BAB I PENDAHULUAN. Bahkan sebelum ia lahir, manusia berkomunikasi dengan ibu yang. maupun psikologis. Dalam lingkup bermasyarakat, kebutuhan dalam
|
|
- Sugiarto Iwan Tanuwidjaja
- 6 tahun lalu
- Tontonan:
Transkripsi
1 1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Sejak manusia lahir, ia selalu berinteraksi dengan lingkungan sekitar. Bahkan sebelum ia lahir, manusia berkomunikasi dengan ibu yang mengandungnya. Ini membuktikan secara aksiomatis bahwa kita dan komunikasi selalu terjadi kapanpun dan dimanapun selama manusia hidup. Kebutuhan untuk berkomunikasi adalah hal primer baik dalam memenuhi kebutuhan fisiologis maupun psikologis. Dalam lingkup bermasyarakat, kebutuhan dalam berkomunikasi menjadi lebih kompleks. Terdapat budaya, norma, pranata dan institusi yang mengikat masyarakat baik secara personal maupun kolektif. Kebudayaan dalam suatu masyarakat menjadi identitas, baik sebagai simbol intrapribadi maupun sebagai antarpribadi..di sinilah letak unsur nilai sebuah kebudayaan menjadi penting. Setiap kebudayaan memiliki nilai atau prinsip yang menjaga identitas masyarakat tersebut. Media transformasi dibutuhkan untuk menjaga nilai-nilai kearifan budaya dari generasi ke generasi selanjutnya. Media transformasi yang bernilai kultural-historis ini mempunyai corak yang beragam sesuai dengan tempat budaya lahir dan berkembang. Karakter ini menghasilkan cara pandang tertentu di masyarakat. Cara pandang yang bersifat kultural-historis inilah yang sebenarnya menbentuk manusia karena manusia bukan dibentuk oleh lingkungan, tetapi oleh cara menerjemahkan pesan-pesan lingkungan yang diterimanya (Rakhmat. 12, 2007). 1
2 2 Cara menerjemahkan pesan adalah bagian dari kegiatan komunikasi dan hal ini sangat memengaruhi tingkat keberhasilan dari proses komunikasi. Dalam mencapai tujuan komunikasi, diperlukan cara-cara komunikasi yang sistematis dan tepat sasaran yang disebut sebagai strategi komunikasi (communication strategy), karena berhasil tidaknya suatu kegiatan komunikasi secara efektif ditentukan oleh strategi komunikasi. Budaya dan komunikasi adalah satu kesatuan yang tidak mungkin dapat dipisahkan. Budaya setempat mempengaruhi komunikasi di daerah setempat. Komunikasi dengan media budaya adalah salah satu strategi komunikasi yang sering digunakan oleh masyarakat. Dengan media budaya, masyarakat tersebut mempertegas identitasnya. Karya sastra mempunyai nilai sebagai media budaya sekaligus sebagai media komunikasi. Puisi adalah karya sastra yang memliki metode yang khas dalam penggunaan bahasanya. Memanfaatkan puisi sebagai media komunikasi merupakan salah satu contoh dari strategi komunikasi. Berpuisi melibatkan segenap energi budi dari seorang budayawan dalam melahirkan sebuah karya. Dimensi afektif cenderung lebih mudah menyerap informasi dari pada dimensi kognitif. Puisi menggunakan dimensi afektif dalam menyampaikan dan mengorganisasikan makna yang dikandung dalam puisi. Karakter inilah yang menjadi sebab pola perubahan kesadaran personal karena pesan dikemas dalam muatan rasa dan budi. Pola perubahan kesadaran personal ini selanjutnya ikut memengaruhi kesadaran kolektif dalam masyarakat.
3 3 Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008) arti kata sastra adalah karya tulis yang jika dibandingkan dengan tulisan lain, memiliki berbagai ciri keunggulan, seperti keaslian, keartistikan, keindahan dalam isi dan ungkapannya. Karya sastra berarti karangan yang mengandung nilai-nilai kebaikan yang ditulis dengan bahasa yang indah. Sastra memberikan wawasan yang umum tentang masalah manusiawi, sosial, maupun intelektual, dengan caranya yang khas. Pembaca sastra dimungkinkan untuk menginterpretasikan teks sastra sesuai dengan wawasannya sendiri. Substansi karya sastra apa pun bentuknya tetap sama, yakni pengalaman kemanusiaan dalam segala wujud dan dimensinya. Sastra dapat berfungsi sebagai kritik sosial. Kritik sosial merupakan salah satu bentuk komunikasi dalam masyarakat yang berfungsi sebagai kontrol terhadap jalannya suatu sistem sosial. Adapun tindakan mengkritik dapat dilakukan oleh siapapun termasuk sastrawan dan kritik sosial merupakan unsur penting dalam memelihara sistem sosial yang ada. Dalam penelitian tentang karya sastra, Roland Barthes ( ) menerapkan model teori strukturalisme Saussure dalam menganalisis tentang karya -karya sastra dan gejala-gejala kebudayaan. Bagi Barthes komponen komponen tanda, penanda petanda dan sistem tanda bukan terdapat pada bahasa melainkan terdapat pada bentuk mitos yakni keseluruhan sistem citra dan kepercayaan yang dibentuk masyarakat untuk mempertahankan dan menonjolkan identitasnya. Dalam rangka analisis sastra, Roland Barthes melakukan refleksi atas kondisi historis bahasa sastra, berdasarkan fakta bahwa semua bahasa dibelit
