telah tercakup dalam undang-undang maupun yang belum tercantum dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Perkembangan hukum akan selalu berkembang seiring dengan perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. informasi dan pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan serta teknologi.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Meningkatnya kasus kejahatan pencurian kendaraan bermotor memang

BAB I PENDAHULUAN. diperlukan suatu aturan hukum tertulis yang disebut pidana. Adapun dapat ditarik kesimpulan tujuan pidana adalah: 2

SKRIPSI PERANAN PENYIDIK POLRI DALAM MENCARI BARANG BUKTI HASIL TINDAK PIDANA PENCURIAN KENDARAAN BERMOTOR RODA DUA DI WILAYAH HUKUM POLRESTA PADANG

BAB I PENDAHULUAN. harus diselesaikan atas hukum yang berlaku. Hukum diartikan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Primary needs, Pengalaman-pengalaman tersebut menghasilkan nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. antara dua kelompok yang masing-masing memiliki nilai-nilai yang telah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam diri manusia selalu terdapat ketidak puasan, oleh sebab itu ia akan

BAB I PENDAHULUAN. memberikan pengaruh dan dampak kemanusiaan yang luar biasa. Hal ini juga

I. PENDAHULUAN. seluruh masyarakat untuk meningkatkan mutu kehidupannya, sebagaimana yang

BAB I PENDAHULUAN. yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar

BAB I PENDAHULUAN. penjelasan Undang-Undang Dasar 1945 yang mengatur bahwa Negara

I. PENDAHULUAN. Keluarga merupakan tempat pendidikan yang utama dan pertama dalam. terhadap pembentukan kepribadian dan perkembangan tingkah laku anak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak bukanlah untuk dihukum tetapi harus diberikan bimbingan dan

I. PENDAHULUAN. tanpa ada satu pun aparat keamanan muncul untuk mengatasinya. Selama ini publik Jakarta

TINJAUAN PUSTAKA. bertujuan menyelidiki gejala kejahatan seluas-luasnya. Melalui definisi ini,

BAB I PENDAHULUAN. menunjukkan kasus bullying (tindak kekerasan) di sekolah-sekolah

BAB I PENDAHULUAN. merupakan wujud penegakan hak asasi manusia yang melekat pada diri. agar mendapatkan hukuman yang setimpal.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan suatu keluarga, suku dan masyarakat. untuk menjunjung tinggi norma-norma kehidupan mencapai masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dalam teknologi informasi dengan penyebaran norma-norma dan nilai-nilai

kearah yang tidak baik atau buruk. Apabila arah perubahan bukan ke arah yang tidak

I. PENDAHULUAN. peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh setiap masyarakat agar keseimbangan

BAB I PENDAHULUAN. Kejahatan timbul dalam kehidupan masyarakat karena berbagai faktor

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945

BAB I PENDAHULUAN. untuk memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

TINJAUAN KRIMINOLOGIS TERHADAP PERILAKU BALAP MOTOR LIAR DIKALANGAN REMAJA DAN UPAYA PENANGGULANGANNYA

PENDAHULUAN. penyalahgunaan, tetapi juga berdampak sosial, ekonomi dan keamanan nasional,

DASAR PERTIMBANGAN HAKIM MEMBERIKAN PUTUSAN BERSYARAT TERHADAP ANAK PEMAKAI NARKOTIKA DI PENGADILAN NEGERI KELAS 1A PADANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan masyarakat di Indonesia perjudian masih menjadi

BAB II LANDASAN TEORI. Adapun yang menjadi tujuan upaya diversi adalah : 6. a. untuk menghindari anak dari penahanan;

BAB I PENDAHULUAN. Pelajar SMP dan SMA dalam ilmu psikologi perkembangan disebut. laku remaja sehari-hari, baik di rumah, di sekolah maupun di dalam

BAB I PENDAHULUAN. Kesulitan mengadakan adaptasi menyebabkan banyak kebimbangan, pribadi yang akibatnya mengganggu dan merugikan pihak lain.

