BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Republik Indonesia adalah Negara Hukum berdasarkan Pancasila

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. mungkin hidup tanpa adanya masyarakat. Negara adalah masyarakat yang

BAB I PENDAHULUAN. yang tidak sedikit. Dana tersebut dapat diperoleh dari APBN. APBN dihimpun dari semua

BAB I PENDAHULUAN. Dengan semakin meningkatnya jumlah penduduk di negara Indonesia dan

BAB I PENDAHULUAN. dirumuskan dalam Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Dasar kekuasaan belaka. Begitu pula dengan kewenangan negara untuk

BAB I PENDAHULUAN. berdasarkan peraturan perundang-undangan, yang hasilnya dipergunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian An Inguiry Into The Nature and Causes of the Wealth of Nation

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat seutuhnya, untuk itu diharapkan pembangunan tersebut tidak. hanya mengejar kemajuan daerah saja, akan tetapi mencakup

BAB I PENDAHULUAN. kesejahtraan rakyat, mencerdaskan kehidupan bangsa dengan adil dan makmur.

Bab I Pendahuluan 1 BAB I PENDAHULUAN. Tujuan yang ingin dicapai oleh Indonesia sebagai salah satu negara

BAB I PENDAHULUAN menyatakan bahwa Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan

BAB 1 PENDAHULUAN. negara yang dibayar oleh masyarakat sebagai iuran yang pemungutannya dapat

BAB I PENDAHULUAN. (PAD) sebagai salah satu sumber dana pembangunan perlu dipacu secara terus

BAB I PENDAHULUAN. dilimpahkan ke daerah. Berdasarkan UU No 32 Tahun 2004 Pasal 1 angka 5

BAB 1 PENDAHULUAN. Selain itu Indonesia juga merupakan welfare state. sesuai dengan amanat yang tersirat didalam alinea ke IV, Pembukaan

BAB I PENDAHULUAN. daerah yang juga merupakan ujung tombak dalam penyelenggaraan. pemerintahan daerah otonom. Pemberlakuan Otonomi daerah sejak

BAB I PENDAHULUAN. lainnya. Direktorat Jenderal Pajak (fiskus) melakukan ekstensifikasi dan

BAB I PENDAHULUAN. digolongkan menjadi penerimaan pajak dan penerimaan bukan pajak.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri. dengan yang namanya Undang-undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

DASAR-DASAR PERPAJAKAN

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan nasional adalah kegiatan yang terus-menerus berlangsung secara

BAB I PENDAHULUAN. dan merupakan negara hukum. Negara Kesatuan Republik Indonesia menganut. rendah sehingga menjadi urusan rumah tangga daerah itu. 1.

BAB I PENDAHULUAN. terhadap Undang-Undang Perpajakan yang berlaku saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan salah satu sumber penerimaan negara yang digunakan

BAB I PENDAHULUAN. tujuan tersebut, maka pemerintah perlu banyak memperhatikan masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Tahun 2009 dalam pasal 1 angka 1, sebagai berikut

BAB I PENDAHULUAN. Sumber-sumber pendapatan daerah sangat dibutuhkan untuk membiayai

Perpajakan I. Modul ke: 01FEB. Pengantar Perpajakan. Fakultas. Dra. Muti ah, M.Si. Program Studi AKUNTANSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pajak mempunyai peranan yang sangat penting dalam kehidupan

PENGERTIAN PAJAK FUNGSI PAJAK

BAB I PENDAHULUAN. meningkat. Pemerintah melakukan berbagai cara untuk menghimpun dana

BAB I PENDAHULUAN. Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB).

DASAR DASAR PERPAJAKAN. ARUMEGA ZAREFAR, SE.,M.Ak.,Akt.,CA

BAB I PENDAHULUAN. pajak bagi APBN dari tahun ke tahun. 1. dari swasta kepada sektor publik berdasarkan undang-undang yang dapat

FAKTOR PENGHAMBAT PENAGIHAN PAJAK KENDARAAN BERMOTOR YANG TERTUNGGAK OLEH PEMERINTAH ACEH

BAB I PENDAHULUAN. jasa timbal balik (kontraprestasi) yang langsung dapat ditunjukan, dan yang

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS. mempunyai pendapat yang berbeda, antara lain:

BAB I PENDAHULUAN. Sebagaimana yang terdapat dalam pembukaan Undang- Undang Dasar (UUD) Negara Republik

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Salah satu usaha untuk mewujudkan kemandirian suatu bangsa dalam