4 4 oleh makna yang telah melekat padanya, yang ada dalam suatu kebudayaan spesifik sehingga penuh dengan asumsi tentang realitas sosial. Bahasa sebagai medium karya sastra sebenarnya sudah merupakan sistem ketandaan atau semiotika, yaitu sistem ketandaan yang memiliki arti. Selain itu, karya sastra juga merupakan sistem tanda yang berdasar pada konvensi masyarakat (sastra). Inilah yang membedakan karya sastra dengan karya seni lain (Pradopo: 1995: ). KH. A. Mustofa Bisri, merupakan salah satu budayawan yang produktif menulis karya sastra. Pribadi yang kini sebagai Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Tholibin Leteh Rembang lebih dikenal dengan sapaan Gus Mus. Gus adalah panggilan kehormatan khas pesantren kepada seorang anak kyai yang mempunyai arti mas (kakak laki-laki). Kecakapan sosok yang dilahirkan di Rembang ini, dalam mencermati segala fenomena keagamaan dan kebangsaan membuatnya terlihat santun dalam menyikapi aneka persoalan. Ia adalah ulama-budayawan yang mampu menciptakan revitalisasi, inovasi, dan kreasi untuk menghangatkan kembali dan mengemas seni tradisional ke dalam bentuk-bentuk baru, tanpa meninggalkan esensi dan substansinya. Telah menjadi sebuah gejala sosial yang absurd, ketika manusia kini banyak mengaku diri pintar dan modern, namun sesungguhnya masih primitif dalam hal kesadaran dan kedewasaan. Berkaitan carut-marut kehidupan berbangsa ini tidak dapat lepas dari ketidakpekaan kita terhadap sekitar (lingkungan dan masyarakat) dan ketidakmampuan menata diri sendiri secara proporsional (menempatkan hak dan kewajiban). Fenomena ini menjadi inspirasi Gus Mus untuk menulis puisi berjudul Tahun Baru:
5 5 Tahun Baru Selamat Tahun Baru Kawan Kawan! Sudah tahun baru lagi Belum juga tibakah saatnya kita menunduk? Memandang diri sendiri? Bercermin firman Tuhan sebelum kita dihisabnya? Kawan! Siapakah kita ini sebenarnya? Musliminkah? Mukminin? Muttaqin? Khalifah Allah? Ummat Muhamadkah kita? Khaira ummatin kah kita? Atau kita sama saja dengan makhluk lain? Atau bahkan lebih rendah lagi? Hanya budak-budak perut dan kelamin Iman kita kepada Allah dan yang ghaib rasanya lebih tipis dari uang kertas ribuan, lebih pipih dari kain rok perempuan. Betapapun tersiksa, kita khusyu di depan massa dan tiba-tiba buas dan binal justru saat di saat sendiri bersamanya. Syahadat kita rasanya seperti perut bedug Atau pernyataan setia pegawai rendah saja, kosong tak berdaya. Shalat kita rasanya lebih buruk dari senam ibu-ibu, lebih cepat daripada menghirup kopi panas, dan lebih ramai daripada lamunan seribu anak muda.doa kita sesudahnya justru lebih serius kita memohon hidup enak di dunia dan bahagia di surga. Puasa kita rasanya sekedar mengubah jadual makan minum dan saat istirahat Tanpa menggeser acara buat syahwat Ketika dating lapar atau haus, kitapun manggut-manggut Ooh beginikah rasanya dan kita sudah merasa memikirkan sodara-sodara kita yang melarat. Zakat kita jauh lebih berat terasa Dibanding tukang becak melepas penghasilannya untuk kupon undian yang sia-sia Kalaupun terkeluarkan harapanpun tanpa ukuran, upaya-upaya Tuhan menggantinya berlipat ganda. Haji kita tak ubahnya tamasya, menghibur diri, mencari pengalaman spiritual dan matrial.
6 6 Membuang uang kecil dan dosa besar, lalu pulang membawa label suci asli made in Saudi Haji Kawan, lalu bagaimana, bilamana, dan berapa lama kita bersamanya? Atau kita justru sibuk menjalankan tugas mengatur bumi seisinya Mensiasati dunia sebagai khalifahnya Kawan, tak terasa kita memang semakin pintar Mungkin kedudukan kita sebagai khalifah mempercepat proses kematangan kita Paling tidak kita semakin pintar berdalih Kita perkosa alam dan lingkungan, demi ilmu pengetahuan Kita berkelahi demi menegakkan kebenaran Melacur dan menipu demi keselamatan Memamerkan kekayaan demi mensyukuri kenikmatan Memukul dan mencaci demi pendidikan Berbuat semaunya demi kemerdekaan Tidak berbuat apa-apa demi ketentraman Membiarkan kemungkaran demi kedamaian Pendek kata, demi semua yang baik halallah semua sampai yang tidak baik Lalu bagaimana para cendekiawan dan seniman? Para mubaligh dan kiai, penyambung lidah nabi? Jangan ganggu mereka Para cendekiawan sedang memikirkan segalanya Para seniman sedang merenungkan apa saja Para muballigh sedang sibuk berteriak kemana-mana Para kiai sedang sibuk berfatwa dan berdoa Para pemimpin sedang mengatur semuanya Biarkan mereka di atas sana Menikmati dan meratapi persoalan mereka sendiri Kawan selamat tahun baru Belum juga tibakah saatnya kita menunduk? Memandang diri sendiri.
7 7 Berangkat dari bait puisi Tahun Baru di atas, terdapat rangkaian makna yang dapat menjadi perspektif dalam mengamati fenomena masyarakat yang cenderung hipokrit. Dengan latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengambil Puisi Gus Mus ini sebagai objek penelitian, karena kejernihan Gus Mus dalam melihat dan menerjemahkan realitas sosial dalam bentuk rangkaian bait puisi. Peneliti berusaha mengangkat diskursus ini dengan rumusan masalah BAGAIMANA ANALISIS SEMIOTIKA KARYA SASTRA DALAM PUISI GUS MUS TAHUN BARU 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan rumusan masalah di atas, peneliti mengidentifikasi masalah yang akan diteliti sebagai berikut: 1. Bagaimana makna pesan linguistik yang terdapat dalam bait puisi Tahun Baru. 2. Bagaimana makna denotatif dan konotatif pada bait puisi Tahun Baru. 3. Bagaimana analisis mitologi dapat menjelaskan fenomena sosial yang ada bagi pembaca puisi Tahun Baru 4. Bagaimana kode bahasa mampu menerangkan sistem tanda pada bait puisi Tahun Baru.