I. PENDAHULUAN. merupakan peraturan-peraturan yang harus ditaati oleh setiap masyarakat agar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan di masyarakat sering sekali pelanggaran terhadap

I. PENDAHULUAN. Indonesia. Penerapan hukum dengan cara menjunjung tinggi nilai-nilai yang

TINJAUAN HUKUM TERHADAP SANTUNAN BAGI KELUARGA KORBAN MENINGGAL ATAU LUKA AKIBAT KECELAKAAN LALU LINTAS MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. menyatakan Negara Indonesia adalah Negara hukum. 1 Adapun tujuan

BAB I PENDAHULUAN. yang dikemukakan oleh D.Simons Delik adalah suatu tindakan melanggar

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Adanya hukum dan di buat tumbuh dan berkembang dalam masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. kongkrit. Adanya peradilan tersebut akan terjadi proses-proses hukum

I. PENDAHULUAN. Di era globalisasi dan perkembangan teknologi dan komunikasi, telah menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. lebih menciptakan rasa aman dalam masyarakat. bermotor dipengaruhi oleh faktor-faktor yang satu sama lain memberikan

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan baik pembangunan ekonomi, politik, maupun pengembangan

BAB I PENDAHULUAN. Kekerasan yang dilakukan oleh geng motor sering terjadi di Kota-Kota Besar

BAB I PENDAHULUAN. faktor sumber daya manusia yang berpotensi dan sebagai generasi penerus citacita

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Berkembangnya arus modernisasi serta cepatnya perkembangan

BAB I PENDAHULUAN. berinteraksi dengan masyarakat secara wajar. Istilah narkoba muncul sekitar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pemeriksaan suatu perkara pidana di dalam suatu proses peradilan pada

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan Undang-

1.PENDAHULUAN. di zaman era reformasi ini sangat berpengaruh bagi. masyarakat, khususnya terpengaruh oleh budaya-budaya yang modernisasi.

PERLINDUNGAN HUKUM TERHADAP KORBAN DAN PELAKU TINDAK PIDANA KEKERASAN DOMESTIK

BAB I PENDAHULUAN. baik. Perilaku warga negara yang menyimpang dari tata hukum yang harus

BAB I PENDAHULUAN. Cita-cita Negara Indonesia yang telah dirumuskan para pendiri negara yaitu

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembedaan antara bidang ilmu yang satu dengan yang lain adalah kedudukan

I. PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah pembangunan manusia Indonesia seutuhnya,

BAB I PENDAHULUAN. Nullum delictun, nulla poena sine praevia lege poenali yang lebih dikenal

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian dan Ruang Lingkup Hukum Pidana. hukum yang berlaku disuatu negara yang mengadakan dasar-dasar dan aturanaturan

NASKAH PUBLIKASI PERANAN POLISI DALAM MENANGANI KASUS PENCURIAN YANG DILAKUKAN OLEH ANAK DI BAWAH UMUR DI POLRES WONOGIRI PADA TAHUN

BAB I PENDAHULUAN. melalui media massa maupun media elektronik seperti televisi dan radio.

BAB I PENDAHULUAN. kebutuhan hidupnya dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan norma serta

BAB I PENDAHULUAN. mampu memimpin serta memelihara kesatuan dan persatuan bangsa dalam. dan tantangan dalam masyarakat dan kadang-kadang dijumpai

BAB I PENDAHULUAN. perilaku menyimpang. Dalam perspektif perilaku menyimpang masalah sosial

I. PENDAHULUAN. dengan alat kelamin atau bagian tubuh lainnya yang dapat merangsang nafsu

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah negara hukum dinyatakan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-

BAB III PENGANIAYAAN YANG BERAKIBAT LUKA BERAT DALAM KUHP

sendiri diatur dalam pasak 303 ayat (3) KUHP yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah negara yang berdasarkan atas hukum, maka

BAB I PENAHULUHAN. norma dan aturan-aturan yang berlaku di dalam masyarakat. Setiap perbutan

BAB I PENDAHULUAN. Penegakan hukum pidana merupakan sebagian dari penegakan hukum di

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat terang-terangan maupun secara sembunyi-sembunyi. Dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia berdasarkan atas hukum ( rechtstaat) tidak berdasarkan atas kekuasaan

I. PENDAHULUAN. Pembunuhan berencana dalam KUHP diatur dalam pasal 340 adalah Barang

BAB I PENDAHULUAN. yang memiliki peranan strategis dan mempunyai ciri-ciri dan sifat khusus, memerlukan pembinaan dan pengarahan dalam rangka menjamin

