BAB II DESKRIPSI KONDISI LOKASI 2.. Tinjauan Umum Untuk dapat merencanakan penanganan kelongsoran tebing pada suatu lokasi terlebih dahulu harus diketahui kondisi sebenarnya dari lokasi tersebut. Beberapa kondisi yang perlu diketahui sebelum merencanakan penanggulangan kelongsoran tebing sungai antara lain :. Kondisi Topografi 2. Kondisi Morfologi 3. Kondisi Tata Guna Lahan 4. Kondisi Hidrologi 5. Kondisi Geoteknik Beberapa kondisi tersebut kemudian dianalisis untuk mengetahui penyebab kelongsoran dan jenis penanganan yang tepat. 2.2. Kondisi Topografi Sungai Rambut yang membatasi kabupaten Pemalang dan Tegal, mempunyai kondisi DAS yang cukup bervariatif, mulai wilayah yang kurang baik sampai baik. Bentuk DAS Rambut pipih memanjang, dengan anakanak sungai yang relatif banyak tetapi pendek. Dengan melihat DAS Rambut yang berada di perbatasan antara kabupaten Pemalang dan Tegal, maka pengelolaan DAS Rambut juga menjadi perhatian dari dua kabupaten tersebut. Kemiringan lahan di Daerah Pengairan Sungai Rambut dapat dilihat pada Tabel 2. sedangkan Gambar Peta Topografi dapat dilihat pada Lampiran Gambar 2.. Tabel 2. Kemiringan Lahan DAS Rambut No. 2 3 4 5 Kemiringan (%) 8 9 5 6 25 26 45 > 45 Kelas I II III IV V Luas (km 2 ) 8,99 35.5 4,94 7,9,22 II (%) Keterangan 49,36 2, 24,65 4,76,3 Jumlah 66., (Sumber : RTRW Pemalang dan Tegal) Datar Landai Agak Curam Curam Sangat curam
Kerapatan sungai atau perbandingan alur sungai dengan luas DPS Sungai Rambut cukup seimbang, dimana alur sungainya tidak terlalu kecil untuk ukuran DPS nya. Hasil pengukuran peta topografi didapat bahwa nilai perbandingan kerapatan sungai DAS Rambut,84. 2.3. Kondisi Morfologi Secara morfologis segmen alur sungai dibagi menjadi tiga bagian, yaitu bagian hulu (up stream), tengah (middle stream) dan hilir (down stream). Secara rinci deskripsi masingmasing segmen tersebut akan dijelaskan pada bagian berikut ini. 2.3.. Bagian Hulu (up stream) Pada pangsa bagian hulu sungai membentuk alur relatif lurus dengan bentuk penampang peralihan V ke bentuk U dengan lebar sekitar 5 2 meter dan kemiringan lereng (side slope) cukup terjal serta stabilitasnya cukup baik, bila penutupan lahannya baik. Adapun kemiringan sungai berkisar kurang lebih,3, sehingga kecepatan alirannya relatif besar bila dibandingkan dengan bagian hilirnya. 2.3.2. Bagian Tengah (middle stream) Pangsa pada bagian ini merupakan peralihan dan bagian hulu dan hilir. Kemiringan DAS Rambut pada bagian ini relatif lebih landai dibandingkan dengan daerah hulunya. Sehingga kecepatan alirannya juga relatif kecil juga. Bagian ini juga merupakan daerah keseimbangan antara proses degradasi dan agradasi yang lebih dikenal dengan proses bed alteration. Akibat dari itu semua alur sungai membentuk belokanbelokan yang cukup tajam. Profil penampang sungai sudah mendekati bentuk U dengan kemiringan tebing masih cukup terjal, yaitu berkisar antara 45 75 serta lebar penampang berkisar 2 4 meter. 2.3.3. Bagian Hilir (down stream) Bagian ini merupakan bagian akhir dan alur sungai, dimana aliran Sungai bermuara di Laut Jawa. Dalam proses pengaliran pada bagian ini dipengaruhi oleh pasang surut Laut Jawa, sehingga kecepatan alirannya sangat tergantung pada proses alami tersebut. Disamping itu kecepatan aliran pada segmen hilir ini II 2
