ANALISIS KETERAMPILAN PROSES SAINS MENGGUNAKAN PEER ASSESSMENT PADA PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DAN DIRECT INSTRUCTION

dokumen-dokumen yang mirip
III. METODE PENELITIAN. Populasi merupakan keseluruhan objek penelitian. Populasi dalam penelitian

BAB IV HASIL PENELITIAN

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN BENTUK TES DITINJAU DARI KEMAMPUAN BERPIKIR KRITIS

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. seluruh siswa kelas X semester genap SMAN 1 Rumbia tahun pelajaran

PERBANDINGAN METODE INKUIRI TERBIMBING DAN BEBAS TERMODIFIKASI TERHADAP MOTIVASI DAN HASIL BELAJAR

III. METODE PENELITIAN. Populasi dari penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP N 19 Bandar

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

DUKUNGAN SOSIAL. Item-Total Statistics

BAB IV HASIL PENELITIAN. peneliti melakukan dokumentasi berupa foto-foto selama penelitian berlangsung.

BAB IV HASIL PENELITIAN. pengaruh model pembelajaran contextual teaching and learning (CTL)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Populasi penelitian ini yaitu seluruh siswa dan siswi kelas X SMA Negeri 13

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Deskripsi Obyek dan Subyek Penelitian

HANDOUT METODE PENELITIAN KUANTITATIF ANALISIS DATA MENGGUNAKAN SPSS

EFEK MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE GROUP INVESTIGATION (GI) DAN PENGUASAAN MATERI FISIKA PRASYARAT TERHADAP HASIL BELAJAR FISIKA SISWA SMA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. matematika siswa kelas VIII MTs Ma arif NU Bacem Tahun Ajaran

III. METODELOGI PENELITIAN. sebagaimana yang diharapkan. Adapun yang dimaksud dari desain penelitian

Beti Juwita Sari (1), Abdurrahman (2), Nengah Maharta (2) Mahasiswa Pendidikan Fisika FKIP Unila, (2)

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR SAINS MENGGUNAKAN PA BERBASIS SCIENTIFIC APPROACH DENGAN PA KONVENSIONAL

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sampai bulan April. Mulai dari tahap persiapan, observasi, eksperimen dan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 2012/2013. SMP Negeri 3 Kaloran terletak 6 KM dari pusat

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang diperoleh dari hasil tes maupun pengukuran masih belum berarti

Wardah Fajar Hani, 2) Indrawati, 2) Subiki 1) Mahasiswa Program Studi Pendidikan Fisika. Dosen Pendidikan Fisika FKIP Universitas Jember

BAB IV HASIL PENELITIAN. hanya pada ranah kognitif. Tes hasil belajar sebelum diperlakukan diberi

BAB IV HASIL PENELITIAN

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR MENGGUNAKAN MODEL PEMBELAJARAN BERBASIS MASALAH DENGAN MODEL PEMBELAJARAN STAD. Ikhwan Robi 1, Undang Rosidin 2, Viyanti 2,

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. penelitian yang diterapkan adalah penelitian eksperimen dengan dua kelompok

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. yang berkaitan dengan variabel-variabel penelitiam. Variabel-variabel yang

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN. lingkaran, dan dilanjutkan dengan langkah-langkah berikut ini: siswa, setiap siswa mendapatkan 1 kartu.

BAB IV HASIL PENELITIAN. terhadap hasil belajar siswa kelas VII pada materi Himpunan MTs Aswaja

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Hasil Uji Validitas Skala CPRS (Conduct Problem Risk Screen)

PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA ANTARA PEMBELAJARAN INKUIRI DENGAN METODE EKSPERIMEN DAN DEMONSTRASI

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah data nilai tes kemampuan

BAB IV HASIL PENELITIAN. pengaruh metode pembelajaran kooperatif Team Assisted

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SMP Negeri 3 Camba Kabupaten Maros. Data-data yang dianalisis adalah data

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. SDN Kumpulrejo 01 Salatiga

