BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah the Queen of fruits ratu dari buah- buahan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan salah satu komoditas buah tropis

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Purwoceng (Pimpinella alpina Molk.) merupakan tumbuhan obat asli

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tanaman karet merupakan komoditi perkebunan yang penting dalam

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hipogea L.) merupakan salah satu komoditas pertanian

TEKNOLOGI PERBANYAKAN BIBIT PISANG ABAKA DENGAN KULTUR JARINGAN DR IR WENNY TILAAR,MS

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) tergolong dalam famili Graminae yaitu

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan

Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang

PENDAHULUAN. stroberi modern (komersial) dengan nama ilmiah Frageria x ananasa var

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) adalah salah satu komoditas utama kacangkacangan

Isi Materi Kuliah. Pengertian Kalus. Aplikasi Kultur Kalus. Kultur Kalus 6/30/2011

BAB I PENDAHULUAN. tahun mencapai US$ 681 juta pada tahun 2011 (FAO, 2013). Kopi memegang

PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA. dalam kelas Liliopsida yang merupakan salah satu tumbuhan berbunga lidah dari

BAB I PENDAHULUAN. dan lain-lain. Selain itu, kencur juga dapat digunakan sebagai salah satu bumbu

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

I. PENDAHULUAN. menggunakan satu eksplan yang ditanam pada medium tertentu dapat

BAB I PENDAHULUAN. Purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk. atau Pimpinella alpine Molk.

REGENERASI TANAMAN SENGON (Albizia falcataria) MELALUI MULTIPLIKASI TUNAS AKSILAR DENGAN PENGGUNAAN KOMBINASI ZPT DAN AIR KELAPA SKRIPSI.

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan tegakan berkayu banyak tumbuh dalam ekosistem hutan.

TINJAUAN PUSTAKA Kultur Jaringan Tanaman Eksplan

PENGARUH KONSENTRASI NAA DAN KINETIN TERHADAP MULTIPLIKASI TUNAS PISANG (Musa paradisiaca L. cv. Raja Bulu ) SECARA IN VITRO

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu merupakan tanaman perdu yang berasal dari Benua Amerika, tepatnya

HASIL DAN PEMBAHASAN Eksplorasi Eksplan Terubuk

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Pengaruh Pembentukan Kalus Pada Media MS Kombinasi ZPT BAP dan 2,4-D.

I. PENDAHULUAN. Indonesia mempunyai aneka ragam tanaman hias, baik tanaman hias daun maupun

I. PENDAHULUAN. Masalah mengenai tebu yang hingga kini sering dihadapi adalah rendahnya

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. zat pengatur tumbuh memperlihatkan pertumbuhan yang baik. Hal tersebut sesuai

TINJAUAN PUSTAKA. Dracaena adalah tanaman yang tumbuh tegak dengan bentuk batang bulat dan

REGENERASI EKSPLAN MELALUI ORGANOGENESIS DAN EMBRIOGENESIS SOMATIK

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Anggrek Tebu (Grammatophyllum speciosum) Anggrek tebu (Grammatophyllum speciosum) merupakan anggrek yang

BAB I PENDAHULUAN. sebagai salah satu alternatif pengobatan (Rochani, 2009). Selain harganya

I. PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia karena mampu menjadi sumber devisa utama. Pada tahun 2007, nilai

I. PENDAHULUAN. Anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis (L.) Blume) merupakan jenis. pesona, bahkan menjadi penyumbang devisa bagi negara.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman manggis merupakan tanaman tropis yang berasal dari Asia Tenggara,

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Jati Emas (Cordia subcordata) kultur in vitro dengan induk tanaman pada mulanya berasal dari Myanmar.

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Pisang

BAB I PENDAHULUAN. sandang dan papan. Allah Subhanahu Wa Ta ala berfirman dalam surat Ali-Imran

I. PENDAHULUAN. sebutan lain seruni atau bunga emas (Golden Flower) yang berasal dari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. berbagai macam tanaman hias. Pengembangan komoditi tanaman hias dilakukan

PELATIHAN KULTUR JARINGAN ANGGREK TAHUN 2013 MATERI 4 BAHAN TANAM (EKSPLAN) DALAM METODE KULTUR JARINGAN. Oleh: Paramita Cahyaningrum Kuswandi, M.Sc.