sangat dipengaruhi oleh kemiringan yang sangat landai karena akibat ketidak seimbangan antara proses degradasi agradasi serta meanderingmeandering yang sangat tajam. Pola aliran berbelokbelok (sinusoidal meandering), bahkan cenderung pula membentuk pola alur berjalin. Lokasi pengamatan termasuk segmen bagian hilir (down stream) dengan kondisi tebing kanan pada alur Sungai Rambut memiliki karakteristik yang berbeda dengan tebing kiri alur sungai. Ketinggian tebing kiri 6,7 meter sedangkan ditebing kanan ketinggian tebing sekitar 6 meter dengan kemiringan tebing kanan relatif landai dibandingkan tebing kiri. 2.4. Kondisi Tata Guna Lahan Tataguna lahan DAS Rambut pada bagian hulu dan tengah sebagian besar berupa perkebunan dan sawah tadah hujan, dan dihilir berupa sawah irigasi teknis. Tata guna lahan DAS Rambut disajikan pada Tabel 2.2.sedangkan gambar Peta Tata Guna Lahan dapat dilihat pada Lampiran Gambar 2.2. Tabel 2.2 Tata Guna Lahan DAS Rambut Jenis Penggunaan Lahan Luas (km 2 ) ( % ) Hutan Semak Belukar Perkebunan Tegalan Sawah Tadah Hujan Sawah Irigasi Permukiman Tambak 4,67,3 87,67,43 28,76 9,89 3,8,45 2,8,62 52,79 6,28 7,32,98 7,94,27 J u m l a h 66,, (Sumber : Peta Rupabumi Bakorsurtanal) Perkembangan penggunaan lahan di DAS Rambut dari waktu ke waktu mengalami perubahan, hal ini disebabkan oleh adanya aktivitas manusia, antara lain adanya kegiatan eksploitasi hutan, kegiatan perladangan berpindah oleh petani tradisional, pertumbuhan industri dan pertambangan, serta pertumbuhan penduduk yang tinggi, sehingga dalam waktu yang relatif singkat kegiatankegiatan tersebut merubah penggunaan lahan dari tahun ke tahun. Hal ini perlu dicermati dalam analisa hidrologi selanjutnya. II 3
2.5. Kondisi Hidrologi Bentuk yang lebih sesuai dengan karakteristik DAS Rambut adalah bentuk bentuk memanjang (bulu burung). Hal ini disebabkan antara lain karena bentuk sungai utama memanjang dengan anakanak sungai langsung masuk ke sungai utama. Jadi terkesan bentuk jaringannya berbentuk bulu burung. Bentuk semacam ini biasanya akan menyebabkan debit aliran banjir puncak relatif kecil, karena perjalanan banjir dari anakanak sungai berbedabeda waktunya. Adapun pada pangsa bagian tengah bentuk pola jaringan sungai pada DAS Rambut memperlihatkan aliran yang seolaholah terpusat pada suatu titik, sehingga menggambarkan adanya bentuk radial atau kipas. Sebagai akibat dari bentuk tersebut, maka waktu kedatangan banjir dan segala penjuru anak sungai (S. Logeni, S. Ajer, S. Pujang, dan S.Tajem) akan tiba dalam waktu yang hampir bersamaan, sehingga apabila terjadi hujan yang sifatnya merata di seluruh DAS Rambut, maka banjir besar tidak