38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma didefinisikan bermacam-macam, tergantung pada sudut pandang yang digunakan. Sebagian orang menyebut paradigma sebagai citra fundamental dari pokok permasalahan di dalam suatu ilmu. Namun, secara umum paradigma adalah seperangkat keyakinan mendasar yang memandu tindakan, baik tindakan keseharian maupun dalam penyelidikan. 1 Paradigma kritis adalah semua teori sosial yang mempunyai maksud dan implikasi praktis yang berpengaruh terhadap perubahan sosial. Paradigma ini tidak sekedar melakukan kritik terhadap ketidakadilan sistem yang dominan yaitu sosial kapitalisme, melainkan suatu paradigma untuk mengubah sistem dan struktur tersebut menjadi lebih adil. Secara khusus, paradigma kritis bertujuan untuk mengintepretasikan dan memahami bagaimana anak-anak wajib mendapatkan pendidikan yang layak dari usia dini. Selain itu, tujuan dari paradigma kritis adalah untuk kritik dan transformasi; pemulihan dan emansipasi; pembongkaran mitos dan menumbuhkan kemampuan perubahan sosial bagi masyarakat. 1 Agus Salim. Teori dan Paradigma Penelitian Sosial. Tiara Wacana. Yogyakarta: 2006. Hlm 63
39 Sedangkan peran paradigma kritis sebagai salah satu alternatif dalam melihat dan menemukan realitas sosial atau kebenaran khususnya realitas komunikasi. Paradigma ini percaya bahwa media adalah sarana dimana kelompok dominan dapat mengontrol kelompok yang tidak dominan bahkan memarjinalkan mereka dengan menguasai dan mengontrol media. 2 3.2 Metode Penelitian Metode yang digunakan untuk meneliti film Di Timur Matahari adalah dengan menggunakan semiotika Roland Barthes mengenai nilai-nilai pendidikan. oleh karena itu penelitian ini menggunakan semiotika terhadap pesan dan tandatanda yang terkandung di dalamnya. Semiotika dipilih karena sebagai metode pembacaan karya komunikasi visual, dimana karya tersebut mempunyai fungsi signifikasi yaitu fungsi dalam menyampaikan sebuah konsep, isi atau makna melalui tanda. Signifikasi semiotika tidak saja sebagai metode kajian (decoding) akan tetapi juga sebagai metode penciptaan (encoding). Semiotika sebagai ilmu tanda, menyatakan bahwa tanda adalah sesuatu yang bagi seseorang berarti sesuatu yang lain. Teori ini dikemukakan oleh Roland Barthes (1915-1980), dalam teorinya tersebut Barthes mengembangkan semiotika menjadi 2 tingkatan pertandaan, yaitu tingkat denotasi dan konotasi. Denotasi adalah tingkat pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda pada realitas, menghasilkan makna eksplisit, langsung dan pasti. Konotasi adalah tingkat 2 Yasir. Paradigma Komunikasi Kritis: Suatu Alternatif Bagi Ilmu Komunikasi. Hlm 11 15
40 pertandaan yang menjelaskan hubungan penanda dan petanda yang tidak pasti (Yusita Kusumarini, 2006). Barthes juga melihat aspek lain dari penandaan yaitu mitos yang menandai suatu masyarakat. mitos menurut Barthes terletak pada tingkat kedua penandaan, jadi setelah terbentuk system sign-signifier-signified, tanda tersebut akan menjadi penanda baru yang kemudian memiliki petanda kedua dan membentuk tanda baru. Jadi, ketika suatu tanda yang memiliki makna konotasi kemudia berkembang menjadi makna denotasi, maka denotasi tersebut akan menjadi mitos. 3.3 Unit Analisis Dalam penelitian ini, unit-unit analisis yang dipergunakan adalah tandatanda dalam gambar bergerak (film) yang telah dikombinasikan menjadi kodekode sehingga dapat memungkinkan suatu pesan disampaikan. Yang meliputi unit analisis dalam penelitian ini adalah meneliti pada bentuk nilai-nilai pendidikan yang terdapat dalam cetak layar pada scene tertentu film Di Timur Matahari dengan melihat pada unsur-unsur verbal dan non verbal. Unsur verbal yang terdapat pada film tersebut seperti percakapan dalam film, unsur non verbal dalam film tersebut seperti gambar, gerakan tubuh, latar tempat, ekspresi, serta unsurunsur pendukung lainnya.
