BAB I PENDAHULUAN. Setiap unit usaha atau organisasi merupakan sebuah sistem, yang

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Muhammad Khoerudin, 2016

BAB V KESIMPULAN IMPLIKASI DAN SARAN. Setelah melalui serangkaian proses pengamatan empirik, kajian teoritik, penelitian

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai sarana vital dalam pengembangan Sumber Daya. Manusia, merupakan suatu kebutuhan yang tidak dapat dipisahkan dari

Pilihlah satu jawaban yang paling tepat

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. siswa. Berdasarkan program pendidikan tersebut siswa melakukan berbagai kegiatan belajar,

BAB I PENDAHULUAN. pada mutu output pengajarannya. Bila seluruh guru menunjukkan. pemimpin pengajaran yang bertanggung jawab untuk pencapaian tujuan.

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. SMA Negeri 2 Sarolangun) dapat disimpulkan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan tidak terlepas dari kualitas pendidikan itu sendiri. Banyak

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Mulyasa (2006:3) perwujudan masyarakat yang berkualitas

BAB I PENDAHULUAN. masa sentralisasi segala sesuatu seperti: bangunan sekolah, kurikulum,

BAB I PENDAHULUAN. Efektivitas proses..., Hani Khotijah Susilowati, FISIP UI, Universitas Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. guru, siswa, orang tua, pengelola sekolah bahkan menjadi tujuan pemerintah.

BAB VI KESIMPULAN. tiga sub bab pokok bahasa, yaitu kesimpulan, Implikasi dan saran.

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. manajemen pendidikan di sekolah dapat diambil kesimpulan sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan di era otonomi daerah menghadapi tantangan besar dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi peranan sumber daya manusia adalah. sumber penentu atau merupakan faktor dominan dalam pembangunan suatu

PENYUSUNAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Tuti Rohayati, 2014

BAB I PENDAHULUAN. Nasional No. 20/2003, bahwa pendidikan nasional bertujuan untuk

Kebijakan Mutu Akademik FAKULTAS EKONOMI UNIVERSITAS ISLAM MALANG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Permasalahan pendidikan nasional adalah bagaimana meningkatkan mutu

BAB I PENDAHULUAN. pelayanan belajar atau proses pendidikan. Sebagai organisasi pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Upaya meningkatkan kualitas sumber daya manusia bukan merupakan tugas yang

STRATEGI MANAJEMEN MUTU PADA SMA NEGERI UNGGULAN DI KOTA BANDUNG (Studi Kasus Pada SMA Negeri 3, SMA Negeri 5 dan SMA Negeri 8 Kota Bandung)

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN Terdapat pengaruh yang positif dan signifikan antara kepemimpinan

BAB I PENDAHULUAN. reformasi diindikasikan dengan adanya perombakan di segala bidang kehidupan,

DIKLAT/BIMTEK KTSP 2009 DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL HALAMAN 1

BAB I PENDAHULUAN. Kepemimpinan selalu diperlukan sebagai aktivitas untuk. mempengaruhi, menggerakkan dan mengarahkan tindakan individu atau

DAFTAR ISI A. LATAR BELAKANG 50 C. RUANG LINGKUP KEGIATAN 50 D. UNSUR YANG TERLIBAT 51 E. REFERENSI 51 F. PENGERTIAN DAN KONSEP 51

BAB I PENDAHULUAN. melalui pendidikan, baik secara pendidikan formal, non formal maupun

BAB I PENDAHULUAN. peduli pada pembangunan sektor pendidikan. Menurut Kurniadin (2012:206)

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Implikasi kompetensi guru dapat dilihat antara lain meliputi : penguasaan bahan

BAB I PENDAHULUAN. pada kemampuan bangsa itu sendiri dalam meningkatkan kualitas sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. adanya quality controll yang mengawasi jalannya proses dan segala. Sekolah adalah sebuah people changing instituation, yang dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH

UNIT 5 BAGAIMANA PERAN KEPALA SEKOLAH (KS) DAN PENGAWAS SEKOLAH (PS) DALAM MENINGKATKAN MUTU PEMBELAJARAN?

