BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Wealth of Nation (Halwani & Tjiptoherijanto, 1993). Dengan adanya

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. perdagangan internasional. Dalam situasi globalisasi ekonomi, tidak ada satupun

SIAPA YANG DIUNTUNGKAN DALAM PERJANJIAN PERDAGANGAN BEBAS?

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Tinbergen (1954), integrasi ekonomi merupakan penciptaan struktur

BAB VI PEMBAHASAN. 6.1 Pembahasan tentang Intensitas IIT Produk Pertanian

I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. semakin penting sejak tahun 1990-an. Hal tersebut ditandai dengan. meningkatnya jumlah kesepakatan integrasi ekonomi, bersamaan dengan

PENDAHULUAN. Dalam beberapa dekade belakangan ini, perdagangan internasional telah

Materi Minggu 12. Kerjasama Ekonomi Internasional

: Determinan Intra-Industry Trade Komoditi Kosmetik Indonesia dengan Mitra Dagang Negara ASEAN-5 : I Putu Kurniawan

BAB I PENDAHULUAN. dalam Todaro dan Smith (2003:91-92) pertumbuhan ekonomi adalah kenaikan

I. PENDAHULUAN. perekonomian nasional bagi banyak negara di dunia. Semakin terbuka suatu

BAB. I PENDAHULUAN. akan mengembangkan pasar dan perdagangan, menyebabkan penurunan harga

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Pengertian Perdagangan Internasional. ekonomi global maupun perekonomian domestik. Karena negara yang melakukan

BAB 1 PENDAHULUAN. (AEC) merupakan salah satu bentuk realisasi integrasi ekonomi dimana ini

BAB VI DAMPAK ASEAN PLUS THREE FREE TRADE AREA TERHADAP PEREKONOMIAN INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. kemudian terbagi dalam beberapa divisi yang terpecah dan kemudian mendorong terbentuknya

I. PENDAHULUAN. ASEAN sebagai organisasi regional, kerjasama ekonomi dijadikan sebagai salah

BAB I PENDAHULUAN. anggota ASEAN pada ASEAN Summit di Singapura pada Juni Pertemuan tersebut mendeklarasikan pembentukan Asian Free Trade Area

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan laporan WTO (World Trade Organization) tahun 2007

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. kerjasama perdagangan Indonesia dengan Thailand. AFTA, dimana Indonesia dengan Thailand telah menerapkan skema

I. PENDAHULUAN. mengalami perubahan relatif pesat. Beberapa perubahan tersebut ditandai oleh: (1)

BAB I PENDAHULUAN. Integrasi ekonomi merupakan kebijakan perdagangan internasional yang dilakukan

BAB I. PENDAHULUAN. pencaharian di sektor pertanian. Menurut BPS (2013) jumlah penduduk yang

BAB 1 PENDAHULUAN. mendeklarasikan AEC sebagai tujuan integrasi ekonomi regional dalam kerangka

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 4.1 Penerapan Skema CEPT-AFTA Dalam Kerjasama Perdagangan

MULTILATERAL TRADE (WTO), FREE TRADE AREA DI TINGKAT REGIONAL (AFTA) ATAU FREE TRADE AGREEMENT BILATERAL

BAB I PENDAHULUAN. seluruh negara sebagian anggota masyarakat internasional masuk dalam blokblok

Akumulasi logam mulia adalah esensial bagi kekayaan suatu bangsa. Kebijakan ekonomi: mendorong ekspor dan membatasi impor

ANALISIS DAMPAK TRADE FACILITATION TERHADAP PERDAGANGAN BILATERAL INTRA-ASEAN OLEH INDAH JAYANGSARI H

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. adalah badan usaha yang menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Adapun penulis menyadari beberapa kekurangan dari penelitian ini yang diharapkan dapat disempurnakan pada penelitian mendatang :

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Liberalisasi perdagangan telah menjadi fenomena dunia yang tidak bisa

PERKEMBANGAN KERJA SAMA ASEAN PASCA IMPLEMENTASI AEC 2015

1. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN 1. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Pembangunan sektor pertanian saat ini telah mengalami perubahan

I. PENDAHULUAN. nasional. Badan Pusat Statistik Indonesia mencatat rata-rata penyerapan tenaga

I. PENDAHULUAN. dalam hal lapangan pekerjaan. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 1.

I. PENDAHULUAN. Indonesia sebagai negara berkembang tidak dapat menutup diri terhadap

BAB V ALIRAN PERDAGANGAN, KONDISI TARIF DAN PERFORMA EKSPOR INDONESIA DI PASAR ASEAN PLUS THREE

Kerja sama ekonomi internasional

ASEAN FREE TRADE AREA (AFTA) Lola Liestiandi & Primadona Dutika B.