I. PENDAHULUAN. energi utama umat manusia diperoleh dari bahan bakar fosil. Masalahnya

IV. HASIL ANALISIS DAN PEMBAHASAN. Air leri merupakan bahan organik dengan kandungan fosfor, magnesium

BAB I PENDAHULUAN. memiliki nilai ekonomis cukup tinggi. Bagi Indonesia, kakao merupakan sumber

BAB I PENDAHULUAN. dan siklamat semakin meningkat. Hal ini nampak pada industri makanan, meningkatkan gizi makanan, dan memperpanjang umur simpan.

BAB I PENDAHULUAN. Firman Allah dalam Surat Asy-Syu araa (26):7 sebagai berikut:

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stevia (Stevia rebaudiana) merupakan salah satu jenis tanaman obat di

BAB I PENDAHULUAN. anggrek yang mendominasi pasar adalah anggrek impor, yaitu Dendrobium dan

13/10/2012 PENDAHULUAN. REVIEW KULTUR JARINGAN CENDANA (Santalum album L.)

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. di dunia setelah gandum dan jagung. Padi merupakan tanaman pangan yang

PENDAHULUAN Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Nanas (Ananas comosus [L.] Merr) merupakan komoditas andalan dalam perdagangan buah

BAB I PENDAHULUAN. mencapai lebih dari 800 juta US$ dan meningkat menjadi lebih dari 1.2 milyar

LAPORAN PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN TANAMAN

BAB I PENDAHULUAN. 2011). Alfalfa termasuk tanaman kelompok leguminose yang berkhasiat

I. PENDAHULUAN. Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan tanaman buah berupa pohon yang

BAB I PENDAHULUAN. Tanaman perkebunan merupakan komoditas yang mempunyai nilai

TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan krisan dalam sistematika tumbuhan (Holmes,1983)

GAHARU. Dr. Joko Prayitno MSc. Balai Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

I. PENDAHULUAN. Bunga Gladiol (Gladiolus hybridus L) merupakan bunga potong yang menarik

Regenerasi Tanaman secara In Vitro dan Faktor-Faktor Yang Mempenaruhi

BIOTEKNOLOGI TERMINOLOGI DAN MACAM KULTUR JARINGAN

I. PENDAHULUAN. Asia Tenggara, dan telah tersebar ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Tanaman

TINJAUAN PUSTAKA. Mansur (2006) menyebutkan bahwa Nepenthes ini berbeda dengan

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

TEKNOLOGI KULTUR JARINGAN PERBANYAKAN TANAMAN SELAIN BENIH. Oleh : Nur Fatimah, S.TP PBT Pertama BBP2TP Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. kg, Papua sebanyak 7000 kg dan Yogyakarta sebanyak 2000 kg. Faktor yang

Teknik Kultur In Vitro Tanaman. Bab I : Pendahuluan 9/16/2012

I. PENDAHULUAN. keunggulan dalam penggunaan kayunya. Jati termasuk tanaman yang dapat tumbuh

TINJAUAN PUSTAKA Botani, Penyebaran dan Manfaat Tanaman Jarak Pagar ( Jatropha curcas L.) Kultur Jaringan Tanaman

I. PENDAHULUAN. lalapan karena memiliki cita rasa yang khas. Daun muda pohpohan memiliki

HASIL DAN PEMBAHASAN

RESPONS PERTUMBUHAN TANAMAN ANGGREK (Dendrobium sp.) TERHADAP PEMBERIAN BAP DAN NAA SECARA IN VITRO

I. PENDAHULUAN. memberikan sensasi seperti terbakar (burning sensation) jika kontak dengan

TINJAUAN PUSTAKA. Suhadirman (1997) menyebutkan bahwa Musa acuminata ini berdasarkan. klasifikasi tumbuhan ini sebagai berikut : Kingdom : Plantae;

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) merupakan komoditas pangan sebagai sumber

I. PENDAHULUAN. Manggis (Garcinia mangostana L.) merupakan tanaman buah berupa pohon

Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Program Studi Pendidikan Biologi Universitas Riau-Pekanbaru

BAB I PENDAHULUAN. yang produknya digunakan sebagai bahan baku industri serta sangat penting

BAB 1 PENDAHULUAN. baku pembuatan zat pewarna β-karoten (Wulan, 2001), makanan ternak (Saputra,

I. PENDAHULUAN. Pisang merupakan komoditas bernilai ekonomi tinggi. Sebagai buah segar,

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan di Indonesia merupakan sumber plasma nutfah yang sangat potensial