BAB I PENDAHULUAN. dasar supervisi pembelajaran dijelaskan beberapa dasar-dasar tentang konsep

BAB I PENDAHULUAN. Era globalisasi merupakan era kemajuan ilmu pengetahuan dan

BAB I PENDAHULUAN. mencakup berbagai persoalan yang rumit dan kompleks, baik mencakup

BAB I PENDAHULUAN. memasuki era pemerintahan yang kompetitif tersebut. Kemampuan ini sangat

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan. Indonesia sebagai suatu bangsa yang sedang giat-giatnya

BAB II DESKRIPSI SMA NEGERI RAYON 08 JAKARTA BARAT

STANDAR MUTU PENELITIAN DAN PENGABDIAN KEPADA MASYARAKAT

PENGERTIAN KTSP DAN PENGEMBANGAN SILABUS DALAM KTSP. Oleh Dr. Jumadi

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN. kompetensi profesional guru, maka diperoleh harga t. tabel. t dan P value < 0,05 maka ditolak.

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu pilar dalam kemajuan bangsa, dan

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan atau Kurikulum Hal ini menunjukkan bahwa kurikulum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. meningkatkan martabat manusia yang memungkinkan potensi diri dapat

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah

PERATURAN DAERAH KABUPATEN KLUNGKUNG NOMOR 3 TAHUN 2010 TENTANG PENYELENGGARAAN PELAYANAN BIDANG PENDIDIKAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB 1 PENDAHULUAN. meningkatkan kualitas dan mutu pendidikan. Oleh karena itu setiap tenaga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Upaya penyelenggaraan pendidikan formal yang berkualitas sangat

BAB I PENDAHULUHUAN. A. Latar Belakang Masalah. UU No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyatakan

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil uji hipotesis menunjukan bahwa faktor-faktor kinerja

BAB I PENDAHULUAN. ditetapkan visi, misi dan strategi pembangunan pendidikan nasional. Visi

KOMPETENSI TENAGA KEPENDIDIKAN 1. KOMPETENSI PENGAWAS/PENILIK PAUD

KESIAPAN SEKOLAH DALAM PENERAPAN KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN (KTSP) DI SEKOLAH DASAR ISLAM AL HILAL RAWA LUMBU, BEKASI Tahun Ajaran 2008/2009

KTSP DAN IMPLEMENTASINYA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

PERAN KEPALA SEKOLAH DALAM MANAJEMEN PEMBELAJARAN DI SD NEGERI BENDUNGAN GAJAHMUNGKUR SEMARANG TESIS

BAB I PENDAHULUAN. kependidikan sebagai unsur yang mempunyai posisi sentral dan strategis

BAB I PENDAHULUAN. IPTEK, dituntut sumber daya manusia yang handal dan mampu bersaing secara

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. dilakukan terhadap sumberdaya manusia yang ada, materi, dan sumberdaya

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Alnis Dwipayana, 2013

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2015 PUSAT PENGEMBANGAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

BAB I PENDAHULUAN. mencapai suatu tujuan cita-cita luhur mencerdaskan kehidupan bangsa.

I. PENDAHULUAN. Pemerintah dalam rangka mewujudkan peningkatan kualitas pendidikan telah

BAB I PENDAHULUAN. Setiap pelaksanaan program pendidikan memerlukan adanya pengawasan atau supervisi.

BAB II KAJIAN TEORI. jawab baik secara fisik maupun spiritual terhadap keberhasilan aktivitas kerja dari

POLA MANAJERIAL KEPALA SEKOLAH DI SEKOLAH STANDAR NASIONAL (STUDI KASUS DI SMP NEGERI 2 JEPARA) TESIS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lahirnya Undang-undang No. 22 tahun 1999 yang direvisi dengan

BAB I PENDAHULUAN. daya sekolah untuk dapat menjalankan tugas secara profesional.

