2015 PEMBERDAYAAN MASYARAKAT DI KAMPUNG KREATIF LINGGAWASTU UNTUK MENUMBUHKAN MASYARAKAT GEMAR BELAJAR (LEARNING SOCIETY)

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

A. Latar Belakang. C. Tujuan Pembangunan KSM

MENINJAU KEMBALI WACANA COMMUNITY DEVELOPMENT

BAB II RENCANA PEMBANGUNAN JANGKA MENENGAH DAERAH (RPJMD)

2015 STUDI TENTANG PEMBERDAYAAN PARTISIPATIF DALAM MEMBANGUN KEMANDIRIAN EKONOMI DAN PERILAKU WARGA MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN DAERAH

PENDAMPINGAN DALAM PROSES PERENCANAAN PARTISIPATIF PROGRAM PENATAAN LINGKUNGAN PERMUKIMAN BERBASIS KOMUNITAS (PLPBK)

2015 DAMPAK HASIL BELAJAR PROGRAM KEAKSARAAN USAHA MANDIRI TERHADAP MINAT BERWIRAUSAHA MASYARAKAT

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. usaha ekonomi desa, pengembangan Lembaga Keuangan Desa, serta kegiatankegiatan

P. S., 2016 PEMANFAATAN HASIL BELAJAR PADA PELATIHAN KETERAMPILAN MEKANIK OTOMOTIF

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

2015 PROSES PEMBERDAYAAN MASYARAKAT MELALUI PENYELENGGAARAN PROGRAM DESA VOKASI

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

2015 PENINGKATAN KEMAMPUAN MEMBACA DAN MENULIS PADA IBU-IBU AISYIYAH MELALUI STRATEGI PEMBELAJARAN PARTISIPATIF BERORIENTASI KECAKAPAN HIDUP

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Ema Sumiati, 2015

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan pola kehidupan masyarakat. Dalam memenuhi kebutuhankebutuhan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Kajian Pendidikan Non-formal pada sisi masyarakat sebagai sasaran

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pembangunan bangsa. Melihat kondisi masyarakat Indonesia

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Cahyo Budi Santoso, 2015

BAB I PENDAHULUAN. Masyarakat dan bangsa Indonesia sedang memasuki abad ke-21, era

BAB I PENDAHULUAN. karena pendidikan dapat meningkatkan segenap potensi peserta didik menjadi

BAB VII KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan. membuktikan bahwa proses ini dapat menjawab kebutuhan masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Thomy Sastra Atmaja, 2013

I. PENDAHULUAN. beberapa ciri yang perlu diketahui oleh masyarakat diantaranya adalah tersedianya

RANCANGAN PROGRAM RENCANA AKSI PENGEMBANGAN KBU PKBM MITRA MANDIRI

TERWUJUDNYA MASYARAKAT BONDOWOSO YANG BERIMAN, BERDAYA, DAN BERMARTABAT

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS TAHUN : 2013 NOMOR : 22 PERATURAN DAERAH KABUPATEN CIAMIS NOMOR 22 TAHUN 2013 TENTANG

BAB II KAJIAN TEORITIS

II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori Pemberdayaan Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. berfungsi sepenuhnya sesuai dengan kebutuhan pribadinya maupun kebutuhan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Implementasi Kurukulum 2013 Pada Pembelajaran PAI Dan Budi Pekerti

PLS Masa DEPAN dan Tantangannya. Strategi Pengembangan. Menyiapkan kurikulum yang menyatu dengan perubahan-perubahan

BAB I PENDAHULUAN. Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan bahwa pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Implementasi Program Pemberdayaan Masyarakat Upaya penanggulangan kemiskinan yang bertumpu pada masyarakat lebih dimantapkan kembali melalui Program

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. memiliki pengetahuan dan keterampilan serta menguasai teknologi, namun juga

BAB I PENDAHULUAN. aktivitasnya berada di luar lingkup universitas atau perguruan tinggi. Organisasi

BAB I PENDAHULUAN. cukup mendasar, terutama setelah diberlakukannya Undang-Undang Republik

WALIKOTA BANDUNG PROVINSI JAWA BARAT PERATURAN DAERAH KOTA BANDUNG NOMOR 01 TAHUN 2016 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA,

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. modal sosial menempati posisi penting dalam upaya-upaya. pemberdayaan dan modal sosial, namun bagaimanapun unsur-unsur

TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB VI STRATEGI DAN ARAH KEBIJAKAN

WALIKOTA MAKASSAR PROVINSI SULAWESI SELATAN PERATURAN WALIKOTA MAKASSAR NOMOR 8 TAHUN 2017 TENTANG KEPEMUDAAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

VIII. PENYUSUNAN PROGRAM PENGUATAN KELEMBAGAAN UAB TIRTA KENCANA

PERENCANAAN PARTISIPATIF. Oleh : Bella Ardhy Wijaya Masry ( )

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya pendidikan nasional berfungsi mengembangkan. kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat.

Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah Kota Medan Tahun BAB 1 PENDAHULUAN

PENGERTIAN PENYULUHAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

PEMERINTAH KABUPATEN KUDUS PERATURAN DAERAH KABUPATEN KUDUS NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG LEMBAGA KEMASYARAKATAN DI KELURAHAN

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. ahlinya. 1 Secara umum para lulusan dari sekolah/madrasah dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Nonformal merupakan jalur pendidikan di luar pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Secara umum kita dapat melihat bahwa pada saat ini kondisi rakyat yang

mereka bekerja di proyek pertambangan migas tersebut.

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN. Visi Pembangunan Jangka Menengah Kabupaten Aceh Tamiang Tahun 2013-

Pendahuluan. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Muhammad Iqbal Radhibillah, 2013

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

Terwujudnya Kota Mojokerto sebagai Service City yang Maju, Sehat, Cerdas, Sejahtera dan Bermoral.

BAB I PENDAHULUAN. Peranan Organisasi Kepemudaan Dalam Pembinaan Pribadi Yang Partisipatif Di Masyarakat

BAB I PENDAHULUAN. Tuntutan masa depan pembangunan bangsa mengharapkan penduduk yang

BAB III METODE PENELITIAN

2014 PELAKSANAAN PROGRAM PENDIDIKAN KECAKAPAN HIDUP DALAM UPAYA PENINGKATAN PENDAPATAN MASYARAKAT.

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

6.1. Strategi dan Arah Kebijakan Pembangunan

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. dipisahkan dalam kehidupan seseorang baik dalam keluarga ataupun. masyarakat. Pendidikan anak usia dini merupakan salah satu bentuk

BAB I PENDAHULUAN. Latar Belakang Masalah

Komitmen itu diperbaharui

BAB 2 PERENCANAAN DAN PENETAPAN KINERJA

II. TINJAUAN PUSTAKA. nilai budaya, memberikan manfaat/benefit kepada masyarakat pengelola, dan

JURNAL PAEDAGOGY. Jurnal Penelitian dan Pengembangan Pendidikan. Daftar Isi. Volume 3 Nomor 1 Edisi Mei 2016 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan mendasar untuk kehidupan yang

BAB I PENDAHULUAN. merupakan prasyarat utama untuk memperbaiki derajat kesejahteraan rakyat.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Raden Aufa Mulqi, 2016

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Demikian juga halnya dengan kemiskinan, dimana kemiskinan

BAB I PENDAHULUAN. Upaya pembangunan pendidikan di Indonesia dilaksanakan dalam berbagai

BAB V. VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN PEMBANGUNAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan dapat berlangsung melalui lembaga pendidikan informal, lembaga

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

BAGIAN I. PENDAHULUAN

BAB I PENDAHULUAN. sampai dengan Sekolah Menengah Atas (SMA). Matematika perlu. diberikan kepada semua siswa mulai dari sekolah dasar untuk

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Manusia memegang peranan penting dalam pembangunan suatu bangsa,

BAB I PENDAHULUAN. Profil Lulusan Program Studi Ilmu Pendidikan Agama Islam Tahun dan Relev Ansinya dengan Penyerapan Dunia Kerja

BAB V VISI, MISI, TUJUAN DAN SASARAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

