LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB

Ukuran: px
Mulai penontonan dengan halaman:

Download "LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB"

Transkripsi

1 LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I BAB

2 I LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG

3 D alam rangka pelaksanaan kewenangan Pemerintah Daerah sebagaimana ditetapkan dalam Undang-undang Nomor 2 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang telah diubah kedua kalinya dengan Undang-undang Nomor 12 Tahun 2008 serta diikuti dengan Undang-undang Nomor Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah, timbul hak dan kewajiban daerah yang dapat dinilai dengan uang. Hak dan kewajiban daerah tersebut perlu dikelola dalam suatu sistem pengelolaan keuangan daerah yang merupakan subsistem dari sistem pengelolaan keuangan negara dan merupakan elemen pokok dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah. Kebijakan pengelolaan keuangan Pemerintah Kabupaten Jombang juga berpedoman pada Undang-Undang Nomor 17 Tahun 200 tentang Keuangan Negara, Undang-Undang Nomor 1 Tahun 2004 tentang Perbendaharaan Negara, Undang-Undang Nomor 15 Tahun 2004 tentang Pemeriksaan Pengelolaan dan Tanggungjawab Keuangan Negara serta Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional. Sedangkan untuk pelaksanaannya LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I

4 berpedoman pada Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 tentang Pengelolaan Keuangan Daerah yang merupakan perpaduan dari beberapa peraturan tentang pengelolaan keuangan daerah. Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 58 Tahun 2005 pasal 4 ayat (1) dan ayat (2) menyatakan bahwa keuangan daerah dikelola secara tertib, taat pada peraturan perundang-undangan, efisien, ekonomis, efektif, transparan dan bertanggung jawab dengan memperhatikan asas keadilan, kepatutan dan manfaat untuk masyarakat yang dilaksanakan dalam suatu sistem yang terintegrasi, diwujudkan dalam APBD yang tiap tahun ditetapkan dengan Peraturan Daerah. Dalam implementasinya kebijakan umum pengelolaan keuangan daerah setiap tahunnya dituangkan dalam Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). APBD sebagai instrumen dari kebijakan pemerintah daerah menduduki posisi sentral dalam upaya mengembangkan kapasitas dan efektivitas pemerintah. Kemampuan daerah dalam mengelola keuangan sebagaimana dituangkan dalam APBD, secara langsung maupun tidak langsung, mencerminkan kemampuan pemerintah daerah dalam membiayai pelaksanaan pembangunan dan penyelenggaraan pemerintahan. Oleh karena itu, pengelolaan keuangan daerah merupakan faktor yang strategis untuk turut menentukan kualitas penyelenggaraan pemerintahan daerah, mengingat kemampuannya akan mencerminkan daya dukung pemerintahan daerah terhadap penyelenggaraan urusan pemerintahan yang menjadi tanggungjawabnya. Penyelenggaraan fungsi pemerintahan daerah akan terlaksana secara optimal apabila penyelenggaraan urusan pemerintahan diikuti dengan pengalokasian anggaran yang tepat, sehingga kinerja yang ditargetkan dapat tercapai secara maksimal. Kebijakan umum pengelolaan keuangan Pemerintah Kabupaten Jombang yang tertuang dalam dokumen RPJMD, setiap tahunnya diterjemahkan kedalam dokumen perencanaan tahunan berupa Rencana Kerja Pembangunan Daerah (RKPD) dan Kebijakan Umum Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (KUA). Dokumen perencanaan tahunan tersebut dalam penyusunannya juga berpedoman pada Peraturan Menteri Dalam Negeri tentang Pedoman Penyusunan APBD yang ditetapkan tiap tahunnya. Kebijakan pengelola keuangan daerah secara garis besar meliputi Kebijakan Pendapatan Daerah, Kebijakan Belanja Daerah dan Kebijakan Pembiayaan Daerah, yang secara rinci dijelaskan sebagaimana berikut: A. KEBIJAKAN UMUM PENDAPATAN DAERAH Kebijakan umum pendapatan daerah Pemerintah Kabupaten Jombang diarahkan untuk mengoptimalkan seluruh potensi pendapatan daerah guna membiayai pelaksanaan pembangunan sesuai dokumen perencanaan yang telah ditetapkan, agar dapat semaksimal mungkin mensejahterakan masyarakat. Oleh karena itu, pendapatan daerah yang dianggarkan dalam APBD merupakan perkiraan terukur secara rasional yang dapat dicapai untuk setiap sumber pendapatan. Kebijakan pengelolaan pendapatan daerah yang tertuang di dalam dokumen RPJMD Kabupaten Jombang Tahun adalah: 1. Mobilisasi sumber-sumber PAD lebih difokuskan pada upaya untuk peningkatan retribusi dan pajak daerah yang proporsional dengan memperhatikan aspek keadilan; I LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG

5 2. Menghimpun penerimaan dari semua sumber pendapatan daerah secara optimal sesuai ketentuan dan perundang-undangan yang berlaku;. Mengupayakan peningkatan kontribusi dari masing-masing bagian pendapatan daerah, sehingga kebutuhan pendanaan pemerintah daerah dapat dipenuhi secara tepat dan cukup; 4. Memberdayakan segenap potensi yang dimiliki untuk dapat meningkatkan penerimaan pendapatan daerah. BAB Dalam kurun waktu tahun , dari sisi pengelolaan pendapatan daerah khususnya pajak daerah dan retribusi daerah, terdapat perubahan peraturan terkait pajak dan retribusi daerah, yaitu ditetapkannya Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. Perubahan perundang-undangan tersebut mengakibatkan adanya perubahan dan penyesuaian kebijakan terkait pengelolaan pendapatan daerah. Undang-undang tersebut ditetapkan dalam upaya memperbaiki sistem pemungutan serta optimalisasi pajak daerah dan retribusi daerah, melalui perluasan objek dan penambahan jenis pajak daerah. Penetapan undang-undang tersebut memberikan dukungan terhadap langkah yang sangat strategis guna lebih memantapkan kebijakan desentralisasi fiskal, khususnya dalam rangka membangun hubungan keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah yang lebih ideal. Secara garis besar, Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 mengatur adanya penambahan 4 (empat) jenis pajak baru yang meliputi: 1. Pajak Rokok; 2. Pajak Bumi dan Bangunan Pedesaan dan Perkotaan;. Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB); 4. Pajak Sarang Burung Walet. Dengan adanya penambahan 4 (empat) jenis pajak tersebut, maka secara keseluruhan jumlah jenis pajak daerah sebanyak 16 pajak daerah yang terdiri atas 5 pajak provinsi dan 11 pajak kabupaten/kota. Dalam rangka menindaklanjuti Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009, Pemerintah Kabupaten Jombang telah menetapkan 28 Peraturan Daerah yang ditindaklanjuti dengan Peraturan Bupati Jombang untuk operasionalnya, yaitu: 1. Peraturan Daerah Nomor 8 Tahun 2010 tentang Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan; 2. Peraturan Daerah Nomor 14 Tahun 2010 tentang Pajak Hiburan;. Peraturan Daerah Nomor 15 Tahun 2010 tentang Pajak Hotel; 4. Peraturan Daerah Nomor 16 Tahun 2010 tentang Pajak Penerangan Jalan; 5. Peraturan Daerah Nomor 17 Tahun 2010 tentang Pajak Restoran; 6. Peraturan Daerah Nomor 18 Tahun 2010 tentang Pajak Sarang Burung Walet; 7. Peraturan Daerah Nomor 19 Tahun 2010 tentang Pajak Air Tanah; 8. Peraturan Daerah Nomor 20 Tahun 2010 tentang Pajak Parkir; 9. Peraturan Daerah Nomor 21 Tahun 2010 tentang Pajak Reklame; 10. Peraturan Daerah Nomor 22 Tahun 2010 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan; LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I

6 11. Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2010 tentang Retribusi Parkir Di Tepi Jalan Umum; 12. Peraturan Daerah Nomor 24 Tahun 2010 tentang Retribusi Penggantian Biaya Cetak KTP Dan Akta Capil; 1. Peraturan Daerah Nomor 25 Tahun 2010 tentang Retribusi Pelayanan Pasar; 14. Peraturan Daerah Nomor 26 Tahun 2010 tentang Retribusi Pengujian Kendaraan Bermotor; 15. Peraturan Daerah Nomor 27 Tahun 2010 tentang Retribusi Tempat Rekreasi dan Olahraga; 16. Peraturan Daerah Nomor 28 Tahun 2010 tentang Retribusi Pemakaian Kekayaan Daerah; 17. Peraturan Daerah Nomor 29 Tahun 2010 tentang Retribusi Terminal; 18. Peraturan Daerah Nomor 0 Tahun 2010 tentang Retribusi Ijin Trayek; 19. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2010 tentang Retribusi Tempat Khusus Parkir; 20. Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2010 tentang Retribusi Ijin Gangguan; 21. Peraturan Daerah Nomor 1 Tahun 2012 tentang Retribusi Pelayanan Kesehatan di RSUD Ploso; 22. Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2012 tentang Retribusi Pengendalian Menara Telekomunikasi; 2. Peraturan Daerah Nomor Tahun 2012 tentang Retribusi Penyediaan dan atau Penyedotan Kakus; 24. Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 2012 tentang Retribusi Pelayanan Persampahan/Kebersihan; 25. Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2012 tentang Retribusi Rumah Potong Hewan; 26. Peraturan Daerah Nomor 6 Tahun 2012 tentang Retribusi Ijin Mendirikan Bangunan; 27. Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2012 tentang Pajak Bumi dan Bangunan Perdesaan dan Perkotaan; 28. Peraturan Daerah Nomor 4 Tahun 201 tentang Pajak Mineral Bukan Logam dan Batuan. 1. Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pendapatan Daerah Sesuai dengan kebijakan pengelolaan pendapatan daerah yang telah ditetapkan dalam RPJMD dan diterjemahkan ke dalam kebijakan pengelolaan pendapatan tahunan sebagaimana tertuang dalam RKPD dan dokumen Kebijakan Umum APBD, maka Pemerintah Kabupaten Jombang telah melakukan berbagai upaya dalam rangka melaksanakan kebijakan tersebut, diantaranya: a. Melakukan intensifikasi dan ekstensifikasi pendapatan asli daerah melalui: o Koordinasi yang intensif dengan SKPD dan instansi terkait, peningkatan sosialisasi dan penyuluhan, peningkatan pelayanan kepada masyarakat, peningkatan pengawasan serta penyederhanaan proses administrasi pemungutan. Beberapa upaya tersebut ditujukan untuk meningkatkan efektivitas dan efisiensi dalam pencapaian target pendapatan daerah; o Meningkatkan kualitas layanan publik yang lebih efektif dan maksimal, sehingga masyarakat merespon secara positif produk layanan publik yang ditawarkan ke masyarakat; I LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG

7 o o Meningkatkan dan memperbaiki infrastruktur prasarana dan sarana umum yang mampu menjadi pemicu pertumbuhan ekonomi yang dapat memberikan dampak terhadap peningkatan pendapatan daerah, khususnya PAD; Melakukan pengawasan dan evaluasi secara rutin dan berjenjang, mulai dari tingkat bawah sampai atas, dalam pemungutan terhadap wajib pajak dan wajib retribusi, serta penerapan sanksi yang efektif bagi wajib pajak maupun wajib retribusi yang melanggar aturan; o Mengoptimalkan kinerja BUMD/Perusahaan Daerah untuk memberikan kontribusi secara signifikan terhadap pendapatan daerah; o Mengevaluasi Peraturan Daerah tentang Pajak dan Retribusi Daerah, disesuaikan seiring dengan perkembangan peraturan dan pembangunan, agar dalam pelaksanaannya lebih efisien dan efektif, serta sesuai dengan prinsipprinsip keadilan dan memperhatikan kemampuan masyarakat wajib pajak daerah maupun wajib retribusi daerah; o o o o o o o Melakukan pemeliharaan dan update data wajib pajak/retribusi daerah dan pendataan bagi wajib pajak/wajib retribusi baru; Memberikan insentif kepada instansi pemungut pajak dan retribusi daerah sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku; Melakukan penertiban atau penegakan Peraturan Daerah tentang Pajak dan Retribusi Daerah dengan memberikan teguran secara lisan dan tertulis pada wajib pajak atau wajib retribusi yang tidak kooperatif; Melakukan secara intensif pendataan aset daerah dan legalisasi kepemilikan aset daerah, guna tertib administrasi aset daerah dan sebagai dasar pemanfaatan aset daerah; Mengintensifkan pemanfaatan kekayaan daerah yang belum dimanfaatkan secara optimal (idle) untuk dikelola atau dikerjasamakan dengan pihak ketiga; Memperluas basis pajak daerah dan retribusi daerah; Melaksanakan pemungutan atas pendaerahan pajak pusat dan provinsi yakni Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan dengan ditetapkannya Peraturan Daerah Kabupaten Jombang Nomor 8 Tahun 2010, serta pajak air tanah dengan ditetapkannya Peraturan Daerah Kabupaten Jombang Nomor 19 Tahun 2010; b. Melakukan persiapan secara bertahap, baik dari sisi sarana dan prasarana, sumberdaya manusia maupun kelembagaan, terkait dengan pendaerahan pajak bumi dan bangunan pedesaan dan perkotaan pada tahun 2014; c. Meningkatkan koordinasi, informasi dan pelaporan pendapatan daerah kepada Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi dengan memberikan dukungan data yang cepat, tepat dan akurat, sehingga diperoleh dana perimbangan maupun dana lain sesuai kebutuhan daerah; d. Melakukan kerjasama dengan investor sesuai dengan ketentuan perundangundangan dalam rangka membuka lapangan kerja yang mampu mendorong peningkatan pendapatan daerah. BAB LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I

8 2. Target dan Realisasi Pendapatan Target pendapatan daerah mulai tahun 2009 sampai dengan tahun 201 dan realisasi tahun 2009 sampai dengan tribulan I tahun 201, secara rinci dapat dilihat dalam tabel berikut: Tabel.1 Target dan Realisasi Pendapatan Daerah Tahun 2009 dan 2010 Uraian Pendapatan Pendapatan Asli Daerah Dana Perimbangan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah Tahun 2009 Tahun 2010 Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi , , , , , , , ,72 Sumber : DPPKAD, Tahun 201 Tabel.2 Target dan Realisasi Pendapatan Daerah Tahun 2011 dan 2012 Uraian Pendapatan Pendapatan Asli Daerah Dana Perimbangan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah Tahun 2011 Tahun 2012 Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi , , , , , , , ,7 Sumber : DPPKAD, Tahun 201 I LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG

9 Rupiah Tabel. Target dan Realisasi Pendapatan Daerah Tahun 201 (sampai dengan triwulan I) BAB Uraian Anggaran Tahun 201 Realisasi Pendapatan ,49 Pendapatan Asli Daerah ,0 Dana Perimbangan ,09 Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah Sumber : DPPKAD, Tahun ,4 Memperhatikan tabel di atas, maka gambaran realisasi ketiga komponen pendapatan daerah selama Tahun 2009 sampai dengan Tahun 2012 adalah sebagai berikut: Grafik.1 Realisasi Pendapatan Daerah Kabupaten Jombang Tahun ,150,000,000, ,000,000, ,000,000, ,000,000, ,000,000, ,000,000, (50,000,000,000.00) PAD 90,214,17, ,154,05,42 115,926,490,81 164,89,5,7 Dana Perimbangan 712,65,849,2 729,721,75,08 770,076,175,67 997,447,92,90 Lain-lain Pendapatan Daerah yg Sah 79,08,490, ,404,279,29 289,244,145,86 277,84,270,16 Sumber: DPPKAD, Tahun 201 Prosentase realisasi pendapatan daerah terhadap anggaran pendapatan, selama empat tahun anggaran, selalu di atas 100, yang menggambarkan bahwa kinerja Pemerintah Kabupaten Jombang yang baik dalam rangka merealisasikan target pendapatannya, baik pada komponen pendapatan asli daerah, dana perimbangan maupun lain-lain pendapatan daerah yang sah. Penganggaran komponen pendapatan daerah setelah perubahan APBD pada tahun berikutnya sebagian besar di atas realisasi tahun LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I

10 sebelumnya, yang berarti bahwa penganggaran terhadap pendapatan daerah sudah ideal, kecuali: a. Penganggaran komponen lain-lain pendapatan daerah yang sah pada tahun anggaran 2012 ditargetkan sebesar Rp ,00 sedangkan realisasi pada Tahun Anggaran 2011 sudah mencapai Rp ,00. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan kebijakan pemerintah pusat terkait dana belanja operasional sekolah, dimana pada tahun 2011 disalurkan ke Pemerintah Daerah melalui kas daerah, sedangkan pada tahun 2012 disalurkan ke Pemerintah Provinsi; b. Untuk tahun anggaran 201, dimana dalam penyusunan perubahan pendapatan daerah akan memperhatikan realisasi pendapatan daerah pada tahun anggaran 2012 serta menyesuaikan dengan ketetapan pemerintah pusat tentang alokasi dana untuk daerah. Untuk realisasi pendapatan daerah sampai dengan tribulan I tahun 201 telah mencapai,49 dari target yang ditetapkan, dengan prosentase realisasi tertinggi terdapat pada komponen lain-lain pendapatan daerah yang sah. Tingginya prosentase realisasi tersebut disebabkan karena masuknya penerimaan dana penyesuaian dan otonomi khusus. Penerimaan tersebut belum dialokasikan dalam APBD Tahun Anggaran 201, karena peraturan yang mendasari pengalokasiannya ditetapkan setelah Peraturan Daerah Kabupaten Jombang tentang Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Anggaran 201 ditetapkan. Sedangkan pertumbuhan realisasi pendapatan daerah pada Tahun 2008 sampai dengan Tahun 2012 tersaji dalam tabel berikut: URAIAN Tabel.4 Pertumbuhan Komponen Pendapatan Daerah Selama Tahun Tahun Pendapatan Pertumbuhan 9,1 15,54 18,98 18,67 15,58 Pendapatan asli daerah Pertumbuhan -7,57 20,99 14, 1,72 14,87 Dana perimbangan Pertumbuhan 5,95 2,40 7,40 27,27 10,75 Lain-lain pendapatan daerah yang sah Pertumbuhan 107,81 127,47 68,64-8,8 7,77 Sumber : DPPKAD, Tahun 201 Ratarata I LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG

11 Berdasarkan data di atas, dapat dilihat bahwa dari tahun ke tahun Pendapatan Asli Daerah (PAD), Dana Perimbangan, dan Lain-Lain Pendapatan Daerah Yang Sah Kabupaten Jombang hampir selalu mengalami pertumbuhan. Rata-rata pertumbuhan pendapatan tertinggi ada pada komponen lain-lain pendapatan daerah yang sah, yang tumbuh sebesar 7,77, diikuti oleh pendapatan asli daerah tumbuh sebesar 14,87 dan dana perimbangan tumbuh sebesar 10,75. Pertumbuhan yang cukup tinggi pada komponen lain-lain pendapatan daerah yang sah selama kurun waktu empat tahun tersebut disebabkan oleh perubahan kebijakan pemerintah pusat dan propinsi terkait pengalokasian tunjangan penghasilan dan profesi guru PNSD, dana insentif daerah, dana penunjang pembangunan infrastruktur daerah, bantuan keuangan propinsi, serta dana belanja operasional sekolah. Pada tahun 2012, pertumbuhan lain-lain pendapatan daerah yang sah mengalami penurunan pertumbuhan yang lebih dikarenakan adanya penurunan penerimaan seluruh komponen lain-lain pendapatan daerah yang sah, terutama pada dana penyesuaian dan otonomi khusus. Hal tersebut terjadi seiring dengan adanya perubahan kebijakan Pemerintah Pusat terkait dana belanja operasional sekolah (BOS) yang tidak lagi disalurkan melalui APBD. Pembahasan lebih detail pada komponen pendapatan asli daerah (PAD) dijadikan titik berat pada penjelasan pengelolaan pendapatan daerah, dikarenakan pemerintah daerah mempunyai kewenangan penuh terhadap pendapatan asli daerah, yaitu ketentuan berupa peraturan daerah, penetapan tarif pajak daerah dan retribusi daerah, serta sistem pemungutannya. Sedangkan untuk komponen dana perimbangan dan lain-lain pendapatan daerah yang sah sebagian besar sangat tergantung dengan kebijakan Pemerintah Pusat dan Provinsi. Pertumbuhan realisasi komponen PAD pada tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 tersaji dalam tabel berikut: BAB URAIAN Pendapatan Asli Daerah (PAD) Tabel.5 Pertumbuhan Realisasi Komponen PAD Tahun Tahun Pertumbuhan -7,57 20,99 14, 1,72 14,87 Pendapatan Pajak Daerah Pertumbuhan 1,69 6,97 29,87 29,07 19,90 Hasil Retribusi Daerah Pertumbuhan -8,68-70,18 19,84 16,18-10,71 Hasil Pengelolaan Kekayaan Daerah Yang Dipisahkan Pertumbuhan 86,4 8,47 6,2 5,97 116,75 Ratarata LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I