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari penerimaan dalam negeri maupun pinjaman dari luar negeri, dengan

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN DAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. pembangunan, pemerintah mengandalkan sumber-sumber penerimaan negara. Nota Keuangan dan APBN Indonesia tahun 2015 yang diunduh dari

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Teori-teori yang digunakan dalam penelitian ini antara lain:

BAB I PENDAHULUAN. Peraturan Perundangan yang terbaru. Yaitu Undang-Undang Nomor 7 Tahun tentang Perdaganganyang terkait dengan e Commerce.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) pembangunan Nasional. Untuk itu perlu adanya peningkatan kesadaran dan

BAB 1 PENDAHULUAN. pajak dapat memperbaiki hal tersebut dan menjadi solusi yang efektif.

BAB I PENDAHULUAN. bergantung pada penerimaan atau pendapatan daerah. Salah satu sumber penerimaan

BAB I PENDAHULUAN. 1945) memberikan hak kepada setiap orang untuk mendapatkan lingkungan. sehat serta berhak memperoleh pelayanan kesehatan.

BAB I PENDAHULUAN. pelaksanaan dan peningkatan pembangunan nasional untuk mencapai

BAB II LANDASAN TEORI. keempat atas Undang-Undang Nomor 6 tahun 1983 ketentuan Umum dan Tata

BAB 1 PENDAHULUAN. Dalam upaya mewujudkan tujuan nasional yaitu mensejahterakan. masyarakat adil dan makmur, diperlukan pembangunan di segala sektor.

BAB I PENDAHULUAN. Pelaksanaan Praktik Kerja Lapangan Mandiri (PKLM) bertujuan sebagai salah satu syarat

setelah tax reform, Pemerintah menjadikan sektor pajak sebagai sumber utama dalam

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Novi Norma Melya Nugraha, 2015

BAB I PENDAHULUAN. terhadap masalah pembiayaan pembangunan. perpajakan yang memberikan jaminan kepastian hukum dan

PENGGOLONGAN PAJAK, JENIS PAJAK, TARIF PAJAK, DAN SANKSI DALAM PAJAK

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Indonesia termasuk negara berkembang yang memiliki Penghasilan dari

BAB I PENDAHULUAN. sumber ekstern tersebut sehingga sumber-sumber pembiayaan yang berasal dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Negara adalah suatu organisasi yang memiliki tujuan. Pada negara Indonesia, tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sejak 1 januari 2001 menghendaki daerah untuk berkreasi dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam menghadapi era globalisasi dan peningkatan usaha pembangunan, maka

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Menurut Andriani (1991) dalam Waluyo (2011), pajak adalah iuran kepada negara

BAB II LANDASAN TEORI. pembangunan yang berguna bagi kepentingan bersama. atau definisi pajak yang berbeda-beda, namun demikian berbagai definisi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pemilihan Judul

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pajak merupakan kewajiban warga negara untuk membayar iuran atas penghasilan yang didapat untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. Berdasarkan negara Republik Indonesia adalah negara hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. berasal dari wajib pajak yang berdasarkan peraturan perundangan mempunyai. kewajiban untuk membayar pajak kepada pemerintah.

BAB I PENDAHULUAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan dan kepentingan masyarakat setempat untuk penyelenggaraan

BAB I 1.PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber pendapatan Negara yang sangat penting bagi

Edisi Pertama Cetakan Pertama, 2009

BAB I LATAR BELAKANG PENELITIAN LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. bangsa sepanjang masa dalam mencapai sebesar-besar kemakmuran rakyat yang

BAB I PENDAHULUAN. Reformasi yang terjadi pada bidang politik mulai merambah pada bidang

BAB I PENDAHULUAN. ekonomi negara serta masyarakatnya. Penerimaan pajak mempunyai peranan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. dan perkembangan yang terjadi. Dampak perubahan dan perkembangan ini sangat berpengaruh

PENGANTAR PERPAJAKAN. Amanita Novi Yushita, M.Si

BAB 1 PENDAHULUAN. pembangunan. Semakin pesatnya pembangunan dalam suatu negara merupakan

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Sumber-sumber pendapatan daerah sangat dibutuhkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. yang berdasarkan atas hukum (Rechstaat) dalam arti negara pengurus. 1 Selain itu,

BAB 1 PENDAHULUAN. Pajak digunakan untuk membiayai pembangunan yang berguna bagi

BAB 1 PENDAHULUAN. Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.