BAB IV HASIL PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. lingkup dan waktu yang kita tentukan (Margono, 2010). Populasi dalam penelitian

HASIL PENELITIAN. Analisis Deskriptif

METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada Bulan Januari 2013 semester genap tahun

III. METODE PENELITIAN. Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas VIII SMP Negeri 29

BAB III METODE PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. pada Semester Ganjil Tahun Pelajaran 2013/2014 yang terdiri atas 6 kelas dengan

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini dimulai pada tanggal 16 sampai 30 januari 2017 di SMPN 1

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Data Hasil Belajar Pretest Kelas Van Hiele dan Bruner

BAB IV HASIL PENELITIAN. Penelitian ini dilakukan di MTs Al Huda Bandung Kabupaten Tulungagung.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 1 Cilegon yang berlokasi di Jl.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV LAPORAN HASIL PENELITIAN. observasi digunakan oleh peneliti untuk mengamati kondisi sekolah meliputi

MODEL PROBLEM BASED LEARNING DENGAN ANALISIS WACANA ISU DALAM PEMBELAJARAN FISIKA DI SMA

BAB III METODE PENELITIAN

Efektifitas Media Gambar untuk Meningkatkan Wawasan Karir Peserta Didik Sekolah Dasar

BAB III METODE PENELITIAN

Dewi Septeryana Jurusan Pendidikan Teknik Elektronika Fakultas Teknik Universitas Negeri Yogyakarta

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Populasi penelitian ini, yaitu seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri 5 Bandar

III. METODE PENELITIAN. dan waktu yang kita tentukan (Margono, 2010). Populasi dalam penelitian ini

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

PEMBELAJARAN EKOSISTEM MENGGUNAKAN METODE PICTURE AND PICTURE

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kelas Laki-Laki Perempuan Jumlah. Jumlah Seluruhnya 60. Tabel 10.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. 1 SDN Mangunsari 07 Salatiga Eksperimen % 2 SDN 03 Karangrejo Kontrol

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

III. METODE PENELITIAN. Jenis penelitian ini adalah penelitian kuantitatif eksperimen yang

BAB III METODE PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

III. METODE PENELITIAN. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kuantitatif. Hal

III. METODE PENELITIAN. Penelitian dilakukan di SMA Muhammadiyah I Pringsewu pada semester genap

Transkripsi:

ANALISIS KETERAMPILAN PROSES SAINS MENGGUNAKAN PEER ASSESSMENT PADA PEMBELAJARAN INKUIRI TERBIMBING DAN DIRECT INSTRUCTION Fera Mulya Sari (1), Nengah Maharta (2), Undang Rosidin (3) (1) Mahasiswa Pendidikan Fisika FKIP Unila feramulyasari@yahoo.com (2) Dosen Pendidikan Fisika FKIP Unila nengahmaharta@gmail.com (3) Dosen Pendidikan Fisika FKIP Unila undangros@yahoo.com ABSTRACT This study aims to know: (1) difference KPS assessed by student through peer assessment and teacher on guided inquiry learning; (2) difference KPS assessed by student through peer assessment and teacher on direct instruction; (3) interaction between assessor of KPS with learning model. Based on the study, data gathered in KPS assessed by student of peer assessment and teacher. The analysis results showed that the data distributed normally and homogeneously. The results of the study showed that: (1) there was difference KPS assessed by student through peer assessment and teacher on guided inquiry learning; (2) there was difference KPS assessed by student through peer assessment and teacher on direct instruction; (3) there was no interaction between assessor of KPS with learning model. Keywords: KPS, peer assessment, guided inquiry, and direct instruction. PENDAHULUAN Penilaian KPS pada pembelajaran sudah umum dilakukan di sekolahsekolah dan penilaian tersebut hanya dilakukan dari pihak guru saja. Hal ini berarti bahwa siswa belum terlibat ikut menilai proses belajarnya. Dengan sifat pembelajaran fisika yang berpusat pada siswa (student oriented) yang menuntut siswanya untuk aktif dalam proses pembelajaran, maka pada penilaian pembelajaran juga diharapkan dapat membuat siswanya terlibat aktif dalam menilai proses belajar mereka. Peer assessment yang terapkan pada penilaian KPS adalah bentuk penilaian yang dapat membuat siswa aktif mengkritisi KPS terhadap diri rekannya. Peer assessment yang terapkan pada penilaian KPS ini diharapkan dapat membantu siswa meningkatkan kemampuannya dalam melakukan penilaian. Menurut Dimyati (2009: 121) mengatakan bahwa KPS memiliki 23