12 Rupiah BAB URAIAN Lain-Lain Pendapatan Asli Daerah Yang Sah Tahun Pertumbuhan -1,86 611,46 8,19 7,82 156,40 Sumber: DPPKAD, Tahun 201 Ratarata Dari tabel diatas dapat dijelaskan bahwa pertumbuhan PAD mengalami fluktuasi dengan capaian rata-rata PAD sebesar 14,87. Dari 4 (empat) komponen PAD, kontribusi terbesar berasal dari komponen lain-lain pendapatan daerah yang sah. Memperhatikan stabilitas dan kualitas pertumbuhan komponen PAD, maka momentum pertumbuhan pajak daerah harus tetap bisa dijaga dan penguatan pertumbuhan hasil retribusi daerah harus lebih dioptimalkan. Gambaran pertumbuhan realisasi masing-masing komponen PAD sebagai tersaji dalam grafik berikut: Grafik.2 Pertumbuhan Komponen PAD Kabupaten Jombang Tahun ,000,000, ,000,000,000 80,000,000,000 60,000,000,000 40,000,000,000 20,000,000,000 Sumber: DPPKAD, Tahun Pendapatan Pajak Daerah 15,642,628, 17,784,228, 19,02,022, 24,705,170, 1,887,920, Hasil Retribusi Daerah 67,26,665, 61,99,604, 18,11,819, 21,945,014, 25,495,452, Pengelolaan Kekayaan Daerah yang Dipisahkan Lain-Lain Pendapatan Daerah yang sah - 28,876,000 1,161,751,1 1,608,669,7 2,191,500,0 2,22,79,1 14,482,88, 9,868,55,8 70,210,52, 75,957,5, 104,68,601 Dari tabel diatas dan dari target yang terdapat dalam dokumen RPJMD Tahun , dapat disampaikan bahwa: 1. Pertumbuhan pendapatan daerah diharapkan meningkat pada kisaran 10,01-10,0, sedangkan rata-rata pertumbuhan pendapatan daerah dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 tercapai sebesar 15,58. Untuk total pendapatan pada tahun 201 diproyeksikan sebesar Rp ,00 sedangkan realisasi pendapatan daerah pada tahun 2012 sudah mencapai Rp Hal ini I LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG

13 mencerminkan bahwa pemerintah daerah mampu memobilisasi sumber-sumber pendapatannya untuk membiayai pembangunan daerah; BAB 2. Pertumbuhan pendapatan asli daerah diproyeksikan sebesar,58-7,1, sedangkan rata-rata pertumbuhan pendapatan asli daerah selama tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 tercapai sebesar 14,87. Realisasi pertumbuhan PAD dalam empat tahun anggaran tersebut jauh di atas angka pertumbuhan yang telah diproyeksikan;. Untuk komponen pendapatan asli daerah, pajak daerah diproyeksikan tumbuh sebesar 10, retribusi daerah diproyeksikan tumbuh sebesar 20, lain-lain PAD yang sah diproyeksikan tumbuh sebesar 6 dan hasil kekayaan daerah diperkirakan stagnan. Sedangkan kalau dilihat dari tabel di atas, rata-rata pertumbuhan masingmasing komponen PAD selama empat tahun anggaran adalah pajak daerah ratarata tumbuh sebesar 19,90, retribusi daerah mengalami penurunan pertumbuhan sebesar 10,71, hasil pengelolaan kekayaan daerah tumbuh sebesar 116,75, dan lain-lain PAD yang sah tumbuh sebesar 156,40. Dari keempat komponen PAD tersebut, hampir seluruhnya menunjukkan pertumbuhan yang menggembirakan, kecuali retribusi daerah yang tumbuh negatif. Pertumbuhan negatif tersebut lebih disebabkan oleh adanya pengalihan retribusi jasa umum, berupa pendapatan Rumah Sakit Umum Daerah, yang harus dialihkan ke lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, komponen pendapatan badan layanan umum daerah. Pergeseran tersebut untuk menindaklanjuti adanya perubahan status RSUD yang menjadi Badan Layanan Umum Daerah sejak tahun 2010, serta ketentuan yang diatur dalam Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 7 Tahun 2009 tentang Pedoman Penyusunan Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah Tahun Kontribusi rata-rata terbesar dari realisasi masing-masing komponen pendapatan daerah terhadap total pendapatan selama tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 masih ada pada dana perimbangan, yaitu sebesar 70,79, diikuti oleh lain-lain pendapatan daerah yang sah sebesar 18,48, dan pendapatan asli daerah sebesar 10,7. Gambar.1 Kontribusi Pendapatan Daerah Kabupaten Jombang 18,48 10,7 70,79 PAD Dana Perimbangan Lain-lain Pendapatan Daerah yang Sah Sumber: DPPKAD, Tahun 201 LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I

14 Dari capaian kinerja pengelolaan pendapatan daerah selama periode tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 menunjukkan sudah diatas target capaian yang ditetapkan dalam RPJMD Tahun Proporsi dana perimbangan dan pendapatan asli daerah yang ditargetkan sebesar dan sebesar 8-11 sudah terlampaui. Kondisi ini menunjukkan bahwa realisasi kontribusi masing-masing komponen pendapatan telah sesuai dengan target RPJMD yang ditetapkan. Pada komposisi tersebut juga mencerminkan bahwa Kabupaten Jombang masih sangat tergantung pada bantuan dari pusat untuk membiayai segala kebutuhannya terkait dengan pembangunan dan pemerintahan. Tingkat kemandirian atau DOF (Derajat Otonomi Fiskal) Kabupaten Jombang yang tercermin dari nilai proporsi antara Pendapatan Asli Daerah dengan Total Pendapatan Daerah rata-rata sebesar 10,7. Angka ini menggambarkan bahwa peran PAD sebagai sumber utama pelaksanaan otonomi masih rendah, karena sebagian besar penerimaan daerah atau sebesar 89,27 masih bersumber dari pendapatan di luar PAD.. Permasalahan dan Solusi Permasalahan dari sisi pendapatan daerah selama kurun waktu lima tahun anggaran adalah: a. Realisasi PAD terhadap target selama kurun waktu empat tahun berkisar pada 107, khususnya pada tahun 2012 mencapai sampai dengan 114. Hal tersebut disebabkan oleh realisasi pendapatan yang cukup tinggi atau target pendapatan yang ditetapkan terlalu rendah; b. Kontribusi PAD terhadap total pendapatan masih relatif kecil dan lebih dari 50 PAD adalah pendapatan BLUD yang hanya dapat dimanfaatkan oleh RSUD Jombang, sehingga kurang dari 50 PAD yang dapat secara leluasa dimanfaatkan untuk kepentingan masyarakat. Dengan PAD yang relatif kecil, akan sulit bagi daerah untuk melaksanakan proses penyelenggaraan pemerintahan dan pembangunan secara mandiri, tanpa didukung oleh sumber pembiayaan lain, dalam hal ini Pemerintah Pusat dan Pemerintah Propinsi; c. Belum optimalnya pemanfaatan aset daerah disebabkan oleh legalitas aset (khususnya tanah), yang berupa sertifikat sebagai upaya pengamanan hukum sekaligus sebagai dasar pemanfaatan aset daerah, masih dalam proses penataan; d. Upaya peningkatan pendapatan yang bersumber dari Pemerintah Pusat ataupun Pemerintah Propinsi belum dapat diproyeksikan secara tepat, karena alokasi dari Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Propinsi disesuaikan dengan kebijakan penganggaran yang ada di Pemerintah Pusat dan Pemerintah Propinsi; e. Masih rendahnya kesadaran wajib pajak, baik wajib pajak hotel maupun restoran, untuk menerapkan system billing dikarenakan tidak tegasnya sanksi yang ada jika tidak menerapkan ketentuan tersebut. Untuk mengatasi permasalahan sebagaimana tersebut di atas, beberapa upaya kerja keras telah dilakukan, diantaranya: 1. Pemantauan secara berkala serta penyusunan data potensi pajak dan retribusi yang baru, sebagai dasar penentuan target pendapatan asli daerah, untuk I LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG

15 mengatasi penentuan target pendapatan asli daerah yang cenderung ditetapkan rendah; BAB 2. Peningkatan kualitas pelayanan kepada wajib pajak dan wajib retribusi;. Optimalisasi pemanfaatan aset daerah sebagai sumber penerimaan PAD dengan melakukan inventarisasi aset daerah; 4. Menumbuhkan kesadaran bagi para wajib pajak serta penegakan peraturan perundang-undangan pajak melalui kegiatan sosialisasi dan pemberian kemudahan bagi wajib pajak; 5. Merumuskan sanksi yang tepat dan efektif untuk wajib pajak dan wajib retribusi yang tidak kooperatif dengan tidak mengganggu iklim usaha; 6. Meningkatkan koordinasi secara sinergis di bidang pendapatan daerah dengan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Propinsi, untuk memperoleh sumber pembiayaan dari dana tugas pembantuan, dana dekonsentrasi maupun penerusan hibah luar negeri; 7. Melakukan forum komunikasi dengan swasta untuk mendapatkan sumber pembiayaan baru dalam rangka pelaksanaan pembangunan daerah. B. PENGELOLAAN BELANJA DAERAH 1. Kebijakan Umum Belanja Daerah Kebijakan pengelolaan belanja daerah selama lima tahun anggaran didasarkan pada dokumen RPJMD Kabupaten Jombang Tahun dan mempedomani dokumen perencanaan RKPD, serta dibahas secara bersama sesuai mekanisme ketentuan perundang-undangan. Kebijakan umum belanja daerah pada periode tahun adalah: 1. Peningkatan proporsi belanja untuk memihak kepentingan publik, di samping tetap menjaga eksistensi penyelenggaraan pemerintahan yang mengedepankan efisiensi dan efektivitas, sesuai dengan prioritas daerah yang diharapkan dapat memberikan dukungan dalam pelaksanaan program-program strategis daerah; 2. Menitikberatkan alokasi belanja daerah pada bidang-bidang urusan wajib dan urusan pilihan yang sesuai dengan prioritas pembangunan daerah;. Meningkatkan alokasi anggaran untuk pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat, berupa pelayanan pendidikan, kesehatan, meningkatkan akses penduduk untuk mendapatkan perumahan yang layak, lapangan kerja, meningkatkan ketahanan pangan serta pelayanan sosial; 4. Mengarahkan pada peningkatan perekonomian daerah, khususnya untuk meningkatkan nilai tukar petani, melalui fasilitasi usaha/industri olahan, baik skala rumah tangga menengah dan besar; 5. Melakukan efisiensi belanja, yaitu dengan meminimalkan belanja yang tidak langsung terarah kepada masyarakat (khususnya belanja barang) menjadi belanja yang langsung dirasakan manfaatnya oleh masyarakat (belanja modal dan bantuan sosial); LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I