BAB I PENDAHULUAN. jauh ketinggalan dibandingkan dengan kebutuhan masyarakat. Sehingga

PELAKSANAAN SUPERVISI AKEDEMIK OLEH KEPALA SEKOLAH DALAM MENINGKATKAN PROFESIONAL GURU PADA SMP NEGERI 1 SIMEULUE TIMUR KABUPATEN SIMEULUE

BAB I PENDAHULUAN. memberi dukungan dan perubahan untuk perkembangan masyarakat, bangsa,

KISI-KISI UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH/MADRASAH

BAB V KESIMPULAN, IMPLIKASI DAN REKOMENDASI. Berdasarkan hasil dari penelitian dan pembahasan terhadap masalah

FORM EDS KEPALA SEKOLAH

BAB I PENDAHULUAN. perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi menyebabkan kurikulum

I. PENDAHULUAN. Tujuan pendidikan nasional yang tercantum dalam Undang- Undang Sistem Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. Kenyataan bahwa keunggulan suatu bangsa bertumpu pada keunggulan

BAB I PENDAHULUAN. menyebabkan kebutuhan berprestasinya menjadi melemah. Fenomena lain. menunjukkan bahwa guru kurang komit dalam menjalankan tugas

Latihan: UJI KOMPETENSI KEPALA SEKOLAH 2012

BAB I PENDAHULUAN. mengajar atau tempat dimana terjadi interaksi antara guru yang memberi

Direktorat Pembinaan Pendidik dan Tenaga Kependidikan Pendidikan Dasar 2011 Page 1

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. serta peradaban bangsa yang bermatabat. Dalam rangka mencapai tujuan tersebut,

BAB I PENDAHULUAN. Undang-undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pada bab II pasal 3 mengamanatkan bahwa:

BAB I PENDAHULUAN. bagi semua orang. Undang-Undang No 20 Tahun 2003 merupakan dasar hukum. masyarakat dan berdaya saing dalam kehidupan global.

SERI MATERI PEMBEKALAN PENGAJARAN MIKRO 2013 PUSAT LAYANAN PPL & PKL KURIKULUM TINGKAT SATUAN PENDIDIKAN

SOAL EDS ONLINE UNTUK KS.

Pangkalan Data Penjaminan Mutu Pendidikan. Negara Kesatuan Republik Indonesia. Panduan EDS Kepala Sekolah PADAMU NEGERI

BAB V PEMBAHASAN. A. Pembahasan Pada uraian ini, peneliti akan menyajikan uraian pembahasan sesuai

BAB I PENDAHULUAN. bangsa. Keberhasilan suatu organisasi sangat tergantung pada kinerja Sumber

I. PENDAHULUAN. baik secara kuantitatif maupun kualitatif. Bangsa Indonesia dengan jumlah

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan manajemen sekolah baik yang konvensional maupun yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Setiap unit usaha atau organisasi merupakan sebuah sistem, yang terdiri dari berbagai macam komponen yang saling mendukung dalam rangka mencapai tujuannya. Begitu pula pendidikan juga merupakan suatu sistem yang terdiri dari berbagai macam komponen pendukung, yang masing-masing komponen akan saling mempengaruhi dan bekerjasama dalam mencapai tujuan. Pendidikan sendiri merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual (Jumali, dkk, 2004:82-85). Penilaian kualitas pendidikan dapat dilihat dari nilai tambah yang dihasilkan oleh lembaga pendidikan, baik produk dan jasa maupun pelayanan yang mampu bersaing di lapangan kerja yang ada dan yang diperlukan. Segala daya dan upaya akan dilakukan untuk mendapatkan hasil yang terbaik, mulai dilaksanakan dan diterapkan demi kemajuan kualitas potensi yang selalu berkembang sesuai dengan perkembangan teknologi sekarang ini. Peningkatan kualitas Sumber Daya Manusia dapat dilakukan melalui peningkatan kualitas di sektor pendidikan. Supriyadi (2004:34) menjelaskan agar pendidikan dapat memainkan perannya maka harus terkait dengan dunia kerja, artinya lulusan pendidikan 1