HASIL DAN PEMBAHASAN. eksplan hidup, persentase eksplan browning, persentase eksplan kontaminasi,

Ketersediaan Eksplan, Tunas Aksiler dan Kalugenesis pada Perbanyakan Mikro Toona sinensis

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi tinggi. Pada tahun 2014, total produksi biji kopi yang dihasilkan

Pembuatan Larutan Stok, Media Kultur Dan Sterilisasi Alat Kultur Jaringan Tumbuhan. Nikman Azmin

Transkripsi:

1 BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah Wilayah yang beriklim tropis di dunia memiliki keragaman sumber daya tanaman buah-buahan cukup banyak untuk digali dan didayagunakan potensi sosial-ekonominya sebagai komoditas komersial. Beberapa jenis buah tropis yang makin popular di dunia antara lain mangga, durian, dan manggis (Rukmana, 1995). Garcinia meliputi lebih dari 400 jenis yang sudah diketahui dan 40 jenis diantrannya termasuk yang dapat dimakan. Di hutan Kalimantan Timur, terdapat banyak manggis liar (Garcinia sp). Akan tetapi, dari sekian banyak jenisnya, hanya Garcinia mangostana L. yang terpenting dan sudah banyak dibudidayakan sebagai salah satu komoditas buah-buahan tropik menyongsong daerah globalisasi. Tanaman manggis berasal dari semenanjung Malaysia. Sebagian para peneliti berpendapat bahwa hanya terdapat satu jenis manggis di dunia. Hal ini disebabkan karena tanaman ini bersifat apomiksis, yaitu embrionya berasal dari organ nonseksual. Kalau hal ini memang benar, maka manggis dapat disebut sebagai kultivar. Namun dilaporkan terdapat variasi bentuk, ukuran dan warna buah dari berbagai daerah sentra produksi buah manggis. Mungkin, variasi morfologi disebabkan karena pengaruh faktor lingkungan dimana tanaman tersebut tumbuh. Di antara jenis bebuahan tropis lainnya, mungkin buah manggis adalah yang termahal (Ashari, 2006). Buah manggis ini cukup digemari masyarakat, karena mempunyai rasa segar, enak serta bentuk buah yang unik dan relatif seragam. Orang Inggris member nama buah ini sebagai the Queen of fruits atau ratu dari buahbuahan (Irianto, 2010). Sebagian kalangan menyebut tanaman manggis ibarat Mutiara Hutan Belantara (Rukmana, 1995). Buah manggis dapat disajikan dalam bentuk buah segar, buah kaleng, sirup/sari buah. Secara tradisional buah manggis adalah obat sariawan, wasir dan

2 luka. Kulit buah dimanfaatkan sebagai pewarna termasuk tekstil dan air rebusannya dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Batang pohon dipakai sebagai bahan bangunan, kayu bakar/kerajinan (Deputi Menegristek Bidang Pendayagunaan dan Pemasyarakatan Ilmu Pengetahuan dan Teknologi, 2010). Buah manggis dan kulitnya terbukti mengandung antioksidan yang sangat tinggi yakni senyawa yang dapat bereaksi dengan radikal bebas sehingga mengurangi kapasitas radikal bebas untuk menimbulkan kerusakan pada sel, jaringan dan atau organ. Namun kulit buah manggispun sangat kaya dengan zatzat yang bermanfaat bagi tubuh; seperti zat aktif xanton dan antosianin yang merupakan antioksidan. Kemampuan antioksidan xanton yang terdapat pada kulit buah manggis, jauh lebih tinggi dibandingkan dengan buah-buahan lain. Di Indonesia buah dan kulit Manggis (Garcinia mangostana L.) banyak digunakan untuk mengobati berbagai penyakit infeksi dan degeneratif seperti hipertensi, aterosklerosis. Bahkan dipercayai dengan mengkomsumsi buah dan kulit manggis secara rutin dapat menghilangkan resiko terhadap kanker (Darmawansyih, 2014). Di Indonesia, pengembangan budidaya manggis belum sepesat di negaranegara lain. Tanaman ini pada umumnya tumbuh liar di hutan-hutan (habitat asli) di beberapa daerah, dan sebagian kecil mulai dibudidayakan di lahan-lahan kering milik rakyat, pekarangan-pekarangan tanpa perawatan yang intensif (Rukmana, 1995). Produktivitas pohon manggis di Indonesia berkisar 30-70 kg buah per pohon dan masih tergolong rendah dibandingkan dengan Malaysia dan India yang mencapai 200-300 kg buah per pohon. Produktivitas yang rendah disebabkan kebun manggis tidak dikelola dengan baik (Qosim, 2013). Beberapa masalah yang dihadapi dalam pengembangan manggis yaitu lambatnya pertumbuhan yang disebabkan oleh sistem perakaran yang buruk, rendahnya laju fotosintesis, rendahnya pembelahan sel meristem pucuk, dan lamanya dormansi. Secara konvensional perbanyakan manggis biasanya menghasilkan 1-3 embrio perbiji. Hal ini menunjukkan bahwa daya multiplikasi tanaman manggis yang sangat rendah, sehingga ketersediaan bibit manggis di lapangan juga sangat rendah. Hal ini yang menyebabkan harga bibit manggis