1 BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Perjalanan tentang pemberdayaan masyarakat di Indonesia tak lepas dari catatan sejarah sejak pra kemerdekaan bangsa Indonesia pada tahun 1945. Pada masa pra kemerdekaan 1945 pemberdayaan masyarakat di Indonesia dikenal dengan istilah Pembangunan Masyarakat. Pengertian mengenai pemberdayaan masyarakat dari Perserikatan Bangsa- Bangsa atau United Nations seperti yang diadopsi dari buku yang ditulis oleh L. Nancy & L. Roger, mencatat pembangunan masyarakat adalah: as the process by which the efforts of the people themselves are united with those of governmental authorities to improve the economic, social and cultural conditions of communities, to integrade these communities into the life of the nations, and to enable them to contribute fully to national progress (2008, hlm. 131). Hal tersebut dimaknai bahwa pembangunan masyarakat merupakan suatu proses di mana usaha-usaha dan potensi-potensi yang dimiliki masyarakat diintegrasikan dengan kemampuan pemerintah untuk meningkatkan kemajuan ekonomi, sosial, dan budaya suatu komunitas atau masyarakat agar mereka mampu berkontribusi penuh dalam kemajuan negaranya. Sejarah mencatat fokus pembangunan masyarakat pada masa itu diantaranya adalah pergerakan perjuangan dalam bidang politik yang ditujukan untuk mengalahkan kependudukan kolonial Belanda dan bangsa Jepang dalam rangka merebut kemerdekaan bangsa lewat pertumbuhan partai-partai politik, gerakan pemupukan semangat kebangsaan dan pemupukan patriotisme, serta tumbuhnya gerakan-gerakan para pembelajar pribumi dalam bidang pendidikan dan ekonomi. Bentuk-bentuk pemberdayaan yang dilakukan tak lepas dari peran pendidikan non formal yang telah berkembang sejak dulu dalam bentuk magang dan belajar secara individual maupun berkelompok. Misalnya dalam bidang pendidikan agama, pendidikan membaca Al-qur an atau pelajaran lain tentang agama Islam yang dikembangkan lewat pendidikan di madrasah atau langgar oleh guru mengaji atau tutor. Selain di langgar, pendidikan agama juga dilakukan di

2 pesantren-pesantren oleh Kyai atau Ustadz yang pengajarannya didasarkan pada kemampuan santri-santinya. Selain itu, pemberdayaan masyarakat dikembangkan pula oleh pemimpin pergerakan kemerdekaan dalam bentuk kursus kewanitaan, kursus pengetahuan umum dan politik, kepanduan atau kepramukaan, pendidikan olahraga bagi pemuda, dan memperbanyak taman bacaan dengan memajukan perpustakaan, seta penerbitan surat kabar dan majalah. Pemberdayaan masyarakat dalam perjuangan politik pasca kemerdekaan menunjukkan perkembangan yang cukup signifikan, bentuk-bentuk pemberdayaan lewat pendidikan non formal pada masa ini meliputi: kursus pemberantasan buta aksara, kursus pengetahuan umum, pengadaan taman bacaan, penyuluhan dan penerangan. Fokus pemerintah mulai berkembang pada pendidikan untuk masyarakat yang secara khusus dikelola oleh Jawatan Pendidikan Masyarakat (Penmas) di bawah Kementrian Pendidikan, Pengkajian dan Kebudayaan (PPK) yang didirikan pada 1 Agustus 1949 yang bertugas untuk membangun, menyadarkan, menginsyafkan dan mengisi masyarakat di luar dunia sekolah, agar tiap warga negara menjadi anggota masyarakat yang sadar untuk hidup berguna dan berharga bagi negara, nusa, bangsa dan dunia. Bidang cakupan Jawatan Penmas dijelaskan melalui Peraturan Pemerintah Nomor 8 Tahun 1950, diantaranya: menentukan corak, macam serta isi pendidikan dan pengajaran kepada warga negara, baik di dalam maupun di luar sekolah kecuali mengenai hal-hal agama (Subrata dan Atmaja, 1993, hlm. 7). Pembangunan masyarakat desa menjadi perhatian pemerintah pada saat pasca kemerdekaan karena sebagian besar masyarakat Indonesia tinggal di wilayah pedesaan. Pembangunan ditekankan pada upaya untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat desa. Implikasi titik pusat pembangunan pedesaan adalah manusia (masyarakat). Oleh karena itu, masyarakat merupakan objek sekaligus subjek pembangunan. Masyarakat sebagai objek pembangunan berarti pembangunan dilakukan terhadap masyarakat dan untuk masyarakat. Sedangkan masyarakat sebagai subjek pembangunan berarti pembangunan dilakukan oleh masyarakat.