2 semestinya memiliki kemampuan dan keterampilan yang relevan dengan tuntutan dunia kerja. Hanya dengan cara ini, pendidikan mempunyai kontribusi terhadap ekonomi Supriyadi (2004: 7), jika dalam pendidikan mutu dan kualitas pendidikan dapat dimanfaatkan dan dipergunakan untuk peningkatan kesejahteraan dan peningkatan materi, bisa dikatakan bahwa proses pendidikan telah mencapai pada taraf berhasil guna, artinya pendidikan dapat dimanfaatkan dan memperoleh hasil yang nyata untuk taraf nominal. Salah satu usaha yang dilakukan adalah dengan memperbaharui sistem pendidikan nasional dan menyempurnakan kurikulum. Kurikulum yang diharapkan berisi kompetensi yang seharusnya dimiliki oleh siswa setelah menyelesaikan pendidikan yaitu pengetahuan, keterampilan, dan nilai serta pola pikir dan bertindak sebagai refleksi pemahaman dan penghayatan yang telah dipelajari. Sedangkan guna mencapai tujuan itu perlu diterapkan berbagai metode, strategi dan teknik pembelajaran yang dapat meningkatkan kompetensi siswa. Dengan demikian guru dituntut memiliki kompetensi yang tidak hanya sekedar mampu menyampaikan materi pembelajaran, tetapi guru dituntut untuk mampu mengembangkan materi tersebut agar aktual dan kontekstual dengan muatan kompetensi yang sesuai dengan kebutuhan pasar global (Supriyadi, 2004: 7). Persyaratan agar dapat mengembangkan materi tersebut agar aktual dan kontektual dengan muatan kompetensi yang sesuai dan dapat mencapai tujuan yang direncanakan, maka diperlukan guru yang profesional. Menurut Supriyadi (2004: 6) menyebutkan profesionalisme guru mencakup 3 aspek

3 yaitu (1) guru harus menjunjung tinggi job quality sebagai guru, (2) menjaga harga diri atau korps guru, (3) memberi layanan kepada masyarakat melalui profesionalnya. Selain itu dalam rangka mencapai tujuan tersebut perlu adanya pemberdayaan guru dalam usaha meningkatkan mutu pendidikan. Upayaupaya yang seharusnya dilaksanakan, antara lain: (1) penuntasan guru-guru yang belum sesuai kualifikasinya, (2) mengatasi teacher mismatch, (3) penguasaan materi bahan ajar, (4) metode dan pendekatan pembelajaran, (5) sistem pengujian, (6) otonomi penuh pada guru dan sekolah dalam proses pembelajaran, 97) demokrasi pengelolaan sekolah menyangkut pelibatan guru dalam pengambilan keputusan (Supriyadi, 2004: 3). Upaya memperbaiki dan meningkatkan mutu pendidikan seakan tidak pernah berhenti. Banyak agenda reformasi yang telah, sedang dan akan dilaksanakan. Beragam program inovatif ikut serta memeriahkan reformasi pendidikan. Reformasi pendidikan adalah restrukturisasi pendidikan, yakni memperbaiki pola hubungan sekolah dengan lingkungannya dan dengan pemerintah, pola pengembangan perencanaan serta pola mengembangan manajerialnya, pemberdayaan guru dan restrukturisasi model-model pembelajaran Mulphy dalam Majid (2006: 3). Proses pembelajaran adalah merupakan suatu sistem. Dengan demikian, pencapaian standar proses untuk meningkatkan kualitas pendidikan dapat dimulai dari menganalisis setiap komponen yang dapat membentuk dan mempengaruhi proses pembelajaran. Berbagai media dapat dipergunakan di dalam menyampaikan proses pembelajaran dan pengenalan pendidikan.