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mulai menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) pada awal. ekonomi kawasan ASEAN yang tercermin dalam 4 (empat) hal:

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

Implikasi perdagangan barang dalam ASEAN Free Trade terhadap perdagangan. Intra dan Ekstra ASEAN Tahun Dono Asmoro ( )

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. penyediaan lapangan kerja, pemenuhan kebutuhan konsumsi dalam negeri, bahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. internasional untuk memasarkan produk suatu negara. Ekspor dapat diartikan

I. PENDAHULUAN. Isu globalisasi sering diperbincangkan sejak awal tahun Globalisasi

I. PENDAHULUAN. Tabel 1. Pertumbuhan Ekonomi Negara di Dunia Periode (%)

BAB I PENDAHULUAN. samping komponen konsumsi (C), investasi (I) dan pengeluaran pemerintah (G).

TINJAUAN PUSTAKA. ekonomi, foreign direct investment, dan perdagangan internasional. Penelitian

BAB VI. KESIMPULAN. integrasi ekonomi ASEAN menghasilkan kesimpulan sebagai berikut: perdagangan di kawasan ASEAN dan negara anggotanya.

I. PENDAHULUAN. hambatan lain, yang di masa lalu membatasi perdagangan internasional, akan

BAB 7 PERDAGANGAN BEBAS

KATA PENGANTAR. Puji syukur penulis ucapkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas

BAB V SIMPULAN DAN SARAN

BAB I PENDAHULUAN. perdagangan luar negeri yang mempunyai peranan penting bagi suatu negara,

BAB I PENDAHULUAN. Fenomena terkini menunjukkan bahwa bentuk kerjasama regional menjadi

ERD GANGAN INTERNA INTERN SIONA SION L

I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

MATERI PERDAGANGAN LUAR NEGERI

BAB I PENDAHULUAN. mengikuti pesatnya laju globalisasi ekonomi dunia adalah munculnya blok-blok

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat Ekonomi ASEAN akan segera diberlakukan pada tahun 2015.

ANALISIS PELUANG DI PASAR GLOBAL. Pokok Bahasan

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai sebuah negara yang sedang berkembang, pembangunan ekonomi

Efektivitas ASEAN Economic Community Terhadap Optimalisasi Kualitas Industri Kerajinan Keramik Dinoyo Malang

ekonomi KTSP & K-13 PERDAGANGAN INTERNASIONAL K e l a s A. Konsep Dasar Tujuan Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN. Pertumbuhan ekonomi diartikan juga sebagai peningkatan output masyarakat yang

ABSTRAK. Kata kunci: Keterbukaan perdagangan, pertumbuhan ekonomi, integrasi ekonomi, ASEAN

BAB I PENDAHULUAN. Pentingnya peran energi dalam kebutuhan sehari-hari mulai dari zaman dahulu

Bisnis Internasional #2. Nofie Iman

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

SALINAN PERATURAN MENTERI KEUANGAN NOMOR 247/PMK. 011/2009 TENTANG

REVITALISASI KOPERASI DI TENGAH MEA. Bowo Sidik Pangarso, SE Anggota DPR/MPR RI A-272

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Globalisasi menjadi sebuah wacana yang menarik untuk didiskusikan

PEMASARAN INTERNASIONAL

BAB I PENDAHULUAN. setiap negara bertujuan agar posisi ekonomi negara tersebut di pasar internasional

ANALISIS PENERAPAN NILAI TUKAR ASIAN CURRENCY UNIT (ACU) DI KAWASAN ASEAN+3 BAYU DARUSSALAM H TESIS

ekonomi Sesi PERDAGANGAN INTERNASIONAL A. KONSEP DASAR a. Faktor Pendorong Perdagangan Internasional

