BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III KEBIJAKAN UMUM DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

Hubungan Keuangan antara Pemerintah Daerah-Pusat. Marlan Hutahaean

CAPAIAN KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH TAHUN

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB V ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

PENDAPATAN PER-SKPD SEBELUM DAN SESUDAH P-APBD TA 2016

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keuangan Daerah. Penjelasan selengkapnya adalah sebagai berikut:

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN (REVISI) GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

DATA ISIAN SIPD TAHUN 2017 BPPKAD KABUPATEN BANJARNEGARA PERIODE 1 JANUARI SAMPAI DENGAN 8 JUNI 2017

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa lalu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB - III Kinerja Keuangan Masa Lalu

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. melancarkan jalannya roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah

BAB III PENGELOLAAN KEUANGAN DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH. karakteristiknya serta proyeksi perekonomian tahun dapat

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

RINCIAN PENDAPATAN DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013

BAB III ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

RANCANGAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PROVINSI JAWA BARAT TAHUN ANGGARAN 2007

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

3.2. Kebijakan Pengelolalan Keuangan Periode

PROVINSI JAWA TENGAH

NOTA KESEPAKATAN PEMERINTAH KABUPATEN TANAH DATAR DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

APBD KABUPATEN GARUT TAHUN ANGGARAN ) Target dan Realisasi Pendapatan

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut M. Suparmoko (2001: 18) otonomi daerah adalah kewenangan daerah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Standar Akuntansi Pemerintahan (SAP), pengertian belanja modal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. memberikan kesempatan serta keleluasaan kepada daerah untuk menggali

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Drs. Bambang Wisnu Handoyo DPPKA DIY

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah harus mengupayakan agar

R K P D TAHUN 2014 BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

PENJABARAN PERUBAHAN APBD

BUPATI DUS BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. Menurut Undang-Undang No. 32 Tahun 2004 tentang pemerintahan daerah

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

Indonesia Tahun 1999 Nomor 75, Tambahan Lembaran Negara Nomor 3851); Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Gambaran Umum Objek Penelitian

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BAB 2 LANDASAN TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. roda pemerintahan. Oleh karena itu tiap-tiap daerah harus mengupayakan agar

4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daerah dari sumber-sumber dalam wilayahnya sendiri yang dipungut berdasarkan

BAB I PENDAHULUAN. kesejahteraan masyarakat. Semakin besar jumlah penduduk maka semakin. jawab pemerintah dalam mensejahterakan rakyatnya.

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

c. Pembiayaan Anggaran dan realisasi pembiayaan daerah tahun anggaran dan proyeksi Tahun 2013 dapat dijabarkan dalam tabel sebagai berikut:

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB V ANGGARAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

REPUBLIK INDONESIA SURVEI STATISTIK KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN / KOTA ( REALISASI APBD 2012 ) PERHATIAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG BAGI HASIL PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH UNTUK DESA

Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 7. Undang Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

KEBIJAKAN UMUM PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KOTA BEKASI TAHUN ANGGARAN 2013

SURVEI STATISTIK KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN / KOTA ( REALISASI APBD 2014 )

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

DAFTAR ISI. Halaman BAB III PENUTUP... 13

BAB V PENDANAAN DAERAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

Daerah (PAD), khususnya penerimaan pajak-pajak daerah (Saragih,

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

1. Target dan Realisasi Pendapatan Asli Daerah (PAD) Tahun Anggaran Anggaran Setelah

BAB III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah dan Kerangka Pendanaan

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013

SURVEI STATISTIK KEUANGAN PEMERINTAH KABUPATEN / KOTA ( APBD 2015 )

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-

SOSIALISASI RANCANGAN PERATURAN DAERAH PROVINSI BANTEN TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Pengelolaan Keuangan Daerah menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 TAHUN 2016 PENJABARAN PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan

T A R G E T % LEBIH ( KURANG ) BULAN INI S.D BULAN LALU S.D BULAN INI

BAB I PENDAHULUAN. Catatan Atas Laporan Keuangan (CALK) Pemerintah Kabupaten Kapuas Hulu Tahun 2015

10. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan

PEMERINTAH KOTA PASURUAN SALINAN PERATURAN DAERAH KOTA PASURUAN NOMOR 19 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013

III BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

Transkripsi:

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN A. KINERJA KEUANGAN TAHUN 2011-2015 Pengelolaan keuangan daerah telah mengalami berbagai perubahan regulasi dari waktu ke waktu. Perubahan tersebut merupakan rangkaian bagaimana suatu pemerintah daerah dapat menciptakan good governance dan clean government dengan melakukan tata kelola pemerintahan dengan baik. Keberhasilan dari suatu pembangunan di daerah tidak terlepas dari aspek pengelolaan keuangan daerah yang dikelola dengan manajemen yang baik pula. Pengelolaan keuangan daerah adalah keseluruhan kegiatan yang meliputi perencanaan, pelaksanaan, penatausahaan, pelaporan, pertanggungjawaban, dan pengawasan keuangan daerah. Analisis kinerja keuangan Tahun 2011-2015, dimaksudkan untuk mengetahui rata-rata pertumbuhan yang dapat dijadikan sebagai dasar analisis proyeksi keuangan ke depan. Analisis kinerja keuangan dilaksanakan terhadap kinerja pelaksanaan APBD dan neraca daerah Kabupaten Pekalongan. 1. Kinerja Pelaksanaan APBD APBD Kabupaten Pekalongan yang ditetapkan dengan peraturan daerah pada setiap tahun anggaran dilaksanakan terhitung mulai 1 Januari sampai dengan 31 Desember tahun berkenaan. APBD tersebut disusun berdasarkan dokumen perencanaan yang ada sebelumnya, yaitu Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD), Kebijakan Umum APBD (KUA) serta Prioritas dan Plafon Anggaran Sementara (PPAS). Dalam praktiknya, setiap tahun anggaran dilakukan perubahan APBD untuk menyesuaikan kondisi yang berbeda dengan asumsi maupun target yang ditetapkan sebelumnya serta menampung pergeseran anggaran dan pemanfaatan SILPA dalam rangka optimalisasi pencapaian kinerja. Perubahan tersebut didahului dengan penyusunan Perubahan RKPD serta KUPA dan PPAS Perubahan yang disepakati bersama antara Pemerintah Daerah dan DPRD. Berdasarkan APBD, kegiatan pemerintahan, pembangunan dan kemasyarakatan dilaksanakan menurut jenis belanja yang dianggarkan dengan memanfaatkan pendapatan sebagai sumber pendanaan sesuai peruntukannya. Atas realisasi pendapatan maupun belanja sebagai akibat dilaksanakannya kegiatan oleh seluruh Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD), telah dilaksanakan penatausahaan secara baik dan dipertanggungjawabkan kepada DPRD setelah berakhirnya tahun anggaran. Pertanggungjawaban pelaksanaan APBD yang disampaikan Bupati setelah diaudit oleh BPK, dibahas dan disepakati bersama DPRD serta dituangkan dalam bentuk Peraturan Daerah tentang Pertanggungjawaban Pelaksanaan APBD untuk tahun anggaran sebelumnya sesuai ketentuan peraturan perundang-undangan yang berlaku. Kinerja pelaksanaan APBD ditunjukkan dari pendapatan daerah yang meliputi pendapatan asli daerah, dana perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah; belanja (belanja langsung dan belanja tidak langsung); serta pembiayaan daerah. Sedangkan neraca daerah mencerminkan perkembangan dari kondisi aset pemerintah daerah, kondisi kewajiban pemerintah daerah dan kondisi ekuitas dana tersedia. Kinerja pelaksanaan APBD Kabupaten Pekalongan Tahun 2011-2016, digambarkan berdasarkan pendapatan, belanja, dan pembiayaan daerah, sebagai berikut : a. Pendapatan Daerah Pendapatan daerah yang dianggarkan dalam APBD merupakan perkiraan yang terukur secara rasional dan memiliki kepastian serta dasar hukum penerimaannya. Pada dasarnya pendapatan daerah diproyeksikan meningkat dari tahun-tahun sebelumnya seiring peningkatan perekonomian nasional dan daerah yang pada gilirannya

