METODE PENELITIAN. Seruai Desa Namu Suro Kecamatan Biru-biru Kabupaten Deli Serdang

dokumen-dokumen yang mirip
Kajian Morfologis dan Kelimpahan Ikan Sili (Famili : Mastacembelidae) di Sungai Seruai Desa Namu Suro Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Sungai Tabir terletak di Kecamatan Tabir Kabupaten Merangin. Sungai Tabir

2014, No Republik Indonesia Nomor 4433), sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 45 Tahun 2009 (Lembaran Negara Republik Indonesia T

TINJAUAN PUSTAKA. Air merupakan zat yang paling penting dalam kehidupan setelah udara. Oleh

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan selama 9 bulan dimulai dari bulan Agustus 2011

BAB III METODE PENELITIAN. dilakukan secara langsung dengan menggunakan metode eksploratif pada setiap

BAB I PENDAHULUAN. Sungai Tabir merupakan sungai yang berada di Kecamatan Tabir Kabupaten

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi lele menurut SNI (2000), adalah sebagai berikut : Kelas : Pisces. Ordo : Ostariophysi. Famili : Clariidae

I. PENDAHULUAN. Waduk merupakan salah satu bentuk perairan menggenang yang dibuat

TINJAUAN PUSTAKA. tahapan dalam stadia hidupnya (larva, juwana, dewasa). Estuari merupakan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN

BAB 2 BAHAN DAN METODA

TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Cuvier (1829), Ikan tembakang atau lebih dikenal kissing gouramy,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebabkan karena lingkungan air tawar memiliki beberapa kondisi, antara lain:

IDENTIFIKASI IKAN. Ani Rahmawati Jurusan Perikanan Fakultas Pertanian UNTIRTA. Mata Kuliah Iktiologi

METODE. Waktu dan Tempat Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. Metode penelitian yang digunakan adalah deskriptif kuantitatif. Penentuan

3. METODE PENELITIAN

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

2. TINJAUAN PUSTAKA. Gambar 1. Ikan Belida (Chitala lopis) (Dokumentasi BRPPU Palembang, 2009)

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

bio.unsoed.ac.id METODE PENELITIAN A. Spesifikasi Alat dan Bahan

BAB 2 BAHAN DAN METODE

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. dan lentik. Jadi daerah aliran sungai adalah semakin ke hulu daerahnya pada

BAB III METODE PENELITIAN. A. Waktu dan Tempat Penelitian. Penelitian dilaksanakan pada bulan Juni sampai dengan September 2014.

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif, dengan teknik penentuan lokasi

BAB 2 BAHAN DAN METODA

MATERI DAN METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. yang dilaksanakan adalah penelitian survei yaitu menelusuri wilayah (gugus

BAB 2 BAHAN DAN METODE

TEKNIK PENANGKAPAN IKAN SIDAT DENGAN MENGGUNAKAN BUBU DI DAERAH ALIRAN SUNGAI POSO SULAWESI TENGAH

TINJAUAN PUSTAKA. menimbulkan dampak yang merugikan bagi manusia sendiri (Mulyanto, 2007). bahan organik karena faktor terbawa arus (Widi, 2000).

SWAMP EELS (Synbranchus sp.) JENIS YANG BARU TERCATAT (NEW RECORD SPECIES) DI DANAU MATANO SULAWESI SELATAN *)

Stasiun 1 ke stasiun 2 yaitu + 11,8 km. Stasiun '4.03"LU '6.72" BT. Stasiun 2 ke stasiun 3 yaitu + 2 km.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai. Secara ekologis sungai

2.2. Morfologi Ikan Tambakan ( H. temminckii 2.3. Habitat dan Distribusi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB 2 BAHAN DAN METODA

BAB II. TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi dan Morfologi Lele Masamo (Clarias gariepinus) Subclass: Telostei. Ordo : Ostariophysi

3. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

KEPADATAN POPULASI IKAN JURUNG (Tor sp.) DI SUNGAI BAHOROK KABUPATEN LANGKAT

PENGARUH KUALITAS AIR TERHADAP PERTUMBUHAN IKAN NILA (Oreochromis sp.) DI KOLAM BETON DAN TERPAL

4 HASIL DAN PEMBAHASAN

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi

I. PENDAHULUAN. sekitar tahun silam (Alloway et al., 2004). Danau ini terletak di Sumatera

III. METODOLOGI. Bawang, Provinsi Lampung selama 6 bulan dimulai dari bulan April 2013 hingga

III. METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Februari sampai dengan Maret

BAB III METODE PENELITIAN

bio.unsoed.ac.id TELAAH PUSTAKA A. Morfologi dan Klasifikasi Ikan Brek

BAB 2 BAHAN DAN METODE

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam merupakan salah satu komoditas ikan yang dikenal sebagai

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ikan nila (Oreochromis niloticus) merupakan ikan air tawar yang memiliki bentuk

3. METODE PENELITIAN

Uji Organoleptik Ikan Mujair

BAB I PENDAHULUAN. Jenis kerang yang banyak terdapat di wilayah Kabupaten Cilacap yaitu jenis

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

MANAJEMEN KUALITAS AIR PADA BUDIDAYA IKAN NILA (Orechromis niloticus) DI KOLAM AIR DERAS

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan Lumo (Labiobarbus ocellatus) menurut Froese R, Pauly D

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

bio.unsoed.ac.id di alternatif usaha budidaya ikan air tawar. Pemeliharaan ikan di sungai memiliki BUDIDAYA IKAN DALAM KERAMBA DI PERAIRAN MENGALIR

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.09/MEN/2012 TENTANG PELEPASAN IKAN NILA SRIKANDI

TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Klasifikasi dan Struktur Morfologis Klasifikasi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Makanan merupakan salah satu faktor yang dapat menunjang dalam

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan metode deskriptif kuantitatif. Pengambilan

BAB III METODOLOGI. Gambar 1. Peta Lokasi penelitian

3 METODE PENELITIAN. Waktu dan Lokasi Penelitian

3. METODE PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ikan patin siam (Pangasius hypopthalmus) merupakan salah satu ikan

II. TINJAUAN PUSTAKA

JUPE, Volume 1 ISSN Desember 2016 IDENTIFIKASI JENIS IKAN HASIL TANGKAPAN NELAYAN DI PANTAI JERANJANG

TINJAUAN PUSTAKA. penting dalam daur hidrologi dan berfungsi sebagai daerah tangkapan air

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. disebut arus dan merupakan ciri khas ekosistem sungai (Odum, 1996). dua cara yang berbeda dasar pembagiannya, yaitu :

SNI : Standar Nasional Indonesia. Induk ikan gurame (Osphronemus goramy, Lac) kelas induk pokok (Parent Stock)

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 26/KEPMEN-KP/2016 TENTANG

BAB III METODE PENELITIAN. Sistematika Fakultas Sains dan Teknologi Universitas Airlangga Surabaya.