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara agraris yang mengandalkan sektor pertanian

LAPORAN SOSIALISASI HASIL DAN PROSES DIPLOMASI PERDAGANGAN INTERNASIONAL MEDAN, SEPTEMBER 2013

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN. sosial, sikap-sikap masyarakat, dan institusi-institusi nasional, disamping tetap

BAB I PENDAHULUAN. tercermin dari kegiatan perdagangan antar negara. Perdagangan antar negara

BAB I PENDAHULUAN. dengan munculnya perjanjian kerjasama perdagangan antar dua negara atau yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

Materi Minggu 5. Kebijakan Ekonomi & Perdagangan Internasional Pengertian, Instrumen dan Tujuan Kebijakan Ekonomi Internasional

Teori-teori Ekonomi Bisnis Internasional

I. PENDAHULUAN. khususnya yang dihasilkan dari industri agro perlu dianalisis, dipahami

I. PENDAHULUAN. bagaimana keluar dari krisis ekonomi yang berkepanjangan, sementara itu

I. PENDAHULUAN. moneter terus mengalami perkembangan. Inisiatif kerjasama mulai dikembangkan

BAB V KESIMPULAN. para pemimpin yang mampu membawa China hingga masa dimana sektor

BAB 1 PENDAHULUAN. berbagai perubahan mendasar atas struktur sosial, sikap-sikap masyarakat dan

BAB IV GAMBARAN UMUM PENELITIAN

Dhiani Dyahjatmatmayanti, S.TP., M.B.A.

BAB II URAIAN TEORITIS. ekonom belum juga ditemukan saat ini. Para ekonom mengembangkan defenisi

Transkripsi:

58 BAB III KERANGKA BERPIKIR, KONSEP, DAN HIPOTESIS PENELITIAN 3.1 Kerangka Berpikir Perdagangan bebas yang menjadi landasan teori perdagangan internasional dicetuskan pertama kali oleh Smith (1776) dalam bukunya The Wealth of Nation (Halwani & Tjiptoherijanto, 1993). Dengan adanya perdagangan bebas, diharapkan segala hambatan baik yang berupa tarif maupun non tarif dihapuskan. Hal inilah yang melandasi terbentuknya blok-blok perdagangan bebas yang biasanya didasarkan oleh kesamaan regional, sejarah, budaya atau tingkat ekonomi. Blok-blok perdagangan ini lebih dikenal sebagai integrasi ekonomi atau integrasi regional (Wiranta, 1996). Integrasi ekonomi yang pertama kali dikemukakan oleh Viner tahun 1950 digolongkan ke dalam beberapa kategori (DeRosa, 1998; Yuliati, 2002): pertama, Klub Perdagangan Preferensial (Preferential Trading Club, PTC), yaitu gabungan dua negara atau lebih yang bertujuan mengurangi tarif impor untuk semua kebutuhan ke tiap-tiap negara anggota kecuali modal, sedangkan terhadap negara di luar anggota tetap dikenakan tarif; kedua, Kawasan Perdagangan Bebas (Free Trade Area, FTA) yaitu gabungan dua negara atau lebih untuk menghapuskan semua kewajiban impor (impor duties) atau hambatan-hambatan perdagangan (trade barriers), baik dalam bentuk tarif (tariff barrier) maupun nontarif (non-tariff barriers), terhadap semua barang yang diperdagangkan di antara mereka; sedangkan terhadap negara-negara lain yang bukan anggota masih