8 8 1.3 Tujuan Penelitian dan Kegunaan Penelitian Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk memenuhi salah satu syarat kelulusan di Jurusan Ilmu Komunikasi pada konsentrasi jurnalistik Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Pasundan Bandung. Penelitian ini juga bertujuan untuk menyajikan bahasan pemikiran semiotika analitik dan komunikasi sebagai pisau analisis dalam mereproduksi sistem tanda pada puisi Gus Mus yang berjudul Tahun Baru. Selain itu penelitian juga bertujuan untuk; 1. Mengetahui makna pesan linguistik yang terdapat dalam bait puisi Tahun Baru; 2. Mengetahui makna denotatif dan konotatif pada bait puisi Tahun Baru; 3. Mengetahui analisis mitologi dapat menjelaskan fenomena sosial yang ada bagi pembaca puisi Tahun Baru; 4. Mengetahui kode bahasa mampu menerangkan sistem tanda pada bait puisi Tahun Baru; \
9 Kegunaan Penelitian Penelitian berguna untuk pengembangan sebuah ilmu, terdapat dua kegunaan penelitian kualitatif. Kegunaan teoretis dan kegunaan praktis. Adapun kegunaan penelitian yang dapat diperoleh dari penelitian ini yaitu: a. Kegunaan teoretis 1. Memberikan paradigma dalam memahami puisi sebagai karya sastra dengan menggunakan analisis semiotika Roland Barthes karena penelitian ini menganalisis fenomena tanda yang di alami masyarakat kontemporer saat ini; 2. Sebagai wahana pengembangan dan penggunaan pengetahuan mahasiswa dan menjadi parameter tentang dinamika sosial masyarakat dengan menganalisis aspek-aspek interaksi sosial dalam bentuk komunikasi massa; 3. Mendapatkan gambaran tentang puisi yang dapat memberikam kesadaran baru dalam menerjemahkan fenomena sosial yang labil. b. Kegunaan Praktis Kegunaan praktis dalam penelitian ini adalah untuk dapat menerapkan semiotika dalam menyampaikan pesan kepada masyarakat, khususnya melalui media karya sastra yang berbentuk puisi dan bagi pembaca dapat menjadi lebih kritis dalam memaknai tanda bahasa yang selalu digunakan dalam komunikasi sehari-hari. Selain itu menyadarkan akan kemampuan puisi dalam memahami realitas dan membangun kesadaran kognitif bagi para pembacanya.
10 Kerangka Pemikiran Kerangka Pemikiran Teoretis Landasan teori yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan teori fenomenologi Martin Husserl. Fenomenologi melihat komunikasi sebagai sebuah proses membagi pengalaman personal melalui dialog atau percakapan. Bagi seorang fenomenolog, kisah seorang individu adalah lebih penting dan bermakna daripada hipotesis ataupun aksioma. Seorang penganut fenomenologi cenderung menentang segala sesuatu yang tidak dapat diamati. Husserl yang dikutip oleh Engkus Kuswarno dalam bukunya Fenomenologi menjelaskan: Dengan fenomemologi kita dapat mempelajari bentukbentuk pengalaman dari sudut pandang orang yang mengalaminya secara langsung, seolah-olah kita mengalaminya sendiri. Feomenologi tidak saja mengklasifikasikan setiap tindakan sadar yang dilakukan, namun juga meliputi prediksi terhadap tindakan dimasa yang akan datang, dilihat dari aspek-aspek terkait dengannya. Semuanya bersumber dari bagaimana seseorang memaknai objek dalam pengalamannya. Oleh karena itu, tidak salah apabila fenomenologi juga diiartikan sebagai studi tentang makna, dimana makna itu lebih luas dari sekedar bahasa yang mewakilinya (2009:10) Kata fenomenologi berasal dari bahasa Yunani, phenomenon, yaitu sesuatu yang tampak, yang terlihat. Dalam bahasa indonesia biasa dipakai istilah gejala. Secara istilah, fenomenologi adalah ilmu pengetahuan (logos) tentang apa
11 11 yang tampak. Dari pengertian tersebut dapat dipahami bahwa fenomenologi adalah suatu ilmu yang membicarakan fenomena atau segala sesuatu yang tampak atau yang menampakkan diri. Berbeda dengan seorang ahli ilmu positif yang mengumpulkan data, mencari korelasi dan fungsi, serta membuat hukum-hukum dan teori, seorang Fenomenolog menganalisis objek dengan melihat gejala. Dari keterangan di atas dapat dipahami bahwa fenomenologi ini mengacu kepada analisis kehidupan sehari-hari Kerangka Pemikiran Konseptual Penelitian ini menggunakan model Teori Semiotika Roland Barthes yang dikutip oleh Alex Sobur dalam bukunya Semiotika Komunikasi menjelaskan : Semiotika adalah suatu ilmu atau metode analisis untuk mengkaji tanda. Tanda tanda adalah perangkat yang kita pakai dalam upaya berusaha mencari jalan di dunia ini, di tengah tengah manusia dan bersama sama manusia. Semiotika, atau dalam istilah Barthes, semiologi pada dasarnya hendak mempelajari bagaimana kemanusiaan (humanity) memaknai hal hal (things). Memaknai (tosinify) dalam hal ini tfidak dapat dicampuradukkan dengan mengkomunikasikan (to communicate). Memaknai berarti bahwa objek objek tidak hanya membawa informasi, dalam hal mana objek objek itu hendak berkomunikasi, tetapi juga mengkonstitusi sistem terstruktur dari tanda (2001:53) Gambar dapat memberikan tanda tanda yang dapat dimaknai, dan tidak hanya sebagai alat penyampaian pesan. Dengan tanda tanda kita mencoba mencari keteraturan di tengah tengah dunia yang centang
12 12 perenang ini, setidaknya agar kita punya sedikit pegangan. Banyak terkadang orang orang yang tidak mampu membaca sebuah tanda, dan hanya terpaku pada sebuah kata yang tercermin dalam kehidupan sehari hari. Sebagai salah satu pemikir strukturalis yang handal dan rajin mempraktikan model linguistik dan semiologi Saussurean Roland Barthes juga intelektual dan kritikus sastra Perancis yang populer dalam penerapan strukturalisme dan semiotika pada studi sastra. Barthes secara panjang lebar mengulas apa yang sering disebut sebagai sistem pemaknaan tataran ke 2, yang dibangun diatas sistem lain yang telah ada sebelumnya. Sistem kedua ini oleh Barthes disebut dengan konotatif, yang dalam mythologies - nya secara tegas ia membedakan dari denotatif atau sistem pemaknaan ataran pertama. Melanjutkan studi Hjemslev, Barthes menciptakan peta tentang bagaimana tanda bekerja seperti yang tertera pada gambar berikut :