PERAN POLRI DALAM MENANGANI TINDAK PIDANA CABUL PADA ANAK DI POLSEK KECAMATAN LOLAK KABUPATEN BOLAANG MONGONDOW PROVINSI SULAWESI UTARA

BAB I PENDAHULUAN. yang positif yang salah satunya meningkatkan kesejahteraan bagi masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Akhir-akhir ini kita sering mendegar dan melihat sejumlah berita di

BAB I PENDAHULUAN. Komnas Perlindungan Anak, yaitu Arist Merdeka Sirait dalam wawancara dengan

Penerapan Pidana Bersyarat Sebagai Alternatif Pidana Perampasan Kemerdekaan

BAB I PENDAHULUAN. telah ditegaskan dengan jelas bahwa Negara Indonesia berdasarkan atas hukum,

II. TINJAUAN PUSTAKA. dimana keturunan tersebut secara biologis berasal dari sel telur laki-laki yang kemudian

BAB I PENDAHULUAN. tertib, keamanan dan ketentraman dalam masyarakat, baik itu merupakan

BAB I PENDAHULUAN. perzinaan dengan orang lain diluar perkawinan mereka. Pada dasarnya

Sikap Dan Tindakan Kepolisian Terhadap Tindak Pidana Kekerasan Premanisme Yang Terjadi Di Masyarakat. Oleh : Suzanalisa

TINJAUAN YURIDIS PEMBUKTIAN TURUT SERTA DALAM TINDAK PIDANA PEMBUNUHAN (Studi Kasus Putusan No. 51/Pid.B/2009 /PN.PL) MOH. HARYONO / D

BAB III PENUTUP. A. Kesimpulan. Dari uraian bab-bab terdahulu yang telah dijabarkan, maka diperoleh

Transkripsi:

TINJAUAN KRIMINOLOGIS MENGENAI PERKELAHIAN ANTAR KELOMPOK DIKALANGAN REMAJA DI KOTA PALU REGI MEIDIYANTO / D 101 08 405 ABSTRAK Penelitian ini berjudul tinjauan kriminologis mengenai perkelahian antar kelompok dikalangan remaja di kota palu, dengan identifikasi masalah faktorfaktor apakah yang menjadi penyebab sehingga terjadi perkelahian antar kelompok dikalangan remaja di kota Palu dan upaya penanggulangan apakah yang dilakukan aparat kepolisian untuk mencegah terjadinya perkelahian antar kelompok di kota Palu. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui faktorfaktor yang mempengruhi seringnya terjadi perkelahian antar kelompok dikalangan remaja di kota Palu dan sejauh mana upaya aparat kepolisian dalam menanggulangi terjadinya perkelahian antar kelompok di kalangan remaja di kota Palu. Lokasi penelitian ini bertempat di kota Palu terlebih khusus di daerah wilayah hukum Polsek Palu Selatan, dengan metode penelitian yang digunakan yakni normatif empiris, dimana penelitian ini mengambil sumber dari bukubuku, serta melakukan penelitian di Polsek Palu Selatan.Hasil penelitian menunjukan bahwa Faktor penyebab terjadinya perkelahian kelompok dikalangan remaja di Kota Palu yang terjadi di wilayah hukum Polres Palu adalah ketersinggungan anggota kelompok, kesalahpahaman, dendam, miras, rasa solidaritas, kesenjangan sosial/faktor ekonomi, penguasaan lahan dan kepadatan penduduk. Upaya yang dilakukan aparat kepolisian dalam menanggulangi perkelahian kelompok dikalangan remaja adalah : Metode Pre-emptif merupakan usaha atau upaya-upaya pencegahan kejahatan sejak awal atau sejak dini, yang dilakukan oleh kepolisian yang mana tindakan itu lebih bersifat psikis atau moril untuk mengajak atau menghimbau kepada masyarakat agar dapat mentaati setiap norma-norma yang berlaku. Kata Kunci : Perkelahian antar kelompok dikalangan remaja di kota palu I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang Perkembangan zaman dan kemajuan teknologi yang sangat berkembang pesat belakangan ini memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap perubahan sosial budaya dan kultur bangsa Indonesia. Perubahan pergaulan hidup yang mengakibatkan perubahan pada diri manusia yang terjadi secara lambat maupun cepat dan dapat menyebabkan terjadinya suasana yang harmonis dan disharmonis. Kota Palu merupakan salah satu kota besar di Provinsi Sulawesi Tengah yang memiliki penduduk yang semakin meningkat dan mengalami kemajuan pembangunan yang cukup pesat. Kemajuan pembangunan secara fisik akan membawa kepada kemudahankemudahan bagi masyarakat namun tidak semua masyarakat di kota ini dapat merasakan hasil pembangunan. Banyak masyarakat yang justru menjadi korban dari pembangunan terutama masyarakat kalangan bawah. Kondisi ini dirasakan tidak adil oleh sebagian kalangan yang tidak biasa menikmati pembangunan dengansegala fasilitas yang ada. Oleh sebagian warga terutama golongan muda khususnya dari golongan menengah ke bawah. Kondisi demikian akan membawa frustasi yang 1