akan semakin membuka peluang potensi pendapatan daerah. Hal ini terutama dari kenaikan komponen dana perimbangan, di samping juga yang berasal dari kenaikan Pendapatan Asli Daerah (PAD). PAD diharapkan tetap meningkat sebagai wujud kemandirian daerah. Kenaikan PAD dilaksanakan melalui upaya intensifikasi dan ekstensifikasi dengan penuh kehati-hatian untuk dapat mempertahankan kondisi di daerah tetap kondusif terutama pada saat perekonomian sedang lesu. Sesuai dengan peraturan perundangan yang ada, Pendapatan Daerah terdiri atas 3 (tiga) kelompok yaitu Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan dan Lain-lain Pendapatan Daerah Yang Sah. Pendapatan Asli Daerah merupakan cerminan kemampuan dan potensi daerah, sehingga besarnya penerimaan PAD dapat mempengaruhi kualitas otonomi daerah. Semakin tinggi kualitas otonomi daerah, maka ketergantungan dengan Pemerintah Pusat semakin berkurang. Sedangkan Dana Perimbangan merupakan sumber Pendapatan Daerah yang berasal dari APBN untuk mendukung pelaksanaan kewenangan Pemerintahan Daerah dalam mencapai tujuan pemberian otonomi kepada daerah utamanya peningkatan pelayanan dan kesejahteraan masyarakat yang semakin baik. Pendapatan Pemerintah Kabupaten Pekalongan masih tergantung dari Dana Perimbangan yang berupa Dana Alokasi Umum (DAU), Dana Alokasi Khusus (DAK) dan bagi hasil pajak dan bukan pajak. Hal inilah yang menjadi persoalan yang penting bagi penerimaan daerah. Adapun sumber Pendapatan Pemerintah Kabupaten Pekalongan dapat dijelaskan sebagaimana berikut : 1) Pendapatan Asli Daerah a) Pajak Daerah Sesuai Undang-undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, kewenangan dan jenis pajak yang dipungut Pemerintah Kabupaten Pekalongan ada sebelas jenis, yaitu Pajak Hotel; Pajak Restoran; Pajak Hiburan; Pajak Reklame; Pajak Penerangan Jalan; Pajak Parkir; Pajak Air Tanah; Pajak Sarang Burung Walet; Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan; Pajak Bumi dan Bangunan; serta Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan. b) Retribusi Daerah Penerimaan retribusi Pemerintah Kabupaten Pekalongan bersumber dari Retribusi Pelayanan Kesehatan, Retribusi Pelayanan Pemakaman dan Pengabuan Mayat, Retribusi Pelayanan Parkir di Tepi Jalan Umum, Retribusi Pelayanan Pasar, Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor, Retribusi Penyedotan Kakus, Retibusi Peyedotan Limbah Cair Industri Kecil, Retribusi Sampah, Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi, Retribusi Penyedotan Limbah Cair Industri Kecil, Retribusi Sampah, Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah, Retribusi Tempat Pelelangan, Retribusi Terminal, Retribusi Tempat Khusus Parkir, Retribusi Tempat Penginapan Pesanggrahan/Villa, Retribusi Rumah Potong Hewan, Retribusi Tempat Rekreasi dan Olah Raga, Retribusi Penjualan Produksi Usaha Daerah, Sewa Gedung/Ruang/Aula Milik Pemda, Sewa Tanah dan Bangunan pemakaian kekayaan daerah berupa sewa tanah untuk pancang tiang-tiang reklame, Retibusi Ijin Mendirikan Bangunan, Retribusi Izin Gangguan/Keramaian, Retribusi Izin Trayek, Retribusi Surat Ijin Penangkapan Ikan serta Jasa Pengujian Alat Laboratorium dan Bengkel. c) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Sumber-sumber Pendapatan Daerah yang berasal dari Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan antara lain diperoleh dari bagian laba atas penyertaan modal pada III. 2

perusahaan daerah Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Pemerintah (BUMN) dan Swasta. Pemerintah Kabupaten Pekalongan mempunyai penyertaan modal pada Koperasi dan UKM, PDAM, PD. BPR/BKK Kabupaten Pekalongan, PD. BKK Kajen serta PT. Bank Jateng. d) Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Sumber-sumber pendapatan lain-lain PAD yang sah berasal dari hasil penjualan aset daerah yang tidak dipisahkan, penerimaan jasa giro, penerimaan bunga deposito, tuntutan ganti kerugian daerah, pendapatan BLUD serta Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama. 2) Dana Perimbangan a) Bagi Hasil Pajak Terdiri dari : (1) Bagi Hasil Pajak dari Pajak Bumi dan Bangunan Perkebunan, Perhutanan dan Pertambangan (P3); (2) Bagi Hasil Pajak dari Pajak Penghasilan (PPh. Ps. 21 dan PPh Ps. 25 dan 29 WPOPDN); serta (3) Bagi Hasil Penerimaan Cukai Tembakau. b) Bagi Hasil Bukan Pajak/Sumber Daya Alam Terdiri dari : (1) Bagi Hasil dari Provisi Sumber Daya Hutan (PSDH); (2) Bagi Hasil dari Iuran Eksplorasi dan Iuran Eksploitasi (Royalti); (3) Bagi Hasil dari Pungutan Hasil Perikanan; (4) Bagi Hasil dari Sumber Pertambangan Minyak Bumi; (5) Bagi Hasil dari Pertambangan Bumi; serta (6) Bagi Hasil Pertambangan Panas Bumi. c) Dana Alokasi Umum Dana Alokasi Umum (DAU) adalah alokasi (transfer) pusat kepada daerah otonom dalam bentuk hibah umum (block grant); artinya, penggunaan dari DAU ditetapkan sendiri oleh daerah. Penggunaan DAU tersebut diutamakan untuk membiayai pelayanan dasar kepada masyarakat daerah. Tujuan dari alokasi DAU adalah menciptakan pemerataan kemampuan keuangan antar daerah. Oleh karena itu, daerah yang kurang mampu dari segi pembiayaan urusannya akan memperoleh alokasi DAU yang relatif besar. Perhitungan Dana Alokasi Umum (DAU) dilakukan dengan menggunakan rumus yang ditetapkan berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku. d) Dana Alokasi Khusus DAK dialokasikan dalam APBN untuk daerah-daerah tertentu dalam rangka mendanai kegiatan khusus yang merupakan urusan daerah dan termasuk dalam program prioritas nasional. Daerah dapat menerima DAK apabila memenuhi tiga kriteria, yaitu (1) kriteria umum berdasarkan indeks fiskal neto; (2) kriteria khusus berdasarkan peraturan perundangan dan karakteristik daerah; dan (3) kriteria teknis berdasarkan indeks teknis bidang terkait. Perolehan dan pemanfaatan DAK harus mengikuti rambu-rambu yang telah ditetapkan oleh Pemerintah Pusat. 3) Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah. a) Hibah yang berasal dari pemerintah, pemerintah daerah lainnya, badan/lembaga/organisasi swasta dalam negeri, kelompok masyarakat/perorangan, dan lembaga luar negeri yang tidak mengikat; b) Dana darurat dari pemerintah dalam rangka penanggulangan korban/kerusakan akibat bencana alam; c) Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya Jenis Dana Bagi Hasil Pajak dari Provinsi dan Pemerintah Daerah Lainnya adalah : (1) Bagi Hasil dari Pajak Kendaraan Bermotor III. 3

(PKB); (2) Bagi Hasil dari Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor (BBNKB); (3) Bagi Hasil dari Pajak Bahan Bakar Kendaraan Bermotor (PBBKB); (4) Bagi Hasil dari Pajak Air Permukaan; (5) Bagi Hasil dari Pajak Rokok; serta (6) Kekurangan Bagi Hasil Provinsi Tahun sebelumnya. d) Dana Penyesuaian, Dana Transfer, Dana Otonomi Khusus, dan Dana Insentif Daerah (DID), yang ditetapkan oleh pemerintah; e) Bantuan Keuangan dari Provinsi atau Pemerintah Daerah lainnya. Pelaksanaan atas kebijakan di bidang pendapatan daerah selama tahun 2011 2015, dilaksanakan dengan mempedomani ketentuan peraturan perundang-undangan dan memperhatikan perkembangan ekonomi masyarakat yang banyak dipengaruhi oleh dinamika perkembangan ekonomi nasional. Oleh karenanya untuk memberikan gambaran secara komprehensif dalam pelaksanaan pendapatan daerah diuraikan secara runtut dan terstruktur diawali dari kebijakan yang bersifat intensifikasi dan ekstensifikasi, dilengkapi dengan target dan realisasi sebagai pencerminan tingkat capaian kinerja pendapatan daerah, permasalahan dalam pelaksanaannya sekaligus dielaborasi solusi dan pemecahan masalahnya yang diuraikan sebagai berikut : 1) Target dan Realisasi Pendapatan Target pendapatan daerah Kabupaten Pekalongan pada tahun anggaran 2011 sebesar Rp924.915.870.022,00 dan tahun anggaran 2015 sebesar Rp1.703.894.595.593,00. Hal ini berarti terjadi kenaikan 84,22% dari tahun anggaran 2011. Dari sisi Pendapatan Asli Daerah, tahun anggaran 2011 targetnya sebesar Rp78.217.580.331,00 dan pada tahun anggaran 2015 sebesar Rp250.538.145.521,00, sehingga terjadi kenaikan Pendapatan Asli Daerah sebesar 220,31% dari tahun 2011. Pada pos Dana Perimbangan, target tahun anggaran 2011 sebesar Rp650.232.753.000,00 dan pada tahun anggaran 2015 sebesar Rp986.063.368.095,00. Terjadi kenaikan 51,65% dari tahun anggaran 2011. Dari sisi Lain lain Pendapatan Yang Sah, target tahun anggaran 2011 sebesar Rp196.465.536.691,00 dan pada tahun anggaran 2015 sebesar Rp467.293.081.977,00. Hal ini berarti terjadi kenaikan 137,85% dari tahun anggaran 2011. Dari tabel tersebut, dapat dijelaskan bahwa prosentase ratarata pertumbuhan target pendapatan daerah tahun 2011-2015 mengalami kenaikan rata-rata 17,63%. Adapun perkembangan target pendapatan daerah Kabupaten Pekalongan dan rata-rata pertumbuhannya selama kurun waktu tahun 2011-2015 secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3.1 dan 3.2 di bawah ini. III. 4