13 13 Gambar 1.0 Peta tanda Roland Barthes 1. signifer (penanda) 2. signified (petanda) 3. denotative sign (tanda denotatif) 4. CONNOTATIVE SIGNIFIER (PENANDA KONOTATIF) 5. CONNOTATIVE SIGNIFIED (PETANDA KONOTATIF) 6. CONNOTATIVE SIGN (TANDA KONOTATIF) Sumber: Paul Colbey & Litza Jansz Introducing Semiotics. NY: Totem Books, hlm.51. Barthes dalam kutipan Alex Sobur dalam buku Semiotika Komunikasi menyatakan bahwa : Dari peta Barthes terlihat bahwa tanda denotatif (3) terdiri dari atas penanda (1) dan petanda (2). Akan tetapi pada saat bersamaan, tanda denotatif adalah juga penanda konotatif (4). Dengan kata lain hal tersebut merupakan unsur material : hanya jika ada mengenal tanda singa, barulah konotasi seperti harga diri, kegarangan, dan keberanian, menjadi mungkin (1999:51). Konotatif tidak sekedar memilih makna tambahan, tetapi juga mengandung kedua unsur bagian tanda denotatif yang melandasi keberadaannya. Barthes memberikan sumbangan yang sangat berarti berupa penyempurnaan semiologi Saussure, yang berhenti pada tataran denotatif. Konotasi identik dengan operasi ideologi yang disebutnya sebagai mitos, dan
14 14 berfungsi untuk mengungkapkan dan memberikan pembenaran bagi nilai-nilai dominan yang berlaku pada periode tertentu. Mitos juga memiliki tiga demensi penanda, petanda, dan tanda. Mitologi mempelajari bentuk bentuk tanda bahasa tersebut karena pengulangan konsep terjadi dalam wujud yang bermacam. Kegiatan membaca berarti menggali fondasi-fondasi kultural yang terpendam dalam setiap pribadi. Pembaca membaca melalui bahasa bukan dalam bahasa. Bahasa bukan kehidupan, bahasa menceritakan kehidupan. Karya sastra tidak secara langsung mendidik pembaca, tetapi karya sastra menampilkan citra energetis yang secara langsung berpengaruh terhadap kualitas emosional, yang kemudian berpengaruh pada kualitas lain, seperti pendidikan, pengajaran, etika, budi pekerti, dan sistem norma yang lain. Dalam hubungan inilah dikatakan bahwa akibat-akibat yang ditimbulkan oleh karya sastra bersifat tidak langsung. Dari fungsi pesan, peneliti menjabarkan lagi menjadi pembentukan pesan pesan dalam konteks kehidupan dalam sebuah masyarakat sebagai ekspresi. Dibawah ini keseluruhan diatas digambarkan sebagai berikut.
15 15 Gambar 1.1 Bagan Kerangka Pemikiran Analisis Semiotika Krisis Identitias Bait Puisi Gus Mus Tahun Baru Bagaimana Analisis Semiotika Karya Sastra pada Puisi Gus Mus dalam bait Tahun Baru Fenomenologi (Edmund Husserl) Model Analisis Semiotika Roland Barthes Sistem penandaan -Bait puisi Gus Mus - Denotasi dan Konotasi sebagai lingkaran linguistik Mitologi - Naturalisasi budaya - Interaksi dalam bentuk dialog dan narasi. Kode bahasa estetik -Klasifikasiunsurunsur tanda pada karya sastra Sumber : Olahan Peneliti dan Pembimbing Peneliti 2011
16 16 TABEL 1.2 JADWAL KEGIATAN PENELITIAN NO. KEGIATAN 1. Tahap Prsiapan a.pengajuan Judul c.studi Pustaka d.penyusunan e.bimbingan f. Perbaikan g.seminar outline 2. Pelaksanaan a.pengumpulan data b.analisis Data 3. Pelaporan a.pengolahan b.bimbingan c.perbaikan d.seminar Draft e.sidang Skripsi TAHUN 2011 BULAN Juli Agustus September Oktober November MINGGU
BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Paradigma didefinisikan bermacam-macam, tergantung pada sudut
38 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma didefinisikan bermacam-macam, tergantung pada sudut pandang yang digunakan. Sebagian orang menyebut paradigma sebagai citra fundamental
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. selalu berinovasi dan memenuhi perkembangan kebutuhan konsumen tersebut. Bukan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Perusahaan harus dapat menganalisis peluang dan tantangan pada masa yang akan datang. Dengan melihat tantangan tersebut, Perusahaan dituntut untuk mampu
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Objek kajian dalam penelitian ini adalah topeng dari grup band Slipknot.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek Penelitian Objek kajian dalam penelitian ini adalah topeng dari grup band Slipknot. Untuk mempermudah penelitian, maka objek kajian tersebut akan ditelisik dan dianalisis
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. penelitian baik yang mencakup objek penelitian, metode penelitian, dan hasil
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Membahas mengenai pengertian tentang paradigma, yang dimaksud paradigma penelitian adalah dasar kepercayaan seseorang dalam melakukan penelitian baik
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Dalam penelitian ini peneliti memakai paradigma dari salah satu penelitian kualitatif yaitu teori kritis (critical theory). Teori kritis memandang
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. lagi pendekatan yang mencoba berebut nafas yaitu pendekatan Post
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Sebagai salah satu pendekatan yang baru, maka pendekatan konstruktivis (intepretatif) ini sebenarnya masih kurang besar gaungnya di bandingkan dengan pendekatan
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Budaya Menurut Marvin Harris (dalam Spradley, 2007:5) konsep kebudayaan ditampakkan dalam berbagai pola tingkah laku yang dikaitkan dengan kelompokkelompok masyarakat tertentu,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Penelitian ini dilakukan dengan menggunakan paradigma kritis. Paradigma kritis menyajikan serangkaian metode dan perspektif yang memungkinkan untuk
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tipe penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian deskriptif.