3 Pemberdayaan masyarakat merupakan upaya untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat bawah (grass root) yang dalam hal ini sering dimaknai sebagai kalangan masyarakat marjinal dengan latar belakang kemiskinan dan keterbelakangan. Kini sasaran pemberdayaan masyarakat tidak sekedar berhubungan dengan masyarakat marjinal dengan latar belakang kemiskinan, kebodohan dan keterbelakangan, namun pemberdayaan bergerak dan melaju seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, budaya masyarakat, serta kebutuhan dan kondisi masyarakat itu sendiri. Perubahan dan pengembangan cakupan pemberdayaan masyarakat memberikan nuansa baru dalam menyediakan layanan pemberdayaan bagi masyarakat (Kamil, 2009, hlm. 50). Termasuk di dalamnya kini mulai melayani segenap warga belajar agar tumbuh dan berkembang sedini mungkin dan sepanjang hayatnya guna meningkatkan martabat dan mutu kehidupannya, membina warga belajar agar memiliki pengetahuan, keterampilan, dan sikap mental yang diperlukan untuk mengembangkan diri, bekerja mencari nafkah atau melanjutkan kembali ketingkat atau jenjang pendidikan yang lebih tinggi, dan memenuhi kebutuhan belajar masyarakat yang tidak dapat terpenuhi dalam jalur pendidikan sekolah formal (dalam Utami. (2013). Sikap Warga Belajar Terhadap Pendidikan Kesetaraan pada PKBM Primatrain Kota Pekanbaru, diakses dari http://repository.unri.ac.id/xmlui/bitstream/handle/ 123456789/4417/7.Sisca%20Putri%20Utami.pdf?sequence=1, pada 25 Maret 2015). Aktifitas pemberdayaan mengandung makna mengembangkan kekuatan masyarakat untuk menciptakan dan mengembangkan kondisi-kondisi bagi kemajuan ekonomi dan sosial masyarakat seluruhnya melalui partisipasi aktif dari masyarakat yang bersangkutan. Karena itulah masyarakat harus didorong untuk memikirkan bagaimana cara mengatasi permasalahan dalam perkembangan masyarakat yang begitu cepat dan dinamis. Kamil (2009, hlm. 54) menyebutkan bahwa dalam pemberdayaan masyarakat nampak jelas peran pendidikan non formal yang dapat dilihat dari,

4 (1) hakikat pendidikan non formal adalah membelajarkan masyarakat yang dilakukan di luar sistem persekolahan, (2) kegiatan pembelajaran dalam pendidikan non formal merupakan aktivitas yang disengaja dan diorganisasi secara sistematis untuk mencapai tujuan ertentu, (3) sesuai dengan fungsi pendidikan non formal sasarannya adalah semua masyarakat dalam membantu membelajarkan (pemerataan pendidikan), (4) bertujuan memberikan bekal pengetahuan, sikap, dan keterampilan dalam rangka meningkatkan taraf hidupnya dan pengembangan sumber daya manusia sebagai modal pembangunan nasional. Atas pertimbangan tersebut, pemberdayaan masyarakat yang merupakan bagian dari pendidikan non formal diyakini sebagai sebuah solusi aktif dan partisipatif dalam rangka memecahkan permasalahan-permasalah sosial yang terjadi di tengah-tengah masyarakat. Oleh karena menyadari bahwa pemberdayaan memosisikan masyarakat sebagai sentral, maka ada beberapa peran masyarakat yang harus diperhatikan, antara lain: (1) memosisikan masyarakat sebagai perencana, pelaksana, dan pengelola kegiatan pendidikan yang mengutamakan prinsip dari masyarakat, oleh masyarakat, untuk masyarakat, dan di dalam lingkumgan masyarakat, (2) menempatkan dan menjadikan masyarakat sebagai pusat orientasi pelaksanaan pendidikan. Pendidikan yang dilaksanakan terkait dan terintegrasi dengan pengelolaan sumberdaya alam, mata pencaharian, potensi industri, potensi ekonomi, perkembangan sosial kemasyarakatan, norma-norma dan kebudayaan, (3) mempertajam pelayanan pendidikan masyarakat yang fokusnya pada kebutuhan nyata masyarakat dan kebutuhan pasar sehingga penyelenggaraan program pendidikan masyarakat menunjang kehidupan masyarakat itu sendiri dan bermakna bagi kehidupan masyarakat dan bangsa di masa depan, (4) membangun pilar-pilar pendidikan masyarakat di dalam organisasi masyarakat yaitu melalui belajar untuk tahu (learning to know), belajar bagaimana berbuat sesuatu yang bermanfaat (learning to do), belajar mengenal diri sendiri dan belajar bermasyarakat (learning to life together), dan menggali hal-hal baru yang diperlukan oleh masyarakat untuk kelanjutan hidup di masa depan, (5) membangkitkan energi kreativitas masyarakat dalam penyelenggaraan pendidikan masyarakat yang dimanfaatkan sebesar-besarnya untuk kepentingan membebaskan diri dari kebodohan, kemiskinan dan keterbelakangan, dan (6) mewujudkan kehidupan masyarakat yang gemar belajar dan membelajarkan