berkepanjangan, sehingga untuk memenuhi hasrat dan keinginannya banyak pemuda yang mencari perhatian masyarakat serta berbagai ulah yang sebenarnya merupakan fenomena aktualisasi diri. Tindakan perkelahian yang semakin meningkat menjadi tindakan kriminal merupakan sebuah penyakit sosial masyarakat yang harus segera ditelusuri sebab dan cara penanggulangannya. Meskipun upaya manusia untuk menghapuskan kejahatan atau perbuatan kriminal adalah tidak mungkin, hanya saja ada cara lain untuk mengurangi intensitas dan kualitasnya. Berdasarkan uraian diatas, maka penulis tertarik untuk meneliti dan mengkaji masalah perkelahian kelompok dalam bentuk skripsi yang berjudul: Tinjauan Kriminologis Mengenai Perkelahian Antar Kelompok Di Kalangan Remaja Di Kota Palu. B. Rumusan Masalah Berdasarkan uraian pada latar belakang masalah di atas, adapun yang menjadi rumusan masalah sebagai berikut: 1. Faktor-faktor apakah yang menjadi penyebab sehingga terjadi perkelahian antar kelompok dikalangan remaja di Kota Palu? 2. Upaya-upaya penanggulangan apakah yang dilakukan aparat kepolisian untuk mencegah terjadinya perkelahian antar kelompok di Kota Palu? II. PEMBAHASAN A. Pengertian Kejahatan, Pengertian Kriminologi, Pengertian Kenakalan Remaja dan Perkelahian Antar Kelompok. 1. Pengertian Kejahatan. a. Menurut R.Soesilo Kejahatan dibedakan secara yuridis dan sosiologis Ditinjau dari segi yuridis, kejahatan adalah suatu perbuatan atau tingkah laku yang bertentangan dengan undangundang. Sedangkan ditinjau dari segi sosiologis, kejahatan merupakan perbuatan yang selain merugikan si penderita juga sangat merugikan masyarakat yaitu hilangnya keseimbangan ketentraman dan ketertiban. 1 Berdasarkan semua uraian pengertian kejahatan di atas menurut hemat penulis kejahatan merupakan suatu fenomena yang kompleks yang dapat dipahami dari berbagai sisi yang berbeda. Itu sebabnya dalam keseharian kita dapat menangkap berbagai komentar tentang suatu peristiwa kejahatan yang berbeda satu dengan yang lain. 2. Pengertian Kriminologi. Kriminologi merupakan ilmu pengetahuan yang mempelajari kejahatan dari berbagai aspek. Nama kriminologi pertama kali dikemukakan oleh P. Topinard, seorang ahli antropologi Perancis. Kriminologi terdiri dari dua suku kata yakni kata crime yang berarti kejahatan dan logos yang berarti ilmu pengetahuan, maka kriminologi dapat berarti ilmu tentang kejahatan. 2 Jadi obyek studi kriminologi menurut Soerjono soekanto melingkupi : a. Perbuatan yang disebut sebagai kejahatan. b. Pelaku Kejahatan. c. Reaksi masyarakat terhadap perbuatan melanggar hukum dan pelaku kejahatan. 3 Ketiganya ini tidak dapat dipisahpisahkan. Suatu perbuatan baru dapat dikatakan sebagai kejahatan bila ia mendapat reaksi dari masyarakat, Pada pokoknya Ahli Kriminologi Edwin H. Sutherland menyatakan bahwa: Kriminologi merupakan kumpulan pengetahuan yang membahas kenakalan remaja dan kejahatan sebagai gejala sosial. 4 1 Weda Darma Made, Kriminologi, Rajawali Pers, Jakarta,1996, hlm 19 2 A.S. Alam, Pengantar Kriminologi, Pustaka Refleksi Book, Palu, 2010, hlm1 3 Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2009, hlm 3 4 A.S. Alam, Pengantar Kriminologi, Pustaka Refleksi Book, Palu,2010, hlm1 2