BAB I PENDAHULUAN. maupun pembangunan. Self assessment system merupakan suatu sistem pemungutan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Munawir Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan undangundang

BAB II LANDASAN TEORI. Pajak adalah iuran rakyat kepada kas Negara berdasarkan Undang-undang

BAB I PENDAHULUAN. seoptimal mungkin melalui perluasan sumber penerimaan negara non migas, guna

BAB I PENDAHULUAN. untuk membayar pengeluaran umum (Mardiasmo, 2011). Pembahasan

BAB II LANDASAN TEORI. Berikut ini beberapa pengertian pajak menurut beberapa ahli, salah. satunya menurut R. Santoso Brotodiharjo sebagai berikut:

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Negara Republik Indonesia adalah negara hukum berdasarkan Pancasila dan

BAB I PENDAHULUAN. ataupun pekerjaan. Baik pekerjaan yang diusahakan sendiri maupun bekerja pada orang lain.

BAB I PENDAHULUAN. dalam suatu wadah yang bernama masyarakat. 1 Masyarakat merupakan unsur. wilayah geografis tempat masyarakat tinggal.

BAB 1 PENDAHULUAN. atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan Undang-Undang, dengan tidak

GUBERNUR JAMBI PERATURAN GUBERNUR JAMBI NOMOR 13 TAHUN 2015 T E N T A N G

BAB I PENDAHULUAN. penerimaan maksimal dengan biaya yang optimal (Nasucha, 2004).

BAB I PENDAHULUAN. Republik. Negara kita Negara Indonesia ini mempunyai sebuah landasan atau sebuah

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber pendapatan negara yang sangat penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Pajak merupakan sumber penerimaan negara yang dipungut oleh pemeritah

BAB II TINJAUAN PUSATAKA. Menurut Moekijat (1989:194), ciri-ciri prosedur meliputi : tidak berdasarkan dugaan-dugaan atau keinginan.

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Negara Republik Indonesia adalah Negara Hukum berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945, dalam perkembangannya telah menghasilkan pembangunan yang pesat dalam kehidupan nasional yang perlu dilanjutkan dengan dukungan Pemerintah dan seluruh potensi masyarakat. Keberhasilan pelaksanaan pembangunan memerlukan dana yang tidak sedikit, kebutuhan untuk pembangunan sifatnya proposional dan disesuaikan dengan kebutuhan pembangunan yang sedang dan akan berlangsung. Kebutuhan akan dana pembangunan dapat diperoleh melalui berbagai cara yang kesemuanya diharapkan dapat memperkuat sektor keuangan negara yang dalam hal ini adalah sektor Pajak. Pajak merupakan sumber pendapatan negara yang sangat penting bagi penyelenggaraan dan pelaksanaan pembangunan nasional. Sehingga pemerintah menempatkan kewajiban perpajakan sebagai salah satu perwujudan kewajiban kenegaraan yang merupakan sarana dalam pembiayaan Negara dalam Pembangunan Nasional guna tercapainya tujuan Negara. Sebagaimana yang telah dinyatakan di dalam Pasal 23 ayat (2) Undang- Undang Dasar 1945 yang telah diamandemenkan dalam Pasal 23A amandemen ke-iii Undang-Undang Dasar 1945, yang berbunyi Pajak dan pungutan lain yang bersifat memaksa untuk keperluan Negara diatur dengan undang-undang.

Dalam rangka mencapai tujuan pembangunan Nasional tersebut, sesuai falsafah undang-undang perpajakan, membayar pajak bukan hanya merupakan kewajiban, tetapi merupakan hak dari setiap warga Negara untuk ikut berpartisipasi dalam bentuk peran serta terhadap pembiayaan negara dan pembangunan nasional 1. Maka pemerintah menjadikan sektor pajak sebagai sumber utama dalam menopang pembiayaan pembangunan nasional. Dan dalam kenyataannya penerimaan negara dari sektor pajak dari tahun ke tahun semakin meningkat dan sejalan dengan hal tersebut peranan pajak sebagai penopang program pembangunan nasional juga semakin meningkat. Adapun point penting dari proses pemungutan pajak adalah kepatuhan sukarela (voluntary compliance), yaitu meletakkan tanggungjawab pemungutan sepenuhnya pada kesadaran Wajib Pajak. Karena kepatuhan sukarela yang dijadikan kunci dari pemungutan pajak, maka dalam pelaksanaannya seringkali muncul perlawanan pajak oleh Wajib Pajak, baik perlawanan aktif maupun pasif. Undang-undang No. 32 Tahun 2004 yang kemudian diganti menjadi Undang-Undang No. 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah dan Undangundang No. 33 Tahun 2004 tentang Perimbangan Keuangan Antara Pemerintah Pusat Dan Pemerintahan Daerah yang berlaku, memberikan dampak yang sangat luas terhadap perkembangan pemerintahan di daerah. Otonomi yang diberikan 1 Djoko Slamet Surjoputro,2009, Buku Panduan Hak dan Kewajiban Wajib Pajak, Jakarta :Direktorat Penyuluhan Pelayanan dan Humas,.hlm 3.