5 sesamanya (learning-teaching society) (dalam Sutisna, Isu-Isu Pendidikan Masyarakat, diakses dari http://fip.unj.ac.id/sites/default/files/isu- Isu%20Pendidikan%20Masyarakat.pdf, pada 25 Januari 2015). Munculnya masyarakat gemar belajar (learning society) sebagai master concept, mendorong individu, lembaga, asosiasi, masyarakat peduli pendidikan atau badan usaha lain untuk ikut berpartisipasi dalam mengembangkan cara berpikir baru dalam merespon tantangan kebutuhan baru masyarakat tentang pendidikan dan belajar. Masyarakat gemar belajar memberikan ruh dan nuansa pendidikan baru sebagai wujud nyata model pendidikan sepanjang hayat (Kamil, 2009, hlm. 50). Penumbuhankembangan kesadaran masyarakat akan terasa sulit, apabila tidak memberi kepercayaan kepada masyarakat untuk mengembangkan kreativitasnya. Sehingga perlu adanya suatu inovasi pada pelaksanaan pemberdayaan masyarakat yang mengikuti perkembangan masyarakat, baik dari kalangan birokrat, lembaga-lembaga swasta, maupun masyarakat itu sendiri. Pemerintah dan organisasi swasta pemerhati masyarakat harus mampu dengan cermat melihat kekuatan yang ada di masyarakat dan masyarakatpun harus mempunyai keberanian mengutarakan apa sebenarnya yang dibutuhkan. Diperlukan strategi dan pendekatan khusus secara terintegrasi dan berkelanjutan sehingga efektivitasnya dapat dirasakan optimal. Partisipasi umum menjadi sangat penting mengingat kompleksitasnya masalah-masalah sosial yang ada. Penanggulangan permasalahan sosial tentu bukan hanya tanggung jawab pemerintah saja, tapi penanggulangan tersebut merupakan permasalahan yang menjadi tanggung jawab seluruh pihak terkait. Terdapat tiga alasan mengapa partisipasi masyarakat sangat penting dalam proses permberdayaan. Pertama, partispasi masyarakat merupakan suatu alat guna memperoleh informasi mengenai kondisi, kebutuhan, dan sikap masyarakat, tanpa kehadirannya program pembangunan serta proyek-proyek akan gagal, alasan kedua adalah bahwa masyarakat akan lebih mempercayai proyek atau program pembangunan jika merasa dilibatkan dalam proses persiapan dan perencanaannya, karena mereka akan mengetahui seluk beluk proyek tersebut dan akan mempunyai rasa memiliki terhadap poyek tersebut. Alasan ketiga yang mendorong adanya

6 partisipasi umum karena timbul anggapan bahwa merupakan suatu hak demokrasi bila masyarakat dilibatkan dalam pembangunan masyarakat mereka sendiri (dalam Kangkumis. (2013). Teori Partisipasi. Diakses dari http://de.slideshare.net/kangkumis/teori-partisipasi. Diakses pada 27 Maret 2015). Untuk itulah Bandung Creative City Forum (BCCF), sebuah forum dan jejaring lintas komunitas yang ada di Kota Bandung mencoba untuk memfasilitasi masyarakat lewat sebuah project, Kampung Kreatif. Kampung Kreatif merupakan upaya kolaborasi komunitas-komunitas kreatif bersama warga lokal untuk berbagi dan bertukar ide serta saling berinteraksi secara intensif dalam merespon karakter spesifik dari lingkungan tempat tinggal mereka. Kampung Kreatif merupakan variasi program dari penjabaran pendidikan non formal yang terintegrasi dengan kehidupan masyarakat dan berangkat dari kondisi dan kebutuhan yang ada di wilayah setempat. Sebutan Kampung Kreatif yang dimaksudkan adalah master project dari bentuk kegiatan yang dilakukan oleh masyakarat di area kampung, sebagai bagian dari pengembangan kewilayahan dan upaya penyelesaian solusi dari permasalahan-permasalahan sosial yang difokuskan kepada permasalahan lingkungan, pendidikan dan perekonomian masyarakat. Kampung Linggawastu yang terletak di Kelurahan Tamansari Kota Bandung merupakan contoh kampung kreatif yang tengah dibentuk dengan penyesuaian terhadap karakteristik kampung yang memiliki kelebihan, kekurangan dan permasalahan yang dimiliki. Pembentukan Kampung Kreatif di Kampung Linggawastu merupakan salah satu kegiatan pemberdayaan masyarakat (community development) yang digagas sebagai sarana penerapan strategi Kota Kreatif pada skala kampung. Melalui Kampung Kreatif, dilaksanakan peningkatan kompetensi untuk para siswa PAUD dan anak-anak usia sekolah dasar melalui Kelas Kreatif kegiatan pembelajaran aktif dan kreatif lewat kegiatan-kegiatan edukatif berlandaskan potensi lokal masyarakat setempat. Kegiatan untuk para remaja melalui program Y-Plan kegiatan-kegiatan untuk mengenal dan mengembangkan potensi kampung. Sedangkan untuk para ibu diadakan peningkatan kreativitas lewat kegiatan bank sampah, penguatan ekonomi lewat pembentukan koperasi produk-produk hasil dari bank sampah, dan kegiatan