beberapa kelebihan yaitu siswa dapat memahami fakta dan konsep ilmu pengetahuan dengan baik, siswa menjadi lebih aktif untuk bekerja dengan ilmu pengetahuan, dan siswa dapat belajar proses dan produk ilmu pengetahuan sekaligus. Nuh (2010: 1) mengungkapkan beberapa indikator KPS yaitu observasi, interpretasi, klasifikasi, prediksi, berkomunikasi, berhipotesis, merencanakan percobaan, dan menerapkan konsep. Menurut Race (2001: 1) mengatakan bahwa peer assessment dapat diterapkan untuk menilai aspek kinerja siswa. Semakin banyak penilai maka akan semakin lebih efektif peer assessment tersebut. Dengan demikian dapat diketahui kekurangan pada kriteria penilaian dan tingkat keobjektivan siswa dalam melakukan penilaian. Tujuan penelitian ini untuk mengetahui: (1) Perbedaan KPS yang dinilai siswa melalui peer assessment dengan guru observer pada pembelajaran inkuiri terbimbing; (2) Perbedaan KPS yang dinilai siswa melalui peer assessment dengan guru observer pada pembelajaran DI; (3) Interaksi antara asesmen KPS dengan model pembelajaran. METODE PENELITIAN Populasi penelitian adalah seluruh siswa kelas X SMA Negeri 1 Terbanggi Besar Kabupaten Lampung Tengah pada semester genap Tahun Pelajaran 2012/2013. Sampel penelitian ditentukan menggunakan teknik purposive sampling yaitu memilih dua kelas sebagai sampel dengan melihat prestasi belajar fisika siswa yang mempunyai kesamaan rata-rata prestasi pada semester ganjil tahun pelajaran 2012/2013. Diperoleh kelas XC dan XD sebagai kelas sampel. Dari dua kelas dipilih secara random untuk menentukan kelas yang mendapat perlakuan pembelajaran inkuiri terbimbing (eksperimen-1) dan yang mendapat perlakuan pembelajaran DI (eksperimen-2). Penelitian ini menggunakan desain faktorial 2x2. Variabel dalam penelitian ini terdiri dari variabel terikat KPS, variabel bebas model pembelajaran, dan variabel moderator penilaian KPS. Instrumen penelitian yang digunakan dalam penelitian ini: (1) Instrumen KPS berupa lembar data penilaian KPS yang digunakan saat tes unjuk kerja dan (2) Lembar Kerja Siswa (LKS) materi pokok listrik dinamis. Pengujian hipotesis pertama dilakukan menggunakan dua metode analisis SPSS 17.0 dengan menggunakan data KPS yang dinilai siswa melalui peer assessment dan guru observer pada pembelajaran inkuiri terbimbing, yaitu (1) Uji Normalitas : data dikatakan berdistribusi normal jika pada Kolmogorov Smirnov maupun Shapiro-Wilk nilai Sig. > 0,05; (2) Uji Independent Samples T-test: Independent Samples T-test digunakan untuk mengetahui ada atau tidak perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan. Apabila nilai Sig.(2-Tailed) pada t-test for Equality of 24