4 Pendidikan adalah salah satu sarana untuk meningkatkan kualitas pembelajaran di sebuah institusi sekolah. Sedangkan guna meningkatkan efektivitas dan efisiensi penyelenggaraan pendidikan, perlu ditingkatkan kualitas manajemen pendidikan. Berhubungan dengan permasalahan pendidikan, pendidikan dapat memberikan acuan masa yang akan datang, dengan memberikan pembelajaran yang dapat digunakan dalam persaingan di dunia kerja di masa yang akan datang (Sanjaya, 2008:2). Peranan profesional guru dan karyawan dalam keseluruhan program pedidikan di sekolah diwujudkan untuk mencapai tujuan pendidikan yang berupa perkembangan siswa secara optimal. Untuk maksud tersebut, maka peranan profesional tersebut mencakup tiga bidang layanan, yaitu: layanan instruksional, layanan administrasi, dan layanan bantuan akademik-sosialpribadi. Adanya keberhasilan suatu sistem pembelajaran, guru merupakan komponen yang menentukan. Hal ini disebabkan guru merupakan orang yang secara langsung berhadapan dengan siswa. Seorang guru akan dapat melaksanakan tugasnya dengan baik bila ia menguasai dan mampu melaksanakan keterampilan mengajar dengan menggunakan metode yang sesuai dengan pelajaran, tujuan dan pokok bahasan yang diajarkan. Bahan ajar yang telah dikuasai belum tentu dapat dicerna oleh siswa bila tidak disampaikan dengan baik. Proses penyampaian ini memerlukan kecakapan khusus. Dengan demikian perlu penguasaan guru terhadap metode penyampaian agar para siswa tidak pasif, melainkan terlibat secara aktif dalam proses belajar mengajar (Yamin dan Ansari, 2008: 119).

5 Kepemimpinan sebagai salah satu penentu arah dan tujuan sekolah harus mampu menyikapi perkembangan jaman ini. Pemimpin yang tidak dapat mengantisipasi dunia yang sedang berubah ini, atau setidaknya tidak memberikan respon, besar kemungkinan akan memasukkan sekolahnya dalam situasi stagnasi dan akhirnya mengalami keruntuhan. Jika kondisi tersebut semakin berlanjut, tidak dapat dipungkiri bahwa sekolah dengan sistem demikian akan memberikan dampak buruk bagi sekolah sendiri dan pandangan orang lain dalam memberikan penilaian dan kepercayaan. Kepala sekolah dalam memimpinan sekolah yang efektif sudah barang tentu akan meningkatkan kualitas pembelajaran. Beberapa penelitian membuktikan bahwa kepemimpinan yang paling tepat tergantung pada beberapa gaya kepemimpinan karena kepemimpinan merupakan permasalahan kompleks (Handoko, 2005:306). Kepala sekolah sebagai pengawas dalam hal ini dilakukan untuk mengetahui sejauh mana guru mampu melaksanakan pembelajaran, secara berkala kepala sekolah perlu melaksanakan kegiatan supervisi, yang dapat dilakukan melalui kegiatan kunjungan kelas untuk mengamati proses pembelajaran secara langsung, terutama dalam pemilihan dan penggunaan metode, media yang digunakan dan keterlibatan siswa dalam proses pembelajaran (Mulyasa, 2004). Dari hasil supervisi ini, dapat diketahui kelemahan sekaligus keunggulan guru dalam melaksanakan pembelajaran, tingkat penguasaan kompetensi guru yang bersangkutan, selanjutnya diupayakan solusi,