7 pendampingan di Komunitas Bank Sampah Sabilulungan. Kegiatan-kegiatan ini bertujuan memberikan pengetahuan, keterampilan dan menanamkan sikap-sikap positif melalui berbagai variasi dan bentuk kegiatan pendidikan non formal yang disesuaikan dengan jenis kegiatannya. Kampung Kreatif yang dilakukan kembali pada tahun 2014, membawa semangat pembaharuan baru dan inovasi yang dilakukan dalam rangka memberdayakan masyarakat kampung berdasarkan potensi-potensi lokal. Focus Group Discussion (FGD) antara pihak BCCF sebagai fasilitator dan masyarakat RW 16 dan selanjutnya dengan para ketua RW sekelurahan Tamansari dilakukan sebagai salah satu tahap dalam pembentukan Kampung Kreatif Linggawastu agar masyarakat dapat mengerti dan memahami program yang akan digulirkan sehingga tercipta kesamaan visi dan misi tentang Kampung Kreatif. Pemetaan potensi dan permasalahan yang ada juga dilakukan agar hasil pemetaan dapat berguna dalam penentuan formula dan kegiatan yang tepat di Kampung Kreatif. Selain masyarakat bekerja bersama para komunitas di sekitar Kota Bandung, semangat pemberdayaan ini tak lepas dari peran para volunteer yang bersifat sukarela membantu pergerakan kegiatan ini. Memasyarakatkan bekal-bekal pendidikan dan keterampilan dan usaha pendidikan lainnya secara luas melalui organisasi masyarakat dalam dunia pendidikan, dikenal juga dengan sebutan masyarakat gemar belajar (learning society). Iklim tersebut mendorong terbukanya kesempatan bagi setiap orang, organisasi, institusi sosial, industri dan masyarakat untuk belajar mandiri (independent learning) dalam rangka memenuhi kebutuhan sepanjang hayat, agar selalu mendidik diri dan masyarakat di lingkungannya dan merupakan sisi positif dari lahirnya konsep-konsep yang mendasari pendidikan non formal (dalam Kamil. Dalam Kajian Pendidikan Non Formal pada Sisi Masyarakat sebagai Sasaran. Diakses dari http://file.upi.edu/direktori/fip/jur._pend._luar_ SEKOLAH/196111091987031001- _Non.pdf. Pada 1 April 2015). MUSTOFA_KAMIL/Kajian_Pendidikan Lewat Kampung Kreatif melalui kolaborasi dari berbagai stakeholder yang ada mencoba menciptakan masyarakat yang berdaya yang hidup dalam suatu masyarakat madani (civil society), yang percaya atas kemampuan para anggotanya

8 untuk menciptakan kehidupan yang lebih baik serta masyarakat yang menyadari akan hak-hak dan kewajibannya dalam hidup bermasyarakat. Pemberdayaan masyarakat melalui Kampung Kreatif dalam menumbuhkan masyarakat gemar belajar (learning society) ini sejalan dengan konsep umum Pendidikan Non Formal (PNF) yang kegiatannya sangat identik dengan pendidikan dan merupakan hakikat pendidikan itu sendiri, karena apa yang disebut dengan pendidikan termasuk pendidikan luar sekolah atau pendidikan non formal adalah usaha memberdayakan manusia, memampukan manusia, mengembangkan kompetensi yang ada pada diri manusia dan lingkungannya agar dengan kemampuan atau potensi yang dimilikinya dapat dikembangkan melalui pendidikan dan pembelajaran. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui bagaimana proses pembentukan, pemberdayaan dan pengembangan Kampung Kreatif Linggawastu dalam rangka menumbuhkan masyarakat gemar belajar (learning society). Untuk mencapai tujuan tersebut, peneliti menetapkan empat sasaran penelitian. Pertama, bagaimana proses pembentukan Kampung Kreatif Linggawastu. Kedua, apa saja komponen strategis dalam proses pemberdayaan masyarakatnya. Ketiga, peranan stakeholders yang terlibat dalam proses pemberdayaannya, dan keempat, mengenai perubahan tingkah laku yang dialami masyarakat Kampung Linggawastu selama proses pemberdayaan. B. Identifikasi dan Rumusan Masalah Penelitian Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diungkapkan di atas, serta berdasarkan pengamatan dan pengalaman peneliti di lapangan terkait dengan Pemberdayaan Masyarakat di Kampung Kreatif Linggawastu untuk Menumbuhkan Masyarakat Gemar Belajar (Learning Society), maka peneliti mengidentifikasi lima permasalahan, diantaranya: 1. Berbagai potensi dan permasalahan yang ada di Kampung Linggawastu merupakan mula dari bagaimana pemberdayan masyarakat di lakukan di daerah ini. Adanya komunitas kreatif seperti keberadaan Komunitas Bank Sampah Sabilulungan yang produktif dengan produk-produk olahan sampah, komunitas musik KABUT SALJU, serta komunitas remaja GARDA,