16 6. Belanja daerah disusun berdasarkan sasaran/target kinerja Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) yang harus dicapai setiap tahunnya (performance-based budgeting); Disamping kebijakan belanja yang dituangkan dalam RPJMD, dalam penyelenggaraan pemerintahan dan pelaksanaan pembangunan, Pemerintah Kabupaten Jombang sebagai bagian dari Negara Kesatuan Republik Indonesia juga mempedomani kebijakan pembangunan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Provinsi, diantaranya: 1. Kebijakan yang tertuang dalam dokumen perencanaan, baik Pemerintah Pusat maupun Pemerintah Provinsi; 2. Standar pelayanan minimal yang ditetapkan oleh kementerian, yang sampai dengan saat ini ada 15 SPM, dimana sebagai pedoman dalam pelaksanaan perencanaan kinerja kegiatan pembangunan;. Tujuan pembangunan millenium atau MDGs, yang meliputi penanggulangan kemiskinan dan kelaparan, mencapai pendidikan dasar untuk semua, mendorong kesetaraan gender dan pemberdayaan perempuan, menurunkan angka kematian anak, meningkatkan kesehatan ibu, memerangi HIV/AIDS, malaria, dan penyakit menular lainnya, memastikan kelestarian lingkungan hidup, dan membangun kemitraan global untuk pembangunan; 4. Pelaksanaan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pembangunan Ekonomi Indonesia (MPEI) dan Masterplan Percepatan dan Perluasan Pengurangan Kemiskinan Indonesia (MPKI). 2. Target dan Realisasi Belanja Belanja daerah meliputi semua pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang mengurangi ekuitas dana dan merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran dan tidak akan diperoleh pembayarannya kembali oleh daerah. Sedangkan belanja menurut kelompok belanja, terdiri dari belanja tidak langsung dan belanja langsung. Realisasi dari belanja daerah, yang terdiri dari belanja langsung dan belanja tidak langsung tersaji dalam tabel berikut: Tabel.6 Anggaran dan Realisasi Belanja Daerah Tahun 2009 dan 2010 Uraian Tahun 2009 Tahun 2010 Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi Belanja Daerah , ,50 Belanja Tidak Langsung , ,17 Belanja Pegawai , ,77 Belanja Bunga , Belanja Hibah , ,92 Belanja Bantuan Sosial , ,54 I LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG

17 Uraian Tahun 2009 Tahun 2010 Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupate n/ Kota dan Pemerintahan Desa Belanja Tidak Terduga , , , ,69 Belanja Langsung , ,52 Belanja Pegawai ,9 Belanja Barang dan Jasa , , ,00 Belanja Modal ,24 91, ,6 Sumber: DPPKAD, Tahun 201 Tabel.7 Anggaran dan Realisasi Belanja Daerah Tahun 2011 dan 2012 Uraian Tahun 2011 Tahun 2012 Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi Belanja Daerah , ,78 Belanja Tidak Langsung , ,52 Belanja Pegawai , ,95 Belanja Bunga Belanja Hibah , ,19 Belanja Bantuan Sosial Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupate n/ Kota dan Pemerintahan Desa Belanja Tidak Terduga , , , , , , , ,89 Belanja Langsung , ,67 Belanja Pegawai , ,87 Belanja Barang dan Jasa , ,77 Belanja Modal , ,52 65,98 Sumber: DPPKAD, Tahun 201 LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I

18 Tabel.8 Anggaran dan Realisasi Belanja Daerah Tahun 201 (sampai dengan triwulan I) Uraian Anggaran Tahun 2012 Realisasi Belanja Daerah ,40 Belanja Tidak Langsung ,27 Belanja Pegawai ,1 Belanja Bunga Belanja Hibah ,86 Belanja Bantuan Sosial Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupaten/ Kota dan Pemerintahan Desa ,5 Belanja Tidak Terduga Belanja Langsung ,96 Belanja Pegawai ,79 Belanja Barang dan Jasa ,95 Belanja Modal ,42 Sumber: DPPKAD, Tahun 201 Memperhatikan tabel di atas, perbandingan antara realisasi belanja dan target yang ditetapkan rata-rata sebesar 91,89, yang mencerminkan tingginya tingkat kepatuhan terhadap peraturan perundangan, mengingat bahwa realisasi belanja daerah tidak boleh lebih dari 100 jika dibandingkan dengan anggarannya. Dalam ketentuan tersebut juga tidak berarti bahwa perbandingan antara target dan realisasi belanja diperbolehkan jauh di bawah 100, karena hal tersebut mencerminkan bahwa perencanaan berupa program dan kegiatan yang telah ditetapkan sebelumnya tidak bisa dilaksanakan, yang berarti bahwa proses pembangunan tidak bisa berjalan dengan optimal. Untuk belanja tidak langsung, perbandingan antara anggaran dan realisasi dari tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 rata-rata sebesar 96,88, yang menunjukkan angka capaian yang sangat baik. Sedangkan untuk belanja langsung, perbandingan anggaran dan realisasinya rata-rata sebesar 8,22. Perbandingan realisasi terhadap anggaran belanja langsung terendah terjadi pada tahun 2011, yaitu sebesar 78,02. Pada sisi pertumbuhan, belanja daerah selama kurun waktu 4 tahun terakhir mengalami pertumbuhan rata-rata sebesar 1,08. Belanja daerah mengalami tingkat pertumbuhan tertinggi pada kurun waktu tahun 2011 ke tahun 2012, yaitu sebesar 19,24. Sumbangan terbesar pertumbuhan pada kurun waktu tersebut berasal dari belanja langsung yang tumbuh sebesar 4,8, diikuti oleh belanja tidak langsung yang I LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG

19 tumbuh sebesar 12,12. Pertumbuhan komponen belanja daerah selama tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 tersaji dalam tabel berikut: Tabel.9 Realisasi dan Pertumbuhan Belanja Daerah Dalam APBD Tahun Realisasi Uraian Belanja Daerah Ratarata Pertumbuhan 10,55 8,4 14,12 19,24 1,08 Belanja Tidak Langsung Pertumbuhan 1,62 19,74 10,08 12,12 1,89 Belanja Pegawai Pertumbuhan 6,48 28,05 11,28 1,6 14,86 Belanja Bunga Pertumbuhan (71,02) (100,00) - - Belanja Hibah Pertumbuhan 200,54 (52,71) 52,68 46,84 61,84 Belanja Bantuan Sosial Pertumbuhan 158,6 41,94 (7,12) (7,82) 22,41 Belanja Bantuan Keuangan Kepada Provinsi/Kabupate n/ Kota Dan Pemerintahan Desa Pertumbuhan (2,4) 2,15 22,18 18,19 4,79 Belanja Tidak Terduga Pertumbuhan (94,01) 71,27 48,28 6,8 Belanja Langsung Pertumbuhan 5,8 (12,07) 24,11 4,8 1,06 Belanja Pegawai Pertumbuhan 40,82 (28,98) 55,2 21,66 22,21 Belanja Barang Dan Jasa Pertumbuhan 6,47 21,1 5,61 (,81) 14,85 Belanja Modal Pertumbuhan (1,87) (4,96) (12,77) 18,42 1,21 Sumber: DPPKAD, Tahun 201 Berdasarkan tabel di atas, maka ada beberapa hal yang dapat dijelaskan terkait angka pertumbuhan belanja daerah yang cukup signifikan, baik pertumbuhan positif maupun negatif, yaitu: LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I

20 1. Terdapat angka pertumbuhan pada komponen belanja hibah dan belanja bantuan sosial sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2012 yang menunjukkan pertumbuhan terbalik. Kondisi tersebut disebabkan karena adanya perubahan ketentuan yang mengatur tentang belanja hibah dan bantuan sosial, yaitu Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 2 Tahun 2011 tentang Pedoman Pemberian Hibah dan Bantuan Sosial yang Bersumber dari APBD, telah diubah dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 9 Tahun 2012, dimana prosedur pemberian hibah dan bantuan sosial diatur secara lebih tegas dan jelas; 2. Pada komponen belanja modal dalam belanja langsung terdapat pertumbuhan yang negatif sejak tahun 2010 sampai dengan tahun 2011 dan menunjukkan trend positif pada tahun Hal tersebut disebabkan oleh adanya kegiatan yang dibiayai dari dana alokasi khusus bidang pendidikan yang tidak bisa dilaksanakan karena alasan teknis. Kegiatan tersebut baru dapat dilaksanakan pada tahun 2012, dan hanya dapat terlaksana sekitar 40 dari total dana alokasi khusus bidang pendidikan. Selanjutnya, sisa tersebut sesuai ketentuan harus dialokasikan kembali pada tahun anggaran 201 untuk kegiatan sesuai juknis pelaksanaan dana alokasi khusus bidang pendidikan. Kontribusi rata-rata terbesar belanja daerah selama tahun anggaran 2009 sampai dengan tahun 2012 masih ada pada belanja tidak langsung. Tren proporsi belanja langsung terhadap belanja daerah menunjukkan peningkatan positif. Proporsi belanja langsung pada tahun 2009 yang mencapai 5,54 mengalami peningkatan pada tahun 2012 menjadi sebesar 41,05. Beberapa analis keuangan daerah berpendapat bahwa hal ini menunjukkan komposisi yang kurang ideal, mengingat belanja tidak langsung masih menempati porsi yang cukup besar jika dibandingkan dengan belanja langsung. Kondisi ideal yang diharapkan adalah belanja langsung (terutama yang bermanfaat langsung bagi publik) yang lebih besar dari belanja tidak langsung. Akan tetapi, pendapat tersebut tidak seluruhnya benar, karena dalam komponen belanja tidak langsung, selain belanja pegawai terdapat belanja hibah dan belanja bantuan sosial yang merupakan kerangka regulasi daerah dalam mendukung pencapaian tujuan pembangunan daerah. Pelaksanaan kegiatan dalam belanja hibah dan belanja bantuan sosial adalah oleh kelompok masyarakat, sehingga kemanfaatan atas hasil kegiatan tentunya secara langsung dirasakan oleh masyarakat. Perkembangan proporsi realisasi belanja langsung dan belanja tidak langsung terhadap total belanja pada periode tahun serta rencana tahun 201 tersaji dalam grafik berikut: I LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG

21 Grafik. Proporsi Realisasi Belanja Tidak Langsung dan Belanja Langsung Daerah Tahun dan Rencana Tahun 201 BAB *) Belanja Tidak Langsung Belanja Langsung Sumber: DPPKAD, Tahun 201 Pada komponen belanja tidak langsung, terdiri dari belanja pegawai, hibah, bantuan sosial, bantuan keuangan dan belanja tidak terduga. Proporsi belanja terbesar adalah untuk gaji pegawai, dimana pada tahun 2009 proporsinya sebesar 77,96 menjadi sebesar 85,42 pada tahun Urutan rata-rata proporsi komponen lainnya yang ada di belanja tidak langsung adalah belanja bantuan keuangan kepada Provinsi/Kabupaten/Kota dan Pemerintahan Desa sebesar 7,01, belanja hibah sebesar 5,8 belanja bantuan sosial sebesar 4,8 dan belanja tidak terduga sebesar 0,0. Sedangkan proporsi rata-rata komponen belanja tidak langsung yang terdiri dari belanja pegawai, hibah, bantuan sosial, bantuan keuangan dan belanja tidak terduga terhadap total belanja selama empat tahun anggaran adalah: Grafik.4 Proporsi Komponen Belanja Tidak Langsung Sumber: DPPKAD, Tahun 201 LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I

22 Rupiah BAB Dari grafik di atas dapat dijelaskan bahwa belanja pegawai menempati porsi paling besar dalam belanja tidak langsung. Hal ini yang melatarbelakangi pendapat bahwa proporsi yang besar atas belanja tidak langsung terhadap total belanja bukan merupakan kondisi ideal. Bahkan Pemerintah Pusat telah memberlakukan kebijakan untuk menekan pertumbuhan belanja pegawai dengan kebijakan moratorium pegawai. Selain gaji dan tunjangan, dalam belanja pegawai juga terdapat tambahan penghasilan PNS yang merupakan tunjangan profesi guru yang digunakan juga untuk pelayanan pendidikan. Dalam perspektif yang lain dapat dijelaskan bahwa pertumbuhan pendapatan dana alokasi umum dibandingkan dengan kewajiban pengeluaran belanja gaji dan tunjangan Pemerintah Kabupaten Jombang terdapat kondisi yang cukup menggembirakan. Perkembangan pendapatan dana alokasi umum dengan belanja gaji dan pegawai pada periode tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 tersaji dalam tabel dan grafik berikut: Tabel.10 Perkembangan Pendapatan Dana Alokasi Umum dan Belanja Gaji dan Tunjangan Tahun URAIAN TAHUN 2009 TAHUN 2010 TAHUN 2011 TAHUN 2012 Dana Alokasi Umum Gaji dan Tunjangan Sumber: DPPKAD, Tahun 201 Grafik.5 Perkembangan Pendapatan Dana Alokasi Umum dan Belanja Gaji dan Tunjangan Tahun ,000,000, ,000,000, ,000,000, ,000,000, ,000,000, ,000,000,000 00,000,000, ,000,000, ,000,000, DAU 601,450,66, ,942,500, ,465,787, ,295,65,000 Gaji dan Tunjungan 458,95,825, ,572,200, ,556,904,62 594,091,170,712 Sumber: DPPKAD, Tahun 201 I LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG

23 Dari gambar di atas dapat disampaikan bahwa trend keduanya meningkat dengan posisi trend dana alokasi umum lebih tinggi dari trend belanja gaji dan tunjangan, yang berarti bahwa semakin banyak sisa lebih dari dana alokasi umum yang bisa dimanfaatkan untuk pelaksanaan pembangunan daerah. Terkait dengan belanja daerah yang diproyeksikan dalam dokumen RPJMD Tahun jika dibandingkan dengan realisasi pelaksanaan tahun anggaran , dapat disampaikan sebagai berikut: BAB o o Dalam dokumen RPJMD, mulai tahun 2011 diproyeksikan belanja daerah akan menembus angka 1 trilyun rupiah. Berdasarkan laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD Tahun 2010 bahwa realisasi belanja daerah tahun 2010 sudah mencapai Rp ,82; Terkait dengan proporsi belanja langsung dan belanja tidak langsung dalam dokumen RPJMD pada tahun 201 diproyeksikan masing-masing sebesar 59,2 dan belanja langsung sebesar 40,68. Proyeksi tersebut diperkirakan akan tercapai pada tahun 201 dengan mendasar pada dokumen APBD Kabupaten Jombang Tahun 201 yang diperoleh proporsi belanja tidak langsung terhadap belanja daerah adalah sebesar 58,95 dan proporsi belanja langsung terhadap belanja daerah adalah sebesar 41,05. Dengan demikian proporsi belanja tidak langsung dan belanja langsung yang diproyeksikan dalam dokumen RPJMD dapat disampaikan tercapai pada tahun 201. Momentum pencapaian proyeksi proporsi tersebut masih akan terkoreksi dengan adanya kebijakan pemerintah pusat terkait dengan pembayaran tunjangan profesi guru dan tambahan penghasilan guru yang sejak tahun 2010 dilimpahkan kepada daerah, sehingga memperbesar porsi belanja tidak langsung terhadap total belanja. Kondisi ini nampak pada pertumbuhan belanja pegawai yang mencapai 28,05 pada tahun 2010 dan merupakan pertumbuhan tertinggi selama empat tahun anggaran.. Permasalahan dan Solusi Adapun permasalahan umum belanja daerah yang dihadapi adalah sebagai berikut: o Terbatasnya kemampuan keuangan daerah dalam menunjang pelaksanaan kegiatan dalam pencapaian target pembangunan yang telah ditetapkan; o Proporsi belanja modal yang diamanatkan dalam Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2010 tentang RPJMN Tahun bahwa sekurang-kurangnya 29 dari belanja daerah sesuai amanat RPJMN Tahun Sedangkan realisasi tahun 2012, proporsi belanja modal terhadap total belanja hanya sebesar 14,28 dan pada APBD Tahun Anggaran 201 sebesar 18,59. Ini adalah permasalahan berat yang dihadapi oleh pemerintah daerah dan membutuhkan komitmen banyak pihak untuk dapat mewujudkannya; o Petunjuk teknis pelaksanaan dana yang bersifat earmark, yaitu kegiatan yang didanai dari dana alokasi khusus, seringkali terlambat turun ke daerah sehingga menyebabkan keterlambatan pelaksanaan kegiatan; o Perilaku penyerapan anggaran yang masih terakumulasi di akhir tahun anggaran menyebabkan tertundanya manfaat pembangunan bagi masyarakat; o Target tertentu yang harus dipenuhi pemerintah daerah dalam penyusunan APBD menyebabkan daerah kesulitan dalam mengalokasikan APBD untuk mencapai LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I

24 tujuannya sebagai daerah otonom. Target tersebut diantaranya adalah alokasi anggaran fungsi pendidikan sekurang-kurangnya 20 dari belanja daerah, alokasi anggaran urusan kesehatan minimal 10 dari total belanja APBD di luar gaji dan belanja modal sekurang-kurangnya 29 dari belanja daerah. Sampai dengan APBD Tahun 201, proporsi belanja gaji dan tunjangan pegawai terhadap total belanja rata-rata sebesar 47,42. Melihat kondisi tersebut, maka sangat dibutuhkan kerja keras, kerja sama dan komitmen segenap pemerintahan daerah dalam mengupayakan efektivitas dan efisiensi pelaksanaan urusan wajib dan pilihan selain urusan kesehatan, pendidikan dan pekerjaan umum. Upaya dan kerja bersama yang dapat dilakukan untuk mengatasi permasalahan belanja daerah yaitu: o Mensinergikan alokasi belanja dari berbagai sumber dana pembiayaan program dan kegiatan, agar semaksimal mungkin dapat mendukung pencapaian target yang ditetapkan pemerintah pusat pada masing-masing urusan; o Mengevaluasi efektivitas pelaksanaan belanja hibah agar kemampuan keuangan yang ada semaksimal mungkin dapat dimanfaatkan untuk pembangunan; o Penyusunan anggaran belanja daerah yang dituangkan dalam program dan kegiatan harus didasarkan pada asas manfaat dan data capaian kinerja. C. PENGELOLAAN PEMBIAYAAN DAERAH 1. Kebijakan Pembiayaan Daerah Dengan memperhatikan perkembangan kebijakan pembiayaan daerah yang ada dan kebutuhan pembangunan daerah, maka arah kebijakan pembiayaan daerah Kabupaten Jombang yang ditetapkan dalam dokumen RPJMD Tahun adalah sebagai berikut: 1. Menciptakan pembiayaan anggaran yang less risky dan relatif tidak mengganggu stabilitas maupun kesinambungan anggaran pusat maupun daerah; 2. Menyediakan pembiayaan dari dana cadangan untuk membiayai kegiatan tertentu yang pengerjaannya memerlukan waktu lebih dari satu tahun anggaran;. Menjadikan penyertaan modal pemerintah kabupaten dalam BUMD sebagai langkah perbaikan kinerja BUMD yang bersangkutan. Selama periode tahun anggaran , Pemerintah Kabupaten Jombang konsisten mengalokasikan anggaran dalam pembiayaan pengeluaran untuk melakukan penyertaan modal pada BUMD dan Bank Jatim, diantaranya dituangkan dalam: 1. Peraturan Daerah Nomor 2 Tahun 2010 tentang Penyertaan Modal Pada PDAM 2. Peraturan Daerah Nomor Tahun 2011 tentang Penyertaan Modal Bank Jatim. Peraturan Daerah Nomor 10 Tahun 2012 tentang Penyertaan Modal PDAM 4. Peraturan Daerah Nomor 11 Tahun 2012 tentang Penyertaan Modal Bank Jombang. Sedangkan tentang pembiayaan dari dana cadangan untuk membiayai kegiatan yang dananya tidak bisa dibiayai dalam satu tahun anggaran, Pemerintah Kabupaten Jombang telah membentuk dana cadangan pada tahun anggaran 2011 untuk pendanaan pemilihan kepala daerah yang dituangkan dalam Peraturan Daerah Nomor I LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG

25 2 Tahun 2011 tentang Dana Cadangan Pilkada yang telah diubah dengan Peraturan Daerah Nomor 9 Tahun 2012 tentang Dana Cadangan Pilkada. BAB 2. Target dan Realisasi Pembiayaan daerah adalah semua penerimaan yang perlu dibayar kembali dan/atau pengeluaran yang akan diterima kembali, baik pada tahun anggaran yang bersangkutan maupun pada tahun-tahun anggaran berikutnya. Target dan realisasi pembiayaan daerah yang terdiri dari pembiayaan penerimaan dan pengeluaran selama tahun 2009 sampai dengan tahun 201 adalah sebagai berikut: Uraian PEMBIAYAAN DAERAH PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaram Sebelumnya Penerimaan Piutang Daerah Penerimaan Kembali Investasi Non Permanen PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah Tabel.11 Target dan Realisasi Pembiayaan Daerah Tahun 2009 dan 2010 Tahun 2009 Tahun 2010 Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi Pembayaran Pokok Utang Pemberian Pinjaman Daerah PEMBIAYAAN NETTO SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN TAHUN BERKENAAN Sumber: DPPKAD, Tahun LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I

26 Uraian PEMBIAYAAN DAERAH PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaram Sebelumnya Tabel.12 Target dan Realisasi Pembiayaan Daerah Tahun 2011 dan 2012 Tahun 2011 Tahun 2012 Anggaran Realisasi Anggaran Realisasi Penerimaan Piutang Daerah Penerimaan Kembali Investasi Non Permanen PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah Pembayaran Pokok Utang Pemberian Pinjaman Daerah PEMBIAYAAN NETTO SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN TAHUN BERKENAAN Sumber: DPPKAD, Tahun 201 Tabel.1 Target dan Realisasi Pembiayaan Daerah Tahun 201 Uraian PEMBIAYAAN DAERAH PENERIMAAN PEMBIAYAAN DAERAH Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Tahun Anggaram Sebelumnya (sampai dengan triwulan I) Anggaran Tahun 2012 Realisasi , Penerimaan Piutang Daerah ,00 Penerimaan Kembali Investasi Non Permanen PENGELUARAN PEMBIAYAAN DAERAH Penyertaan Modal (Investasi) Pemerintah Daerah Pembayaran Pokok Utang I LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG

27 Uraian Anggaran Tahun 2012 Realisasi Pemberian Pinjaman Daerah ,25 PEMBIAYAAN NETTO ,8 - SISA LEBIH PEMBIAYAAN ANGGARAN TAHUN BERKENAAN Sumber: DPPKAD, Tahun 201 Dari tabel diatas dapat disampaikan bahwa: 1. Sisa lebih pembiayaan anggaran tahun berkenaan pada laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD tahun berjalan merupakan sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya pada laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD tahun berikutnya. Sisa lebih pembiayaan anggaran tahun 2010 dengan sisa lebih perhitungan anggaran tahun anggaran sebelumnya pada laporan pertanggungjawaban pelaksanaan APBD Tahun 2011 terdapat selisih yang disebabkan oleh adanya pengembalian pembayaran tunjangan profesi guru yang mengurangi sisa lebih pembiayaan anggaran Tahun 2010; 2. Dari sisi penganggaran, kebijakan pembiayaan daerah selalu ditetapkan defisit, artinya belanja daerah ditetapkan melebihi dari target pendapatan yang ditetapkan disebabkan oleh sisa lebih perhitungan anggaran tahun sebelumnya. Akan tetapi dari sisi realisasi anggaran, hanya pada Tahun 2009 yang mengalami defisit, sedangkan mulai Tahun 2010 sampai dengan Tahun 2012 mengalami surplus. Hal ini disebabkan oleh dua sisi, yakni pelampauan terhadap target pendapatan daerah serta belanja daerah yang tidak terealisasi.. Permasalahan dan solusi Permasalahan dalam pembiayaan daerah selama tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 adalah: 1. Dari sisa lebih pembiayaan anggaran tahun 2009 sampai dengan tahun 2012 menunjukkan trend peningkatan yang cukup signifikan. Hal ini disebabkan karena adanya pelampauan realisasi pendapatan daerah terhadap target pendapatan yang rata-rata mencapai 10,0 serta rata-rata realisasi belanja daerah terhadap target belanja daerah yang sebesar 91,90. Berikut adalah gambar sisa lebih pembiayaan anggaran tahun 2009 sampai dengan Tahun 2012 tersaji dalam grafik berikut: LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG I

28 Grafik.6 Sisa Lebih Pembiayaan Anggaran Tahun ,000,000, ,000,000, ,000,000, ,000,000,000 50,000,000, ,067,716, ,80,924,45 97,102,10, Sumber: DPPKAD, Tahun Defisit APBD yang ditetapkan melebihi ketentuan peraturan menteri keuangan yang mengatur tentang batas maksimal kumulatif defisit APBD yang berkisar sebesar 6 dari perkiraan pendapatan daerah pada tahun bersangkutan. Solusi yang dilakukan untuk mengatasi permasalahan sebagaimana tersebut diatas adalah: 1. Untuk belanja program dan kegiatan yang didanai dari dana alokasi khusus bidang pendidikan diupayakan tuntas dapat dikerjakan sehingga dapat menekan jumlah silpa, karena dari kegiatan inilah porsi terbesar sisa lebih perhitungan anggaran selama beberapa tahun anggaran; 2. Disiplin anggaran kas SKPD agar belanja daerah dapat dilaksanakan secara tepat waktu sehingga dapat memberikan manfaat pada masyarakat;. Merencanakan defisit APBD yang ideal sesuai ketentuan Peraturan Menteri Keuangan tentang batas maksimal kumulatif defisit APBD yang diperkenankan. I LKPJ AKHIR MASA JABATAN BUPATI JOMBANG

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH 3.1. PENGELOLAAN PENDAPATAN DAERAH Menurut ketentuan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, Pasal 5 Undang-Undang Nomor 33 Tahun

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN UMUM DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III KEBIJAKAN UMUM DAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Pelaksanaan Otonomi Daerah secara luas, nyata dan bertanggungjawab yang diletakkan pada Daerah Kabupaten/Kota sebagaimana diamanatkan dalam Undang-undang

Lebih terperinci

4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara

4. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2003 tentang Keuangan Negara (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2003 Nomor 47, Tambahan Lembaran Negara PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 12 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JOMBANG,

Lebih terperinci

BUPATI DUS BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI DUS BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI DUS BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 12 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH

PROVINSI JAWA TENGAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 11 TAHUN 2015 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2015 Menimbang : a. DENGAN RAHMAT TUHAN

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 TAHUN 2016 PENJABARAN PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 TAHUN 2016 PENJABARAN PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH SALINAN BUPATI KUDUS PERATURAN BUPATI KUDUS NOMOR 20 TAHUN 2016 TENTANG PENJABARAN PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2016 BUPATI KUDUS, Menimbang melalui :

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN ` BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Keuangan daerah merupakan komponen penting dalam perencanaan pembangunan, sehingga analisis mengenai kondisi dan proyeksi keuangan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN

PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN PEMERINTAH KABUPATEN JOMBANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 17 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Billions RPJMD Provinsi Kepulauan Riau Tahun 2016-2021 BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu Kinerja pelaksanaan APBD Provinsi Kepulauan

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 22 TAHUN 2012 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM, Menimbang : a. bahwa sesuai

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH 34 BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Pengelolaan Keuangan Daerah merupakan rangkaian siklus Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) yang pelaksanaannya dimulai dari perencanaan,

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 2 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS LEMBARAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 9 TAHUN 2015 BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 9 TAHUN 2015 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA

Lebih terperinci

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI KUDUS PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERTANGGUNGJAWABAN PELAKSANAAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN KUDUS TAHUN ANGGARAN 2013 DENGAN

Lebih terperinci

Hubungan Keuangan antara Pemerintah Daerah-Pusat. Marlan Hutahaean

Hubungan Keuangan antara Pemerintah Daerah-Pusat. Marlan Hutahaean Hubungan Keuangan antara Pemerintah Daerah-Pusat 1 Desentralisasi Politik dan Administrasi Publik harus diikuti dengan desentralisasi Keuangan. Hal ini sering disebut dengan follow money function. Hubungan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu 3.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD 3.1.1.1. Sumber Pendapatan Daerah Sumber pendapatan daerah terdiri

Lebih terperinci

DATA ISIAN SIPD TAHUN 2017 BPPKAD KABUPATEN BANJARNEGARA PERIODE 1 JANUARI SAMPAI DENGAN 8 JUNI 2017

DATA ISIAN SIPD TAHUN 2017 BPPKAD KABUPATEN BANJARNEGARA PERIODE 1 JANUARI SAMPAI DENGAN 8 JUNI 2017 DATA ISIAN SIPD TAHUN 2017 BPPKAD KABUPATEN BANJARNEGARA PERIODE 1 JANUARI SAMPAI DENGAN 8 JUNI 2017 JENIS DATA 2012 2013 2014 2015 2016 2017 Satuan Data XIX. RINGKASAN APBD I. Pendapatan Daerah - 584244829879

Lebih terperinci

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 7 TAHUN 2016 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

10. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan

10. Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 130, Tambahan BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI JOMBANG NOMOR 40 TAHUN 2014 TENTANG PENJABARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2015 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JOMBANG,

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB - III Kinerja Keuangan Masa Lalu

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB - III Kinerja Keuangan Masa Lalu BAB - III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Kinerja Keuangan Masa Lalu Arah Kebijakan Pengelolaan Keuangan Kebijakan Umum Anggaran Bab ini berisi uraian tentang gambaran umum mengenai pengelolaan keuangan

Lebih terperinci

Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 7. Undang Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan

Tahun 2004 Nomor 126, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 4438); 7. Undang Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI JOMBANG NOMOR 36 TAHUN 2015 TENTANG PENJABARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JOMBANG,

Lebih terperinci

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 16 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 27 TAHUN 2011 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN

Lebih terperinci

BAB III PENGELOLAAN KEUANGAN DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III PENGELOLAAN KEUANGAN DAN KERANGKA PENDANAAN BAB III PENGELOLAAN KEUANGAN DAN KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Pemerintah Daerah Perkembangan kinerja keuangan pemerintah daerah tidak terlepas dari batasan pengelolaan keuangan daerah sebagaimana

Lebih terperinci

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN

BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN BUPATI BULUKUMBA PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN BULUKUMBA NOMOR : 08 TAHUN 2014 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH PERUBAHAN TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan

BAB I PENDAHULUAN. dalam lingkungan Pemerintah kabupaten Karanganyar yang berkedudukan 1 BAB I PENDAHULUAN A. Gambaran Objek Penelitian 1. Sejarah DPPKAD Dinas Pendapatan Pengelolaan Keuangan dan Aset Daerah (DPPKAD) kabupaten Karanganyar adalah salah satu dari Satuan Kerja Perangkat Daerah

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan 2009-2013 Pengelolaan keuangan daerah yang mencakup penganggaran, penatausahaan dan pertanggungjawaban keuangan

Lebih terperinci

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI JOMBANG NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG PENJABARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI JOMBANG NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG PENJABARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI JOMBANG NOMOR 63 TAHUN 2016 TENTANG PENJABARAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JOMBANG,

Lebih terperinci

BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG

BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 3 TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 11 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN

Lebih terperinci

c. Pembiayaan Anggaran dan realisasi pembiayaan daerah tahun anggaran dan proyeksi Tahun 2013 dapat dijabarkan dalam tabel sebagai berikut:

c. Pembiayaan Anggaran dan realisasi pembiayaan daerah tahun anggaran dan proyeksi Tahun 2013 dapat dijabarkan dalam tabel sebagai berikut: 92.6 97.15 81.92 ANGGARAN 1,1,392,65,856 667,87,927,784 343,34,678,72 212 213 REALISASI 956,324,159,986 639,977,39,628 316,346,769,358 LEBIH (KURANG) (54,68,445,87) (27,11,537,156) (26,957,98,714) 94.65

Lebih terperinci

CAPAIAN KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH TAHUN

CAPAIAN KINERJA PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH TAHUN CAPAIAN KINERJA Pengelolaan keuangan daerah sebagaimana diatur dalam Undang Undang Nomor 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah dan Undang Undang Nomor

Lebih terperinci

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN JOMBANG NOMOR 14 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI JOMBANG,

Lebih terperinci

BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH BUPATI KARANGASEM PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN KARANGASEM NOMOR 10 TAHUN 2015 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI KARANGASEM,

Lebih terperinci

BUPATI TUBAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG

BUPATI TUBAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG 1 BUPATI TUBAN PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat

Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat - 1 - Walikota Tasikmalaya Provinsi Jawa Barat PERATURAN WALIKOTA TASIKMALAYA NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG TATA CARA PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DI KOTA

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Provinsi Bali disusun dengan pendekatan kinerja

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN A. KINERJA KEUANGAN TAHUN 2011-2015 Pengelolaan keuangan daerah telah mengalami berbagai perubahan regulasi dari waktu ke waktu. Perubahan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Keuangan Daerah Faktor keuangan merupakan faktor yang paling dominan dalam mengukur tingkat kemampuan daerah dalam melaksanakan otonominya. Keadaan keuangan daerah yang menentukan

Lebih terperinci

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI JOMBANG NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PENJABARAN PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI JOMBANG NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PENJABARAN PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN BUPATI JOMBANG NOMOR 19 TAHUN 2016 TENTANG PENJABARAN PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2016 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

III BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

III BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN III BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Dalam melaksanakan pembangunan, setiap daerah harus menyusun rencana pembangunan daerah sesuai dengan kewenangannya sebagai satu

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Rancangan Kerangka Ekonomi Daerah menggambarkan kondisi dan analisis perekonomian daerah, sebagai

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Kondisi perekonomian Kota Ambon sepanjang Tahun 2012, turut dipengaruhi oleh kondisi perekenomian

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN A. PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Berkaitan dengan manajemen keuangan pemerintah daerah, sesuai dengan amanat UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang

Lebih terperinci

Bab III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah Dan Kerangka Pendanaan

Bab III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah Dan Kerangka Pendanaan Bab III Gambaran Pengelolaan Keuangan Daerah Dan Kerangka Pendanaan 3.1 Kinerja Keuangan Masa Lalu Sesuai dengan Peraturan Menteri Dalam Negeri (Permendagri) Nomor : 13 tahun 2006, bahwa Anggaran Pendapatan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan daerah yang dapat dinilai dengan uang,

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) Pemerintah Provinsi Bali disusun dengan pendekatan kinerja

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa Lalu Sebagaimana diatur dalam Peraturan Daerah Nomor 7 Tahun 2007 tentang Pokok-Pokok Pengelolaan Keuangan Daerah,

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa lalu

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa lalu BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Masa lalu Pengelolaan keuangan daerah Kabupaten Sintang diselenggarakan berpedoman pada Undang-Undang Nomor 17

Lebih terperinci

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG BAGI HASIL PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH UNTUK DESA

BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG BAGI HASIL PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH UNTUK DESA SALINAN BUPATI PURWOREJO PERATURAN DAERAH KABUPATEN PURWOREJO NOMOR 2 TAHUN 2012 TENTANG BAGI HASIL PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH UNTUK DESA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PURWOREJO, Menimbang

Lebih terperinci

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN. Pada Bab II telah diuraiakan kondisi riil daerah yang ada di

GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN. Pada Bab II telah diuraiakan kondisi riil daerah yang ada di BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Pada Bab II telah diuraiakan kondisi riil daerah yang ada di Kota Malang serta tantangan-tantangan riil yang di hadapi dalam pelaksanaan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Gambaran pengelolaan keuangan daerah mencakup gambaran kinerja dan pengelolaan keuangan daerah tahuntahun sebelumnya (20102015), serta kerangka pendanaan. Gambaran

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Pengelolaan keuangan daerah mempunyai peranan yang sangat penting dalam menjalankan roda pemerintahan, oleh karena itu pengelolaan keuangan daerah selalu

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU Pemerintah Kabupaten gresik dalam pelaksanaan pengelolaan keuangan daerah berpedoman pada Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAERAH DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH 3.1. Arah Kebijakan Ekonomi Daerah Berdasarkan strategi dan arah kebijakan pembangunan ekonomi Kabupaten Polewali Mandar dalam Rencana

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 3.1 Kinerja Keuangan 2008-2013 Penyusunan Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) pada dasarnya bertujuan untuk menyelaraskan kebijakan

Lebih terperinci

PROFIL KEUANGAN DAERAH

PROFIL KEUANGAN DAERAH 1 PROFIL KEUANGAN DAERAH Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah sesuai dengan amanat Undang-Undang adalah menyelenggarakan otonomi daerah dalam wujud otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab, serta

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB 3 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB 3 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Pemerintah Kota Bengkulu 3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu Otonomi daerah yang merupakan bagian dari reformasi kehidupan bangsa oleh Pemerintah

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Pengelolaan keuangan daerah merupakan sub-sistem dari sistem pengelolaan keuangan negara dan merupakan elemen pokok dalam penyelenggaraan Pemerintahan

Lebih terperinci

3.2. Kebijakan Pengelolalan Keuangan Periode

3.2. Kebijakan Pengelolalan Keuangan Periode No. Rek Uraian Sebelum Perubahan Jumlah (Rp) Setelah Perubahan Bertambah / (Berkurang) 1 2 3 4 5 116,000,000,000 145,787,728,270 29,787,728,270 (Rp) 3.1.1 Sisa Lebih Perhitungan Anggaran Daerah Tahun Sebelumnya

Lebih terperinci

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 3 SERI E

BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 3 SERI E BERITA DAERAH KABUPATEN BANJARNEGARA TAHUN 2015 NOMOR 3 SERI E PERATURAN BUPATI BANJARNEGARA NOMOR 3 TAHUN 2015 TENTANG PENGALOKASIAN BAGIAN DARI HASIL PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH KEPADA DESA DENGAN

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber

BAB I PENDAHULUAN. mayoritas bersumber dari penerimaan pajak. Tidak hanya itu sumber BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Kemajuan dalam pembangunan nasional sangat didukung oleh pembiayaan yang berasal dari masyarakat, yaitu penerimaan pajak. Segala bentuk fasilitas umum seperti

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1 Kinerja Keuangan Tahun 2008-2013 3.1.1 Kinerja Pelaksanaan APBD Keuangan Daerah adalah hak dan kewajiban daerah dalam melaksanakan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Keuangan Daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan Pemerintahan Daerah yang dapat dinilai dengan uang,

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keuangan Daerah. Penjelasan selengkapnya adalah sebagai berikut:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Keuangan Daerah. Penjelasan selengkapnya adalah sebagai berikut: BAB II TINJAUAN PUSTAKA A. Tinjauan Teori Adapun tinjauan teori dalam penelitian ini meliputi: (i) Otonomi Daerah, (ii) Keuangan Daerah, (iii) Analisis Kinerja dan Kemampuan Keuangan Daerah. Penjelasan

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Milyar BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu Kinerja pelaksanaan APBD Provinsi Kepulauan Riau dapat dilihat dari Pendapatan Daerah, Belanja

Lebih terperinci

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR N PERATURAN BUPATI JOMBANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG PENJABARAN PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH

BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR N PERATURAN BUPATI JOMBANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG PENJABARAN PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH BUPATI JOMBANG PROVINSI JAWA TIMUR N PERATURAN BUPATI JOMBANG NOMOR 28 TAHUN 2014 TENTANG PENJABARAN PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2014 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

NOTA KESEPAKATAN PEMERINTAH KABUPATEN TANAH DATAR DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR

NOTA KESEPAKATAN PEMERINTAH KABUPATEN TANAH DATAR DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR NOTA KESEPAKATAN ANTARA PEMERINTAH KABUPATEN TANAH DATAR DENGAN DEWAN PERWAKILAN RAKYAT DAERAH KABUPATEN TANAH DATAR Nomor : 03/KB/BTD-2012 02/KSP/DPRD-TD/2012 TANGGAL 31 JULI 2012 TENTANG PRIORITAS DAN