59 tetap diperlakukan menurut ketentuan di masing-masing negara; ketiga, Persekutuan Pabean (Custom Union, CU) yaitu gabungan dua negara atau lebih yang bertujuan menghapuskan semua bea impor dalam perdagangan semua barang yang menjadi kebutuhan mereka kecuali modal. Mereka menerapkan daftar tarif eksternal bersama (common external tariff schedule) untuk barangbarang yang diimpor dari negara di luar kelompoknya; keempat, Pasaran Bersama (Common Market, CM) yaitu gabungan dua negara atau lebih dari negara-negara yang membentuk CU dan membebaskan mobilisasi semua faktor-faktor produksi antara negara anggota; kelima, Union Ekonomi (Economic Union, EU) yaitu bentuk CM yang menerapkan pola kesatuan dalam kebijakan fiskal, moneter, dan sosial ekonominya antara negara-negara yang menjadi anggotanya (Chacholiades, 1987. Urutan penggabungan di atas menunjukkan derajat integrasi ekonomi dari yang terendah ke yang tertinggi (Hufbauer & Schott, 1995). AFTA merupakan bentuk integrasi ekonomi negara-negara ASEAN yang digulirkan awal tahun 1993 hingga tahun 2008 berusaha pula melahirkan perdagangan bebas di antara sesama anggota, dengan cara menghapuskan tarif impor secara bertahap terhadap negara anggota yang tergabung. Lebih detilnya instrumen kebijakan yang digunakan tertuang dalam Common Effective Prefferential Tariff Scheme (CEPTs). Bertitik tolak dari hasil kerangka kerjasama ASEAN tersebut, maka pada tahun 2008 negara-negara anggota ASEAN sepakat untuk meningkatkan intensitas kerjasamanya yang lebih besar lagi dalam bentuk masyarakat ASEAN (ASEAN community) yang di dalamnya termasuk ASEAN Economic Community (AEC), yang akan diberlakukan mulai tahun 2015 mendatang.

60 Banyak pakar ilmu ekonomi pembangunan berpendapat bahwa negaranegara dunia ketiga harus lebih mengorientasikan perdagangannya kepada satu sama lain. Pendapat ini bertolak dari empat pemikiran dasar (Lewis, 1980; Stewart, 1976): pertama, keunggulan komparatif negara-negara berkembang akan lebih termanfaatkan dalam perdagangan Selatan-Selatan daripada perdagangan Utara-Selatan; kedua, potensi keuntungan yang terkandung dalam perdagangan Selatan-Selatan masih banyak yang belum digali; ketiga, dengan mengandalkan perdagangan satu sama lain, maka negara-negara berkembang dapat mengurangi instabilitas ekspor yang diakibatkan oleh fluktuasi kegiatan ekonomi di negaranegara maju; keempat, melalui peningkatan hubungan perdagangan Selatan- Selatan, maka kemandirian kolektif (collective self-reliance) akan lebih mudah dan cepat terbina. Salah satu hipotesis perdagangan internasional menyatakan bahwa negaranegara berkembang harus meningkatkan perdagangannya di antara sesama mereka sendiri, dan secara bertahap bergerak menuju suatu integrasi ekonomi (economic integration). Integrasi ekonomi ini biasanya terjadi apabila kelompok negara dalam kawasan geografis yang sama (idealnya kalau ukuran dan tahap pembangunan kurang lebih sama), bergabung membentuk suatu persatuan atau suatu blok perdagangan regional (regional trading block) yang didasarkan pada teori tentang persekutuan pabean dan integrasi ekonomi yang dikembangkan oleh Viner. Logika ekonomi bagi terselenggaranya integrasi di negara-negara berkembang bersifat dinamis dan jangka panjang, yaitu pertama, integrasi

61 membuka kesempatan berkembang bagi sektor-sektor dalam perekonomian yang membutuhkan perluasan pasar demi mencapai skala ekonomi; kedua, dengan tiadanya hambatan-hambatan (barriers) perdagangan di antara sesama negara anggota, maka kemungkinan untuk mengadakan koordinasi perencanaan sektor dalam perekonomian segera tercipta. ketiga, kriteria yang bersifat statis, yang dikenal dengan sebutan argumen penciptaan perdagangan (trade creation, TC) dan pengalihan perdagangan (trade diversion, TD). Argumen TC menyatakan, bahwa hubungan perdagangan antar sesama negara anggota dalam integrasi akan meningkat apabila mereka menerapkan hambatan perdagangan yang seragam terhadap negara-negara yang bukan anggota, dan dalam waktu yang bersamaan membebaskan perdagangan di antara negara anggota dari segala macam hambatan. Adanya tarif bagi produk dari negara bukan anggota akan membuat harganya lebih mahal dibanding produk negara anggota yang menjadi lebih murah karena bebas tarif, sehingga konsumen atau para importir akan memilih produk dari sesama anggota. Dengan demikian terjadi pergeseran permintaan dari produsen (negara) yang berbiaya tinggi ke produsen berbiaya rendah. Hal ini berlaku jika kedua negara itu sama-sama merupakan anggota integrasi. TD terjadi ketika pengenaan tarif kepada negara bukan anggota menyebabkan para konsumen mengalihkan permintaannya dari negara bukan anggota (yang sebenarnya lebih efisien atau berbiaya rendah, tetapi kini produknya lebih mahal akibat terkena tarif) ke negara anggota (yang sebenarnya kurang efisien atau berbiaya tinggi, tetapi produksi menjadi relatif lebih murah karena bebas tarif). Itulah sebabnya, meskipun menguntungkan negara anggota,