3 menjadi mahal (Harahap, 2011). Hal serupa dinyatakan Qosim (2004) menanam manggis dengan menggunakan biji kurang menguntungkan karena menghasilkan bibit tanaman yang pertumbuhannya lambat dan awal berbuahnya yang lama, yakni setelah berumur 10 15 tahun. Hal serupa dinyatakan oleh Roostika, Novianti dan Ika (2005) yang menyatakan bahwa biji manggis hanya tersedia pada musim tertentu ketika musim berbuah (1-2 kali setahun). Setiap buah hanya menghasilkan 1-2 biji yang berukuran besar dan yang layak untuk dijadikan benih. Biji manggis bersifat rekalsitran sehingga biji tidak dapat bertahan lama dan perbanyakan tidak dapat dilakukan sepanjang tahun. Hal serupa dinyatakan juga oleh Rukmana (1995) bahwa pada prinsipnya tanaman manggis dapat diperbanyak dengan cara generative melalui biji-bijinya, dan vegetative berupa bibit asli penyambungan. Biji manggis bersifat apomixes (tanpa proses perkawinan), sehingga tanaman yang berasal dari biji memiliki sifat yang sama (identik) dengan sifat induknya. Meskipun demikian, perbanyakan manggis dengan biji memiliki kelemahan, yaitu masa remaja (juvenilitas) sampai masa berbuah sangat panjang, yakni setelah berumur lebih dari 15 tahun. Oleh karena itu, perbanyakan manggis dengan biji sebaiknya mulai ditinggalkan dan hanya diarahkan untuk keperluan bibit batang bawah pada penyambungan saja. Maka dari itu diharapkan pula dengan kultur jaringan ketersediaan bibit dapat diperbanyak tanpa menunggu saat waktu musim berbuah tanaman. Tersedianya bibit yang berkualitas, seragam dan harga yang terjangkau oleh petani merupakan langkah awal untuk meningkatkan produksi bahan manggis. Cara perbanyakan yang sudah dilakukan seperti grafting dan sambung pucuk juga membutuhkan batang bawah yang berasal dari biji. Pertumbuhan batang bawah sangat lambat sehingga dibutuhkan waktu 2 sampai 3 tahun untuk mencapai siap sambung (Harahap, 2011). Masalah tersebut mendorong banyak peminat manggis untuk menggunakan alternatif lain yang mampu meningkatkan daya multiplikasi. Salah satu teknik modern saat ini yang dapat mengatasi masalah pertumbuhan tanaman adalah teknik kultur jaringan tanaman. Kultur jaringan tanaman berarti melakukan pembudidayaan terhadap suatu jaringan tanaman menjadi tanaman kecil yang