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN B A B III 1 BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Daerah Tahun 2010-2015 3.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD Data realisasi keuangan daerah Kabupaten Rembang

Lebih terperinci

BAB III ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III ARAH KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH A. Arah Pengelolaan Pendapatan Daerah 1. Kondisi Pendapatan Saat Ini a. Pendapatan Asli Daerah Secara akumulatif, Pendapatan Asli Daerah kurun waktu 2006-2010 mengalami

Lebih terperinci

BAB V ANGGARAN PEMBANGUNAN DAERAH

BAB V ANGGARAN PEMBANGUNAN DAERAH BAB V ANGGARAN PEMBANGUNAN DAERAH 5.1 PENDANAAN Rencana alokasi pendanaan untuk Percepatan Pembangunan Daerah pada Rencana Kerja Pemerintah Daerah (RKPD) 2009 memberikan kerangka anggaran yang diperlukan

Lebih terperinci

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Kebijakan pengelolaan keuangan daerah Provinsi Jambi yang tergambar dalam pelaksanaan APBD merupakan instrumen dalam menjamin terciptanya disiplin dalam

Lebih terperinci

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017

WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017 SALINAN WALIKOTA BATU PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH KOTA BATU NOMOR 8 TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA WALIKOTA BATU,

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN A. Kinerja Keuangan Masa Lalu Kinerja keuangan daerah terkait dengan pelaksanaan otonomi daerah dapat diukur dari kontribusi masing-masing

Lebih terperinci

PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Drs. Bambang Wisnu Handoyo DPPKA DIY

PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA. Drs. Bambang Wisnu Handoyo DPPKA DIY PEMBIAYAAN PEMBANGUNAN PEMERINTAH DAERAH DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA Drs. Bambang Wisnu Handoyo DPPKA DIY KEUANGAN DAERAH Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah dalam rangka penyelenggaraan

Lebih terperinci

5.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU

5.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU BAB V ANALISIS APBD 5.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU 5.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah terkait penyelenggaraan pemerintahan yang dapat dinilai dengan

Lebih terperinci

BAB V PENDANAAN DAERAH

BAB V PENDANAAN DAERAH BAB V PENDANAAN DAERAH Dampak dari diberlakukannya Undang-undang Nomor 22 1999 tentang Pemerintahan Daerah dan Undang-undang Nomor 25 1999 tentang Perimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah

Lebih terperinci

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Pengelolaan Keuangan Daerah menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Pengelolaan Keuangan Daerah menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri BAB III. GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN Pengelolaan Keuangan Daerah menurut Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 13 Tahun 2006 tentang Pedoman Pengelolaan Keuangan Daerah

Lebih terperinci

PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI PAJAK. Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com

PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI PAJAK. Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI PAJAK Nur ain Isqodrin, SE., Ak., M.Acc Isqodrin.wordpress.com DASAR HUKUM Undang-Undang No. 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah, Dirubah dengan Undang-Undang

Lebih terperinci

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG

BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG SALINAN BUPATI DEMAK PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN BUPATI DEMAK NOMOR 43 TAHUN 2015 TENTANG PETUNJUK PELAKSANAAN PEMBERIAN BAGI HASIL PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH KEPADA DESA DI KABUPATEN DEMAK DENGAN

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1 Kinerja Keuangan Masa Lalu 3.1.1 Kondisi Pendapatan Daerah Pendapatan daerah terdiri dari tiga kelompok, yaitu Pendapatan Asli

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang-

BAB I PENDAHULUAN. Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang- BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sesuai dengan Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 yang telah direvisi menjadi Undang- Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintah Daerah, Pemerintah Daerah

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Pajak Pajak daerah adalah iuran wajib yang dilakukan oleh orang pribadi atau badan kepada tanpa imbalan langsung yang seimbang, yang dapat dipaksakan berdasarkan

Lebih terperinci

PEMERINTAH KOTA SURABAYA RINCIAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN

PEMERINTAH KOTA SURABAYA RINCIAN LAPORAN REALISASI ANGGARAN MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH, ORGANISASI, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN PEMERINTAH KOTA SURABAYA RINCIAN LAPORAN ANGGARAN MENURUT URUSAN PEMERINTAHAN DAERAH,, PENDAPATAN, BELANJA DAN PEMBIAYAAN TAHUN ANGGARAN 2011 URUSAN PEMERINTAHAN 0 Otonomi Daerah, Pemerintahan Umum, Administrasi

Lebih terperinci

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TUBAN Nomor 07 Tahun 2012 Seri A PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TUBAN Nomor 07 Tahun 2012 Seri A PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG LEMBARAN DAERAH KABUPATEN TUBAN Nomor 07 Tahun 2012 Seri A PERATURAN DAERAH KABUPATEN TUBAN NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG PERUBAHAN ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH TAHUN ANGGARAN 2012 DENGAN RAHMAT

Lebih terperinci

PEMUNGUTAN PAJAK PARKIR DAN RETRIBUSI PARKIR OLEH PEMERINTAH DAERAH

PEMUNGUTAN PAJAK PARKIR DAN RETRIBUSI PARKIR OLEH PEMERINTAH DAERAH PEMUNGUTAN PAJAK PARKIR DAN RETRIBUSI PARKIR OLEH PEMERINTAH DAERAH www.clipartbest.com I. PENDAHULUAN Dalam rangka penyelenggaraan pemerintahan, Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN - 61 - BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN Dasar yuridis pengelolaan keuangan Pemerintah Kota Tasikmalaya mengacu pada batasan pengelolaan keuangan daerah yang tercantum

Lebih terperinci

4. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 42, Tambahan

4. Undang-Undang Nomor 19 Tahun 1997 tentang Penagihan Pajak dengan Surat Paksa (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1997 Nomor 42, Tambahan SALINAN BUPATI BULUNGAN PERATURAN BUPATI BULUNGAN NOMOR 28 TAHUN 2013 TENTANG PEDOMAN PEMBERIAN DAN PEMANFAATAN INSENTIF PEMUNGUTAN PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI

Lebih terperinci

PROVINSI JAWA TENGAH

PROVINSI JAWA TENGAH PROVINSI JAWA TENGAH PERATURAN DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG NOMOR 11 TAHUN 2016 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN TEMANGGUNG TAHUN ANGGARAN 2017 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Belanja Daerah Belanja daerah meliputi semua pengeluaran uang dari Rekening Kas Umum Daerah yang mengurangi ekuitas dana, yang merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN Bab ini berisi uraian tentang gambaran umum pengelolaan keuangan daerah di Kabupaten Purworejo. Adapun yang menjadi fokus adalah kinerja

Lebih terperinci

PEMUTAKHIRAN DATA PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DIREKTORAT PENDAPATAN DAERAH DIREKTORAT JENDERAL BINA KEUANGAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI

PEMUTAKHIRAN DATA PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DIREKTORAT PENDAPATAN DAERAH DIREKTORAT JENDERAL BINA KEUANGAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI PEMUTAKHIRAN DATA PAJAK DAERAH DAN RETRIBUSI DAERAH DIREKTORAT PENDAPATAN DAERAH DIREKTORAT JENDERAL BINA KEUANGAN DAERAH KEMENTERIAN DALAM NEGERI SUMBER PENDAPATAN DAERAH 1. PENDAPATAN ASLI DAERAH (PAD)

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan. Oleh karena itu, daerah harus mampu menggali potensi

BAB I PENDAHULUAN. pengelolaan keuangan. Oleh karena itu, daerah harus mampu menggali potensi BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Adanya otonomi daerah dan desentralisasi fiskal mengakibatkan banyak dampak bagi daerah, terutama terhadap kabupaten dan kota. Salah satu dampak otonomi daerah dan

Lebih terperinci

BAB 3 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa Lalu

BAB 3 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN Kinerja Keuangan Masa Lalu BAB 3 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH DAN KERANGKA PENDANAAN 3.1. Kinerja Keuangan Masa Lalu Pengelolaan keuangan daerah Pemerintah Kota Medan tahun 2005-2009 diselenggarakan sesuai dengan Undang-Undang

Lebih terperinci

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH

BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH BAB III RANCANGAN KERANGKA EKONOMI DAN KEBIJAKAN KEUANGAN DAERAH Kerangka ekonomi makro daerah akan memberikan gambaran mengenai kemajuan ekonomi yang telah dicapai pada tahun 2010 dan perkiraan tahun

Lebih terperinci

RANCANGAN BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR TAHUN 2014

RANCANGAN BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR TAHUN 2014 RANCANGAN BUPATI JEMBRANA PROVINSI BALI PERATURAN DAERAH KABUPATEN JEMBRANA NOMOR TAHUN 2014 TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN DAERAH NOMOR 10 TAHUN 2013 TENTANG ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA DAERAH KABUPATEN

Lebih terperinci

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN

BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN BAB III GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH SERTA KERANGKA PENDANAAN 3.1. KINERJA KEUANGAN MASA LALU 3.1.1. Kinerja Pelaksanaan APBD Keuangan daerah adalah semua hak dan kewajiban daerah terkait penyelenggaraan

Lebih terperinci

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Konsep, Konstruk, Variabel Penelitian 2.1.1 Otonomi Daerah Timbulnya pergerakan dan tuntutan-tuntutan praktek otonomi daerah menyebabkan dikeluarkannya peraturan perundang-undangan

Lebih terperinci

3.2.1 Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pendapatan

3.2.1 Intensifikasi dan Ekstensifikasi Pendapatan BAB III KEBIJAKAN UMUM PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH 1 Kebijakan pengelolaan keuangan daerah Provinsi Jambi yang tergambar dalam pelaksanaan APBD merupakan instrumen dalam menjamin terciptanya disiplin dalam

Lebih terperinci

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemerintah daerah diberi kewenangan yang luas untuk mengurus rumah tangganya sendiri dengan sedikit campur tangan pemerintah pusat. Pemerintah daerah mempunyai hak

Lebih terperinci

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN (REVISI) GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH

RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH KABUPATEN (REVISI) GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH BAB 3 GAMBARAN PENGELOLAAN KEUANGAN DAERAH Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD) merupakan rencana pengelolaan keuangan tahunan pemerintah daerah yang disetujui oleh DPRD dalam Peraturan Daerah

Lebih terperinci