Tabel 3.1 Target Pendapatan Daerah Kabupaten Pekalongan (Setelah Perubahan) Tahun 2011-2015 No. 1 PENDAPATAN Uraian Tahun (Rp) 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata Pertumbuhan (%) 1.1. Pendapatan Asli Daerah 78.217.580.331 108.326.763.424 140.593.740.485 213.752.562.969 250.538.145.521 34,38 1.1.1. Pajak daerah 13.002.779.000 15.241.800.000 25.775.500.000 29.373.911.000 34.153.012.130 29,14 1.1.2. Retribusi daerah 54.339.585.581 24.324.515.000 11.361.629.323 23.298.233.222 11.141.540.914-13,91 1.1.3. Hasil pengelolaan keuangan daerah yang dipisahkan 2.193.407.750 4.170.676.369 2.278.963.383 3.559.592.387 4.847.854.593 34,29 1.1.4. Lain-lain PAD yang sah 8.681.808.000 64.589.772.055 101.177.647.779 157.520.826.360 200.395.737.884 195,88 1.2. Dana Perimbangan 650.232.753.000 788.721.271.900 854.065.106.337 919.896.071.622 986.063.368.095 11,12 1.2.1. Dana bagi hasil pajak /bagi hasil bukan pajak 32.870.060.000 32.977.992.900 24.977.399.337 27.936.121.622 28.705.392.095-2,33 1.2.2. Dana alokasi umum 553.660.093.000 678.713.899.000 768.500.117.000 831.579.000.000 862.011.706.000 11,92 1.2.3. Dana alokasi khusus 63.702.600.000 77.029.380.000 60.587.590.000 60.380.950.000 95.346.270.000 14,29 1.3. Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah 196.465.536.691 200.657.745.964 224.110.551.930 293.771.664.136 467.293.081.977 25,99 1.3.1 Hibah - - - - 16.638.101.000-1.3.2 Dana darurat - - - - - - 1.3.3 Dana bagi hasil pajak dari provinsi 22.661.039.251 34.598.088.964 41.231.939.930 55.870.507.136 81.574.717.977 38,34 1.3.4 1.3.5 Dana penyesuaian dan otonomi khusus Bantuan keuangan dari provinsi atau Pemerintah Daerah lainnya 139.824.907.440 129.909.032.000 155.205.424.000 192.613.916.000 336.298.134.000 27,77 33.979.590.000 36.150.625.000 27.673.188.000 45.287.241.000 32.782.129.000 4,74 JUMLAH PENDAPATAN DAERAH 924,915,870,022 1,097,705,781,288 1,218,769,398,752 1,427,420,298,727 1,703,894,595,593 PERTUMBUHAN TARGET PENDAPATAN DAERAH PER TAHUN (%) Sumber : Dinas Pendapatan Dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Pekalongan, 2016 21,95 18.68 11.03 17.12 19.37 17,63 III. 5

Tabel. 3.2. Rata-rata Pertumbuhan Per Tahun Target Pendapatan Daerah Kabupaten Pekalongan (Setelah Perubahan) Tahun 2011-2015 No. 1 PENDAPATAN Uraian Tahun (%) 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata Pertumbuhan (%) 1.1. Pendapatan Asli Daerah 6,18 38,49 29,79 52,04 17,21 34,38 1.1.1. Pajak daerah 18,38 17,22 69,11 13,96% 16,27 29,14 1.1.2. Retribusi daerah 4,82-55,24-53,29 105,06-52,18-13,91 1.1.3. Hasil pengelolaan keuangan daerah yang dipisahkan 0,47 90,15-45,36 56,19 36,19 34,29 1.1.4. Lain-lain PAD yang sah 0,32 643,97 56,65 55,69 27,22 195,88 1.2. Dana Perimbangan 9,98 21,30 8,28 7,71 7,19 11,12 1.2.1. Dana bagi hasil pajak /bagi hasil bukan pajak -11,91 0,33-24,26 11,85 2,75-2,33 1.2.2. Dana alokasi umum 12,97 22,59 13,23 8,21 3,66 11,92 1.2.3. Dana alokasi khusus -0,22 20,92-21,34-0,34 57,91 14,29 1.3. 1.3.3 1.3.4 1.3.5 Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah Dana bagi hasil pajak dari provinsi Dana penyesuaian dan otonomi khusus Bantuan keuangan dari provinsi atau Pemerintah Daerah lainnya PERTUMBUHAN TARGET PENDAPATAN DAERAH PER TAHUN (%) 110,08 2,13 11,69 31,08 59,07 25,99 3,26 52,68 19,17 35,50 46,01 38,34 172,94-7,09 19,47 24,10 74,60 27,77 67,02 6,39-23,45 63,65-27,61 4,74 21,95 18,68 11,03 17,12 19,37 17,63 Sumber : Dinas Pendapatan Dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Pekalongan, 2016 Sementara dari realisasi pendapatan daerah, pada tahun anggaran 2011 terdapat realisasi pendapatan sebesar Rp923.341.295.989,00 dan tahun anggaran 2015 sebesar Rp1.697.583.324.014,84. Hal ini berarti terjadi kenaikan 83,85% dari tahun anggaran 2011. Dari sisi Pendapatan Asli Daerah tahun anggaran 2011 realisasi sebesar Rp81.362.869.869,00 sedangkan pada tahun anggaran 2015 sebesar Rp251.547.743.333,84. Sehingga dapat dinyatakan bahwa realisasi Pendapatan Asli Daerah terjadi kenaikan 209,17% dari tahun anggaran 2011. Dari sisi Dana Perimbangan, tahun anggaran 2011 realisasinya sebesar Rp649.099.166.215,00 dan pada tahun anggaran 2015 sebesar Rp978.154.337.307,00. Hal ini berarti realisasi Dana Perimbangan terjadi kenaikan 50,69% dari tahun anggaran 2011. Lain lain Pendapatan Yang Sah, tahun anggaran 2011 realisasinya sebesar Rp192.879.259.905,00 dan pada tahun anggaran 2015 sebesar Rp467.881.243.374,00. Hal ini berarti realisasi lain-lain pendapatan yang sah terjadi kenaikan 142,58% dari tahun 2011. Secara umum, realisasi pendapatan daerah sejak tahun 2011-2015 rata-rata mengalami pertumbuhan sebesar 17,83%. Adapun perkembangan realisasi pendapatan daerah Kabupaten Pekalongan dan rata-rata pertumbuhannya selama kurun waktu tahun 2011-2015 secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3.3 dan 3.4 di bawah ini. III. 6