4 mempunyai sifat sama seperti induknya. Teknologi ini banyak digunakan untuk pengadaan bibit seragam dan kualitasnya terjamin terutama pada berbagai tanaman holtikultura. Melalui kultur jaringan, tanaman dapat diperbanyak setiap waktu sesuai kebutuhan karena faktor perbanyakannya yang tinggi. Hasil perbanyakan tunas tersebut dapat langsung digunakan sebagai bibit atau dapat juga digunakan sebagai batang atas (Harahap, 2011). Sehingga dapat dihasilkan bibit yang seragam dan kualitasnya terjamin. Dalam kultur jaringan dikenal istilah kultur kalus. Kalus adalah sekumpulan sel amorphous yang terjadi dari sel-sel jaringan awal yang membelah diri secara terus menerus. Kalus tersusun oleh sel-sel parenkim yang mana ikatannya dengan sel lainnya sangat renggang. Jaringan ini belum mengalami diferensiasi lanjut. Untuk menginduksi terbentuknya tunas, diperlukan media regenerasi, dengan modifikasi ZPT (Zat Pengatur Tumbuh). Kultur kalus bertujuan untuk memperoleh kalus dari eksplan yang diisolasi dan ditumbuhkan dalam lingkungan terkendali. Kalus diharapkan mampu memperbanyak dirinya (mengganda massa selnya) secara terus menerus (Santoso dan Fatimah, 2002). Kultur kalus ini penting dilakukan untuk melihat kemampuan eksplan dalam membentuk kalus yang selanjutnya dapat ditumbuhkan pada media regenerasi secara terus-menerus sehingga dapat dimanfaatkan dalam mempelajari metabolisme dan siferensiasi sel, morfogenesis sel, variasi somaklonal, transformasi genetik serta produksi metabolit sekunder. Selain itu, kultur kalus juga dilakukan untuk perbanyakan klon tanaman melalui pembentukan organ dan embrio, regenerasi varian-varian genetika, mendapatkan tanaman bebas virus dan sebagai sumber untuk kreopreservasi (Ariati, dkk., 2012). Secara in vitro kalus dapat diinisiasi dari hampir semua bagian tanaman, tetapi bagian yang berbeda menunjukkan kecepatan inisiasi dan pertumbuhan kalus yang berbeda pula. Bagian tanaman yang masih aktif membelah atau potensial aktif membelah, seperti: hipokotil, kotiledon, embrio muda, daun muda, batang muda merupakan bagian yang mudah untuk terjadinya dediferensiasi dan menghasilkan kalus (Santoso dan Fatimah, 2002).

5 Santoso dan Fatimah, (2002) memperoleh hasil bahwa macam eksplan sangat mempengaruhi kecepatan membentuk kalus. Eksplan daun mempunyai kemampuan tumbuh lebih cepat dibandingkan eksplan batang utama, cabang batang, atau tangkai bunga. Di dalam teknik kultur jaringan, kehadiran ZPT sangat nyata pengaruhnya. Bahkan, Pierik (1997) dalam Zulkarnain (2009) menyatakan bahwa sangat sulit untuk menerapkan teknik kultur jaringan pada upaya perbanyakan tanaman tanpa melibatkan ZPT (Zulkarnain, 2009). Penggunaan ZPT di dalam kultur jaringan tergantung pada arah pertumbuhan jaringan tanaman yang diinginkan. Untuk pembentukan tunas pada umumnya digunakan sitokinin sedangkan untuk pembentukan akar atau pembentukan kalus digunakan auksin. Namun demikian sering pula dibutuhkan keduanya tergantung pada perbandingan/ratio sitokinin terhadap auksin atau sebaliknya. Adanya salah satu ZPT tertentu dapat meningkatkan daya aktivitas ZPT lainnya. Jenis dan konsentrasi ZPT yang tepat untuk masing-masing tanaman tidak sama karena tergantung pada genotip serta kondisi fisiologi jaringan tanaman. Dalam perbanyakan tanaman melalui kultur jaringan di samping melalui pembentukan tunas ganda atau tunas adventif dapat pula melalui pembentukan embriosomatik. Dengan teknik tersebut bibit dapat berasal dari satu sel somatik. Sehingga bibit yang dihasilkan persatuan wadah persatuan waktu lebih banyak dibandingkan dari organogenesis (Lestari, 2011). 2,4-dichlorophenoxyacetic acid (2,4-D) adalah senyawa tanpa ciri-ciri indol tapi mempunyai aktivitas biologis seperti IAA (Indol Asam Asetat). 2,4-D adalah auksin yang paling aktif dan dipergunakan sebagai herbisida, pada dosis rendah digunakan untuk induksi kalus. 2,4-D dengan konsentrasi antara 0,2-2 mg/l paling efektif untuk menginduksi pembelahan sel dan pembentukan kalus untuk sebagian jaringan tanaman. Harahap (2012) menyatakan bahwa kinetin memberikan respon yang lebih baik dari BAP (Bensil Aminopurin) dengan konsentrasi yang sama yaitu 5 ppm untuk menginduksi tunas manggis in vitro. Thidiazuron (TDZ) merupakan sitokinin kuat, artinya dengan konsentrasi yang rendah sudah menunjukkan respon. Namun dalam pengaplikasiannya, eksplan-