kepada daerah merupakan otonomi yang luas, nyata dan bertanggung jawab. Adanya pemberian otonomi daerah memberikan implikasi timbulnya kewenangan dan kewajiban bagi daerah untuk melaksanakan berbagai kegiatan pemerintahan lebih mandiri. Pengalihan, pembagian dan pemanfaatan sumber daya alam, sumber daya manusia, kewenangan pemungutan jenis-jenis pajak daerah didasarkan atas prinsip keadilan berdasarkan kewenangan yang diberikan kepada daerah. Hal diatas diperkuat lagi dengan diterbitkannya Undang-Undang Nomor 34 Tahun 2000 sebagaimana telah diubah terakhir dengan Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang berisi Ketentuan ketentuan pokok yang memberikan pedoman kebijakan dan arahan bagi daerah dalam pelaksanaan pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah, sekaligus menetapkan pengaturan untuk menjamin penetapan prosedur umum perpajakan daerah dan retribusi daerah. Sistem pemungutan pajak yang dilandasi oleh prinsip-prinsip pemungutan pajak merupakan faktor yang berpengaruh pula dalam pemungutan pajak. Adapun prinsip-prinsip dalam pemungutan pajak dikemukakan oleh Adam Smith ( 1723-1790), seorang bapak ekonomi klasik yang tertuang dalam bukunya The Wealth of Nations. Berikut ini The four canons of Adam Smith atau yang sering juga disebut four maxims dengan uraian sebagai berikut 2 : 2 Safri Nurmantu, 2005, Pengantar Perpajakan(edisi 3), Jakarta : Granit, hlm.83-85

1. Prinsip Keadilan (Equality) Merupakan pembagian tekanan pajak di antara subyek pajak masingmasing hendaknya dilakukan seimbang dengan kemampuannya,yaitu seimbang dengan penghasilan yang dinikmatinya dibawah perlindungan Negara. 2. Prinsip Kepastian (Certainty) dimaksudkan supaya pajak yang harus dibayar seseorang harus terang dan pasti tidak dapat di tawar-tawar (not aribitrary). 3. Prinsip Kelayakan (convience) dimaksudkan dalam upaya memungut pajak,pemerintah hendaknya memperhatikan saat-saat yang paling baik bagi si pembayar pajak, artinya pemungutan pajak hendaknya tidak memberatkan wajib pajak sehingga wajib pajak merasa membayar pajak bukan sebagai paksaan namun sebagai kewajiban yang dilakukan dengan tulus. 4. Prinsip Efesiensi Ekonomi ( Efficiency Economy) pemungutan pajak hendaknya dilaksanakan dengan sehemathematnya,jangan sampai biaya-biaya memungut justru menjadi lebih tinggi daripada pajak yang dipungut. Maksudnya, biaya pemungutan dan pemenuhan kewajiban pajak bagi wajib pajak harus proporsional. Biaya pemungutan harus lebih rendah dari beban pajak yang harus dibayar.

Dalam UU No. 28 Tahun 2009 ini, terdapat jenis pajak daerah yang dibagi kedalam 2 pihak pemungut pajak yaitu Pajak Provinsi dan Pajak Kabupaten/Kota. Salah satu jenis pajak daerah yang dipungut oleh pemerintah Provinsi adalah Pajak Kendaraan Bermotor. Pajak Kendaraan Bermotor diatur dalam Peraturan Gubernur Sumatera Barat Nomor 56 Tahun 2011 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor Dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor dan Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat No. 4 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah yang kemudian dirubah menjadi Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat No.8 Tahun 2013. Jenis Pajak Daerah Provinsi Sumatera Barat diatur lebih lanjut dalam Pasal 2 Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat No. 8 Tahun 2013 tentang Perubahan Kedua Atas Peraturan Daerah Provinsi Sumatera Barat Nomor 4 Tahun 2011 Tentang Pajak Daerah yang terdiri dari : a. Pajak Kendaraan Bermotor b. Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor, dan c. Pajak Air Permukaan d. Pajak Rokok Pembayaran pajak kendaraan bermotor merupakan perwujudan dari kewajiban kenegaraan dan peran serta Wajib Pajak (WP) untuk secara langsung dan bersama-sama melaksanakan kewajiban perpajakan untuk pembiayaan negara dan pembangunan nasional. Saat ini Indonesia menganut sistem pemungutan pajak Self Assessment. Hal ini berarti wewenang sepenuhnya untuk menentukan