- Keterkaitan faktor fisika-kimia perairan terhadap karakter morfometrik tubuh. spp. dari bebcrapa lokasi penelitian di sungai Kampar dan sungai

3. METODE PENELITIAN Tempat dan Waktu Penelitian Alat dan Bahan Penelitian

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. Pulau Pramuka I II III

IDENTIFIKASI KUALITAS PERAIRAN DI SUNGAI KAHAYAN DARI KEBERADAAN SISTEM KERAMBA STUDI KASUS SUNGAI KAHAYAN KECAMATAN PAHANDUT KALIMANTAN TENGAH

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Perairan adalah suatu kumpulan massa air pada suatu wilayah tertentu, baik yang bersifat

BAB III BAHAN DAN METODE

4. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. permukaan dan mengalir secara terus menerus pada arah tertentu. Air sungai. (Sosrodarsono et al., 1994 ; Dhahiyat, 2013).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan nila menurut Trewavas (1982), dalam Dirjen Perikanan

BAB III METODE PENELITIAN. mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian. 59. mengidentifikasi, mengklasifikasi dan menginventarisasi.

TINJAUAN PUSTAKA. Klasifikasi ikan Baung menurut Kottelat dkk.,(1993) adalah sebagai. Nama Sinonim :Hemibagrus nemurus, Macrones nemurus

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR KEP.66/MEN/2011 TENTANG

KEPUTUSAN MENTERI KELAUTAN DAN PERIKANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 19/KEPMEN-KP/2015 TENTANG PELEPASAN IKAN GURAMI BATANGHARI

Nur Rahmah Fithriyah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kemampuan suatu perairan dalam menerima suatu beban bahan tertentu

Spesies yang diperoleh pada saat penelitian

Transkripsi:

69 METODE PENELITIAN Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Agustus 2016 di Sungai Seruai Desa Namu Suro Kecamatan Biru-biru Kabupaten Deli Serdang Provinsi Sumatera Utara.Peta lokasi Penelitian disajikan pada Gambar 4.Adapun untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Lampiran 2. Gambar 4. Lokasi Penelitian Alat dan Bahan Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah GPS (Global Positioning System), ph meter, jarum suntik, bola duga, termometer, Secchi Disk, meteran, penggaris, jala, bubu, ember, sterofom, jarum pentul, buku identifikasi ikan, alat tulis dan kamera digital.

70 Bahan yang digunakan adalah larutan Alkohol 70%, MnSO 4, KOHKI, H 2 SO 4, Na 2 S 2 O 3, amilum, akuades (Metode Winkler), Ikan sili dan sampel air. Metode Pengukuran DO dengan Metode Winkler dapat dilihat pada Lampiran 1. Prosedur Penelitian Penentuan Stasiun Pengambilan Sampel Ikan Metode yang digunakan dalam penentuan stasiun pengambilan sampel ikan adalah Purposive Random Sampling. Terdapat 3 stasiun penelitian dengan deskripsi tiap stasiun sebagai berikut : Stasiun 1 Stasiun ini secara geografis terletak pada 03 37 ' 58" LU dan 98 44 ' 05" BT. Merupakan daerah sungai yang memiliki karakteristik bebatuan yang banyak, dengan perairan relatif dangkal.bebatuan merupakan salah satu habitat Ikan Sili dalam mencari makan dan berlindung.lokasi pengambilan sampel ikan di Stasiun 1 disajikan pada Gambar 5. Gambar 5. Stasiun 1

71 Stasiun 2 Stasiun ini secara geografis terletak pada 03 34 ' 03" LU dan 98 56 ' 56" BT. Merupakan daerah sungai yang memiliki karakteristik perairan dalam atau lubuk sungai serta bebatuan.kedalaman sungai mengidentifikasikan kemungkinan banyaknya ikan yang menempati areal tersebut.lokasi pengambilan sampel ikan di Stasiun 2 disajikan pada Gambar 6. Gambar 6. Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun ini secara geografis terletak pada 03 11 ' 25" LU dan 98 56 ' 02" BT. Merupakan daerah sungai dengan karakteristik arus yang lebih tenang dan dijumpai bebatuan serta tumbuhan-tumbuhan di pinggiran sungai. Tumbuhan di pinggiran sungai juga merupakan habitat ikan dalam mencari makan.lokasi pengambilan sampel ikan di Stasiun 3 disajikan pada Gambar 7. Gambar 7. Stasiun 3 Gambar 7. Stasiun 3

72 Pengambilan sampel Ikan Pengambilan sampel ikan menggunakan alat tangkap Jala (mesh size 3 cm).dan Bubu (mesh size 1 cm). Terdapat 6 plot penangkapan per stasiun dengan 3 kali ulangan dalam waktu satu bulan (30 hari). Penangkapan dilakukan pada hari ke-1, hari ke-15, dan hari ke-30.penebaran jala dilakukan pada sore hari (Pukul 15.00 WIB) dengan menyisiri sungai yang berpotensi terdapat Ikan Sili pada tiap stasiunnya dengan bantuan nelayan setempat. Pemasangan bubu dilakukan pada waktu yang sama kemudian didiamkan dan di angkat esok pagi (Pukul 07.00 WIB) karena Ikan Sili merupakan ikan nokturnal. Jumlah bubu yang dipasang per stasiun sebanyak 6 unit.umpan bubu adalah usus ayam yang dibungkus dengan kain jaring untuk menghindari hilangnya umpan karena arus. Bau amis pada usus ayam yang akan memancing masuknya ikan ke dalam perangkap bubu. Ikan Sili yang didapat kemudian di foto di atas wadah yang terang (sterofom warna) agar morfologi ikan terlihat jelas.ikan dicuci, ditiriskan kemudian dimasukkan ke dalam wadah spesimen dengan menambahkan alkohol 70% untuk tujuan pengawetan spesimen. Pengidentifikasian ciri morfometrikmeristik dilakukan segera mungkin di lapangan dan apabila waktu tidak cukup akan dilanjutkan di Laboratorium Manajemen Sumberdaya Perairan Terpadu dengan menggunakan buku identifikasi Kottelat dkk., (1993). Aktifitas selama melakukan penelitian disajikan pada Lampiran 5.