Means Sig.(2-Tailed) < 0,025 maka H 0 ditolak dan sebaliknya. Pengujian hipotesis kedua dilakukan menggunakan dua metode analisis SPSS 17.0 dengan menggunakan data KPS yang dinilai siswa melalui peer assessment dan guru observer pada pembelajaran DI yaitu (1) Uji Normalitas : data dikatakan berdistribusi normal jika pada Kolmogorov Smirnov maupun Shapiro-Wilk nilai Sig. > 0,05; (2) Uji Independent Samples T- test: Independent Samples T-test digunakan untuk mengetahui ada atau tidak perbedaan rata-rata antara dua kelompok sampel yang tidak berhubungan. Apabila nilai Sig.(2-Tailed) pada kolom t-test for Equality of Means Sig.(2-Tailed) < 0,025 maka H 0 ditolak dan sebaliknya. Pengujian hipotesis ketiga dilakukan menggunakan tiga metode analisis SPSS 17.0 dengan menggunakan data KPS yang dinilai siswa melalui peer assessment dan guru observer pada pembelajaran inkuiri terbimbing serta data KPS yang dinilai siswa melalui peer assessment dan guru observer pada pembelajaran DI, yaitu (1) Uji Normalitas : data dikatakan berdistribusi normal jika pada Kolmogorov Smirnov maupun Shapiro- Wilk nilai Sig. > 0,05; (2) Uji Homogenitas : data dikatakan homogen jika pada kolom Levene s Test of Equality of Error Variances nilai Sig. > 0,05; (3) Uji Two way Anova: Two Way Anova merupakan cara yang digunakan untuk menguji perbedaan variansi dua variabel atau lebih. Apabila nilai Sig. interaksi pelaku asesmen KPS * model pembelajaran > 0,05 maka H 0 diterima dan sebaliknya. HASIL DAN PEMBAHASAN Hasil Penelitian ini mulai dilaksanakan pada tanggal 28 Januari 2012 di SMA Negeri 1 Terbanggi Besar. Proses pembelajaran berlangsung selama 8 kali tatap muka dengan alokasi waktu 1 jam dan 2 jam pelajaran yang terdiri atas 45 menit tiap jam pelajaran pada masing-masing kelas eksperimen. Instrumen penelitian yang digunakan memiliki koefisien pearson correlation > 0,433 sehingga semua indikator pada KPS yang diujikan dalam kategori valid. Reliabilitas indikator KPS pada Cronbach s Alpha sebesar 0,836 sehingga dikatakan indikator KPS yang diujikan dalam kategori sangat reliabel karena berada pada rentang nilai 0,80-1,00. Hasil pengumpulan data pada penelitian ini terdiri dari data KPS yang dinilai siswa melalui peer assessment dan guru observer pada kedua kelas eksperimen (a) Data KPS yang dinilai siswa melalui peer assessment dan guru observer pada pembelajaran inkuiri terbimbing diperoleh dengan menjumlahkan skor masing-masing indikator KPS siswa. Skor rata-rata KPS yang dinilai siswa melalui peer assessment dan guru observer tiap sub bahasan pada pembelajaran inkuiri terbimbing dapat dilihat pada Tabel 1. 25

Tabel 1. Skor rata-rata KPS yang dinilai siswa melalui peer assessment dan guru observer tiap sub bahasan pada pembelajaran inkuiri terbimbing Sub Pokok Bahasan Skor Rata-rata KPS yang Dinilai Skor Rata-rata KPS yang Siswa Melalui Peer Assessment Dinilai Guru Observer Hukum Ohm 72,96 65,48 Rangkaian Hambatan 73,04 63,44 Hukum I Kirchoff 77,89 73,30 Rata-rata 74,63 67,40 (b) Data KPS yang dinilai siswa melalui peer assessment dan guru observer pada pembelajaran DI diperoleh dengan menjumlahkan skor masingmasing indikator KPS siswa. Skor rata- rata KPS yang dinilai siswa melalui peer assessment dan guru observer tiap sub bahasan pada pembelajaran DI dapat dilihat pada Tabel 2. Tabel 2. Skor rata-rata KPS yang dinilai siswa melalui peer assessment dan guru observer tiap sub bahasan pada pembelajaran DI Sub Pokok Bahasan Skor Rata-rata KPS yang Dinilai Skor Rata-rata KPS yang Siswa Melalui Peer Assessment Dinilai Guru Observer Hukum Ohm 74,40 63,95 Rangkaian Hambatan 76,36 64,97 Hukum I Kirchoff 78,32 67,01 Rata-rata 76,36 65,31 Penelitian ini mengajukan tiga hipotesis yang dianalisis menggunakan SPSS 17.0. Hipotesis Pertama (1) Uji Normalitas: uji normalitas dilakukan sebagai prasyarat sebelum melakukan uji Independent Samples T-test. Hasil keputusan uji normalitas yaitu nilai Sig.(0,200) > α (0,05), artinya bahwa pada kelas dengan pembelajaran inkuiri terbimbing kedua kelompok data berdistribusi normal. (2) Uji Independent Samples T-test: Hasil uji Independent Samples T-test dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Hasil uji perbandingan KPS yang dinilai siswa melalui peer assessment dengan guru observer pada pembelajaran inkuiri terbimbing. Skor ratarata KPS Equal variances assumed Equal variances not assumed Levence s Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means F Sig. t df Sig. (2-Tailed) 0,012 0,915 2,513 40 0,016 2,513 39,986 0,016 26

Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 3 diperoleh nilai Sig. (2-Tailed) (0,016) < α (0,025) maka H 0 ditolak dan dinyatakan bahwa ada perbedaan secara signifikan KPS yang dinilai siswa melalui peer assessment dengan guru observer pada pembelajaran inkuiri terbimbing. Hipotesis kedua (1) Uji Normalitas: uji normalitas dilakukan sebagai prasyarat sebelum melakukan uji Independent Samples T-test. Hasil keputusan uji normalitas yaitu nilai Sig. (0,200) > α (0,05), artinya bahwa pada kelas dengan pembelajaran DI kedua kelompok data berdistribusi normal. (2) Uji Independent Samples T-test: Hasil uji Independent Samples T-test dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Hasil uji perbandingan KPS yang dinilai siswa melalui peer assessment dengan guru observer pada pembelajaran DI. Skor ratarata KPS Equal variances assumed Equal variances not assumed Levence s Test for Equality of Variances t-test for Equality of Means F Sig. t df Sig. (2-Tailed) 0,199 0,658 4,625 40 0,000 4,625 39,670 0,000 Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 4 diperoleh nilai Sig. (2-Tailed) (0,000) < α (0,025) maka H 0 ditolak dan dinyatakan bahwa ada perbedaan secara signifikan KPS yang dinilai siswa melalui peer assessment dengan guru observer pada pembelajaran DI. Hipotesis ketiga (1) Uji Normalitas: uji normalitas dilakukan sebagai prasyarat sebelum melakukan uji Two Way Anova. Hasil keputusan uji normalitas yaitu nilai Sig. (0,200) > α (0,05), artinya bahwa pada kelas dengan pembelajaran inkuiri terbimbing dan DI kedua kelompok data berdistribusi normal. (2) Uji Homogenitas: Uji ini dilakukan sebagai prasyarat dalam analisis Two Way Anova. Uji ini dilakukan dengan menggunakan fungsi Univariate. Hasil keputusan uji homogenitas yaitu nilai Sig. (0,563)>α (0,05), artinya bahwa kedua kelompok data homogen. (3) Uji Two Way Anova: Hasil uji Two Way Anova dapat dilihat pada Tabel 5. Tabel 5. Hasil uji Two Way Anova Dependent Variable : Skor KPS Source Type III Sum of Squares df Mean Square F Sig. MP*Asesmen 78,977 1 78,977 1,072 0,304 27