6 eksplan yang diberi zat pengatur tumbuh ini cenderung menunjukkan respon berupa munculnya nodul-nodul kalus, yang mana nodul kalus ini akan mengalami regenerasi jika dipindahkan ke media regenerasi (Harahap, 2012). Hasil penelitian Sugito, Yatno dan Edhi (2006) menyatakan bahwa perlakuan kombinasi ZPT Thidiazuron + 2,4-D menghailkan kecepatan terbentuknya kalus dan persentase pembentukan kalus lebih cepat yaitu memberikan saat inisiasi kalus 10-20 hari setelah induksi (HSI) dan selanjutnya menghasilkan persentase pembentukan embrio tertinggi dengan kombinasi 6 ppm thidiazuron + 0,5 ppm 2,4-D. Santoso dan Fatimah (2002) mencoba menginduksi kalus tanaman Artemisia vulgaris media MS dengan penambahan zat pengatur tumbuh BAP 1 ppm dan 2,4-D sebesar 1 ppm terbukti lebih menghasilkan kalus yang lebih baik dan tidak mudah mencoklat. Hasil penelitian Satria (1996), ternyata media WPM (Woody Plant Medium) yang diperkaya dengan arang aktif 2,0 ppm media dan komposisi konsentrasi 1,75 ppm BAP + 0,50 ppm NAA dapat memacu pertumbuhan kalus, dan tunas terbaik pada kultur epikotil manggis. Dan hasil penelitian Satria (1999) Komposisi media WPM + 2,00 ppm 2,4-D + 2,00 ppm kinetin adalah media induksi terbaik guna mendorong induksi kalus manggis. Hasil penelitian Swandar, Idris dan Netty (2012) menyatakan bahwa menggunakan TDZ pada konsentrasi 0,5 ppm menghasilkan jumlah tunas Andalas (Morus macroura) terbaik. Hasil penelitian Yelnititis (2010), yang menggunakan eksplan dari tanaman Ramin (Gonystylus spp.) Media dasar Murashige dan Skoog (MS) dijadikan sebagai media tumbuh. Perlakuan yang diuji untuk induksi kalus adalah penggunaan 2,4-D (3.0 5.0 ppm). Kalus yang diperoleh diperbanyak pada perlakuan terbaik dan kombinasi dengan thidiazuron (1.0 2.0 ppm). Berdasarkan latar belakang di atas, peneliti ingin melakukan penelitian tentang Induksi Kalus Manggis (Garcinia mangostana L.) dari Sumber Eksplan Daun dengan Pemberian Zat Pengatur Tumbuh secara In Vitro.

7 1.2. Batasan Masalah Penelitian ini dibatasi pada pengaruh auksin dan sitokinin yang digunakan terhadap induksi kalus manggis dari sumber eksplan daun secarain in vitro dengan kombinasi 1 ppm 2,4-D; 1 ppm 2,4-D + 1 ppm kinetin; 1 ppm 2,4-D + 0,5 ppm TDZ; 1 ppm 2,4-D + 1 ppm kinetin + 0,5 ppm TDZ; 1 ppm kinetin + 0,5 ppm TDZ. 1.3. Rumusan Masalah Yang menjadi rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Apakah ada pengaruh pemberian ZPT terhadap induksi kalus manggis (Garcinia mangostana L.) dari sumber eksplan daun secara in vitro? 2. Kombinasi ZPT berapakah yang paling baik terhadap induksi kalus manggis (Garcinia mangostana L.) dari sumber eksplan daun secara in vitro? 1.4. Tujuan Penelitian Yang menjadi tujuan penelitian ini adalah: 1. Mengetahui pengaruh pemberian ZPT terhadap induksi kalus manggis (Garcinia mangostana L.) dari sumber eksplan daun secara in vitro. 2. Mengetahui kombinasi ZPT yang paling baik terhadap induksi kalus manggis (Garcinia mangostana L.) dari sumber eksplan daun secara in vitro. 1.5. Manfaat Penelitian Manfaat dari penelitian ini dilakukan adalah: 1. Menambah wawasan peneliti tentang pengembangan tanaman manggis dengan metode kultur jaringan. 2. Sebagai bahan informasi untuk petani dan pemulia tanaman manggis yang ingin mengembangkan tanaman manggis secara in vitro. 3. Sebagai bahan informasi dan referensi bagi peneliti lain yang berhubungan dengan penelitian ini.