9 komunitas pengajian Al-Ikhwan, menjadi salah satu aspek kreatif yang dipertimbangkan ketika Kampung Kreatif dilakukan di sini. Posisi Linggawastu yang berada di wilayah sempadan sungai Cikapundung serta didukung oleh tekanan angin yang cukup tinggi karena berada di bawah Jembatan Pasopati merupakan salah satu aspek fisik yang menjadi faktor pendukungnya. Kemudian berbagai permasalahan yang dihadapi merupakan pekerjaan rumah yang menunggu yang harus segera diselesaikan oleh masyarakatnya saat ini hingga di kemudian hari. Dengan segala problematika yang ada, Kampung Kreatif diharapkan menjadi sebuah formula baru untuk belajar menyelesaikan problematika tersebut. 2. Pemberdayaan masyarakat di Kampung Linggawastu merupakan proses mengedukasi masyarakat dalam rangka meningkatkan kualitas hidupnya melalui pemanfaatan potensi dan sumber daya yang dimiliki. Kegiatan pemberdayaan yang dilakukan di Kampung Linggawastu dilakukan secara bottom up, di mana masyarakat berinisiatif untuk merubah kondisinya sendiri menuju kearah perubahan dengan tetap mempertimbangkan potensi serta permasalahan yang dihadapi. 3. Masyarakat miskin, drop out, pengangguran, masyarakat yang mengalami keterbelakangan selalu dititikberatkan sebagai permasalahan pemberdayaan masyarakat. Pemberdayaan yang dilakukan di Kampung Linggawastu merupakan kegiatan perluasan pemberdayaan yang meluas seiring dengan pertumbuhan dan kemajuan budaya masyarakat di sekitarnya. 4. Fenomena yang terjadi di masyarakat menunjukkan bahwa lembaga-lembaga formal dan pemerintah belum dapat menggenapkan upaya-upayanya dalam menyelesaikan permasalahan-permasalahan sosial yang ada di masyarakat. Untuk itulah proses pemberdayaan masyarakat yang dilakukan di Kampung LInggawastu diperankan melalui kolaborasi aktif antara pemerintah, organisasi swasta, institusi sosial dan masyarakat itu sendiri dalam rangka mencapai tujuan pemberdayaan masyarakat yang selaras dengan tujuan pembangunan nasional yang tertuang dalam Undang-Undang Dasar 1945. 5. Masyarakat gemar belajar (leraning society) dimaknai perubahan masyarakat dari kehidupan semu sebagai masyarakat yang tengah memimpikan sesuatu

10 yang indah namun berada di luar jangkuan. Kondisi ini oleh Paulo Freire digambarkan dengan suasana kehidupan masyarakat yang merasa tertekan dan bodoh. Saat ini, proses untuk menumbuhkan masyarakat gemar belajar (learning society) di Kampung Linggawastu merupakan salah satu cita-cita dari gerakan pemberdayaan masyarakat yang dilakukan di Linggawastu. Lewat Kampung Kreatif, diharapkan dapat mendorong terbukanya kesempatan bagi setiap orang, organisasi, institusi sosial, industri dan masyarakat untuk belajar mandiri (independent learning) untuk memenuhi kebutuhan sepanjang hayat, agar selalu mendidik diri dan masyarakat di lingkungannya. Sesuai latar belakang dan identifikasi masalah yang telah diuraikan sebelumnya, penulis membuat satu rumusan penelitian yang kemudian akan dijabarkan ke empat pertanyaan penelitian, yaitu: 1. Bagaimana proses pemberdayaan di Kampung Kreatif Linggawastu untuk menumbuhkan masyarakat gemar belajar (learning society) di daerahnya? Selanjutnya penulis menjabarkan ke dalam empat pertanyaan penelitian, diantaranya: 1. Bagaimana proses pembentukan Kampung Kreatif Linggawastu? 2. Apa saja komponen strategis dalam proses pemberdayaan masyarakat di Kampung Kreatif Linggawastu untuk menumbuhkan masyarakat gemar belajar (learning society)? 3. Bagaimana peranan stakeholders dalam proses pemberdayaan masyarakat di Kampung Kreatif Linggawastu untuk menumbuhkan masyarakat gemar belajar (learning society)? 4. Bagaimana perubahan tingkah laku masyarakat selama proses pemberdayaan masyarakat di Kampung Kreatif Linggawastu berlangsung? C. Tujuan Penelitian Sesuai dengan rumusan masalah penelitian, maka tujuan penelitian ini adalah sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan proses pembentukan Kampung Kreatif Linggawastu.