6 pembinaan dan tindak lanjut tertentu sehingga guru dapat memperbaiki kekurangan yang ada sekaligus mempertahankan keunggulannya dalam melaksanakan pembelajaran. Sebagaimana disampaikan oleh Danim (2003) mengemukakan bahwa Menghadapi kurikulum yang berisi perubahanperubahan yang cukup besar dalam tujuan, isi, metode dan evaluasi pengajarannya, sudah sewajarnya kalau para guru mengharapkan saran dan bimbingan dari kepala sekolah mereka. Dari ungkapan ini, mengandung makna bahwa kepala sekolah harus betul-betul menguasai tentang kurikulum sekolah. Mustahil seorang kepala sekolah dapat memberikan saran dan bimbingan kepada guru, sementara dia sendiri tidak menguasainya dengan baik. Pengawasan dalam manajemen pendidikan, dimasudkan untuk menjaga agar tugas-tugas yang telah dibagi tidak dikerjakan menurut kehendaknya sendiri akan tetapi tetap mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan. Pengawasan yang baik akan memberikan petunjuk dalam kelancaran dan efektifitas efisiensinya upaya pencapaian tujuan. Pengawasan meliputi kegiatan pengawasan manusianya, keuangan dan waktu sebagai arti prioritas kerja. Kegiatan yang telah direncanakan dan dikoodinasikan agar dapat tetap solid maka diperlukan adanya pengarahan. Pengarahan dimaksudkan agar organisasi dapat melakukan secara konsisten menuju tujuan yang hendak ditetapkan. Rohiat (2008: 14) menjelaskan fungsi manajemen sebagai suatu karakteristik dari pendidikan muncul dari kebutuhan untuk memberikan arah

7 pada perkembangan, baik secara kualitatif maupun kuantitatif dalam operasional sekolah. Kerumitan yang meningkat karena luas dan banyaknya program telah mendorong usaha untuk memerinci dan mempraktikkan prosedur administrasi dengan sistematis. Usaha ini telah menghasilkan uraian tentang praktik-praktik yang berhasil dan perangkat asas yang kontruktif. Rohiat (2008: 15) menyatakan bahwa pengetahuan dan atau teori tentang manajemen pendidikan sangat dibutuhkan dan harus dipahami oleh seorang kepala sekolah karena tanpa teori manajemen seorang kepala sekolah akan melakukan pekerjaannya dengan terkaan dan pendapatnya saja. Hal tersebut tidak akan menyelesaikan pekerjaan dengan baik dan justru akan mengalami jalan buntu. Teori manajemen pendidikan akan sangat membantu para kepala sekolah dalam menyelesaikan tugas dan tanggung jawabnya karena teori adalah pernyataan tentang prinsip-prinsip umum yang tampak meramalkan atau menjelaskan kejadian-kejadian dengan teliti dan lebih baik dari terkaan sehingga kita dapat mengatakan bahwa prinsip-prinsip itu benar. Muhroji (2004: 2) menyatakan manajemen adalah proses perencanaan, pengorganisasian, pengarahan, dan pengawasan usaha-usaha para anggota dan penggunaan sumberdaya organisasi lainnya agar mencapai tujuan organisasi yang telah ditetapkan. Dalam definisi ini dikemukakan bahwa manajemen itu merupakan proses bukan seni. Mengartikan manajemen sebagai seni berarti manajemen itu merupakan cara yang sistematis proses menunjukkan pekerjaan. Adapun unsur yang terkait dengan manajemen (a) perencanaan, (b) pengorganisasian, (c) pengarahan, dan (d) pengawasan.

8 Supervisor (pengawas) dapat menggunakan data atau hasil-hasil evaluasi itu untuk berbagai keperluan seperti antara lain: 1. Untuk membantu atau menolong guru-guru dalam cara mengajar yang lebih baik. Hal ini dimungkinkan bila guru-guru maupun supervisor samasama mengetahui data tentang status murid dan juga kebutuhan-kebutuhan serta minatnya. 2. Untuk menentukan status kelasnya atau murid dalam hubungannya dengan tujuan-tujuan pokok kurikulum. Hal ini akan memungkinkan supervisor mengevaluasi metode-metode mengajar dan bahan-bahan pelajaran yang diberikan, dan selanjutnya bagaimana mengubah dan memperbaiki caracara mengajar dan hubungan guru-murid yang sebaik-baiknya (Purwanto, 2006:13). Peran pengawas sekolah harus diarahkan pada fungsi supervisi dalam makna yang sebenarnya, yaitu memberi bantuan dan pengarahan kepada guru dan staf sekolah bila menemui kesulitan. Peran pengawas sekolah sebagai supervisor yang selama ini mencari kesalahan para guru dan staf sekolah harus dihentikan. Penelitian ini mengambil lokasi di SD Negeri 2 Gunting, karena SD Negeri 2 Gunting mudah dijangkau oleh peneliti dan lokasinya terdapat di pedesaan. Kepengawasan Kepala Sekolah di SD Negeri 2 Gunting Klaten, dilakukan dengan melihat latar belakang guru dengan karakteristik pendidikan yang berbeda-beda serta keberadaan SD Negeri 2 Gunting.