Tabel. 3.3. Rata-rata Pertumbuhan Realisasi Pendapatan Daerah Tahun 2011-2015 Kabupaten Pekalongan No. 1 PENDAPATAN Uraian Tahun (Rp) 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata Pertumbuhan (%) 1.1. Pendapatan Asli Daerah 81.362.869.869 114.793.365.902 148.550.938.169 255.037.017.191 251.547.743.333 32,24 1.1.1. Pajak daerah 15.090.373.142 17.630.310.970 28.742.270.403 33.064.051.914 39.193.527.446 30,93 1.1.2. Retribusi daerah 58.776.290.304 23.129.015.003 12.628.888.224 24.685.432.930 12.588.737.154-7,49 1.1.3. Hasil pengelolaan keuangan daerah yang dipisahkan 1.968.832.954 4.168.153.169 2.275.738.383 3.558.548.965 4.847.854.593 29,67 1.1.4. Lain-lain PAD yang sah 5.527.373.469 69.865.886.760 104.904.041.159 193.728.983.382 194.917.624.140 256,73 1.2. Dana Perimbangan 649.099.166.215 790.944.567.807 856.476.944.030 920.665.342.098 978.154.337.307 10,70 1.2.1. Dana bagi hasil pajak /bagi hasil bukan pajak 31.736.473.215 35.201.288.807 27.389.237.030 28.705.392.098 26.500.021.307-6,22 1.2.2. Dana alokasi umum 553.660.093.000 678.713.899.000 768.500.117.000 831.579.000.000 862.011.706.000 12,13 1.2.3. Dana alokasi khusus 63.702.600.000 77.029.380.000 60.587.590.000 60.380.950.000 89.642.610.000 9,49 1.3. Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah 192.879.259.905 208.795.285.197 233.112.389.504 298.798.277.088 467.881.243.374 43,77 1.3.1 Hibah - - - - 15.665.429.000-1.3.2 Dana darurat - - - - - - 1.3.3 Dana bagi hasil pajak dari provinsi 32.467.067.265 42.732.128.197 50.285.017.664 60.910.102.000 85.460.144.639 30,74 1.3.4 1.3.5 Dana penyesuaian dan otonomi khusus Bantuan keuangan dari provinsi atau Pemerintah Daerah lainnya 126.483.485.640 129.909.032.000 155.205.424.000 192.613.916.000 334.213.234.000 57,77 33.928.707.000 36.154.125.000 27.621.947.840 45.274.259.088 32.542.435.735 17,10 JUMLAH PENDAPATAN DAERAH 923,341,295,988 1,114,533,218,906 1,238,140,271,703 1,474,500,636,377 1,697,583,324,014 PERTUMBUHAN REALISASI PENDAPATAN DAERAH PER TAHUN (%) Sumber : Dinas Pendapatan Dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Pekalongan, 2016 23,16 20.71 11.09 19.09 15.13 17,83 III. 7

Tabel. 3.4. Rata-rata Pertumbuhan Per Tahun Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Pekalongan (Setelah Perubahan) Tahun 2011-2015 No. Uraian 1 PENDAPATAN Tahun (%) 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata Pertumbuhan (%) 1.1. Pendapatan Asli Daerah 20,39 41,09 29,41 71,68-1,37 32,24 1.1.1. Pajak daerah 41,21 16,83 63,03 15,04 18,54 30,93 1.1.2. Retribusi daerah 22,13-60,65-45,40 95,47-49,00-7,49 1.1.3. Hasil pengelolaan keuangan daerah yang dipisahkan -10,56 111,71-45,40 56,37 36,23 29,67 1.1.4. Lain-lain PAD yang sah -15,81 1164,00 50,15 84,67 0,61 256,73 1.2. Dana Perimbangan 9,63 21,85 8,29 7,49 6,24 10,70 1.2.1. Dana bagi hasil pajak /bagi hasil bukan pajak -16,93 10,92-22,19 4,81-7,68-6,22 1.2.2. Dana alokasi umum 12,98 22,59 13,23 8,21 3,66 12,13 1.2.3. Dana alokasi khusus -0,22 20,92-21,34-0,34 48,46 9,49 1.3. 1.3.1 Hibah Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah 1.3.2 Dana darurat 1.3.3 1.3.4 1.3.5 Dana bagi hasil pajak dari provinsi Dana penyesuaian dan otonomi khusus Bantuan keuangan dari provinsi atau Pemerintah Daerah lainnya PERTUMBUHAN REALISASI PENDAPATAN DAERAH PER TAHUN (%) 114,17 8,25 11,65 28,18 56,59 43,77 43,00 31,62 17,67 21,13 40,31 30,74 169,05 2,71 19,47 24,10 73,51 57,77 66,77 6,56-23,60 63,91-28,12 17,10 23,16 20.71 11.09 19.09 15.13 17,83 Sumber : Dinas Pendapatan Dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Pekalongan, 2016 Dari beberapa tabel di atas, secara rinci dapat dijelaskan mengenai gambaran persentase realisasi pendapatan daerah terhadap target dalam APBD Kabupaten Pekalongan Tahun 2011 2015 yang dapat dilihat pada Tabel 3.5. Tabel. 3.5. Persentase Realisasi Pendapatan Daerah Terhadap Target dalam APBD Kabupaten Pekalongan Tahun 2011-2015 No Tahun Anggaran Pendapatan Daerah Target (Rp) Realisasi (Rp) (%) 1. 2011 924.915.870.022 923.341,295,988 99,83 2. 2012 1.097.705.781.288 1,114,533,218,906 101,53 3. 2013 1.218.769.398.752 1,238,140,271,703 101,59 4. 2014 1.427.420.298.727 1,474,500,636,377 103,30 5. 2015 1.703.894.595,593 1,697,583,324,014 99,63 Sumber : Dinas Pendapatan Dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Pekalongan, 2016 Kontribusi masing-masing sumber pendapatan dapat dilihat dari proporsinya terhadap total pendapatan daerah. Di Kabupaten Pekalongan proporsi PAD terhadap total pendapatan daerah selama kurun waktu lima tahun (2011 2015) masih relatif rendah, yaitu III. 8

No. rata-rata mencapai 12,64%. Sedangkan Dana Perimbangan dari pemerintah pusat memberikan kontribusi yang cukup besar terhadap pendapatan daerah dengan rata-rata mencapai 66,10%, dan sisanya berupa lain-lain pendapatan daerah yang sah. Kontribusi realisasi masing-masing sumber pendapatan daerah Kabupaten Pekalongan dapat dilihat pada Tabel 3.6. Uraian 1 PENDAPATAN Tabel. 3.6. Kontribusi Realisasi Sumber Pendapatan Daerah Kabupaten Pekalongan (Setelah Perubahan) Tahun 2011-2015 Tahun (%) 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata 1.1. Pendapatan Asli Daerah 8,81 10,30 12,00 17,30 14,82 12,64 1.1.1. Pajak daerah 1,63 1,58 2,32 2,24 2,31 2,02 1.1.2. Retribusi daerah 6,37 2,08 1,02 1,67 0,74 2,38 1.1.3. Hasil pengelolaan keuangan daerah yang dipisahkan 0,21 0,37 0,18 0,24 0,29 0,26 1.1.4. Lain-lain PAD yang sah 0,60 6,27 8,47 13,14 11,48 7,99 1.2. Dana Perimbangan 70,30 70,97 69,17 62,44 57,62 66,10 1.2.1. Dana bagi hasil pajak /bagi hasil bukan pajak 3,44 3,16 2,21 1,95 1,56 2,46 1.2.2. Dana alokasi umum 59,96 60,90 62,07 56,40 50,78 58,02 1.2.3. Dana alokasi khusus 6,90 6,91 4,89 4,10 5,28 5,62 1.3. Lain-Lain Pendapatan Daerah yang Sah 20,89 18,73 18,83 20,26 27,56 21,26 1.3.1 Hibah - - - - 0,92 0,18 1.3.2 Dana darurat - - - - - - 1.3.3 1.3.4 1.3.5 Dana bagi hasil pajak dari provinsi Dana penyesuaian dan otonomi khusus Bantuan keuangan dari provinsi atau Pemerintah Daerah lainnya 3,52 3,83 4,06 4,13 5,03 4,12 13,70 11,66 12,54 13,06 19,69 14,13 3,67 3,24 2,23 3,07 1,92 2,83 JUMLAH PENDAPATAN DAERAH 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : Dinas Pendapatan Dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Pekalongan, 2016 2) Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pendapatan Daerah Perkembangan pendapatan daerah Kabupaten Pekalongan selama periode tahun anggaran 2011 2015 setiap tahunnya mengalami peningkatan. Hal ini tidak terlepas dari berbagai upaya dan usaha dari pemerintah dalam mendayagunakan serta mengelola sumber-sumber pendapatan asli daerah yang ada secara optimal melalui Satuan Kerja Perangkat Daerah terkait. Transparansi dan penyederhanaan proses penetapan pajak daerah dan retribusi daerah merupakan langkah yang ditempuh dan terus ditingkatkan guna menunjang rasa kedekatan dan tanggung jawab antara masyarakat selaku objek pajak/retribusi dengan Pemerintah Kabupaten Pekalongan. Untuk mewujudkan pencapaian target dan optimalisasi pendapatan daerah, berbagai upaya yang telah dilakukan dengan intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan antara lain dengan : III. 9