73 Pengamatan Karakter Morfologis Pengamatan karakter morfologis meliputi karakter morfometrik dan meristik.karakter morfometrik dan meristik Ikan Sili yang di ukur seperti pada Tabel 1 dan Tabel 2. Tabel 1.Karakter morfometrik yang diukur. No. Karakter Morfometrik Keterangan 1. Panjang total Jarak antara ujung bagian kepala terdepan dengan sirip kaudal yang paling belakang 2. Panjang standart Jarak antara ujung bagian kepala yang paling depan dengan pelipatan pangkal sirip kaudal 3. Panjang kepala Jarak antara ujung bagian kepala terdepan dengan ujung terbelakang dari keping tutup insang (operculum) 4. Tinggi kepala Panjang garis tegak antara pangkal kepala bagian atas dengan pangkal kepala bagian bawah 5. Tinggi badan Jarak tertinggi antara dorsal dengan ventral 6. Tinggi batang ekor Diukur pada bagian batang ekor pada tempat yang terendah 7. Tinggi sirip dorsal Jarak tegak yang tertinggi antara pangkal sampai ujung sirip dorsal 8. Tinggi sirip anal Jarak tegak yang tertinggi antara pangkal sampai ujung sirip anal 9. Panjang batang ekor Jarak miring antara ujung dasar sirip dengan pangkal jari-jari tengah sirip caudal 10. Panjang Moncong Panjang antara ujung mulut ikan ke pangkal dekat mata 11. Diameter mata Panjang garis tengah rongga mata 12. Panjang hidung Jarak antara ujung bagian kepala terdepan dengan lubang hidung

74 Tabel 1.Lanjutan. No. Karakter Morfometrik Keterangan 13. Panjang dasar sirip dorsal Jarak antara pangkal jari-jari pertama dengan tempat selaput sirip dibelakang jari-jari terakhir sirip dorsal 14. Panjang dasar sirip anal Jarak antara pangkal jari-jari pertama dengan tempat selaput sirip dibelakang jari-jari terakhir sirip anal 15. Panjang sirip ventral Jarak antara pangkal sirip hingga ujung terpanjang dari sirip ventral 16. Panjang sirip pectoral Jarak antara pangkal sirip hingga ujung terpanjang dari sirip pectoral Tabel 2. Karakter meristik yang diukur No. Karakter Meristik Keterangan 1. Jumlah jari-jari sirip Banyaknya jari-jari sirip dorsal dorsal 2. Jumlah jari-jari sirip Banyaknya jari-jari sirip anal anal 3. Jumlah jari-jari sirip Banyaknya jari-jari sirip ventral ventral 4. Jumlah jari-jari sirip Banyaknya jari-jari sirip pektoral pektoral 5. Jumlah jari-jari sirip Banyaknya jari-jari sirip kaudal kaudal Pengukuran Faktor Fisika-Kimia Perairan Parameter fisika kimia yang diukur meliputi suhu, ph, DO, kecerahan, kedalaman dan arus. Adapun parameter, satuan, alat yang digunakan dan tempat pengukuran faktor Fisika-kimia perairan disajikan pada Tabel 3.

75 Tabel 3.Parameter fisika dan kimia perairan yang diukur. Parameter SatuanAlat Tempat Pengukuran Fisika Suhu 0 C Termometer Insitu Kecerahan meter Secchidisc Insitu Kedalaman meter Tali dan pemberat Insitu Arus meter Tali dan bola Insitu Kimia ph - ph meter Insitu Oksigen mg/l Metode winkler Insitu terlarut Analisis Data Perhitungan kelimpahan dilakukan berdasarkan luasan area alat tangkap.data ikan yang diproleh dihitung nilai kelimpahan populasi, kelimpahan relatif dan frekuensi kehadiran dengan persamaan sebagai berikut. Kelimpahan Populasi (KP) Kelimpahan populasi merupakan jumlah individu dari suatu spesies yang terdapat dalam suatu satuan luas atau volume.perhitungan dapat dilakukan dengan menggunakan rumus Menurut Odum (1994). KP = Jumlah individu suatu jenis/ulangan Luas area (Alat tangkap) Kelimpahan Relatif (KR) Menurut Odum (1994), perhitungan kelimpahan relatif dihitung dengan menggunakan rumus : KR = Kepadatan suatu jenis Jumlah kepadatan seluruh jenis x 100%

76 Suatu habitat dikatakan cocok dan sesuai bagi perkembangan suatu organisme apabila nilai KR > 10%. Frekuensi Kehadiran (FK) Menurut Odum (1994), frekuensi kehadiran merupakan nilai yang menyatakan jumlah kehadiran suatu spesies sampling plot yang dihitung dengan menggunakan rumus : FK = Jumlah plot yang ditempati suatu spesies Jumlah total plot x 100% Keterangan nilai FK : 0-25% = Sangat jarang 25-50% = Jarang 50-75% = Sering >75% = Sangat sering

77 HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Karakter Morfologis Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di perairan Sungai Seruai Desa Namo Suro Kabupaten Deli serdang Provinsi Sumatera Utara di dapatkan 2 jenis Ikan Sili yang memiliki perbedaan karakter morfologis. Perbedaan karakter morfologis dapat dilihat pada Gambar 8 dan Gambar 9. 1. Mastacembelus unicolor Klasifikasi Gambar 8.Mastacembelus unicolor Kingdom Filum Kelas Ordo Famili Genus : Animalia : Chordata : Actinopterygii : Synbranchiformes : Mastacembelidae : Mastacembelus Spesies : Mastacembelus unicolor (Kotelat dkk., 1993).