62 TD ini bertentangan dengan kaidah efisiensi ekonomi. Seandainya ini dibiarkan terus maka para produsen yang sebenarnya lebih efisien justru akan tersingkir. Bertolak dari alasan-alasan di atas, maka dapat ditarik kesimpulan, bahwa negara-negara sedang berkembang umumnya berada dalam tahap pembangunan yang kurang lebih setaraf, memiliki ukuran pasar yang sedikit banyak seragam, serta mempunyai kepentingan untuk mengkoordinasikan dan merasionalkan polapola pertumbuhan industrinya, baik melalui kebijakan yang berorientasi ke luar atau ke dalam pada kerangka integrasi ekonomi (World Bank, 1998). Secara khusus, pengelompokan negara-negara berkembang, khususnya yang relatif kecil secara regional akan menciptakan kondisi-kondisi ekonomi (dalam bentuk pasar internal yang lebih besar) yang diperlukan bagi berlangsungnya usaha-usaha pembangunan bersama. Pengelompokan itu dapat mempromosikan pembangunan jangka panjang dengan memungkinkan negara-negara yang terlibat untuk mencegah bentuk-bentuk perdagangan dengan negara-negara maju yang cenderung bersifat eksploitatif dan mengancam eksistenti perindustrian mereka. Integrasi ekonomi sangat penting bagi negara berkembang. Tanpa kerjasama dan integrasi di antara sesama negara-negara berkembang, maka prospek pembangunan berkelanjutan bagi negara-negara berkembang berpenghasilan menengah dan rendah sulit dikatakan cerah (Todaro, 2004). Krugman mengungkapkan bahwa perdagangan dunia banyak terjadi antara negara-negara yang memiliki endowment factors relatif sama, dan perdagangannya bersifat intra-industri (Krugman, 1981). Berdasarkan pernyataan ini berarti konsep perdagangan yang terjadi telah mematahkan teori perdagangan

63 modern dari H-O yang menyatakan bahwa perdagangan terjadi antara negaranegara yang memiliki endowment factors yang berbeda. ASEAN (dalam penelitian ini adalah Indonesia, Malaysia, Philipina, dan Thailand) sebagai wadah kerjasama ekonomi dari negara sedang berkembang merupakan salah satu bentuk integrasi ekonomi regional. Karakteristik dari kondisi perekonomian dari mereka kurang lebih sama, yaitu endowment factorsnya relatif sama, yaitu labor intensive. Secara teori, apabila endowment factorsnya bercirikan labor intensive, maka komoditi unggulannya juga bercirikan produk yang banyak dihasilkan oleh tenaga kerja, dalam hal ini adalah komoditi dari sektor pertanian. Untuk itulah tema penelitian ini telah sesuai dengan teori IIT yang ada. Penelitian tentang IIT di antara negara-negara industri telah banyak dikaji oleh peneliti-peneliti terdahulu, akan tetapi IIT di antara negara-negara sedang berkembang masih relatif jarang, apalagi penelitian di Indonesia. Kalaupun ada, penelitian IIT yang dilakukan Wahyuningsih secara konsep kurang sesuai karena penelitiannya adalah tentang perdagangan komoditi sektor industri antara Indonesia dengan Jepang yang memiliki endowment factors yang berbeda. Teori yang cocok untuk perdagangan ini adalah Teori H-O. Penelitian Hermanto juga kurang sesuai dengan konsep IIT karena penelitian adalah tentang perdagangan komoditi sektor industri antara Indonesia dengan total perdagangan dunia. Sementara penelitian Yuliati tentang perdagangan komoditi sektor industri antara Indonesia dengan Malaysia, Philipina, Singapura, dan Thailand juga kurang sesuai dengan konsep IIT karena