a) Menghimpun penerimaan dari semua sumber pendapatan daerah secara optimal sesuai ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku; b) Memberdayakan segenap potensi yang dimiliki untuk dapat meningkatkan penerimaan pendapatan daerah; c) Merevisi regulasi terkait pendapatan daerah sesuai perkembangan yang terjadi dan ketentuan peraturan perundangundangan yang baru; d) Membuat target peningkatan PAD dengan mempertimbangkan data realisasi tahun sebelumnya, potensi dan asumsi pertumbuhan ekonomi yang dapat mempengaruhi pencapaian masing-masing; e) Mengoptimalkan kinerja penerimaan dari masing SKPD penghasil PAD; f) Menyederhanakan sistem dan prosedur administrasi pemungutan pajak dan retribusi daerah; g) Intensifikasi dan ekstensifikasi sumber-sumber pendapatan asli daerah dengan penuh kehati-hatian karena sumber pajak dan retribusi daerah berhubungan langsung dengan perekonomian dan tingkat kesejahteraan masyarakat; h) Optimalisasi dana perimbangan baik DAU, DAK maupun bagi hasil pajak dan non pajak agar lebih proporsional sesuai dengan kondisi obyektif wilayah Kabupaten Pekalongan; i) Meningkatkan manajemen Badan Usaha Milik Daerah agar lebih efisien dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat, mempunyai daya saing yang tinggi sehingga memberikan kontribusi pada PAD; j) Meningkatkan pendayagunaan aset daerah termasuk kekayaan daerah yang tidak dipisahkan dan belum dimanfaatkan untuk dikelola dan dikerjasamankan dengan pihak ketiga sehingga mampu mendukung peningkatan PAD; dan k) Melakukan upaya-upaya yang sah lainnya baik penggalian potensi maupun hibah dari pihak ketiga. Pendapatan Asli Daerah merupakan salah satu sumber pendapatan daerah yang potensial untuk ditingkatkan, walaupun kontribusi PAD terhadap APBD masih relatif rendah rata-rata hanya berkisar 12,64% per tahun, namun karena sektor Pendapatan Asli Daerah ini merupakan salah satu tolok ukur kemampuan keuangan daerah, maka optimalisasi penerimaan dari sektor ini terus diupayakan. Untuk mengetahui posisi komponen PAD dalam struktur pendapatan daerah, dilakukan dengan menganalisis rasio pertumbuhan PAD dan besaran nilai kontribusi PAD terhadap total penerimaan daerah. Kontribusi Pendapatan Asli Daerah (PAD) terhadap APBD merupakan cermin dari perkembangan ekonomi daerah. Besarnya PAD secara umum menunjukkan kemajuan aktivitas perekonomian pada masyarakat yang menjadi obyek pungut. Oleh karena itu, pencapaian target PAD sekaligus merupakan indikator penting untuk menilai laju pembangunan di daerah. Sedangkan dalam rangka memacu roda perekonomian masyarakat dari segi administrasi pengelolaan pajak dan retribusi daerah dilaksanakan dengan pelayanan yang mudah, tepat dan cepat sehingga usaha ekonomi tersebut diharapkan akan mampu memberikan kontribusi terhadap pemerataan pendapatan masyarakat. Berdasarkan data capaian realisasi pendapatan daerah Kabupaten Pekalongan Tahun 2011-2015 sebagaimana tersebut di atas, besarnya nilai kontribusi PAD terhadap Pendapatan Daerah dalam APBD dan tingkat pertumbuhan rata-rata PAD dari Tahun Anggaran 2011 2015 dapat dilihat pada tabel 3.7 sebagai berikut : III. 10

Tabel 3.7 Tingkat Pertumbuhan Pendapatan Asli Daerah Kabupaten Pekalongan Tahun Anggaran 2011-2015 Tahun Realisasi Pendapatan APBD (Rp) Pendapatan Asli Daerah (Rp) Target Realisasi Kontribusi PAD Terhadap APBD (%) Tingkat Pertumbuhan PAD (%) 2011 923.341.295.988 78.217.580.331 81.362.869.869 8,81 20,39 2012 1.114.533.218.906 108.326.763.424 114.793.365.902 10,30 41.09 2013 1.238.140.271.703 140.593.740.485 148.550.938.169 12,00 29.41 2014 1.474.500.636.377 213.752.562.969 255.037.017.191 17,30 71.68 2015 1.697.583.324.014 250.538.145.521 251.547.743.333 14,82-1.37 Rata-rata 12,64 32,24 Sumber : Dinas Pendapatan Dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Pekalongan, 2016 Melalui upaya-upaya intensifikasi dan ekstensisfikasi pendapatan daerah yang selama ini telah dilaksanakan, maka secara umum capaian kinerja Pendapatan Asli Daerah dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : a) Pertumbuhan rata-rata PAD dari Tahun 2011 2015 adalah sebesar 32,24%. b) Kontribusi PAD terhadap APBD selama periode 2011 2015 menunjukan perkembangan yang relatif baik yakni rata-rata sebesar 12,64%. Disisi lain, dilihat dari kontribusi Pajak Daerah terhadap PAD dan tingkat pertumbuhannya disajikan dalam tabel 3.8 sebagai berikut : Tabel 3.8 Kontribusi Pajak Daerah Terhadap PAD dan Tingkat Pertumbuhan Pajak Daerah Kabupaten Pekalongan Tahun Anggaran 2011-2015 Tahun Realisasi PAD (Rp) Pajak Daerah (Rp) Target Realisasi Kontribusi Pajak Daerah Terhadap PAD (%) Tingkat Pertumbuhan Pajak Daerah (%) 2011 81.362.869.869 13.002.779.000 15.090.373.142 18,55 41,21 2012 114.793.365.902 15.241.800.000 17.630.310.970 15,36 16.83 2013 148.550.938.169 25,775,500,000 28.742.270.403 19,35 63,03 2014 255.037.017.191 29.373.911.000 33.064.051.914 12,96 15,04 2015) 251.547.743.333 34.153.012.130 39.193.527.446 15,58 18,54 Rata-Rata 16,36 30,93 Sumber : Dinas Pendapatan Dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Pekalongan, 2016 Sektor Pajak Daerah dalam kurun waktu lima tahun (2011 2015) telah memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah yakni rata-rata sebesar 16,36% per tahun, dengan tingkat pertumbuhan rata-rata sebesar 30,93% per tahun. Besarnya angka kontribusi dan tingkat pertumbuhan pajak daerah ini menunjukan bahwa selama Tahun Anggaran 2011 2015 kegiatan intensifikasi dan ekstensifikasi yang dilakukan menunjukan pencapaian kinerja yang positif juga didukung adanya peralihan Pajak Bumi dan Bangunan dari penerimaan Dana Perimbangan menjadi penerimaan Pajak Daerah. Keberhasilan ini tidak terlepas dari upaya nyata dan sungguh-sungguh dari seluruh komponen pemerintah daerah yang III. 11

Tahun terlibat baik secara langsung maupun tidak langsung dalam proses pemungutan pajak daerah. Hal ini akan dijadikan sebagai modal untuk memacu kinerja dalam peningkatkan pendapatan daerah kearah yang lebih baik. Kemudian Kontribusi Retribusi Daerah terhadap PAD ratarata mencapai 23,11 % per tahun, sedangkan tingkat pertumbuhan rata-rata per tahun sebesar -7,49%. Besaran angka kontribusi retribusi daerah terhadap PAD menunjukan bahwa sektor Retribusi Daerah memberikan kontribusi penerimaan pendapatan asli daerah yang cukup baik sedangkan pertumbuhan rata-rata retribusi daerah yang -7,49% per tahun disebabkan adanya peralihan penerimaan retribusi ke lain-lain PAD yang sah menyesuaikan perkembangan ketentuan peraturan perundang-undangan. Peralihan jenis retribusi ke lain-lain pendapatan asli daerah yang sah yaitu penerimaan atas Badan Layanan Umum Daerah dan penerimaan atas Dana Kapitasi JKN di Puskesmas, sedangkan beberapa jenis retribusi daerah pada tahun terakhir ini realisasinya belum mencapai target sebagaimana ditetapkan dalam APBD. Naik turunnya capaian retribusi ini antara lain disebabkan karena sektor retribusi daerah merupakan pungutan pemerintah kepada masyarakat yang pemungutannya sangat dipengaruhi oleh besaran nilai kontraprestasi yang diberikan oleh pemerintah kepada masyarakat. Besar kecilnya kontraprestasi yang diberikan oleh pemerintah akan berpengaruh langsung terhadap realisasi penerimaan retribusi daerah. Adapun faktor-faktor penyebab tidak tercapainya target retribusi daerah antara lain sebagai berikut : a) Kurangnya fasilitas umum yang dijadikan sebagai obyek pendapatan retribusi daerah. b) Kurang optimalnya pengelolaan fasilitas umum yang dijadikan sebagai obyek pemungutan retribusi daerah sehingga berpengaruh terhadap kontraprestasi yang diterima oleh pemakai jasa (masyarakat). c) Kurangnya jumlah dan kuantitas SDM pemungut retribusi daerah. Kontribusi Retribusi Daerah terhadap PAD dan tingkat pertumbuhannya disajikan dalam tabel 3.9 sebagai berikut : Tabel 3.9 Kontribusi Retribusi Daerah Terhadap PAD dan Tingkat Pertumbuhan Retribusi Daerah Kabupaten Pekalongan Tahun Anggaran 2011-2015 Realisasi PAD (Rp) Retribusi Daerah (Rp) Target Realisasi Kontribusi Retribusi Daerah Terhadap PAD (%) Tingkat Pertumbuhan Retribusi Daerah (%) 2011 81.362.869.869 54.339.585.581 58.776.290.304 72,24 22,13 2012 114.793.365.902 24.324.515.000 23.129.015.003 20,15-60,65 2013 148.550.938.169 11.361.629.323 12.628.888.224 8,50-45,40 2014 255.037.017.191 23.298.233.222 24.685.432.930 9,68 95,47 2015 251.547.743.333 11.141.540.914 12.588.737.154 5,00-49,00 Rata-rata 23,11-7,49 Sumber : Dinas Pendapatan Dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Pekalongan, 2016 Sedangkan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang dipisahkan dalam kurun waktu lima tahun (2011 2015) di Kabupaten Pekalongan telah memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah yakni rata-rata sebesar III. 12