78 Ikan Sili (Mastacembelus unicolor) bagi masyarakat setempat biasa disebut sebagai Ikan Belung Poula.Secara kasat mata Mastacembelus unicolor dapat ditandai dengan adanya pola warna berbentuk bulat-bulat warna kuning pada tubuhnya, memanjang sejajar dari belakang overkulum sampai pangkal ekor.kemudian sirip ekor terpisah dengan sirip punggung dan dubur.mastacembelus unicolormemiliki duri-duri tajam pada bagian punggungnya, duri ini melidungi dirinya dari bahaya yang mengancam hidupnya. Duri punggung pada Mastacembelus unicolor sebanyak 33 duri dan 2 duri pada sirip anal, Kemudian memiliki jari-jari sirip halus pada dorsal sebanyak 80, jari sirip halus pada anal 62, sirip halus pektoral 21, pada caudal 20 dan tidak memiliki sirip ventral. 2. Mastacembelus notophthalmus Klasifikasi Gambar 9.Mastacembelusnotophthalmus Kingdom Filum Kelas : Animalia : Chordata : Actinopterygii

79 Ordo Famili Genus : Synbranchiformes : Mastacembelidae : Mastacembelus Spesies : Mastacembelus notophthalmus (Kotelat dkk., 1993). Ikan Sili (Mastacembelus notophthalmus) bagi masyarakat setempat biasa disebut sebagai Ikan Mirik. Secara kasat mata Mastacembelus notophthalmus dapat ditandai dengan adanya corak-corak warna kuning pada bagian sirip dorsal, sirip caudal dan sirip anal. Kemudian adanya garis hitam tegak yang terdapat pada bagian bawah moncong yaitu pada sekitar daerah mata ikan.mastacembelus notophthalmus juga memiliki duri-duri tajam pada punggungnya. Dari hasil pengamatan terhadap ikan sili (Mastacembelus notophtalmus) terdapat 37 duri pada dorsal dan 2 duri pada daerah anal, tidak terdapat sirip ventral. Memiliki jarijari sirip halus pada dorsal sebanyak 74, jari-jari halus sirip anal 70, sirip halus pektoral 16, sirip halus kaudal 20 dan tidak memiliki sirip ventral. Adapun ciri Morfologis (Morfometrik dan Meristik) Ikan Sili secara lebih jelas dari hasil pengamatan dilapangan disajikan pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil Pengamatan Karakter Morfometrik Karakter Mastacembelus Mastacembelus rfometrik unicolor notophthalmus 1. Panjang Total 40 cm 15,2 cm 2. Panjang staandart 38 cm 14,6 cm 3. Panjang kepala 6 cm 2 cm

80 4. Tinggi kepala 2,5 cm 1 cm Tabel 4. Lanjutan Karakter Mastacembelus Mastacembelus orfometrik unicolor notophthalmus 5. Tinggi badan 6,8 cm 1,6 cm 6. Tinggi batang ekor 1,4 cm 0,3 cm 7. Tinggi sirip dorsal 1,5 cm 0,4 cm 8. Tinggi sirip anal 1,2 cm 0,2 cm 9. Panjang batang ekor 2 cm 0,5 cm 10. Panjang moncong 2,5 cm 0,8 cm 11. Diameter mata 0.3 cm 0,2 cm 12. Panjang hidung 2 cm 0,4 cm 13. Panjang dasar sirip dorsal 15 cm 5,3 cm 14. Panjang dasar sirip anal 14 cm 5 cm 15. Panjang sirip ventral - - 16. Panjang sirip pektoral 2 cm 0,7 cm Tabel 5. Pengamatan Karakter Meristik Karakter Mastacembelus Mastacembelus Meristik unicolor notophthalmus 1. Jumlah jari-jari 80 74 sirip dorsal 2. Jumlah jari-jari 62 70 anal 3. Jumlah jari-jari - - sirip ventral 4. Jumlah jari-jari 21 16 sirip pektoral 5. Jumlah jari-jari 20 20 sirip caudal

81 Tabel 5. Pengamatan Karakter Meristik Karakter Mastacembelus Mastacembelus Meristik unicolor notophthalmus 6. Jumlah Duri didepan 33 37 sirip dorsal 7. Jumlah Duri didepan 2 2 sirip anal Berdasarkan hasil penelitian yang telah dilakukan didapatkan hasil tangkapan sebanyak 8 ekor Ikan Sili yang terbagi atas 3 ekor dari jenis Mastacembelus unicolor dan 5 ekor dari jenis Mastacembelus notophthalmus. Penggunaan jala hanya didapatkan Ikan Sili dari jenis Mastacembelus unicolorsebanyak 3 ekor ikan yaitu pada stasiun 1 dan 3, sedangkan penggunaan bubu hanya didapatkan Ikan Sili dari jenis Mastacembelus notophthalmussebanyak 5 ekor ikan yaitu pada stasiun 2. Hasil tangkapan tiap stasiun disajikan pada Tabel 6.Adapun untuk data hasil tangkapan lebih jelasnya disajikan pada Lampiran 3. Tabel 6. Hasil Tangkapan Ikan Sili No. Stasiun Jumlah ikan Alat Spesies yang didapat tangkap 1. Pertama 2 Jala Mastacembelus unicolor 2. Kedua 5 Bubu Mastacembelus Notophthalmus 3. Ketiga 1 Jala Mastacembelus unicolor Ket : menandakan adanya ikan yang didapat Adapun Perhitungan Kelimpahan populasi (KP), Kelimpahan Relatif (KR) dan Frekuensi Kehadiran (FK) ikan sili dipisahkan berdasarkan luasan masingmasing alat tangkap yaitu Jala dan Bubu.Perhitungan analisis data kelimpahan dapat dilihat pada Lampiran 4.

82 Penggunaan Jala Kelimpahan Populasi (KP) Berdasarkan hasil analisis data lapangan, Grafik kelimpahan Populasi Ikan Sili tiap stasiun dengan menggunakan Jala dapat dilihat pada Gambar 10. 0,3 0,2 0,1 0 Kelimpahan Populasi (KP) 0,15 Ind/m² 0,07 Ind/m² 0,00 Ind/m² Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Gambar 10. Grafik Kelimpahan Populasi Ikan Sili Menggunakan Jala Berdasarkan gambar 10 Kelimpahan Populasi Ikan Sili menggunakan jala hanya didapatpada stasiun 1 sebesar 0,15 ind/m² dan pada stasiun 3 sebesar 0,07 ind/m², sedangkan pada stasiun 2 tidak didapatkan atau Kelimpahan Populasi sama dengan 0,00 ind/m². Kelimpahan Relatif (KR) Berdasarkan hasil analisis data lapangan, Grafik rata-rata kelimpahan relatif Ikan Sili menggunakan Jala tiap stasiun dapat dilihat pada Gambar 11. 80% 70% 60% 50% 40% 30% 20% 10% 0% Kelimpahan Relatif (KR) 68,2 % 31,8 % 0,00 % Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3