3. Pengertian Kenakalan Remaja. Mengenai pengertian kenakalan anak yang lebih dikenal dengan istilah umum Juvenile Deliquency : sebetulnya belum ada keseragaman pendapat untuk memberi batasan yang biasa dicakup dalam satu rangkaian kalimat, hal ini antara lain disebabkan kompleknya masalah yang menyangkut kehidupan anak dan sifat kenakalannya yang antara lain bertautan dengan aspekaspek yuridis, sosiologis, psikologis dan sebagainya. 5 Perkembangan kenakalan remaja sangat pesat berdasarkan angka statistik dari beberapa data yang ada di kantor kepolisian. Statistik menunjukkan untuk kejahatan kenakalan remaja yaitu: 1) Balapan liar 2) Mabuk-mabukan 3) Perkelahian kelompok 4) Seksual 5) Narkoba Kenakalan anak tidak boleh dibiarkan (harus ditanggulangi dan diatasi), tetapi cara-cara penanggulangannya harus dengan cara-cara yang bijaksana, didorong oleh rasa perikemanusiaan yang didasarkan tujuan memperbaiki akhlak-akhlak anak yang tersesat, demi kebaikan generasi mendatang. 4. Pengertian Perkelahian Antar Kelompok. A.F.Saifuddin memberikan pengertian menyangkut konflik antar kelompok sebagai berikut: Pengertian konflik didefinisikan sebagai pertentangan yang bersifat langsung dan disadari antara individu-individu atau kelompok-kelompok untuk mencapai tujuan yang sama. Hal ini disebabkan pihak lawan dianggap sangat penting dalam mencapai tujuan. Hal ini disebabkan karena dalam konflik 5 Soedjono, Sosiologi Pengantar Untuk Masyarakat Indonesia, Alumni, Bandung, 1985, hlm 186 orientasi ke arah pihak lebih penting daripada objek yang hendak dicapai dalam kenyataan, karena berkembangnya rasa kebencian yang makin mendalam, maka pencapai tujuan seringkali menjadi sekunder. Jadi, perkelahian kelompok disini dapat diartikan sebagai pertengkaran dengan adu tenaga yang dilakukan oleh sekumpulan orang dengan sekumpulan orang lain. B. Dasar Hukum Perkelahian Antar Kelompok. Beberapa pasal dalam Kitab Undang- Undang Hukum Pidana (KUHP) yang dapat dikenakan sanksi pidana pada pelaku perkelahian kelompok, salah satunya adalah Pasal 358 KUHP. Pasal 358 KUHP berbunyi: Barangsiapa dengan sengaja turut serta dalam penyerangan atau perkelahian yang dilakukan oleh beberapa orang, maka selain daripada tanggungjawab masing-masing terhadap apa yang khusus dilakukan olehnya, diancam : 1. Pidana penjara paling lama dua tahun delapan bulan, bila akibat penyerangan atau perkelahian itu ada yang luka-luka berat. 2. Pidana penjara paling lama empat tahun, bila akibatnya ada yang mati. Perkelahian kelompok dapat pula dikenakan Pasal 170 KUHP yang berbunyi sebagai berikut: (1) Barang siapa secara terang-terangan dan secara bersama-sama menggunakan kekerasan terhadap orang atau barang, diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun enam bulan. (2) Yang bersalah diancam: a. Dengan pidana penjara paling lama tujuh tahun, bila ia dengan sengaja menghancurkan barang atau bila kekerasan yang digunakan itu mengakibatkan luka-luka; b. Dengan pidan penjara palinh lama sembilan tahun, bila kekerasan itu mengakibatkan luka berat; 3