36 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Tipe penelitian yang digunakan oleh peneliti adalah jenis penelitian deskriptif. Dengan ini peneliti menempatkan diri sebagai pengamat dalam memaparkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. bentuk atau gambar. Bentuk logo bisa berupa nama, angka, gambar ataupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Logo merupakan bagian yang penting untuk menunjukan keberadaan sesuatu. Logo menjadi sebuah pengakuan, kebanggaan, inspirasi, kepercayaan, kehormatan, kesuksesan,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Untuk memperoleh hasil penelitian yang baik dan dapat dipertanggung jawabkan kebenarannya, maka seorang peneliti harus dapat memahami dan menggunakan cara
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Sifat penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah kualitatif yaitu Pendekatan ini diarahkan pada latar belakang dan individu tersebut secara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. saat itu dalam berbagai bentuk film-film ini akhirnya memiliki bekas nyata di benak
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah media audio visual yang memiliki peranan penting bagi perkembangan zaman di setiap negara. terlepas menjadi bahan propaganda atau tidak, terkadang sebuah
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan paradigma konstruktivis.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Dalam penelitian ini peneliti menggunakan paradigma konstruktivis. Paradigma konstruktivis ini memandang bahwa ilmu sosial sebagai analisis sistematis terhadap
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. pada metodologi yang menyelidiki suatu fenomena sosial dan masalah
32 BAB III METODE PENELITIAN A. Jenis Penelitian Jenis penelitian ini adalah analisis semiotika dengan menggunakan pendekatan penelitian kualitatif dan studi wacana media massa. Pendekatan kualitatif adalah
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitian ini memiliki signifikasi berkaitan dengan kajian teks media atau berita, sehingga kecenderungannya lebih bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian deskriptif, dimana
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian yang dilakukan merupakan jenis penelitian deskriptif, dimana peneliti hanyalah memaparkan situasi atau peristiwa. Penelitian ini tidak mencari
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang mendasar dari suatu kelompok saintis (Ilmuan) yang menganut suatu pandangan
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Pengertian paradigma menurut Dedy Mulyana adalah suatu kerangka berfikir yang mendasar dari suatu kelompok saintis (Ilmuan) yang menganut suatu pandangan
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma penelitian Penelitian ini menggunakan metodelogi kualitatif, paradigma yang penulis pilih ialah teori kritis. Penelitian kualitatif merupakan suatu strategy
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Penelitian pada film animasi Barbie The Princess And The Popstar ini
73 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Sifat Penelitian Penelitian pada film animasi Barbie The Princess And The Popstar ini bersifat desktiptif dalam ranah kualitatif. Deskriptif adalah sifat penelitian
Lebih terperinciResume Buku SEMIOTIK DAN DINAMIKA SOSIAL BUDAYA Bab 8 Mendekonstruksi Mitos-mitos Masa Kini Karya: Prof. Dr. Benny H. Hoed
Resume Buku SEMIOTIK DAN DINAMIKA SOSIAL BUDAYA Bab 8 Mendekonstruksi Mitos-mitos Masa Kini Karya: Prof. Dr. Benny H. Hoed Oleh: Tedi Permadi Program Studi Bahasa dan Sastra Indonesia Jurusan Pendidikan
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. Film sebagai salah bentuk komunikasi massa yang digunakan. untuk menyampaikan pesan yang terkandung didalamnya.
93 BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Film sebagai salah bentuk komunikasi massa yang digunakan untuk menyampaikan pesan yang terkandung didalamnya. Juga digunakan sebagai sarana hiburan. Selain
Lebih terperinciKONSEP DIRI DALAM IKLAN ROKOK A MILD (Analisis Semiotika Tentang Konsep Diri dalam Iklan Rokok A Mild Versi Cowok Blur Go Ahead 2011) Fachrial Daniel
KONSEP DIRI DALAM IKLAN ROKOK A MILD (Analisis Semiotika Tentang Konsep Diri dalam Iklan Rokok A Mild Versi Cowok Blur Go Ahead 2011) Fachrial Daniel Abstrak Penelitian ini menggunakan analisis semiotika
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. digunakan adalah kualitatif (data yang tidak berupa angka-angka) 35
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Semiotik adalah ilmu yang mempelajari sederetan luar objek-objek, peristiwa-peristiwa seluruh kebudayaan sebagai tanda. Alasan mengapa penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Komunikasi tidak akan pernah bisa lepas dari adanya visual dan verbal. Visual ditandai dengan gambar, verbal ditandai dengan lisan maupun tulisan. Antara visual dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah tentang sistem pendidikan nasional, dirumuskan bahwa:
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan merupakan bagian terpenting dalam hidup manusia, pendidikan dapat dilakukan secara formal maupun non formal. Menurut UU No. 20 tahun 2003 tentang
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1.Jenis danpendekatan Penelitian Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif,penelitian dilakukan dengan melihat konteks permasalahan secara utuh, dengan fokus penelitian
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, film memiliki
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian deskriptif eksplanatif. Penelitian deskriptif eksplanatif merupakan penelitian yang mengungkap fakta,
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. menimbulkan perhatian pada makna tambahan (connotative) dan arti
BAB III METODE PENELITIAN Dalam peneltian ini, peneliti menggunakan metode analisa semiotika. Analisa semiotika merupakan suatu teknik analisa yang menarik sebuah tanda dan cara tanda-tanda tersebut bekerja.
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. penelitian. Penentuan dan teknik yang digunakan haruslah dapat mencerminkan
BAB III METODE PENELITIAN 3.1. Metode Penelitian Metode penelitian merupakan prosedur yang dipergunakan dalam upaya mendapatkan data ataupun informasi guna memperoleh jawaban atas pertanyaan penelitian.