bisa dielakkan akan terjadi pada segmen tengah dan hilir. Pada DAS Rambut hanya terdapat dua stasiun hujan, yaitu Stasiun Cipero dan Stasiun Warurejo. Kedua stasiun ini terletak di bagian hilir DAS Rambut, sehingga belum bisa menggambarakan kondisi hujan pada bagian hulu dan tengah DAS Rambut, untuk itu digunakan stasiun hujan dari DAS lain yang letaknya berdekatan dengan DAS Rambut, agar bisa menggambarkan secara keseluruhan hujan di DAS Rambut dari hulu sampai hilir. Stasiun hujan terpilih untuk analisa hidrologi di DAS Rambut adalah stasiun hujan Warureja, Cipero, Warungpring, Moga, dan Kemaron. Hujan maksimum harian masingmasing stasiun hujan (dalam mm) dapat dilihat pada Tabel 2.3 s/d Tabel 2.7, gambar letak stasiun hujan terpilih pada Lampiran Gambar 2.3. Tabel 2.3 Hujan Maksimum Stasiun Warureja (/2) 2 3 4 5 6 7 8 993 (3/) 994 (23/3) 995 (3/2) 996 (27/2) 997 (26/) 998 (2/2) 999 (8/) 2 (6/2) 59 68 234 76 99 5 8 63 39 67 92 6 26 88 47 76 5 28 25 4 5 23 4 42 32 7 2 8 97 9 22 II 4
(2/2) 9 2 (22/) 6 22 (9/2) 86 23 (5/2) 24 2 24 (25/) 67 3 25 (2/4) 4 4 26 (/) 5 27 (3/) 4 74 5 69 43 35 5 6 28 82 8 37 69 72 78 9 6 Tabel 2.4 Hujan Maksimum Stasiun Cipero 993 (3/) 59 2 994 (9/) 46 3 995 (/2) 4 4 996 (6/3) 6 5 997 (2/5) 7 6 998 (2/5) 42 7 999 (2/2) / 8 2 (24/2) 6 9 2 (3/) 22 (2/3) 9 23 (5/2) 24 2 24 (28/4) 3 25 (7/) 63 4 26 (7/3) 2 5 27 (26/) 26 8 2 36 27 54 6 92 3 2 4 69 7 3 48 5 6 2 54 43 4 5 2 25 4 45 4 32 2 24 2 4 34 33 Tabel 2.5 Hujan Maksimum Stasiun Warungpring 993 (28/) 2 2 994 (7/3) 8 3 995 (25/2) 4 4 996 (4/3) 24 5 997 (6/3) 6 998 (/) 7 999 (3/) 6 8 2 (/) 9 2 (/) 22 (/2) 28 23 (9/2) 28 2 24 (/) 3 25 (/) 4 26 (29/) 5 27 (26/2) 2 79 6 3 2 2 9 55 42 38 5 47 2 35 397 2 5 95 53 42 82 38 2 35 8 5 2 32 38 2 37 2 3 73 72 32 6 23 6 76 22 9 8 7 3 52 3 II 5
Tabel 2.6 Hujan Maksimum Stasiun Moga 993 (3/) 59 8 6 25 32 2 994 (23/2) 36 53 79 67 22 3 995 (/2) 2 3 25 39 4 996 (4/) 33 6 32 3 97 5 997 (9/) 3 3 232 72 6 998 (26/) 6 3 73 255 7 999 (7/5) 77 33 5 223 3 8 2 (9/2) 29 36 9 2 (6/) 7 97 2 52 22 (5/2) 3 69 25 2 46 23 (6/3) 4 8 65 2 24 (5/3) 2 3 29 9 3 25 (5/3) 22 4 29 4 26 (25/) 4 8 43 5 27 (9/2) 43 7 9 2 2 Tabel 2.7 Hujan Maksimum Stasiun Kemaron 993 (3/) 59 8 6 25 32 2 994 (4/4) 46 3 4 3 995 (2/2) 36 4 53 4 36 4 996 (/3) 4 6 35 5 997 (5/) 2 39 2 3 6 998 (27/2) 34 6 6 82 78 7 999 (2/2) 57 26 5 46 8 2 (4/3) 82 7 8 9 2 (2/) 4 7 22 (3/3) 7 5 6 84 23 (23/2) 27 3 9 92 2 24 (25/) 67 82 78 3 25 (9/) 4 8 4 26 (27/2) 5 25 66 5 27 (2/2) 7 7 86 8 6 2.6. Kondisi Geoteknik Analisis data tanah memberikan penjelasan hasil pengujian tanah pada tebing sungai di Dukuh Turi, Desa Banjaragung Kecamatan Warurejo Kabupaten Tegal. Pengujian yang dilakukan meliputi penyelidikan tanah dan pengujian laboratorium. Pengambilan contoh tanah dengan pengeboran sebanyak 2 titik. Contoh tanah kemudian diteliti di laboratorium. Penelitian yang dilakukan II 6