64 seperti yang telah diungkap dalam alinea sebelumnya, bahwa apabila suatu negara endowment factors-nya bercirikan labor intensive, maka komoditi yang diunggulkan bercirikan produk yang banyak dihasilkan oleh tenaga kerja, dalam hal ini adalah komoditi dari sektor pertanian. Untuk itulah tema yang diajukan dalam penelitian sekarang adalah sebagai koreksi terhadap penelitian empiris yang dilakukan oleh peneliti sebelumnya. TEORI PERDAGANGAN KLASIK MODERN Kerjasama Ekonomi Regional T. Fakt. Produksi Hecksher-Ohlin (1919) PTC IIT (Economies of Scale) Balassa, Helpman, Krugman, Lancaster, (1979) FTA IIT di Eropa Aturupane (1997) CU AFTA, ASEAN COMMUNITY IIT Indo vs Jepang Wahyuningsih (1997) IIT Indo vs Psr Dunia Hermanto (2001) CM IIT Indo vs ASEAN-4 Yuliati (2007) EU IIT Indo vs ASEAN-3 Suidarma (2012) Indonesia Malaysia Philipina Thailand Gambar 3.1. Kerangka Pemikiran

65 3.2 Konsep Penelitian Kerangka pemikiran tentang IIT antara Indonesia dengan Malaysia, Philipina dan Thailand yang telah dijabarkan dalalm subbab 3.1 selain didasarkan atas teori integrasi ekonomi, juga didasarkan kajian empiris dari teori IIT itu sendiri. Gambar 3.2 tentang konsep penelitian yang menjabarkan tentang variabel-variabel yang membangun sebuah kerangka teori IIT yang ada. Dalam gambar tersebut dilukiskan bahwa IIT merupakan konsep yang dipengaruhi oleh berbagai variabel sebagai mana dikemukakan oleh Greenaway dan Milner (1989). Skala Ekonomi (+) Toh, 1982 (+); Culem & Lundberg, 1983 (+) Struktur Pasar (+) Toh, 1982 (-); Greenaway & Milner, 1984 (-); Ballasa, 1986 (-) Diferensiasi Produk (+) Finger & Rosa, 1979 (+); Caves, 1981 (+); Culem & Lundberg, 1983 (+); Toh, 1982 (+); Greenaway & Milner, 1984 (+); Ballasa, 1986 (+) IIT Pertanian Intensitas Tenaga Kerja (+) Wahyuningsih, 2003 (-); Yuliati, 2007 (+) Penanaman Modal Asing (-) Caves, 1981 (-); Wahyuningsih, 2003 (+); Yuliati, 2007 (+) Gross Domestic Product (-) Loertscher & Wolter, 1980 (+); Ballasa, 1986 (+) Gambar 3.2 Konsep Penelitian

66 3.3 Hipotesis Berdasarkan tujuan penelitian yang ingin dicapai, serta kerangka pemikiran yang telah disusun, maka dapat dikemukakan beberapa hipotesis terkait adanya hubungan antara variabel independen (IIT) dengan variabel dependen (skala ekonomi, struktur pasar, diferensiasi produk, intensitas tenaga kerja, penanaman modal asing, serta PDB. Permasalahan pertama dan kedua tidak disusun hipotesisnya karena tidak menganalisis hubungan antara variabel satu dengan yang lain. Hal ini berbeda dengan permasalahan ketiga yang menyatakan hubungan antar variabel. Untuk itu hanya permasalahan ketiga yang dapat dihipotesiskan yaitu: skala ekonomi (SE), struktur pasar (SP), diferensiasi produk (DP), intensitas tenaga kerja (ITK), penanaman modal asing (PMA) berpengaruh positif terhadap IIT komoditi sektor pertanian Indonesia ke Malaysia, Philipina dan Thailand; sementara PDB berpengaruh negatif terhadap IIT komoditi sektor pertanian Indonesia ke Malaysia, Philipina dan Thailand.