83 Gambar 11. Grafik Kelimpahan Relatif Ikan Sili Menggunakan Jala Berdasarkan gambar 11 Kelimpahan Relatif Ikan Sili menggunakan jala hanya didapatpada stasiun 1 sebesar 68,2 % dan pada stasiun 3 sebesar 31,8 %, sedangkan pada stasiun 2 tidak didapatkan atau Kelimpahan Relatif sama dengan 0,00 %. Frekuensi Kehadiran (FK) Berdasarkan hasil analisis data lapangan, Grafik rata-rata Frekuensi Kehadiran Ikan Sili tiap stasiun dapat dilihat pada Gambar 12. 50% 40% 30% 20% 10% 0% Frekuensi Kehadiran (KR) 33,3 % 16,6 % 0,00 % Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Gambar 12. Grafik Frekuensi Kehadiran Ikan Sili Menggunakan Jala Berdasarkan gambar 12 Frekuensi Kehadiran Ikan Sili menggunakan jala hanya didapatpada stasiun 1 sebesar 33,3 % dan pada stasiun 3 sebesar 16,6 %, sedangkan pada stasiun 2 tidak didapatkan atau Frekuensi Kehadiran sama dengan 0,0 %. Penggunaan Bubu Kelimpahan Populasi (KP)

84 Berdasarkan hasil analisis data lapangan, Kelimpahan Populasi Ikan Sili tiap stasiun dengan menggunakan Bubu dapat dilihat pada Gambar 13. 3 2 1 0 Keplimpahann Populasi (KP) 2,13 Ind/m² 0,00 Ind/m² 0,00 Ind/m² Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Gambar 13. Grafik Kelimpahan Populasi Ikan Sili Menggunakan Bubu Berdasarkan Gambar 13 Kelimpahan Populasi Ikan Sili dengan menggunakan bubu hanya didapat pada stasiun 2 sebesar 2,13 ind/m² Sedangkan pada stasiun 1 dan 3 tidak didapatkan atau kelimpahan populasi sama dengan 0,00 ind/m². Kelimpahan Relatif (KR) Berdasarkan hasil analisis data lapangan, Grafik rata-rata kelimpahan relatif Ikan Sili tiap stasiun menggunakan Bubu dapat dilihat pada Gambar 14. 120% 100% 80% 60% 40% 20% 0% Kelimpahan Relatif (KR) 100 % 0,00 % 0,00 % Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Gambar 14. Grafik Kelimpahan Relatif Ikan Sili Menggunakan Bubu

85 Berdasarkan Gambar 14 Kelimpahan Relatif Ikan Sili terbesar terdapat pada stasiun 2 yaitu 100 % dan pada satasiun 1 dan 3 tidak didapatkan atau kelimpahan relatif sama dengan 0,00 %. Frekuensi Kehadiran (FK) Berdasarkan hasil analisis data lapangan, Grafik rata-rata Frekuensi Kehadiran Ikan Sili tiap stasiun dapat dilihat pada Gambar 15. 50% 40% 30% 20% 10% 0% Frekuensi Kehadiran (KR) 33,3 % 0,00 % 0,00 % Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Stasiun 1 Stasiun 2 Stasiun 3 Gambar 15. Grafik Frekuensi Kehadiran Ikan Sili Menggunakan Bubu Rata-rata Frekuensi Kehadiran Ikan Sili hanya terdapat pada stasiun 2 sebesar 33,3 %. Pada stasiun 1 dan 2 tidak diproleh atau rata-rata Frekuensi Kehadiran yaitu 0,00 %. Faktor Fisika-Kimia Perairan Berdasarkan hasil penelitian faktor fisika-kimia perairan Sungai Seruai Desa Namo Suro dapat dilihat pada Tebel 3. Tabel 5.Hasil Pengukuran Parameter fisika-kimia perairan Parameter Satuan Alat Stasiun Rata-rata Fisika 1 2 3 Suhu 0 C Termometer 29 30 31 30 Kecerahan cm Secchidisc 50 45 27 40,6 Kedalaman m Tali dan Pemberat 1 2 0,8 1,2 Arus m/s Tali dan Bola 1,4 1,1 0,6 1 Kimia

86 ph - ph Meter 8,1 7,9 7,6 7,8 DO mg/l Metode Winkler 3,6 3,4 3,1 3,3 Pembahasan Karakter Morfologis Berdasarkan hasil analisis karakter Morfologis, didapatkan dua jenis ikan Sili dari Famili Mastacembelidae yang berbeda karakter morfologisnya.perbedaan ini dapat dilihat jelas secara kasat mata seperti perbedaan pola warna, bentuk tubuh dan model sirip ekor.masyarakat setempat menjelaskan bahwa hanya ada dua jenis Ikan Sili (Ditandai dengan adanya belalai yang memanjang kebawah pada moncongnya) di Sungai Seruai tersebut. Hasil tangkapan yang didapat adalah kedua jenis ikan yang biasa didapat oleh masyarakat setempat, mereka menyebutnya ikan Belung Poula yang bebadan besar (Gambar 8) dan Ikan Mirik yang tubuhnya lebih kecil (Gambar 9). Hasil analisis studi literatur Ikan Belung Poula adalah sepesies Mastacembelus unicolor. Menurut data www.fishbase.org (1832) Mastacembelus unicolor tersebar diwilayah Indonesia Kapuas dan Kalimantan barat. Secara kasat mata dari hasil pengamatan langsung dilapangan bahwa Ikan Belung poula (Mastacembelus unicolor) dapat ditandai dengan pola warna berbentuk bulat-bulat warna kuning pada tubuhnya, memanjang sejajar dari belakang overkulum sampai pangkal ekor.kemudian sirip ekor terpisah dengan sirip punggung dan dubur.kottelat dkk(1993) menjelaskan Mastacembelus unicolor memiliki jari-jari sirip ekor yang agak terpisah dengan jari-jari sirip punggung dan sirip dubur. Mastacembelus unicolormemiliki duri-duri tajam pada bagian