9 B. Fokus Penelitian Setelah mengetahui latar belakang permasalahan di atas, maka fokus penelitian ini adalah Karakteristik pengawasan Kepala Sekolah di Kecamatan Wonosari Kabupaten Klaten. Dari fokus yang telah ditetapkan dalam penelitian ini, maka dirinci rumusan masalah sebagai berikut: 1. Karakteristik interaksi pembelajaran di SD Negeri 2 Gunting Kecamatan Wonosari Kabupaten Klaten. 2. Karakteristik kedisiplinan mengajar di SD Negeri 2 Gunting Kecamatan Wonosari Kabupaten Klaten. 3. Karakteristik administrasi pembelajaran di SD Negeri 2 Gunting Kecamatan Wonosari Kabupaten Klaten. C. Tujuan Penelitian Beberapa tujuan penelitian ini disampaikan sebagai berikut: 1. Mendeskripsikan interaksi pembelajaran di SD Negeri 2 Gunting Kecamatan Wonosari Kabupaten Klaten. 2. Mendeskrisikan kedisiplinan mengajar di SD Negeri 2 Gunting Kecamatan Wonosari Kabupaten Klaten. 3. Mendeskripsikan administrasi pembelajaran di SD Negeri 2 Gunting Kecamatan Wonosari Kabupaten Klaten.

10 D. Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini diharapkan dapat memberikan acuan dalam perbandingan penelitian yang akan datang, ada beberapa manfaat yang dapat diambil pada penelitian ini; 1. Sekolah Penelitian ini memberikan sumbangan yang berarti dalam meningkatkan kualitas penelitian sejenis pada masa yang akan datang. 2. Warga Sekolah Penelitian ini diharapkan menjadi wacana sekaligus sarana peningkatan kualitas pembelajaran, khususnya dalam meningkatkan kualitas kepemimpinan guna mewujudkan mutu pembelajaran yang baik. 3. Komite Sekolah Diharapkan memberikan sumbangan yang berarti guna meningkatkan kualitas sarana dan prasarana yang mendukung pembelajaran. E. Definisi Istilah 1. Kepengawasan Kepengawasan adalah upaya yang dilakukan untuk mengamati atau memantau suatu kegiatan gua mengendalikan dan mengontrol suatu kegiatan agar sesuai dengan tujuan yang diinginkan. Melalui pengawasan diharapkan uatu kegiatan dapat berjalan dengan lancar, apabila kegiatan berjalan dengan lancar akan mempengaruhi hasil yang akan dicapai. Melalu kepengawasan akan dapat memantau aktivitas yang dilakukan

11 bawahan guna menghindari penyimpangan-penyimpangan yang mungkin dilakukan. 2. Kepengawasan Sekolah Kepala sekolah adalah manajer pendidikan profesional yang mengelola segala kegiatan di sekolah sesuai dengan kebijakan yang ditetapkan. Kerja Kepala Sekolah adalah mendayagunakan sumber daya yang ada untuk kemajuan sekolah. Namun pada kenyataannya, Kepala Sekolah di Indonesia belum dapat dikatakan sebagai manajer professional, karena sistem pengangkatkan selama ini tidak didasarkan lebih pada pengalaman menjadi guru. Koordinatif serta kepemimpinan yang kuat sebab merupakan salah satu faktor penentu keberhasilan menuju taraf yang bermutu. Aspek sumber daya antara lain Sumber Daya Manusia, sarana prasarana pendidikan dan pengelolaan keuangan. Sumber Daya Manusia adalah kemampuan terpadu dari daya pikir dan daya fisik yang dimiliki individu. Perilaku dan sifatnya ditentukan oleh keturunan dan lingkungannya, sedangkan prestasi kerjanya dimotivasi oleh keinginan untuk memenuhi kepuasan. Sarana pendidikan adalah semua fasilitas yang ada yang mempermudah dan memperlancar proses pendidikan dan pembelajaran dan sifatnya langsung, misalnya papan tulis, buku, transparan, OHP dan sebagainya. Prasarana pendidikan adalah semua benda atau fasilitas yang ada yang mempermudah proses pendidikan dan pengajaran, tetapi sifatnya tidak lembaga pendidikan. Kepala sekolah yang professional dituntut mampu mengelola keuangan