c. Dengan pidan penjara paling lama dua belas tahun, bila kekerasan itu mengakibatkan kematian. (3) Pasal 89 tidak berlaku bagi pasal ini. Perkelahian kelompok menurut Pasal 170 KUHP dan Pasal 358 KUHP tergolong ke dalam tindak pidana kejahatan, hal ini dapat dibuktikan dengan terdapatnya unsur penting dalam perkelahian kelompok sehingga digolongkan sebagai tindak pidana.dalam KUHAP seperti alat bukti keterangan saksi dan keterangan ahli, alat bukti surat hanya diatur dalam satu pasal yaitu pasal 187, berbunyi surat sebagaimana tersebut pada pasal 184 ayat (1) huruf c, dibuat atas sumpah jabatan atau dikuatkan dengan sumpah. C. Perkelahian Antar Kelompok Sebagai Bentuk Kejahatan. Kejahatan atau tindak kriminal merupakan fenomena yang kompleks yang dapat dipahami dari berbagai segi yang berbeda. Menyangkut kejahatan yang banyak terjadi dalam kehidupan sehari-hari terdapat berbagai komentar berbeda satu dengan yang lain. Kejahatan adalah rumusan kriminologi yang diperluas menyangkut kejahatankejahatan secara politis, ekonomis dan sosial yang merugikan dan berakibat jatuhnya korban, bukan hanya korban individual melainkan juga golongan-golongan dalam masyarakat. Dan dalam memenuhi kebutuhan hidupnya, sering terjadi benturan kepentingan antara manusia satu dengan manusia lainnya yang dapat menyebabkan terjadinya suatu kejahatan. Benturan kepentingan selalu saja menimbulkan kesalahpahaman yang merupakan akar permasalahan dari perkelahian antar individu dalam suatu interaksi sosial. Dampak yang ditimbulkan oleh perkelahian antar kelompok di atas, cukup memberi alasan bahwa perbuatan tersebut merupakan perbuatan kejahatan atau tindak kriminal yang melanggar norma-norma susila dan norma-norma hukum yang berlaku. D. Teori-Teori Sebab Kejahatan. Suatu perbuatan tidak mungkin terjadi tanpa suatu sebab. Dalam mencari dan meneliti sebab-sebab terjadinya kejahatan di dalam lingkungan masyarakat, tedapat teori tentang sebab musabab kejahatan dalam bukunya, Alam mengutip pendapat Bonger sebagai berikut : Untuk terjadinya kejahatan harus ada niat dan kesempatan (fasilitas) yang disediakan lingkungan. Teori ini dikembangkan oleh Kepolisian menjadi teori NKK (Niat + Kesempatan maka terjadi kejahatan). 6 Teori NKK ini merupakan teori terbaru yang mencoba menjelaskan sebab terjadinya kejahatan di dalam masyarakat. Teori ini sering di gunakan oleh aparat kepolisian di dalam menanggulangi kejahatan di masyarakat. Menurut A.S. Alam bahwa rumus teori ini adalah : N + K1 = K2 Keterangan : N = Niat K1 = Kesempatan K2 = Kejahatan Menurut teori ini, sebab terjadinya kejahatan adalah karena adanya niat dan kesempatan yang dipadukan. Jadi meskipun ada niat tetapi tidak ada kesempatan, mustahil akan terjadi kejahatan. Begitu pula sebaliknya, meskipun ada kesempatan tetapi tidak ada niat maka tidak mungkin pula akan terjadi kejahatan. E. Upaya Penanggulangan Kejahatan. Masalah kejahatan bukanlah hal yang baru, meskipun tampat dan waktunya berlainan tetapi tetap saja modusnya dinilai sama. Semakin lama kejahatan di ibu kota dan kota-kota besar lainnya semakin meningkat bahkan dibeberapa daerah sampai kekota-kota kecil. Upaya penanggulangan kejahatan telah dilakukan oleh semua pihak, baik pemerintah maupun masyarakat pada umumnya. berbagai program serta kegiatan yang telah dilakukan sambil terus mencari cara yang paling tepat dan efektif dalam mengatasi masalah tersebut. 6 Topo Santoso dan Eva Achyani Zulva, Kriminologi, P.T. Raja Grapindo Persada, Jakarta, 2004, hlm 15 4