Skor rata-rata KPS Berdasarkan hasil analisis pada Tabel 5 diperoleh nilai Sig. MP*Asesmen (0,304) > α (0,05) maka H 0 diterima dan dinyatakan tidak terdapat interaksi antara pelaku asesmen KPS dengan model pembelajaran. Pembahasan Perolehan perhitungan skor rata-rata KPS antara yang dinilai siswa melalui peer assessment dan guru observer pada kedua kelas eksperimen menunjukkan bahwa skor rata-rata KPS yang dinilai siswa melalui peer assessment lebih tinggi dibandingkan dengan skor rata-rata KPS yang dinilai guru observer. Hal ini sesuai dengan hasil perhitungan pada Tabel 1 dan 2 yang menunjukkan pada kegiatan eksperimen rata-rata KPS yang dinilai siswa melalui peer assessment lebih tinggi dibandingkan dengan rata-rata KPS yang dinilai guru observer. Perolehan skor rata-rata KPS yang dinilai siswa melalui peer assessment dan guru observer pada kedua kelas eksperimen dapat dilihat pada Gambar 1. 100,00 90,00 80,00 70,00 60,00 50,00 40,00 30,00 20,00 10,00 0,00 76,36 74,63 65,31 67,40 KPS yang dinilai siswa melalui peer assessment KPS yang dinilai guru observer XC XD Kelas Eksperimen Gambar 1. Diagram skor rata-rata KPS yang dinilai siswa melalui peer assessment dan guru observer pada kelas XC dan XD. Gambar 1 menunjukkan bahwa terdapat perbedaan skor rata-rata KPS antara yang dinilai siswa melalui peer assessment dan guru observer pada kedua kelas eksperimen, dimana skor rata-rata KPS yang dinilai guru observer lebih rendah dibandingkan skor rata-rata KPS yang dinilai siswa melalui peer assessment. Penerapan model pembelajaran inkuiri terbimbing membuat KPS siswa dapat dicapai dengan cukup baik. Hal ini dikarenakan pada pembelajaran inkuiri terbimbing guru telah menyediakan petunjuk cukup lengkap yang diberikan pada LKS praktikum dan memberikan bimbingan kepada siswa dalam melakukan kegiatan praktikum. Pada pembela- 28

jaran inkuiri terbimbing siswa cenderung menilai siswa lain terlalu subjektif yaitu siswa memberikan nilai pada indikator RTK KPS yang tidak dilaksanakan oleh siswa lain tersebut. Hal ini mengakibatkan KPS yang dinilai siswa melalui peer assessment berbeda dengan guru observer. KPS yang dinilai siswa melalui peer assessment menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan KPS yang dinilai guru observer. Uraian tersebut sesuai dengan keputusan hasil analisis pada Tabel 3. Diperoleh bahwa nilai Sig. (2- Tailed) (0,016) < α (0,025) maka H 0 ditolak sehingga dapat dinyatakan ada perbedaan skor rata-rata KPS secara signifikan antara yang dinilai siswa melalui peer assessment dan guru observer pada pembelajaran inkuiri terbimbing. Hal ini sesuai dengan hasil penelitian Purnamasari (2012) yang mengungkapkan bahwa terdapat perbedaan penilaian kemampuan kerjasama siswa antara yang dinilai oleh siswa melalui peer assessment dengan guru observer (35%), dengan skor penilaian siswa melalui peer assessment lebih tinggi dibandingkan penilaian guru observer. Kemudian pada pembelajaran DI ini guru melakukan demonstrasi sebelum siswanya melakukan praktikum sendiri. Tampak bahwa siswa yang memperhatikan demonstrasi guru lebih mudah melakukan kegiatan praktikum dibandingkan dengan siswa yang kurang memperhatikan demonstrasi guru sehingga bagi siswa yang memperhatikan guru maka KPSnya dapat dicapai dengan baik. Namun bagi siswa yang tidak memperhatikan guru maka KPSnya kurang dapat dicapai dengan baik. Seperti pada kelas dengan pembelajaran inkuiri terbimbing, pada kelas dengan pembelajaran DI juga siswa cenderung menilai siswa lain terlalu subjektif yaitu siswa memberikan nilai pada indikator RTK KPS yang tidak dilaksanakan oleh siswa lain tersebut. Namun pada kelas dengan pembelajaran DI lebih banyak indikator RTK KPS yang seharusnya tidak dilaksanakan oleh siswa tetapi diberikan nilai oleh siswa lain yang sedang melakukan observasi KPS. Hal ini mengakibatkan KPS yang dinilai siswa melalui peer assessment berbeda dengan guru observer sehingga KPS yang dinilai siswa melalui peer assessment menjadi lebih tinggi dibandingkan dengan KPS yang dinilai guru observer. Uraian tersebut sesuai dengan keputusan hasil analisis pada Tabel 4. Diperoleh bahwa nilai Sig. (2- Tailed) (0,000) < α (0,025) maka H 0 ditolak sehingga dinyatakan ada perbedaan skor rata-rata KPS secara signifikan antara yang dinilai siswa melalui peer assessment dan guru observer pada pembelajaran DI. Uraian tersebut sesuai dengan hasil penelitian Purnamasari (2012) yang mengungkapkan bahwa terdapat perbedaan penilaian kemampuan kerjasama siswa antara yang dinilai oleh siswa melalui peer assessment dengan guru observer (35%), dengan skor penilaian siswa melalui peer 29