87 punggungnya, duri ini melidungi dirinya dari bahaya yang mengancam hidupnya.didapat duri punggung pada Mastacembelus unicolor sebanyak 33 duri dan 2 duri pada sirip anal. Kemudian memiliki jari-jari sirip halus pada dorsal sebanyak 80, jari sirip halus pada anal 62, sirip halus pektoral 21, pada caudal 20 dan tidak memiliki sirip ventral. Kottelat dkk (1993) mengatakan yang membedakan antara macrognathus dan mastacembelus adalah pada jumlah durinya.pada Genus Mastacembelus memiliki duri sirip punggung 33-40 duri. Sedangkan Genus Macrognathus memiliki 14-31 duri.jari-jari halus sirip punggung 79-90, jari-jari halus sirip anal 73-86 dan jari halus sirip ekor 19-21. Menurut data www.ffish.asia.com (1989) Ikan mirik yang dikatakan masyarakat setempat adalah spesies Mastacembelus notophthalmus.hal ini dapat ditandai dengan adanya corak-corak warna kuning pada bagian sirip dorsal, sirip caudal dan sirip anal. Kemudian adanya garis hitam tegak yang terdapat pada bagian bawah moncong yaitu pada sekitar daerah mata ikan.kottelat dkk (1993)menyebutkan juga terdapat pita warna gelap tegak di bawah mata pada Mastacembelus notophthalmus. Mastacembelus notophthalmus juga memiliki duri-duri yang tajam pada punggungnya. Dari hasil pengamatan terhadap ikan sili (Mastacembelus notophtalmus) yang terdapat di Sungai Seruai, terdapat 37 duri pada dorsal dan 2 pada daerah anal, tidak terdapat sirip ventral. Memiliki jari-jari sirip halus pada dorsal sebanyak 74, jari-jari halus sirip anal 70, sirip halus pektoral 16, sirip halus caudal 20 dan tidak memiliki sirip ventral. Kottelat dkk (1993)menyebutkan duri yang terdapat pada dorsal Mastracembelus notophthalmus adalah 37-39.Memiliki sirip halus dorsal sebanyak 73-86 dan sirip halus pada anal 69-85.

88 Ikan Sili memiliki sisik pada tubuhnya, tetapi sisik tersebut Sangat halus serta tertutupi oleh lendir yang tebal dan merekat erat pada tubuhnya.pengamatan sisik tidak bisa dilakukan secara langsung, perlu perlakuan khusus. Pengeringan ikan telah dilakukan diharapkan dapat mempermudah pengamatan sisik tetapi tetap tidak bisa perlu bantuan tambahan lagi seperti loop atau kaca pembesar. Ikan sili memiliki posisi mulut kebawah (inferior) dimana rahang atas lebih panjang dari pada rahang bawah dan memiliki linea lateralis garis lurus.bentuk dan tipe mulut merupakan penyesuaian terhadap makanan yang menjadi kesukaannya.menurut Eka (2009) diacu oleh Nurudin (2013) Bentuk posisi mulut merupakan pola adaptasi ikan dalam bersaing untuk mendapatkan makanan.pada ikan inferior memungkinkan mencari makan di dasar sungai, misal ikan Famili Claridae yang mampu mencari organisme kecil yang bersembunyi di dasar sungai. Kelimpahan Populasi Sedikitnya jumlah ikan yang di dapat memang dikarenakan menurunnya kelimpahan populasi Ikan Sili di Sungai Seruai pada saat sekarang. Masyarakat setempat juga membenarkan akan hal ini. Dikatakan dahulu sekali menangkap ikan di sungai bisa mendapatkan 8 sampai 10 ekor ikan sili tetapi sekarang 1 saja sudah susah. Penangkapan sudah dilakukan semaksimal mungkin dengan menggunakan dua alat tangkap yaitu jala dan bubu.penebaran Jala dilakukan dengan menyisiri sungai yang berpotensi terdapat Ikan Sili pada tiap stasiunnya.kemudian pemasangan bubu dilakukan pada sore hari kemudian di malamkan dan di angkat esok pagi karena Ikan Sili merupakan ikan

89 nokturnal.umpan yang di gunakan adalah usus ayam kemudian usus di bungkus dengan kain jaring untuk menghindari usus hilang terbawa oleh arus. Aroma amis yang terdapat pada usus ayam yang akan memikat ikan untuk masuk kedalam perangkap bubu. Pada stasiun 1 didapatkan 2 ekor Ikan Sili dari jenis Mastacembelus unicolor. Ikan ini didapatkan dengan menggunakan jala yaitu di daerah pinggiran sungai yang di tumbuhi oleh tumbuh-tumbuhan atau semak belukar dan pada daerah bebatuan. Pada stasiun 2 didapat Ikan Saili jenis Mastacembelus notophthaalmus sebanyak 5 ekor dengan alat tangkap bubu.ikan ini didapatkan dibawah pohon rindang yang di aliran sungainya terdapat ranting-ranting pohon yang menyangkut. Pada stasiun 3 didapatkan 1 ekor ikan sili dari jenis Mastacembelus unicolor.ikan ini didapatkan pada daerah bebatuan sungai.semak belukar dan bebatuan di sungai merupakan tempat berlindung dan habitat bagi organisme-organisme kecil seperti udang, kerang, kepiting dan larva serangga.organisme-organisme tersebut merupakan makanan bagi Ikan Sili karena ikan sili adalah ikan karnivora. Menurut Nurdawati dan Yuliani (2009) dari hasil penelitian yang dilakukannya di Sungai Musi mengenai kebiasaan makan ikan tilan atau sili, didapatkan bahwa ikan sili memakan udang, kepiting, kerang, larva serangga serta kelompok pisces. Perhitungan Kelimpahan Populasi ikan sili dilakukan berdasarkan luasan dan jenis alat tangkap yang digunakan. Didapatkan Kelimpahan Populasi ikan sili menggunakan Jala pada stasiun 1 sebesar 0,15 ind/m², pada stasiun 2 sebesar 0,00 ind/m² atau sama dengan tidak didapatkan Ikan Sili dan pada stasiun 3 sebesar 0,07 ind/m². Sedangkan Perhitungan kelimpahan populasi menggunakan

90 Bubuhanya didapat pada stasiun 2 sebesar 0,15 ind/m². Pada stasiun 1 dan 3 tidak didapatkan atau kelimpahan populasi sama dengan 0,00 ind/m². Perhitungan berdasarkan luasan alat tangkap juga di maksudkan untuk dapat menggambarkan seberapa besar masyarakat dapat menangkap ikan sili (Famili : Mastacembelidae) di Sungai Seruai yang di jadikan ikan konsumsi maupun diperdagangkan bagi maasyarakat setempat. Menurunnya populasi ikan sili (Famili : Mastacembelidae) di Sungai Seruai dapat di sebabkan oleh adanya kegiatan penambangan pasir di beberapa segmen aliran Sungai Seruai. Penambangan pasir menyebabkan air menjadi keruh karena partikel-partikel tanah naik kepermukaan akibat pengerukan pasir di dasar perairan.penambangan pasir juga menyebabkan perubahan habitat secara darastis dan tidak sesuai dengan alamiahnya yaitu yang biasa menjadi habitat bagi ikan di sungai.menurut Sentosa dan Adisukma (2009) Ikan Berod (Mastacembelus sp.) banyak di temukan di perairan sungai dengan dasar berpasir dan berlumpur kemudian di tepian sungai yang banyak ditemukan tumbuhan air. Kelimpahan Relatif Menurut Odum (1994) Suatu habitat dikatakan cocok dan sesuai bagi perkembangan suatu organisme apabila nilai KR > 10%. Mengacu dari pernyataan odum diatas bahwa kelimpahan relatif ikan sili menggunakan alat tangkap bubu yang masih sesuai habitatnya yaitu hanya pada stasiun 2 sebesar 100 % hal ini karena hanya pada stasiun tersebut yang didapatkan Ikan Sili sedangkan pada stasiun 1 dan 3 tidak didapatkan sama sekali. kelimpahan relatif ikan sili ( Famili : Mastacembelidae) menggunakan alat tangkap jala yang masih sesuai habitatnya