bertujuan untuk mendapatkan data berupa profil tanah, Soil Test, Grain Size, Direct Shear Test, Consolidation Test. 2.6.. Data Profil Tanah Berdasarkan hasil pengamatan terhadap contoh tanah diperoleh profil tanah seperti pada Tabel 2.8 dan Tabel 2.9. kedua tabel menunjukan hasil pengamatan pada 2 titik berbeda. Tabel 2.8 Hasil Pengeboran Pada BM Kedalaman Tebal Material deskripsi ±,m s/d 2, m 2, m pasir kelempungan coklat, sangat lepas 2, m s/d 3, m, m pasir kelempungan abuabu, sangat lepas 3, m s/d 4, m, m pasir kelempungan abuabu kecoklatan, sangat lepas 4, m s/d 6,3 m 2,2 m gambut coklat kehitaman, sangat lunak 6,3 m s/d, m 3,7 m lempung abuabu, teguh Tabel 2.9 Hasil Pengeboran Pada BM2 Kedalaman Tebal Material deskripsi ±,m s/d 4, m 4, m pasir kelempungan coklat, lepas 4, m s/d, m 6, m Lempung kepasiran abuabu kecoklatan, sangat lunak 2.6.2. Data Pengujian SifatSifat Tanah Pengujian sifat sifat tanah (Soil Test) bertujuan mengetahui sifat sifat yang terkandung dalam contoh tanah yang sebelumnya diambil dari lapangan dengan cara pengeboran. Sifat sifat tanah yang hendak diuji adalah :. Kadar air / water content (w) 2. Berat jenis butiran tanah / spesific grafity of soil (Gs) 3. Berat jenis basah (γ) dan berat jenis kering (γ d ) 4. Porositas / porosity (n) 5. Angka pori / void ratio (e) II 7
Adapun hasil penyelidikan pada tebing Sungai Rambut dapat dilihat pada Tabel 2. dan Tabel 2.. Tabel 2. Hasil Pengujian Sifat Tanah Pada BM Kedalaman (m) Kadar Air (w) % Berat jenis butiran tanah (Gs) Berat jenis basah (γ) gr/cm 3 berat jenis kering (γ d ) gr/cm 3 Porositas (n) % Angka Pori (e),52, 33,4 2,7773,662,446 47,94,929 7,58, 34,4 2,5852,66,436 44,45,82 Tabel 2. Hasil Pengujian Sifat Tanah Pada BM2 Kedalaman (m) Kadar Air (w) % Berat jenis butiran tanah (Gs) Berat jenis basah (γ) gr/cm 3 berat jenis kering (γ d ) gr/cm 3 Porositas (n) % Angka Pori (e),52, 33,95 2,7774,657,437 48,26,9327 7,58, 34,56 2,5897,673,443 44,28,7947 2.6.3. Data Pengujian Kuat Geser Tanah Pengujian kuat geser tanah (Direct Shear Test) bertujuan untuk mengetahui nilai kohesi (c) dan sudut geser dalam (φ). Kedua parameter ini diperlukan dalam analisis stabilitas lereng. Adapun hasil pengujian yang dilakukan terhadap contoh tanah pada tebing Sungai Rambut dapat dilihat pada Tabel 2.2 dan Tabel 2.3. Tabel 2.2 Hasil Pengujian Kuat Geser Tanah Pada BM Kedalaman (m) c (kg/cm 2 ) φ ( ),52,,88,62 7,58,,8 2,2 Tabel 2.3 Hasil Pengujian Kuat Geser Tanah Pada BM2 Kedalaman (m) c (kg/cm 2 ) φ ( ),52,,24 4,29 7,58,,3 5, II 8
2.6.4. Data Pengujian Ukuran Butiran Pengujian ukuran butiran (Grain Size) bertujuan untuk mengetahui besar butiran tanah. Dari uji inilah jenisjenis tanah di suatu lokasi dapat diklasifikasikan sebagai gravel, sand, silt atau clay. Ukuran butiran tanah diperlukan dalam analisis stabilitas alur sungai terhadap aliran air. Hasil pengujian ini dapat dilihat pada Gambar 2.4. dan Gambar 2.5. Keterangan : :,5 2, : 7,5 8, Gambar 2.4 Grafik Gradasi Butiran Tanah Pada BM Keterangan : :,5 2, : 7,5 8, Gambar 2.5 Hasil Pengujian Kuat Geser Tanah Pada BM2 II 9