11 2. Menganalisis komponen strategis dalam proses pemberdayaan masyarakat di Kampung Kreatif Linggawastu untuk menumbuhkan masyarakat gemar belajar (learning society). 3. Menganalisis peranan stakeholders dalam proses pemberdayaan masyarakat di Kampung Kreatif Linggawastu untuk menumbuhkan masyarakat gemar belajar (learning society). 4. Mendeskripsikan perubahan tingkah laku masyarakat selama proses pemberdayaan masyarakat di Kampung Kreatif Linggawastu berlangsung. D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat dari Segi Teori Melalui penelitian ini, peneliti berharap dapat memberikan sebuah kontribusi dalam khazanah ilmu pengetahuan khususnya dalam pengembangan ilmu pemberdayaan masyarakat melalui program-program kreatif dalam hubungannya dalam menumbuhkan masyarakat gemar belajar (learning society). 2. Manfaat dari Segi Praktis a. Bagi Penulis Melalui penelitian ini, peneliti berharap dapat menambah pengetahuan dan pengembangan pola pikir penulis, khususnya dalam khazanah ilmu pengetahuan, umumnya dalam pengembangan ilmu pemberdayaan masyarakat melalui program-program kreatif dalam hubungannya dalam menumbuhkan masyarakat gemar belajar (learning society). b. Bagi Pihak Lembaga Bagi pihak lembaga terkait, peneliti berharap penelitian ini dapat memberikan kontribusi agar dapat meningkatkan kualitas dan pelayanan program bagi masyarakat. c. Bagi Dunia Pendidikan pada Umumnya Penelitian ini dapat digunakan sebagai acuan dan sumber inspirasi untuk lebih memperdalam permasalahan yang berkaitan dengan pemberdayaan masyarakat dalam kaitannya dengan masyarakat gemar belajar (learning society)

12 E. Struktur Organisasi Skripsi Dalam rangka mendukung keberlangsungan penelitian dengan disesuaikan pada kaidah-kaidah penulisan karya ilmiah Universitas Pendidikan Indonesia pada tahun 2014, maka peneliti akan memberikan gambaran umum mengenai isi dan materi dari skripsi ini yang terdiri dari: BAB I PENDAHULUAN, merupakan bagian dari uraian mengenai latar belakang penelitian yang dilakukan, pemaparan identifikasi dan rumusan-rumusan masalah penelitian, tujuan penelitian, manfaat penelitan serta termasuk di dalamnya struktur oganisasi skripsi atau gambaran kandungan dari setiap bab skripsi ini. BAB II KAJIAN PUSTAKA, merupakan pemaparan mengenai konteks terhadap topik atau permasalahan yang diangkat dalam penelitian. Pada bagian ini akan dijelaskan mengenai konsep-konsep, dalil-dalil, teori-teori, dan hukumhukum. BAB III METODE PENELITIAN, merupakan bagian mengenai pemaparan prosedur alur penelitian dimulai dengan subjek penelitian, pendekatan penelitian yang dilakukan, instrumen penelitian yang digunakan, langkah analisis data yang dijalankan hingga isu etik dari penelitian ini. BAB IV TEMUAN DAN BAHASAN, pada bab ini peneliti menyampaikan dua hal utama; yakni (1) temuan penelitian berdasarkan hasil pengolahan dan analisis data dengan berbagai kemungkinan bentuknya sesuai dengan urutan rumusan permasalahan penelitian, dan (2) pembahasan temuan penelitian untuk menjawab pertanyaan penelitian yang telah dirumuskan sebelumnya. BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI, menyajikan penafsiran dan pemaknaan peneliti terhadap hasil analisis temuan penelitian sekaligus mengajukan hal-hal penting yang dapat dimanfaatkan dari hasil penelitian yang telah dilakukan.