Lebih terperinci13Ilmu. semiotika. Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom. Analisis semiotik, pisau analis semiotik, metode semiotika, semiotika dan komunikasi
semiotika Modul ke: Analisis semiotik, pisau analis semiotik, metode semiotika, semiotika dan komunikasi Fakultas 13Ilmu Komunikasi Sri Wahyuning Astuti, S.Psi. M,Ikom Program Studi S1 Brodcasting analisis
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia memiliki kebutuhan dalam
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Sebagai makhluk sosial, manusia memiliki kebutuhan dalam berkomunikasi. Komunikasi tersebut tidak terbatas hanya dari apa yang diberikan namun juga dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tahun 2014 lalu merupakan tahun yang cukup penting bagi perjalanan bangsa Indonesia. Pada tahun tersebut bertepatan dengan dilaksanakan pemilihan umum yang biasanya
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN\ sejelas mungkin tanpa ada perlakuan terhadap objek yang diteliti. 1. Penelitian deskriptif yang ditujukan untuk: 2
BAB III METODOLOGI PENELITIAN\ 1.1 Sifat Penelitian Penelitian ini menggunakan sifat penelitian deskriptif dengan menggunakan pendekatan kualitatif. Penelitian deskriptif ini adalah jenis penelitian yang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Manusia merupakan mahkluk hidup yang tidak dapat hidup tanpa
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Manusia merupakan mahkluk hidup yang tidak dapat hidup tanpa komunikasi. Hanya dengan komunikasi manusia dapat menyampaikan pesan dan maksud sebagai bagian dari tujuannya
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. menggunakan pendekatan deskriptif interpretatif.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Berdasarkan tujuan penelitian yang penulis tetapkan, yaitu untuk mengetahui bagaimana film 9 Summers 10 Autumns mendeskripsikan makna keluarga dan reproduksi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Berbagai budaya terdapat di Indonesia sehingga menjadikannya sebagai negara yang berbudaya dengan menjunjung tinggi nilai-nilainya. Budaya tersebut memiliki fungsi
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Semiotika sebagai Metode Penelitian Semiotika merupakan cabang ilmu yang membahas tentang bagaimana cara memahami simbol atau lambang, dikenal dengan semiologi. Semiologi
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA. Dalam tahap ini, peneliti mulai menerapkan proses representasi yaitu
BAB IV ANALISIS DATA A. TEMUAN PENELITIAN Dalam tahap ini, peneliti mulai menerapkan proses representasi yaitu dengan proses penyeleksian atas tanda-tanda yang ada dengan menggaris bawahi hal-hal tertentu
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. Permasalahan agama menjadi penting dalam suatu kehidupan bernegara karena agama
BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia diciptakan oleh Tuhan bukan hanya sebagai makhluk individu, tetapi juga sebagai makhluk sosial yang membutuhkan orang lain dalam kehidupannya. Dalam
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. film memiliki realitas yang kuat salah satunya menceritakan tentang realitas
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Konteks Penelitian Film adalah suatu media komunikasi massa yang sangat penting untuk mengkomunikasikan tentang suatu realita yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, film memiliki
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian Keragaman tari menjadi salah satu kekayaan Nusantara. Jenis tari tradisi di setiap daerah mempunyai fungsi sesuai dengan pola kehidupan masyarakat daerah
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Pendekatan atau Paradigma Penelitian Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah paradigma interpretif atau interpretive approach. Paradigma interpretif atau
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. hanya merupakan media hiburan yang luar biasa, tetapi film juga memberikan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian Film merupakan bentuk seni kompleks dan media komunikasi unik yang pengaruhnya dapat menjangkau seluruh segmen sosial masyarakat. Film tidak hanya merupakan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam analisis ini adalah kualitatif dengan pendekatan semiotika Barthesian. Definisi metode kualitatif menurut Strauss and
Lebih terperinci40 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma dalam penulisan ini yaitu dengan menggunakan pendekatan paradigma kritis, gagasan utama teori kritis ialah bahwa tidak ada sebuah kebetulan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. yang atas dasar konvensi sosial yang terhubung sebelumnya - dapat
48 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian 1. Analisis Semiotik Secara etimologis istilah semiotika berasal dari kata Yunani Semeion yang berarti tanda. Tanda itu sendiri didefisinikan
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Tipe penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang
BAB III METODE PENELITIAN A. Tipe Penelitian Tipe penelitian ini menggunakan deskriptif kualitatif, yaitu penelitian yang menggunakan latar alamiah. Penelitian kualitatif itu bertumpu secara mendasar pada
Lebih terperinciSemiotika, Tanda dan Makna
Modul 9 Semiotika, Tanda dan Makna Tujuan Instruksional Khusus: Mahasiswa diharapkan dapat mengerti dan memahami jenis-jenis semiotika. 8.3. Saussure: Organisasi Tanda Menurut Saussure, ada dua cara pengoganisasian
Lebih terperinciBAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI, DAN SARAN Pada bagian ini akan diuraikan secara berturut-turut: simpulan, implikasi, dan saran A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan pada bab sebelumnya, dapat
Lebih terperinciBAB IV ANALISIS DATA
BAB IV ANALISIS DATA A. Temuan Penelitian Film merupakan media komunikasi yang efektif untuk menyampaikan pesan sosial maupun moral kepada khalayak dengan tujuan memberikan informasi, hiburan, dan ilmu
Lebih terperinciBAB III METODELOGI PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat
BAB III METODELOGI PENELITIAN 3.1. Sifat Penelitian Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah bersifat interpretatif yaitu peneliti melakukan pengamatan langsung secara menyeluruh dari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Manusia dalam berekspresi dapat diwujudkan dengan berbagai macam cara. Salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan menciptakan sebuah karya sastra baik
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi manusia yang indah, di dalamnya terdapat daya kreatif dan daya imajinasi. Kedua kemampuan tersebut sudah melekat pada jiwa
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. Menurut Kirk dan Miller (1986:9), penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu
55 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Penelitiian ini menggunakan sifat deskriptif dengan pendekatan kualitatif. Menurut Kirk dan Miller (1986:9), penelitian kualitatif adalah tradisi tertentu
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Dalam komunikasi, manusia menggunakan berbagai media untuk menyampaikan pesan.