Tahun 2,18 % per tahun, sedangkan tingkat pertumbuhan memberikan kontribusi rata-rata sebesar 29,67% per tahun. Kontribusi Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang dipisahkan terhadap PAD dan tingkat pertumbuhannya disajikan dalam tabel 3.10 sebagai berikut : Tabel 3.10 Kontribusi Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang dipisahkan Terhadap PAD dan dan Tingkat Pertumbuhannya Kabupaten Pekalongan Tahun Anggaran 2011-2015 Realisasi PAD (Rp) Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan (Rp) Target Realisasi Kontribusi Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Terhadap PAD (%) Tingkat Pertumbuhan Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan (%) 2011 81.362.869.869 2.193.407.750 1.968.832.954 2,42-10,56 2012 114.793.365.902 4.170.676.369 4.168.153.169 3,63 111,71 2013 148.550.938.169 2.278.963.383 2.275.738.383 1,53-45,40 2014 255.037.017.191 3.559.592.387 3.558.548.965 1,40 56,37 2015 251.547.743.333 4.847.854.593 4.847.854.593 1,93 36,23 Rata-rata 2.18 29,67 Sumber : Dinas Pendapatan Dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Pekalongan, 2016 Tahun Kemudian Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah dalam kurun waktu lima tahun (2011 2015) di Kabupaten Pekalongan telah memberikan kontribusi yang cukup signifikan terhadap Pendapatan Asli Daerah yakni rata-rata sebesar 58,34% per tahun, dengan tingkat pertumbuhan rata-rata sebesar 256,73% per tahun. Besarnya angka kontribusi dan tingkat pertumbuhan menunjukan bahwa selama Tahun Anggaran 2011 2015, lain-lain PAD yang sah ini mencapai kinerja yang positif disamping dipengaruhi adanya peralihan penerimaan BLUD dari 2 (dua) RSUD Kabupaten Pekalongan dan penerimaan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional pada Puskesmas yang semula retribusi beralih menjadi penerimaan Lain-lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah. Kontribusi Lain-lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah terhadap PAD dan tingkat pertumbuhannya disajikan dalam tabel 3.11 sebagai berikut : Tabel 3.11 Kontribusi Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah yang Sah Terhadap PAD dan dan Tingkat Pertumbuhannya Kabupaten Pekalongan Tahun Anggaran 2011-2015 Realisasi PAD (Rp) Lain-Lain PAD yang Sah (Rp) Target Realisasi Kontribusi Lain-Lain PAD yang Sah Terhadap PAD (%) Tingkat Pertumbuhan Lain-Lain PAD yang Sah (%) 2011 81.362.869.869 8.681.808.000 5.527.373.469 6,79-15,81 2012 114.793.365.902 64.589.772.055 69.865.886.760 60,86 1.164 2013 148.550.938.169 101.177.647.779 104.904.041.159 70,62 50.15 2014 255.037.017.191 157.520.826.360 193.728.983.382 75,96 84.67 2015 251.547.743.333 200.395.737.884 194.917.624.140 77,49 0.41 Rata-rata 58,34 256,73 Sumber : Dinas Pendapatan Dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Pekalongan, 2016 b. Belanja Daerah 1) Kebijakan Umum Keuangan Daerah Belanja Daerah pada dasarnya merupakan bagian dari upaya pencapaian sasaran yang telah ditetapkan dan didasarkan atas III. 13

pendekatan prestasi kerja yang berorientasi pada pencapaian hasil. Hal tersebut bertujuan untuk meningkatkan akuntabilitas perencanaan anggaran serta mempercepat efektivitas dan efisiensi penggunaan anggaran. Terdapat tiga elemen penting yang saling bersentuhan untuk diperhatikan dalam menentukan belanja daerah yaitu : masyarakat sebagai penerima manfaat pembangunan, pemerintah sebagai penyelenggara urusan pemerintahan dan pembangunan serta DPRD sebagai mitra pemerintah daerah dibidang penyusunan peraturan daerah, penyusunan anggaran dan pengawasan. Hakekat anggaran belanja daerah adalah sebagai perwujudan dari amanah rakyat kepada Pemerintah Daerah dan DPRD dalam rangka meningkatkan kualitas pelayanan untuk kesejahteraan rakyat. Namun demikian anggaran belanja daerah hingga saat ini masih dirasakan sangat terbatas, sehingga diperlukan skala prioritas dalam penggunaannya. Secara garis besar kendala utama dalam menyusun belanja daerah adalah tajamnya perbedaan antara kebutuhan pembiayaan program dan kegiatan pembangunan yang harus ditangani dengan kemampuan keuangan daerah. Untuk itu diperlukan strategi dalam penyusunan Anggaran Belanja Daerah yaitu : a) Penajaman skala prioritas pada kebutuhan masyarakat yang sangat berpengaruh terhadap capaian tingkat kesejahteraan; b) Prioritas pada urusan wajib dan urusan pilihan; c) Memperhatikan aspek politik dan sosial kemasyarakatan baik berskala daerah, regional maupun nasional. Untuk memperjelas penggunaannya, anggaran belanja dikelompokkan menjadi dua bagian utama yaitu Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung. Belanja Tidak Langsung merupakan belanja yang dianggarkan untuk membiayai penyelenggaraan tugas-tugas pemerintahan guna mendukung pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan. Belanja Tidak Langsung ini terdiri dari 8 jenis belanja, yaitu (a) Belanja Pegawai, (b) Belanja Bunga, (c) Belanja Subsidi, (d) Belanja Hibah, (e) Belanja Bantuan Sosial, (f) Belanja Bagi Hasil, (g) Belanja Bantuan Keuangan, serta (h) Belanja Tidak Terduga. Belanja Tidak Langsung yang terdapat dalam seluruh SKPD adalah belanja pegawai yang merupakan belanja gaji dan tunjangan, sedangkan selain belanja pegawai hanya ada di Satuan Kerja Pengelola Keuangan Daerah (SKPKD). Belanja tidak langsung ini diupayakan lebih efisien dan efektif untuk meningkatkan kinerja pelayanan publik. Belanja Langsung merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan pelaksanaan program dan kegiatan pembangunan. Belanja Langsung ini terdiri dari 3 jenis belanja, yaitu (a) Belanja Pegawai, (b) Belanja Barang dan Jasa, serta (c) Belanja Modal. Belanja langsung dalam 5 tahun anggaran dititikberatkan untuk melaksanakan program dan kegiatan terutama infrastruktur, pendidikan, kesehatan, dan pertanian dalam arti luas. Adapun bidang lainnya diarahkan tetap mendukung keempat bidang prioritas tersebut demi terlaksananya pelayanan dan pemberdayaan masyarakat secara optimal. Pengalokasian belanja langsung ini direncanakan antara lain dengan memperhatikan hasil musrenbang daerah, hasil penjaringan aspirasi masyarakat oleh DPRD, dan arah kebijakan pembangunan nasional, provinsi dan kabupaten. Dengan demikian pembangunan diharapkan benar-benar realistis, transparan, partisipatif, dan akuntabel serta mencerminkan aspirasi dan kebutuhan masyarakat. Pengelolaan belanja daerah diarahkan untuk memperbesar belanja langsung berupa program/kegiatan dalam rangka III. 14