91 terdapat pada stasiun 1 sebesar 68,2 % dan stasiun 3 sebesar 31,8 % sedangkan pada stasiun 2 tidak didapatkan.perbandingan besaranya jumlah ulangan dan plot penangkapan dengan hasil tangkapan mempengaruhi besarnya Kelimpahan Relatif. Didapatnya beberapa Ikan Sili pada saat penelitian merupakan suatu hal yang sudah jarang karena biasanya masyarakat sudah jarang sekali mendapatkan ikan tersebut dalam menangkap ikan di Sungai Seruai. Menurut Sentosa dan Adisukma (2009) dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai upaya konservasi sumberdaya Ikan Berod (Mastacembelus sp.) di Sungai Cimanuk menjelaskan bahwa Ikan Berod (Mastacembelus sp.) memijah pada saat musim penghujan dengan selang waktu pemijahan yang pendek dan bersifat partial spawner. Pada bulan penelitian yang saya lakukan sering juga terjadi hujan atau awal musim penghujan.hal ini juga yang menyebabkan dapatnya sejumlah Ikan Sili yang kami tangkap karena ikan tersebut keluar untuk melakukan pemijahan.masyarakat setempat juga membenarkan bahwa Ikan Sili tersebut biasa keluar ketika terjadi hujan atau pada musim hujan. Ketika hujan terjadi maka debit dan volume air semakin bertambah terjadilah pengadukan yang menyebabkan air menjadi keruh. kekeruhan tersebut membuat ikan lebih leluasa keluar karena ia juga takut kalau dilihat oleh manusia. Frekuensi kehadiran Frekuensi kehadiran ikan sili dengan menggunakan Jala Pada stasiun 1 dikatakan jarang ditemukan dengan nilai sebesar 33,3% dan pada stasiun 2 dan 3 frekuensi kehadiran ikan sili dikatakan sangat jarang ditemukan dengan nilai FK dibawah 25 %. Menurut Odum (1994) jika nilai frekuensi kehadiran adalah 25

92 50 % maka dapat dikatakan bahwa keberadan ikan Sili tersebut adalah jarang ditemukan dan apabila frekuensi kehadiran 0 25 % dikatakan kehadiran sangat jarang. Sedangkan penggunaan bubu frekuensi kehadiran ikan sili pada stasiun 2 dikatakan jarang ditemukan dengan nilai sebesar 33,3 % selanjutnya pada stasiun 1 dan 3 kehadiran ikan sili tidak ditemukan dengan nilai sebesar 0,00 %. keberadaan ikan di sungai dipengaruhi oleh kondisi habitat yang sesuai dengan pola hidupnya. Ketika suatau lingkungan tejadi perubahan suatu organisme tidak akan langsung mati ada proses adaptasi yang dilakukan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang baru. Proses adaptasi juga dapat membuat perubahan morfologis pada ikan. Nurudin (2013) mengatakan adaptasi merupakan suatu proses evolusi yang menyebabkan organisme mampu hidup lebih baik dibawah kondisi lingkungan tertentu. Sifat genetik juga membuat organisme menjadi lebih mampu untuk bertahan hidup. Ikan di sungai juga mengalami proses adaptasi yang berpengaruh pada perubahan sifat genetik yangmembuat ikan mengalami perubahan morfologi sesuai dengan kondisi lingkungan sekitarnya. Kualitas Air Hasil penelitian didapatkan rata-rata suhu perairan di Sungai Seruai adalah 30 C.Menurut Nurudin (2013) organisme perairan seperti ikan maupun udang mampu hidup baik pada kisaran suhu 20-30 C.Secara keseluruhan suhu perairan di Sungai Seruai masih dikatakan baik dan dapat ditolerir oleh suatu organime.perubahan fluktuasi suhu perairan yang drastis baru dapat mempengaruhi suatu organisme bahkan sampai mengakibatkan kematian.huet

93 (1971) diacu oleh Suriati (2002) menyatakan, ikan merupakan organisme yang bersifat poikilotermal yaitu suhu tubuh ikan sesuai dengan suhu perairan.fluktuasi harian suhu perairan sangat mempengaruhi organisme didalamnya, fluktuasi suhu air yang terlalu besar dapat mematikan organisme perairan. Perairan sungai seruai dilihat secara langsung berwarna kuning kecoklatan. Didapatkan tingkat kecearahan Pada stasiun 1 kecerahan 50 cm, stasiun 2 kecerahan 45 cm dan pada stasiun 3 kecerahan sebesar 27 cm. Pada stasiun 3 kecerahan semakin menurun. Didapatkan pada daerah stasiun tiga terdapat aktivitas masyarakat yaitu persawahan (padi), perkebunan (sawit) dan tambak ikan.aktifitas masyarakat tersebut membuang limbah kesungai hal ini juga berpengaruh terhadap kecerahan air. Ciri khusus suatu sungai adalah memiliki arus. Didapatkan besaran arus pada stasiun 1 sebesar 1,4 m/s, stasiun 2 sebesar 1,1 m/s dan stasiun 3 sebesar 0,6 m/s. Kecepatan arus dalam suatu badan sungai tidak dapat ditentukan dengan pasti karena arus pada suatu sungai sangat mudah berubah. Menurut Barus (2004) sangat sulit membuat suatu batasan mengenai kecepatan arus karena di suatu ekosistem air sangat berfluktuasi dari periode ke periode tergantung dari fluktuasi aliran air serta kondisi substrat yang ada. Pada musim penghujan akan mempengaruhi kecepatan arus. Kedalaman suatu sungai sangat berfluktuatif karena bentuk tofografi dasar perairan yang tidak sama. Didapatkan pada stasiun 1 tingkat kedalaman 1 m, satasiun 2 kedalaman 2m dan stasiun 3 kedalaman 0,82 m. Kedalaman merupakan salah satu parameter fisika, dimana semakin dalam perairan maka intensitas cahaya yang masuk semakin berkurang. Kedalaman sungai juga dapat