41 3.4 Teknik Pengumpulan Data Data penelitian ini dibagi dua bagian, yaitu : A. Data Primer Penelitian ini dilakukan berdasarkan teknik analisa yang di pakai oleh Roland Barthes, yaitu dua sistem pemaknaan bertingkat, yang disebut sistem denotasi dan konotasi. Yang selanjutnya oleh peneliti akan dikaji lebih dalam untuk menemukan tanda dan makna dalam film Di Timur Matahari. B. Data Sekunder Disini adalah untuk mendukung data premier sebagai tambahan, berupa data mengenai studi kepustakaan, membaca literatur berupa bukubuku, jurnal, partikel, website atau sumber lainnya yang berhubungan dan dibutuhkan untuk melengkapi data dalam proses penelitian ini. 3.5 Definisi Konsep 1. Representasi Representasi merupakan gambaran (perwakilan) kelompok-kelompok pada institusi sosial. Penggambaran itu tidak hanya bekenaan dengan tampilan fisik (appreance) dan deskripsi, melainkan juga terkait dengan makna (atau
42 nilai) dibalik tampilan fisik. Tampilan fisik representasi adalah jubah yang menyembunyikan bentuk makna sesungguhnya yang ada dibaliknya. 3 2. Nilai-nilai Pendidikan Nilai pendidikan merupakan batasan segala sesuatu yang mendidik ke arah kedewasaan, bersifat baik maupun buruk sehingga berguna bagi kehidupannya yang diperoleh melalui proses pendidikan. Proses pendidikan bukan berarti hanya dapat dilakukan dalam satu tempat dan suatu waktu. Dihubungkan dengan eksistensi dan kehidupan manusia, nilai-nilai pendidikan diarahkan pada pembentukan pribadi manusia sebagai makhluk individu, sosial, religius, dan berbudaya. 3.6 Teknik Analisa Data Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah menggunakan teknik analisis semiotika Roland Barthes yang difokuskan pada film Di Timur Matahari. Setelah data terkumpul, peneliti melakukan tahap pertama yaitu menguraikan makna denotasi identifikasi dan klasifikasi terhadap tanda-tanda yang terdapat pada objek verbal dan non verbal. Selanjutnya peneliti melakukan pemaknaan pada tingkat konotasi merupakan nilai yang bermain dibalik sistem tanda tingkat pertama atau denotasi yang oleh Barthes dikatakan sebagai mitos. Dengan demikian peneliti ini tidak hanya mendeskripsikan nilai pendidikan namun juga melihat symbol dan melacak komodifikasi yang ada pada tayangan. 3 Graeme Burton. Membincangkan Televisi. Jalasutra. Yogyakarta dan Bandung 2007. Hal 41 42
43 Tujuan analisis Barthes ini, menurut Lechte (2001:196) bukan hanya untuk membangun suatu system klarifikasi unsure-unsur narasi yang sangat formal, namun lebih banyak untuk menunjukkan bahwa tindakan yang paling banyak masuk akal. 4 Janz, 1999. Barthes menciptakan peta tentang bagaimana tanda bekerja Cobley & Gambar Tabel Tanda Roland Barthes 1. Signifer (penanda) 2. Signified (pertanda) 3. Denotative Sign (tanda denotatif) 4. Conotative Signifer (penanda konotatif) 5. Conotative Signnified (pertanda konotatif) 6. Conotative Sign (tanda konotatif) 4 Ibid hal 65-66
44 Sumber: Paul Colbey & litza Jansz. 1999. Introducing Semiotics. NY: Totem Books, hlm 51. Dari peta Barthes diatas terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri dari penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi, pada saat bersamaan, tanda denotative adalah juga penanda konotatif (4). Dengan kata lain, hal tersebut merupakan unsure material : hanya jika anda mengenal tanda singa, barulah konotasi seperti harga diri, kegarangan,, dan keberanian menjadi mungkin (Cobley dan Jansz, 1999:51). 5 Jadi, dalam konsep Barthes, tanda konotatif tidak sekedar memiliki makna tambahan namun juga mengandung kedua bagian tanda denotative yang melandasi keberadaannya. Sesungguhnya, inilah sumbangan Barthes yang sangat berarti bagi penyempurnaan semiologi Saussure, yang berhenti pada penandaan dalam tataran denotative. 5 Alex Sobur. Semiotika Komunikasi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. 2009. Hlm 69