pemenuhan kebutuhan/pelayanan dasar masyarakat, penanggulangan kemiskinan, pengurangan pengangguran, peningkatan Pendidikan, peningkatan derajat kesehatan dan penyediaan infrastruktur publik, serta kegiatan yang mendukung revitalisasi perdesaan melalui pemberdayaan masyarakat. Sebagaimana diatur dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah dan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah sebagaimana sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 21 Tahun 2011 tentang Perubahan Kedua atas Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah, maka kebijakan keuangan daerah terkait belanja adalah sebagai berikut: a) Kebijakan belanja daerah disusun berdasarkan prinsip-prinsip penganggaran dengan pendekatan anggaran berbasis kinerja, dengan memperhatikan tugas pokok dan fungsi masing-masing SKPD, prioritas pembangunan sesuai potensi dan permasalahannya serta perkiraan situasi dan kondisi pada tahun mendatang. Hal tersebut bertujuan untuk mewujudkan akuntabilitas serta memperjelas efektivitas dan efisiensi penggunaan alokasi anggaran. b) Kebijakan belanja daerah diarahkan untuk membiayai program dan kegiatan yang menjadi prioritas daerah dan diharapkan manfaat capaian kinerjanya dapat dirasakan langsung oleh masyarakat dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan publik dan keberpihakan pemerintah daerah kepada kepentingan publik. c) Meningkatkan efisiensi dan efektifitas belanja daerah melalui standar harga serta intensifikasi pengawasan baik oleh pengawas fungsional maupun masyarakat. d) Meningkatkan akuntabilitas dalam pengelolaan keuangan daerah antara lain dengan melakukan pencatatan sesuai dengan prosedur akuntansi keuangan daerah, dan penyusunan laporan keuangan oleh setiap SKPD sesuai dengan Standar Akuntansi Pemerintahan. e) Peningkatan pemberdayaan SKPD melalui pendelegasian wewenang pengelolaan keuangan daerah mulai perencanaan, penatausahaan dan pertanggungjawaban sampai pada tingkat manajemen terendah pada setiap SKPD. f) Penggunaan aplikasi berbasis teknologi dalam proses penyusunan APBD, pelaksanaan, penatausahaan dan penyusunan Laporan Keuangan Pemerintah Daerah atau LKPD. g) Alokasi belanja daerah digunakan untuk membiayai semua kegiatan yang telah direncanakan dalam RPJMD, RKPD, KUA dan PPAS, dengan tetap memperhatikan prioritas Kabupaten Pekalongan. h) Dalam pengelolaan barang daerah (sarana prasarana) yang ada harus lebih efisien, pengadaan hanya pada jenis barang yang memang sangat dibutuhkan. Sebagai upaya pengendalian pengadaan barang inventaris dilakukan secara selektif dengan lebih dahulu dilakukan pengkajian atas barang inventaris yang tersedia. 2) Pagu dan Realisasi Belanja Selama lima tahun (2011 2015), pagu dan realisasi anggaran belanja beserta tingkat pertumbuhannya di Kabupaten Pekalongan mengalami peningkatan. Hal ini dapat dilihat pada tabel 3.12; 3.13; 3.14; dan 3.15 sebagai berikut : III. 15

Tabel. 3.12 Pagu Belanja Daerah Kabupaten Pekalongan (Setelah Perubahan) Tahun 2011-2015 No. Uraian 2 BELANJA DAERAH Tahun (Rp) 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata Pertumbuhan (%) 2.1. BELANJA TIDAK LANGSUNG 684.153.112.656 715.879.150.888 797.350.592.587 876.695.360.840 1,126,539,136,266 13,92 2.1.1. Belanja Pegawai 606.145.022.931 659.456.237.196 722.879.591.537 811.673.056.690 907.451.001.977 11,93 2.1.2. Belanja Bunga 237.937.000 237.937.000 67.260.000 67.260.000 25.894.860-26,65 2.1.3. Belanja Subsidi 0 0 0 0-2.1.4. Belanja Hibah 19.066.532.725 6.801.000.000 13.153.500.000 10.060.000.000 35.405.480.500 103,17 2.1.5. Belanja Bantuan Sosial 15.648.460.000 6.770.000.000 10.497.779.500 7.102.050.000 4.850.200.000-24,72 2.1.6. 2.1.7. Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi / Kabupaten / Kota Dan Pemerintahan Desa Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi / Kabupaten / Kota Dan Pemerintahan Desa 126.400.000 54.133.692 71.517.250 42.113.850 3.810.054.029 1779,98 41.728.760.000 39.859.843.000 44.930.944.300 43.605.092.300 171.496.504.900 64,90 2.1.8. Belanja Tidak Terduga 1.200.000.000 2.700.000.000 5.750.000.000 4.145.788.000 3.500.000.000 42,90 2.2. BELANJA LANGSUNG 300.154.250.091 417.928.694.051 527.309.553.328 615.810.772.330 714,840,809,170 28,07 2.2.1. Belanja Pegawai 28.167.494.785 40.044.767.800 30.590.677.950 65.004.124.966 115.008.749.358 44,97 2.2.2. Belanja Barang Dan Jasa 153.712.664.467 198.095.499.851 298.744.163.839 340.474.023.860 363.596.374.319 31,65 2.2.3. Belanja Modal 118.274.090.839 179.788.426.400 197.974.711.539 210.332.623.504 236.235.685.493 22,49 JUMLAH BELANJA 984.307.362.747 1.133.807.844.939 1.324.660.145.915 1.492.506.133.170 1,841,379,945,436 SURPLUS / (DEFISIT) (59.391.492.725) (36.102.063.651) (105.890.747.163) (65.085.834.443) (137.485.349.843) PERTUMBUHAN PAGU BELANJA DAERAH PER TAHUN (%) Sumber : Dinas Pendapatan Dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Pekalongan, 2016 22,19 15,19 16,83 12,67 23,38 18,05 III. 16

Tabel. 3.13 Rata-rata Pertumbuhan Per Tahun Pagu Belanja Daerah Kabupaten Pekalongan (Setelah Perubahan) Tahun 2011-2015 No. Uraian 2 BELANJA DAERAH 2.1. BELANJA TIDAK LANGSUNG Tahun (%) 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata Pertumbuhan (%) 15,12 4,64 11,38 9,95 28,50 13,92 2.1.1. Belanja Pegawai 17,17 8,80 9,62 12,28 11,80 11,93 2.1.2. Belanja Bunga 0,00 0,00-71,73 0,00-61,50-26,65 2.1.3. Belanja Subsidi 2.1.4. Belanja Hibah 258,33-64,33 93,41-23,52 251,94 103,17 2.1.5. Belanja Bantuan Sosial -57,88-56,74 55,06-32,35-31,71% -24,72 2.1.6. 2.1.7. Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi / Kabupaten / Kota Dan Pemerintahan Desa Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi / Kabupaten / Kota Dan Pemerintahan Desa 19,02-57,17 32,11-41,11 8947,03 1779,98 25,93-4,48 12,72-2,95 293,29 64,90 2.1.8. Belanja Tidak Terduga 20,00 125,00 112,96-27,90-15,58 42,90 2.2. BELANJA LANGSUNG 42,09 39,24 26,17 16,78 16,08 28,07 2.2.1. Belanja Pegawai 16,89 42,17-23,61 112,5 0 76,93 44,97 2.2.2. Belanja Barang Dan Jasa 57,81 28,87 50,81 13,97 6,79 31,65 2.2.3. Belanja Modal 31,78 52,01 10,12 6,24 12,32 22,49 PERTUMBUHAN PAGU BELANJA DAERAH PER TAHUN (%) 22,19 15,19 16,83 12,67 23,38 Sumber : Dinas Pendapatan Dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Pekalongan, 2016 18,05 III. 17