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dalam komunikasi, manusia menggunakan berbagai media untuk menyampaikan pesan. Studi media massa mencakup pencarian pesan dan makna-makna dalam materinya, karena sesungguhnya
Lebih terperinciBAB 1 PENDAHULUAN. XVIII dan XIX. Universitas Indonesia
1 BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu benda budaya yang dapat ditinjau dan ditelaah dari berbagai sudut. Teks-teks sastra bersifat multitafsir atau multiinterpretasi. Isi,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra bersumber dari kenyataan yang berupa fakta sosial bagi masyarakat sekaligus sebagai pembaca dapat memberikan tanggapannya dalam membangun karya sastra.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil kreasi sastrawan melalui kontemplasi dan refleksi setelah menyaksikan berbagai fenomena kehidupan dalam lingkungan sosialnya. Fenomena
Lebih terperinciMETODE PENELITIAN. penelitian kualitatif. Seperti pendapat yang dikemukakan Bog dandan Taylor
III. METODE PENELITIAN 3.1 Tipe Penelitian Metode penelitian yang digunakan pada penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif. Seperti pendapat yang dikemukakan Bog dandan Taylor (1975) dalam Maleong
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dan segala problematikanya yang begitu beragam. Fenomena-fenomena
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sebuah karya sastra yang baik tidak dapat menghindar dari dimensi kemanusiaan, mempunyai keterkaitan dengan masalah kehidupan manusia, dan segala problematikanya
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang spesifik. Paradigma ini meliputi asumsi asumsi tentang berbagai hal dari
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1. Paradigma Thomas Kuhn memaparkan paradigma merupakan konsep yang didalamnya mengungkapkan pandangan umum arus perkembangan ilmu pengetahuan. Paradigma ini merupakan cara
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG
BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG Komunikasi visual memiliki peran penting dalam berbagai bidang, salah satunya adalah film. Film memiliki makna dan pesan di dalamnya khususnya dari sudut pandang visual.
Lebih terperinciBAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI. 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup
BAB II TINJAUAN PUSTAKA, KONSEP, DAN LANDASAN TEORI 2.1 Tinjauan Pustaka Dewi Lestari adalah salah seorang sastrawan Indonesia yang cukup diperhitungkan karya-karyanya dan dianggap sebagai pengarang produktif
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara
BAB I PENDAHULUAN 1.1. Konteks Masalah Saat ini adalah era di mana orang membeli barang bukan karena nilai manfaatnya, melainkan karena gaya hidup yang disampaikan melalui media massa. Barang yang ditawarkan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. berperan penting atau tokoh pembawa jalannya cerita dalam karya sastra.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra memuat perilaku manusia melalui karakter tokoh-tokoh cerita. Hadirnya tokoh dalam suatu karya dapat menghidupkan cerita dalam karya sastra. Keberadaan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan bentuk realita dari hasil imajinasi dan pengalaman pengarang. Karya sastra hadir bukan semata-mata sebagai sarana ekspresi pengarang saja,
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juga disebut dengan istilah sekar, sebab tembang memang berasal dari kata
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Tembang dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia diartikan sebagai ragam suara yang berirama. Dalam istilah bahasa Jawa tembang berarti lagu. Tembang juga disebut dengan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. memperhitungkan efek yang ditimbulkan oleh perkataan tersebut, karena nilai
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Dasar penggunaan bahasa dalam sastra bukan sekedar paham, tetapi yang penting adalah keberdayaan kata untuk meninggalkan kesan kepada pembaca atau pendengarnya. Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. penikmatnya. Karya sastra ditulis pada kurun waktu tertentu langsung berkaitan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Karya sastra terbentuk atas dasar gambaran kehidupan masyarakat, karena dalam menciptakan karya sastra pengarang memadukan apa yang dialami dengan apa yang diketahui
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Menurut Soemardjo dan Saini K.M (1991:2) sastra merupakan karya fiktif yang dibuat berdasarkan imajinasi dunia lain dan dunia nyata sangat berbeda tetapi saling terkait
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. juga sebagai alat komunikator yang efektif. Film dengan kemampuan daya
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Film selain sebagai alat untuk mencurahkan ekspresi bagi penciptanya, juga sebagai alat komunikator yang efektif. Film dengan kemampuan daya visualnya yang didukung
Lebih terperincidalam arti penelitian merupakan saran untuk pengembangan ilmu ilmu yang mempelajari metode-metode penelitian 49. Metodologi berasal
63 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian merupakan kegiatan pengembangan wawasan keilmuan, dalam arti penelitian merupakan saran untuk pengembangan ilmu pengetahuan maupun
Lebih terperinciBab 1. Pendahuluan. Film Hachiko : A Dog s Story adalah film drama yang didalamnya
Bab 1 Pendahuluan 1.1 Latar Belakang Masalah Film Hachiko : A Dog s Story adalah film drama yang didalamnya bercerita tentang seekor anjing ras Akita inu asal Jepang yang sangat setia pada tuannya. Dalam
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Karya sastra merupakan hasil sastra yang berupa puisi, prosa, maupun
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan hasil sastra yang berupa puisi, prosa, maupun lakon. Karya sastra mengungkapkan makna secara tidak langsung. Karya sastra merupakan sistem
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra diciptakan oleh sastrawan untuk dinikmati dan dipahami serta dimanfaatkan oleh masyarakat pembaca. Karya sastra memberikan kesenangan dan pemahaman
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. dan jenis penelitiannya adalah analisis wacana. Analisis wacana. ilmiah, yang objeknya representatif perempuan muslim dalam
30 BAB III METODE PENELITIAN A. Metode Penelitian 1. Pendekatan penelitian Pendekatan dalam penelitian ini termasuk pendekatan kualitatif dan jenis penelitiannya adalah analisis wacana. Analisis wacana
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. komunikasi yang terjadi antarmanusia. Menurut Moloeng paradigma merupakan pola