12 sekolah, baik melakukan perencanaan, pelaksanaan, evaluasi dan pertanggungjawabannya. Hal tersebut bertujuan agar keuangan sekolah dapat menunjang kegiatan pendididikan dan proses belajar mengajar di sekolah. 3. Mutu Proses Pembelajaran Proses pembelajaran yang baik, mencakup semua standar sebuah sekolah dalam pelaksanaannya pembelajaran yang berkompetensi. Mulai dari perencanaan pembelajaran sebagai persiapan yang akan dikembangkan dalam silabus secara berkesinambungan, sistematika kebijakan kompetensi yang dipergunakan dalam sebuah sekolah. Dengan sistem pengendalian yang terkait dengan tujuan misi dan visi sekolah dan pengendalian mutu yang efektif. Siswa yang dinyatakan naik kelas ke tingkat di atasnya bila memenuhi persyaratan sebagai berikut: Mencapai nilai rata-rata minimal untuk semua mata pelajaran ditetapkan oleh sekolah. Pada semester dua, tidak mempunyai nilai prestasi kurang dari kriteria minimal ketuntasan belajar yang ditetapkan oleh sekolah. Rata-rata nilai kepribadian B (baik) atau A (Baik sekali). 4. Mutu Hasil Pembelajaran Dari proses pembelajaran yang telah dilaksanakan dengan mengacu pada perencanaan yang telah dikembangkan dalam silabus, yang hasil akhir yang di dapat siswa, berupa nilai akademik dalam semester dan akhir kelulusan. Berdasarkan pada pedoman penyusunan KTSP (Kurrikulum Tingkat Satuan Pendidikan) dari Badan Standar Nasional

13 Pendidikan (BSNP) bahwa ketuntasan belajar setiap indikator yang telah ditetapkan dalam suatu kompetensi dasar berkisar 0 100 %. Kriteria ideal ketuntasan untuk masing-masing indikator 75 %. Satuan pendidikan harus menentukan kriteria ketuntasan minimal dengan mempertimbangkan tingkat kemampuan rata-rata peserta didik, kompleksitas kompetensi, serta kemampuan sumber daya pendukung dalam penyelenggaraan pembelajaran. Satuan pendidikan diharapkan meningkatkan kriteria ketuntasan belajar secra terus menerus untuk mencapai kriteria ketuntasan ideal. Dengan tingkat kelulusan yang sesuai dengan standar yang telah ditentukan dalam kebijakan nasional, maka sekolah dalam hasil akhir tingkat kelulusan di sekolah dinyatakan berhasil dan dapat bersaing ke tingkat pendidikan yang lebih tinggi. Didukung oleh para tenaga profesional yang memiliki dedikasi pada setiap seminar atau pelatihan, diharapkan dapat meningkatkan mutu yang sudah ada lebih meningkat dan selalu melakukan inovasi setiap perubahan kebijakan yang ditetapkan oleh pemerintah. Dengan kedisiplinan, meningkatkan profesionalisme guru dan menanamkan tanggung jawab pada setiap warga sekolah, memberikan upaya langkah berikutnya kepala sekolah sebagai jalan dalam meningkatkan mutu didalam sekolah tersebut.