94 mengambarkan banyaknya kemungkinan ikan di perairan tersebut. Kottelat et al (1993) mengatakan Kedalaman merupakan wadah penyebaran atau faktor fisik yang berhubungan dengan banyak air yang masuk kedalam suatu sistem perairan, karena semakin dalam suatu sungai akan semakin banyak pula jumlah ikan yang menempati. Nilai oksigen terlarut terendah terdapat pada stasiun 3, yaitu 3,1mg/l, untuk stasiun 2 yaitu 3,4 mg/l, sedangkan untuk nilai oksigen terlarut tertinggi berada pada stasiun 1, yaitu 3,6mg/l. Rendahnya DO pada stasiun 3 karena karakteristik perairan ini lebih tenang di bandingkan stasiun 1 dan 2. Pergolakan (arus) air yang deras juga mempengaruhi nilai DO. Nilai DO yang semakin besar pada air, mengindikasikan air tersebut memiliki kualitas yang bagus. Sebaliknya jika nilai DO rendah, dapat diketahui bahwa air tersebut telah tercemar. Hasil pengukuran ph air menunjukkan ph tertinggi berada pada stasiun 1, yaitu sebesar 8,1 pada stasiun 2 sebesar 7,9 dan stasiun 3 sebesar 7,6.pH ideal untuk ikan hidup berkisar 7-8,5. Kondisi perairan yang bersifat sangat asam maupun sangat basa akan membahayakan kelangsungan hidup organisme karena akan menyebabkan terjadinya gangguan metabolisme dan respirasi (Barus, 2004). Tingkat kecerahan perairan di Sungai Seruai terbilang rendah didapatkan kisaran kecerahan antara 27-50 cm dengan kedalaman 1-2 m. Keruhnya air mebuat intensitas cahaya yang masuk ke perairan semakin rendah. Intensitas cahaya yang masuk berguna untuk proses fotosintesis fitoplankton untuk dapan menghasilkan oksigaen di perairan. Keruhnya air disebabkan oleh aktivitas penambangan pasir di beberapa sub aliran sungai seruai.

95 Dari hasil pengamatan dilapangan menurunnya kelimpahan ikan sili di Sungai Seruai lebih di sebabkan pada rusaknya habitat ikan yang tidak sesuai lagi dengan biasanya. Hal ini disebabkan oleh aktivitas penambangan pasir yang dilakukan dibeberapa sub aliran Senguai Seruai. Selanjutnya penurunan kelimpahan pada saat sekarang juga disebabkan oleh aktifitas penangkapan dimasa lampau. Dikatakan dahulu masyarakat setempat sering melakukan pengracunan ikan. Kegiatan pengracunan ikan dapat mematikan hampir semua biota yang ada di Sungai Seruai sehingga mengganggu proses perkembangbiakan dan pertumbuhan ikan secara optimal. Tapi pada saat sekarang masyarakat sudah sadar dan melarang apabila ada warga yang melakukan pengracunan lagi karna akan berdampak pada menurun bahkan hilangnya suatu organisme. Potensi Ekonomis Berdasarkan hasil penelitian Ikan Sili yang terdapat di Sungai Seruai hanya dimanfaatkan sebagai ikan konsumsi saja.harga Ikan Sili berkisar Rp.40.000,-/kg. Menurut Olgunoglu (2011) diacu oleh Handayani (2015) Ikan Sili mengandung nutrisi dan mineral yang cukup tinggi yaitu Cu, Zn, Fe, vitamin A dan E yang dibutuhkan oleh manusia. Bismark dan sawitri (2014) mengatakan harga ikan sili yang terdapat di Sungai Sangata adalah 60.000,-/kg. Ikan Sili dapat dikembangkan sebagai ikan hias, karena memiliki bentuk badan dan warna yang menarik.dari hasil pengamatan, yang lebih berpotensi untuk dijadikan ikan hias adalah mastacembelus unicolor.tetapi tidak menutup kemungkinan juga untuk mastacembelus notophthalmus karena keduanya samasama memiliki bentuk yang unik. Mastacembelus unicolor lebih berpotensi untuk

96 menjadi ikan hias karena memiliki corak warna pada tubuh yang lebih menarik. Pemanfaatan ikan sili sebagai ikan hias di Indonesia masih jarang terdengar. Hal ini karena ketidak tahuan masyarakat akan potensi tersebut dan juga bagaimana pemeliharaan yang baik agar mengikuti habitat aslinya. Untuk kisaran harga ikan sili sebagai ikan hias di Indonesia masih belum dapat di ketahui secara jelas.menurut (Yuli, 2014) Ikan Sili atau Mastacembelus armatus merupakan salah satu ikan hias air tawar yang cukup populer di Negeri Paman Sam.Ikan ini memiliki motif batik zig zag dengan bentuk pipih memanjang sangat digemari oleh penggemar ikan hias. Mereka bisa dibandrol dengan harga hingga $16.5 untuk ikan ukuran 9 cm atau setara dengan Rp.164.000,- per ekor.

97 KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Berdasarkan Pengamatan Karakter Morfologis Ikan sili (Famili : Mastacembelidae) yang terdapat di Sungai Seruai Desa Namu Suro Provinsi Sumatera Utara adalah dari sepesies Mastacembelus unicolor dan Mastacembelus notophthalmus. Mastacembelus unicolorsecara langsung dapat ditandai dari corak warna pada tubuh yaitu bulat-bulat sejajar bewarna kuning. Mastacembelus notophthalmus terdapat garis tegak berwarna hitam pada daerah moncong dekat mata dan sirip caudal yang menyatu dengan sirip dorsal dan anal serta memiliki corak pola warrna kuning. 2. Kelimpahan Ikan Sili di Sungai Seruai Desa Namu Suro sudah sangat sedikit dengan nilai kelimpahan penggunaan jala sebesar 0,15 ind/ m² dan 0,07 ind/ m² terdapat pada stasiun 1dan 3. Nilai kelimpahan penggunaan bubu sebesar 2,13 ind/m² terdapat hanya pada stasiun 2. Tingkat kehadiran Ikan Sili dapat dikatakan sudah jarang untuk dapat ditemukan dengan mengunakan jala dan bubu. Saran