Tabel. 3.14 Realisasi Belanja Daerah Kabupaten Pekalongan (Setelah Perubahan) Tahun 2011-2015 No. Uraian 2 BELANJA DAERAH Tahun (Rp) 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata Pertumbuhan (%) 2.1. BELANJA TIDAK LANGSUNG 653.185.626.593 695.425.168.150 769.716.295.912 821.339.123.148 1.028.327.851.087 12,50 2.1.1. Belanja Pegawai 580.002.945.627 641.585.700.616 699.929.103.074 760.434.204.158 812.820.419.436 10,19 2.1.2. Belanja Bunga 121.894.200 93.899.592 67.258.638 46.576.748 25.894.860. -28,50 2.1.3. Belanja Subsidi - - - - - 2.1.4. Belanja Hibah 17.776.474.396 6.486.700.000 12.674.500.000 9.969.000.000 34.587.092.500 101,43 2.1.5. Belanja Bantuan Sosial 14.668.855.000 5.738.100.000 9.243.350.000 6.328.720.000 4.152.550.000-24,92 2.1.6. 2.1.7. Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi / Kabupaten / Kota Dan Pemerintahan Desa Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi / Kabupaten / Kota Dan Pemerintahan Desa 115.975.370 54.133.692 42.276.800 42.113.850 3.784.431.383 1766,23 39.316.959.000 39.515.867.250 44.138.725.100 43.331.933.392 170.884.187.908 64,83 2.1.8. Belanja Tidak Terduga 1.182.523.000 1.950.767.000 3.621.082.300 1.186.575.000 2.073.275.000 43,32 2.2. BELANJA LANGSUNG 272.823.122.444 351.903.302.712 497.634.389.238 574.566.769.415 578.154.723.117 27,36 2.2.1. Belanja Pegawai 27.353.561.206 38.611.365.008 27.969.584.096 61.150.839.025 98.082.222.493 43,55 2.2.2. Belanja Barang Dan Jasa 148.223.464.761 188.804.913.699 285.344.580.038 325.543.463.516 289.781.006.391,97 30,65 2.2.3. Belanja Modal 97.246.096.477 124.487.024.005 184.320.225.104 187.872.466.874 190.291.494.232 22,40 JUMLAH BELANJA 926.008.749.037 1.047.328.470.862 1.267.350.685.150 1.395.905.892.563 1.606.482.574.205 SURPLUS / (DEFISIT) (2.667.453.048) 67.204.748.044 (29.210.413.447) 78.594.743.814 91.100.749.809 PERTUMBUHAN RELISASI BELANJA DAERAH PER TAHUN (%) Sumber : Dinas Pendapatan Dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Pekalongan, 2016 22,27 13,10 21,01 10,14 15,09 16,32 III. 18

Tabel. 3.15 Rata-rata Pertumbuhan Per Tahun Realisasi Belanja Daerah Kabupaten Pekalongan (Setelah Perubahan) Tahun 2011-2015 No. Uraian 2 BELANJA DAERAH 2.1. BELANJA TIDAK LANGSUNG Tahun (%) 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata Pertumbuhan (%) 13,43 6,47 10,68 6,71 25,20 12,50 2.1.1. Belanja Pegawai 15,73 10,62 9,09 8,64 6,89 10,19 2.1.2. Belanja Bunga -15,99-22,97-28,37-30,75-44,40-28,50 2.1.3. Belanja Subsidi 2.1.4. Belanja Hibah 249,67-63,51 95,39-21,35 246,95 101,43 2.1.5. Belanja Bantuan Sosial -58,88-60,88 61,09-31,53-34,39-24,92 2.1.6. 2.1.7. Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi / Kabupaten / Kota Dan Pemerintahan Desa Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi / Kabupaten / Kota Dan Pemerintahan Desa 20,56-53,32-21,90-0,39 8886,19 1766,23 19,41 0,51 11,70-1,83 294,36 64,83 2.1.8. Belanja Tidak Terduga 58,49 64,97 85,62-67,23 74,73 43,32 2.2. BELANJA LANGSUNG 50,31 28,99 41,41 15,46 0,62 27,36 2.2.1. Belanja Pegawai 25,11 41,16-27,56 118,6 3 60,39 43,55 2.2.2. Belanja Barang Dan Jasa 71,66 27,38 51,13 14,09-10,99 30,65 2.2.3. Belanja Modal 32,68 28,01 48,06 1,93 1,29 22,40 PERTUMBUHAN RELISASI BELANJA DAERAH PER TAHUN (%) 22,27 13,10 21,01 10,14 15,09 16,32 Sumber : Dinas Pendapatan Dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Pekalongan, 2016 Dari tabel di atas dapat disimpulkan bahwa perkembangan realisasi Anggaran Belanja Daerah Kabupaten Pekalongan dalam 5 tahun terakhir (2011 2015) menunjukkan adanya peningkatan jumlah; dimana pada tahun 2011 realisasi anggaran belanja sebesar Rp926.008.749.037,00 selanjutnya pada tahun 2015 meningkat cukup tajam menjadi Rp1.606.482.574.205,00 dengan pertumbuhan rata-rata sebesar 16,32%. Kemudian berkaitan dengan kontribusi realisasi belanja tidak langsung di Kabupaten Pekalongan cenderung fluktuatif dari Tahun 2011 2015 dengan rata-rata sebesar 64,10%. hal tersebut sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan keuangan daerah, dimana komponen belanja tidak langsung lebih didominasi belanja pegawai atau gaji dan tunjangan yang bersifat wajib mengikat. Sedangkan pertumbuhan belanja tidak langsung cenderung positif dengan ratarata sebesar 12,50%. Sementara untuk jumlah maupun kontribusi realisasi Belanja Langsung mengalami kenaikan dari Tahun 2011 2015 dengan rata-rata sebesar 35,90%, sedangkan pertumbuhan belanja langsung cenderung berfluktuasi walaupun masih positif dengan rata-rata sebesar 27,36%, kecenderungan berfluktuatif karena alokasi maupun realisasi belanja langsung disesuaikan dengan kebutuhan dan kemampuan keuangan daerah digunakan untuk mendanai program kegiatan dalam rangka mendukung pelaksanaan RPJMD. III. 19

Selama lima tahun (2011 2015) kontribusi realisasi Anggaran Belanja Daerah Kabupaten Pekalongan dapat dilihat pada tabel 3.16 berikut : Tabel. 3.16 Kontribusi Realisasi Belanja Daerah Kabupaten Pekalongan (Setelah Perubahan) Tahun 2011-2015 No. Uraian 2 BELANJA DAERAH 2.1. BELANJA TIDAK LANGSUNG Tahun (%) 2011 2012 2013 2014 2015 Rata-rata Kontribusi (%) 70,54 66,40 60,73 58,84 64,01 64,10 2.1.1. Belanja Pegawai 62,63 61,26 55,23 54,48 50,60 56,84 2.1.2. Belanja Bunga 0,01 0,01 0,01 0,00 0,00 0,01 2.1.3. Belanja Subsidi 2.1.4. Belanja Hibah 1,92 0,62 1,00 0,71 2,15 1,28 2.1.5. Belanja Bantuan Sosial 1,58 0,55 0,73 0,45 0,26 0,71 2.1.6. 2.1.7. Belanja Bagi Hasil Kepada Provinsi / Kabupaten / Kota Dan Pemerintahan Desa Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi / Kabupaten / Kota Dan Pemerintahan Desa 0,01 0,01 0,00 0,00 0,24 0,05 4,25 3,77 3,48 3,10 10,64 5,05 2.1.8. Belanja Tidak Terduga 0,13 0,19 0,29 0,09 0,13 0,16 2.2. BELANJA LANGSUNG 29,46 33,60 39,27 41,16 35,99 35,90 2.2.1. Belanja Pegawai 2,95 3,69 2,21 4,38 6,11 3,87 2.2.2. Belanja Barang Dan Jasa 16,01 18,03 22,52 23,32 18,04 19,58 2.2.3. Belanja Modal 10,50 11,89 14,54 13,46 11,85 12,45 PERTUMBUHAN RELISASI BELANJA DAERAH PER TAHUN (%) 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 100,00 Sumber : Dinas Pendapatan Dan Pengelolaan Keuangan Daerah Kabupaten Pekalongan, 2016 c. Pembiayaan Daerah 1) Kebijakan Umum Pembiayaan Daerah Pembiayaan daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahuntahun anggaran berikutnya. Prinsip pembiayaan keuangan daerah adalah mencapai keseimbangan antara pendapatan dan belanja daerah, sehingga defisit anggaran diupayakan untuk diminimalkan, sebaliknya surplus anggaran dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk menghindari idle kas. Ketika pembiayaan diperlukan untuk menutup defisit anggaran berjalan, maka arah pengelolaan pembiayaan harus berdasarkan prinsip kemampuan dan kesinambungan fiskal daerah. Sesuai ketentuan yang berlaku, kebijakan pembiayaan daerah diarahkan dalam rangka memanfaatkan surplus anggaran atau menutup defisit anggaran yang direncanakan. Surplus anggaran terjadi apabila anggaran pendapatan daerah lebih besar daripada anggaran belanja daerah, sedangkan defisit anggaran terjadi apabila sebaliknya, yaitu anggaran belanja daerah lebih besar daripada anggaran pendapatan daerah. Dalam hal terjadi defisit anggaran, jumlah pembiayaan netto harus dapat menutup III. 20