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Paradigma Penelitian Paradigma ialah bagaimana kita memandang dunia. Dalam penelitian komunikasi, paradigma digunakan untuk melihat gambaran umum bagaimana komunikasi
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra lahir karena adanya daya imajinasi yang di dalamnya terdapat gagasan, ide, dan perasaan seorang pengarang. Daya imajinasi inilah yang mampu membedakan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Ciri khas merupakan tuntutan dalam derasnya persaingan industri media massa yang ditinjau berdasarkan tujuannya sebagai sarana untuk mempersuasi masyarakat. Sebagaimana
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang yang. memiliki unsur-unsur seperti pikiran, perasaan, pengalaman, ide-ide,
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan gambaran hasil rekaan seseorang yang dituangkan dalam bahasa. Kegiatan sastra merupakan suatu kegiatan yang memiliki unsur-unsur seperti pikiran,
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN. video klip musik Lady Gaga Alejandro dan Applause. Produk media
45 BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Objek/Subyek Penelitian Objek dari penelitian ini adalah adegan atau content yang dimuat dari video klip musik Lady Gaga Alejandro dan Applause. Produk media tersebut
Lebih terperinciBAB VI KESIMPULAN. Pertama, poligami direpresentasikan oleh majalah Sabili, Syir ah dan NooR dengan
BAB VI KESIMPULAN 6.1 Kesimpulan Hasil analisa wacana kritis terhadap poligami pada media cetak Islam yakni majalah Sabili, Syir ah dan NooR ternyata menemukan beberapa kesimpulan. Pertama, poligami direpresentasikan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Karya sastra merupakan wujud dari pengabdian perasaan dan pikiran pengarang yang muncul ketika ia berhubungan dengan lingkungan sekitar. Sastra dianggap sebagai
Lebih terperinciBAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Sunda dan Islam dalam carita pantun Sunda Sri Sadana berlangsung secara
BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI A. Kesimpulan 1. Kesimpulan Khusus. Jikalau menganalisis secara seksama dalam tulisan tesis ini, maka tujuan penelitianya sudah tercapai dan tergambarkan secara utuh. Secara
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. atau nonlapangan yang menggunakan pendekatan paradigma kritis dan jenis
BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan dan Jenis Penelitian Penelitian dengan judul Analisis Semiotika Pidato Susilo Bambang Yudhoyono Dalam Kasus Bank Century merupakan penelitian nonkancah atau nonlapangan
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. sangat dipengaruhi oleh bahasa dan aspek-aspek lain. Oleh karena itu, bagi
1 BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Karya sastra merupakan suatu karya seni yang disampaikan oleh seorang sastrawan melalui media bahasa. Keindahan dalam suatu karya sastra sangat dipengaruhi oleh bahasa
Lebih terperinciBAB III METODE PENELITIAN. Sesuai dengan tema yang diangkat oleh peneliti yaitu berbicara. mengenai makna apa yang mengandung pesan dakwah anak dalam
39 BAB III METODE PENELITIAN A. Pendekatan Dan Jeni s Penelitian Sesuai dengan tema yang diangkat oleh peneliti yaitu berbicara mengenai makna apa yang mengandung pesan dakwah anak dalam program televisi
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1.Paradigma Penelitian Paradigma yang peneliti gunakan dalam penelitian ini adalah paradigma teori kritis (critical theory). Aliran pemikiran paradigma ini lebih senang
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Manusia sebagai makhluk yang berbahasa, berkomunikasi melalui simbol-simbol,
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Manusia sebagai makhluk yang berbahasa, berkomunikasi melalui simbol-simbol, baik itu simbol verbal maupun simbol non verbal. Mengenai bahasa simbolik, menurut
Lebih terperinciBAB 2 LANDASAN TEORI. 9 Universitas Indonesia
BAB 2 LANDASAN TEORI Sebagaimana telah disinggung pada Bab 1 (hlm. 6), kehidupan masyarakat dapat mengilhami sastrawan dalam melahirkan sebuah karya. Dengan demikian, karya sastra dapat menampilkan gambaran
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sastra anak masih terpinggirkan dalam khazanah kesusastraan di Indonesia. Sampai saat ini tidak banyak penelitian yang memperhatikan tentang sastra anak. Hal
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Televisi merupakan salah satu media massa yangcukup populer di tengah
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Televisi merupakan salah satu media massa yangcukup populer di tengah masyarakat. Televisi telah lama menjadi bagian hidup yang menyatu dengan kehidupan sehari-hari
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. dengan apa yang ingin diutarakan pengarang. Hal-hal tersebut dapat
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Berbicara tentang fenomena kesusastraan tentu tidak lepas dari kemunculannya. Hal ini disebabkan makna yang tersembunyi dalam karya sastra, tidak lepas dari maksud pengarang.
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Indonesia, baik untuk bertutur maupun untuk memahami atau mengapresiasi
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kehadiran bahasa Indonesia di tengah-tengah masyarakat Indonesia pada dasarnya berwajah ganda, yaitu sebagai alat pendidikan nasional di satu pihak dan sebagai salah
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. Pembelajaran bahasa Indonesia sangat diperlukan bagi perkembangan
1 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pembelajaran bahasa Indonesia sangat diperlukan bagi perkembangan pendidikan. Mempelajari bahasa Indonesia, berarti ikut serta menjaga dan melestarikan bahasa
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN. menggunakan topeng sebagai ciri khasnya. Tari topeng Betawi awalnya dipentaskan
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Tari Topeng Betawi adalah salah satu tarian adat masyarakat betawi yang menggunakan topeng sebagai ciri khasnya. Tari topeng Betawi awalnya dipentaskan secara berkeliling
Lebih terperinciBAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Media massa saat ini tidak bisa lepas oleh kehidupan manusia dan telah menjadi konsumsi sehari-hari. Televisi bagian dari media massa elektronik telah mengambil
Lebih terperinciBAB III METODOLOGI PENELITIAN
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1 Pendekatan Penelitian Menurut Phillips, pendekatan atau sering pula disebut paradigma ialah seperangkat asumsi, baik tersurat maupun tersirat, yang menjadi landasan bagi
Lebih terperinci