assessment lebih tinggi dibandingkan penilaian guru observer. Interaksi antara pelaku asesmen KPS dengan model pembelajaran dapat dilihat pada Gambar 2. Gambar 2. Interaksi antara pelaku asesmen KPS dengan model pembelajaran Gambar 2 menunjukkan bahwa pada kedua kelas eksperimen yang menggunakan model pembelajaran berbeda, KPS yang dinilai siswa melalui peer assessment pada kedua kelas eksperimen sama-sama memiliki nilai rata-rata yang lebih tinggi dibandingkan rata-rata KPS yang dinilai guru observer. Sementara dari perolehan skor KPS guru observer menunjukkan bahwa kelas dengan model pembelajaran inkuiri terbimbing memiliki ratarata KPS yang lebih tinggi dibandingkan kelas dengan model pembelajaran DI. Dari uraian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa baik pada pembelajaran inkuiri terbimbing maupun DI siswa akan selalu memberikan hasil penilaian KPS melalui peer assessment yang lebih daripada guru observer. Namun pembelajaran inkuiri terbimbing lebih cocok diterapkan untuk mengembangkan KPS siswa dibandingkan pembelajaran DI. SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan bahwa: (1) Terdapat perbedaan KPS yang dinilai siswa melalui peer 30

assessment dengan guru observer pada pembelajaran inkuiri terbimbing; (2) Terdapat perbedaan KPS yang dinilai siswa melalui peer assessment dengan guru observer pada pembelajaran DI; (3) tidak terdapat interaksi antara pelaku asesmen KPS dengan model pembelajaran. Saran Berdasarkan hasil penelitian dan kesimpulan, penulis memberikan beberapa saran sebagai berikut: (1) Agar tidak terjadi perbedaan skor yang terlalu besar antara penilaian guru observer dengan penilaian siswa melalui peer assessment, maka sebaiknya guru observer harus menyamakan persepsi indikator yang akan dinilai secara matang kepada siswa; (2) Guru harus membiasakan siswa untuk terlibat dalam menilai proses pembelajaran guna mengembangkan kemampuan menilai siswa serta menciptakan siswa yang bertanggung jawab dan jujur terhadap kemampuan yang dimilikinya; (3) Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut tentang penggunaan peer assessment sebagai feedback untuk menilai proses pembelajaran khususnya pada aspek kinerja siswa. DAFTAR PUSTAKA Dimyati. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. Nuh, Usep. (2010). Fisika SMA Online: Keterampilan Proses Sains. Artikel Pendidikan. Tersedia: http://fisikasma-online.blogspot. com/2010/03/keterampilanproses-sains.html. Diakses pada 29 Oktober 2012. Purnamasari, Mia. (2012). Penerapan Peer Assessment untuk Menilai Kerjasama Siswa pada Kegiatan Praktikum Pencemaran Air. Skripsi. Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA UPI. Race, P. (2001). A Briefing on Self, Peer and Group Assessment [online]. Tersedia: http://www.ltsn.ac.uk/ geneiccentre diakses pada 9 Januari 2008. 31