R. Soesilo menulis usaha-usaha pencegahan kejahatan yang bersifat preventif (sebelum tindak pidana terjadi), yakni : 1. Mengadakan usaha-usaha dan tindakantindakan untuk mencegah jangan sampai terjadi perbuatan-perbuatan anti sosial oleh anak-anak dengan masyarakat untuk memenuhi kebutuhan-kebutuhan pokok anak-anak itu, misalnya makan, cinta kasih orangtua, dan lain sebagainya; 2. Keikutsertaan masyarakat untuk berkecimpung dalam organisasi masyarakat dalam usaha menyelenggarakan kegiatankegiatan berupa olahraga, kesenian, rekreasi, dan sebagainya; 3. Mengadakan perondaan-perondaan di tempat di mana anak-anak berkumpul, rumah perjudian, tempat-tempat penjualan minuman keras dan sebagainya; 4. Membubarkan dan menyingkirkan anakanak dari tempat perjudian dan miras dan sebagainya; 7 Beberapa cara yang ditempuh dalam tindakan represif atau setelah tindak pidana tersebut terjadi antara lain : 1. Menjatuhkan hukuman yang semaksimal mungkin terhadap para pelaku perkelahian tersebut.. 2. Memberi upaya penyuluhan hukum, agama, moral, dan etika kepada para tahanan dan narapidana. 3. Memberikan pembinaan dan latihan kepada narapidana selama dalam masa tahanan dalam lembaga pemasyarakatan dengan berbagai keterampilan yang memberikan kemungkinan terhadap narapidana agar bisa mandiri setelah menjalani masa hukuman. 4. Memberikan penerangan kepada masyarakat untuk tidak mengucilkan para bekas narapidana, agar narapidana tersebut tidak berbuat kejahatan lagi dan dapat kembali kedalam lingkungan masyarakat umum. Dengan adanya upaya penanggulangan kejahatan secara preventif, represif, maupun rehabilitasi diharapkan agar untuk masa 7 R. Soesilo, KUHP Serta Pendapatnya lengkap pasal demi pasal, Politeia, Bogor, 1976, hlm 95 kedepannya segala bentuk kejahatan dapat ditekan tingkat perkembangannya sehingga masyarakat dapat hidup tentram, damai dan sejahtera. I. Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Perkelahian Antar Kelompok Dikalangan Remaja Di Kota Palu. 1. Data Mengenai Perkelahian Kelompok di Kota Palu. Wilayah hukum Polres Palu terdiri atas Polsek Palu Barat, Polsek Palu Timur, Polsek Palu Selatan dan Polsek Palu Utara. Untuk keperluan penelitian penulis hanya mengambil data dari Polres Palu dan Polsek Palu Selatan. Jumlah perkelahian kelompok yang ditangani Polres Palu selama kurun waktu 2009-2012 adalah 23 kasus yang terdiri dari wilayah Polsek Palu Barat 15 kasus, Polsek Palu Timur 19 kasus, Polsek Palu Selatan 29 dan Polsek Palu Utara 14 kasus. Dari data di atas kita dapat lihat jumlah perkelahian di Wilayah Hukum Polres Palu dimana dalam kasus perkelahian tersebut sudah meliputi perkelahian antar warga, tawuran antar pelajar dan antar mahasiswa serta pengeroyokan antar warga masyarakat sendiri, dimana dari data tersebut di atas jumlah perkelahian di wilayah hukum Polsek Palu Selatan yang paling menonjol. 2. Faktor-faktor penyebab perkelahian antar kelompok. Berdasarkan hasil penelitian penulis melalui wawancara (10 Maret 2013), dengan aparat Kepolisian yang menjadi penyebab perkelahian kelompok menurut AKP Ridwan selaku Kaurbin Ops Polres Palu yang memaparkan faktor-faktor penyebab perkelahian kelompok yang terjadi di Wilayah Hukum Polres Palu adalah sebagai berikut : a. Kesalahpahaman b. Dendam c. Minuman Keras d. Ketersinggungan e. Rasa solidaritas f. Kesenjangan sosial/ faktor ekonomi g. Penguasaan lahan. 5

h. Kepemilikan Senjata Tajam i. Kepadatan Penduduk Sedangkan penyebab perkelahian antar kelompok menurut hasil wawancara penulis (22 Maret 2013) dengan Briptu Syukur Nurhadi selaku staf reskrim Poles Palu adalah faktor minuman keras, rasa solidaritas dan penguasaan lahan. Berdasarkan hasil penelitian oleh penulis tentang perkelahian antar kelompok melalui wawancara terhadap beberapa warga setempat, ditemukan fakta penting tentang penyebab terjadinya perkelahian antar kelompok di wilayah tersebut, yaitu: a. Faktor Ekonomi. b. Faktor Pendidikan. c. Faktor Lingkungan. d. Faktor usia. e. Peran Media II. Upaya-upaya yang dilakukan aparat kepolisian untuk mencegah terjadinya perkelahian antar kelompok di Kota Palu. Mengenai upaya yang dilakukan oleh aparat penegak hukum dalam menanggulangi kejahatan secara lebih khusus terhadap perkelahian kelompok. Terkait hal ini, penulis memperoleh penjelasan dari hasil wawancara (10 Maret 2013) dengan dengan AKP Ridwan selaku Ka Urbin Ops Polres Palu yang menyebutkan upaya itu antara lain : Babinkamtibmas, penyuluhan oleh Kanit Binamitra terhadap dampak dan cara mencegah perkelahian kelompok, mendirikan pos-pos jaga di daerah yang rentan perkelahian kelompok, operasi cipta kondisi (antara lain dapat berupa operasi miras), mempertemukan para tokoh agama dan tokoh masyarakat contohnya pertemuan antar Ketua RT dan antar Ketua RW. Hal yang senada juga dijelaskan oleh Briptu Syukur Nurhadi selaku staf reskrim Polsek Palu Selatan berdasarkan hasil wawancara dengan penulis (22 Maret 2013) yang menguraikan upaya penanggulangan kejahatan, 1. Metode Pre-emptif 2. Metode Preventif 3. Metode Represif III. PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan yang penulis telah uraikan, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa 1. Faktor penyebab terjadinya perkelahian kelompok dikalangan remaja di Kota Palu yang terjadi di wilayah hukum Polres Palu adalah ketersinggungan anggota kelompok, kesalahpahaman, dendam, miras, rasa solidaritas, kesenjangan sosial/faktor ekonomi, penguasaan lahan dan kepadatan penduduk. 2. Upaya yang dilakukan aparat kepolisian dalam menanggulangi perkelahian kelompok dikalangan remaja adalah : Metode Pre-emptif merupakan usaha atau upaya-upaya pencegahan kejahatan sejak awal atau sejak dini, yang dilakukan oleh kepolisian yang mana tindakan itu lebih bersifat psikis atau moril untuk mengajak atau menghimbau kepada masyarakat agar dapat mentaati setiap norma-norma yang berlaku. B. Saran Terhadap kesimpulan di atas, maka penulis mempunyai beberapa saran yaitu : 1. Untuk menghindari kejahatan kekerasan seperti perkelahian kelompok ini, para pihak harus menghindari sikap dan keadaan yang mampu memicu perkelahian kelompok itu sendiri. 2. Aparat hukum harus mengambil tindakan tegas terhadap para pelaku dan melakukan tindakan yang represif agar pelaku jera dan tidak mengulangi kejahatannya kembali. 3. Anggota masyarakat diharapkan agar lebih terbuka dengan petugas Kepolisian, agar aparat kepolisian dapat lebih bersinergi dalam menjaga keamanan dan ketertiban lingkungan masyarakat. 6

DAFTAR PUSTAKA A. Buku-Buku A.S. Alam, Pengantar Kriminologi,Pustaka Refleksi Book, Palu,2010. R. Soesilo, KUHP Serta Pendapatnya lengkap pasal demi pasal, Politeia, Bogor, 1976. Soedjono, Sosiologi Pengantar Untuk Masyarakat Indonesia, Alumni, Bandung, 1985. Soerjono Soekanto, Sosiologi Suatu Pengantar. Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2009. Topo Santoso dan Eva Achyani Zulfa, Kriminologi. P.T. Raja Grapindo Persada, Jakarta. 2004. Weda Darma Made, Kriminologi, Rajawali Pers, Jakarta,1996. B. Peraturan Perundang-Undangan Kitab Undang-Undang Hukum Pidana 7

BIODATA REGI MEIDIYANTO, Lahir di Tolitoli, 18 Mei 1991, Alamat Rumah Jalan Sisingamangaraja Lrg. III Palu Sul-Teng, Nomor Telepon +6282345555361, Alamat Email eghy_meidiyanto@yahoo.co.id 8