besar pajak ada pada wajib pajak. Wajib pajak aktif menghitung, memperhitungkan, menyetor, dan melaporkan sendiri pajaknya. Fiskus tidak campur tangan dalam penentuan besarnya pajak terutang selama wajib pajak tidak menyalahi peraturan yang berlaku. Dan sistem ini sangat bergantung pada kesadaran dan kepatuhan wajib pajak sendiri untuk melakukannya. Namun dalam pelaksanaannya pemungutan pajak seringkali mengalami permasalahan yang tidak sesuai dengan rencana. Permasalahan ini antara lain, yaitu adanya pelanggaran yang terjadi terhadap prinsip dalam perpajakan dan masih banyaknya wajib pajak yang tidak membayar Pajak khususnya Pajak Kendaran Bermotor seperti kurangnya kesadaran wajib pajak, adanya Wajib Pajak yang lalai dalam melaksanakan kewajibannya dan berbagai faktor lainnya yang mengakibatkan wajib pajak tidak patuh terhadap pembayaran pajak. Hal ini dibuktikan bahwa Kepala UPTD Pelayanan Pendapatan Provinsi/ Samsat Jaya Isman menyebutkan Penerimaan pajak semester pertama baru mencapai 49,44 persen dari target ditetapkan untuk 2015 sebesar Rp613,24 miliar lebih. Memang belum mencapai target atau melampaui 50 persen enam bulan terakhir. Disadari terjadi melemahnya masyarakat dalam melakukan pembayaran pajak 3. Untuk mengatasi permasalahan ini dilakukan penegakan hukum. Namun Kantor Samsat belum dapat melakukan penegakan hukum yang tegas terhadap kendaraan bermotor yang bermasalah. Untuk itu diperlukan tindakan yang tegas oleh aparatur pajak dalam pelaksanaan pemungutan pajak. Salah satunya adalah 3 http://dpkd.sumbarprov.go.id/berita/.html diakses pada tanggal 4 November 2015

dengan diterapkannya sanksi administrasi yang dilakukan pada wajib pajak sepanjang menyangkut pelanggaraan ketentuan administrasi pajak. Terjadinya sanksi administrasi didalam hukum perpajakan dikarenakan adanya wajib pajak yang melakukan pelanggaran ketentuan perpajakan, khususnya Wajib Pajak Kendaraan Bermotor masih belum sadar dan patuh atas kewajiban mereka dalam membayar pajak kepada Negara. Sengaja tidak memenuhi kewajiban perpajakan yang berakibat merugikan Negara, Sengaja menunda untuk membayar Pajak Kendaraan Bermotor dikarenakan dengan alasan sibuk dan atau sebagainya. Seperti dikutip dalam berita Antara News Sumbar dikatakan oleh Kepala UPTD Pelayanan Pendapatan Provinsi/Samsat Jaya Isman di Padang bahwa realisasi pada semester I baru sebesar Rp303,21 miliar lebih, semestinya memang melewati 50 persen pada posisi Juni pada 2015. Diharapkan menjelang akhir Tahun dapat terealisasi secara baik. Maka upaya dilakukan mengoptimalkan pelayanan Samsat keliling dan pelayanan pembayaran pajak pada akhir pekan, jika wajib pajak tidak juga membayar maka akan dilakukan penerapan sanksi administrasi yang telah berlaku 4. Seharusnya wajib pajak taat dan patuh atas kewajiban untuk membayar pajak Kendaraan Bermotor mereka dalam membayar pajak berdasarkan ketentuan umum dan tata cara perpajakan yang berlaku, meskipun pajak bersifat paksaan 4 http://www.antarasumbar.com/berita/156720/penerimaan-pajak-bermotor-sumbar-terkoreksitipis.html diakses tanggal 4 November 2015

namun wajib pajak harus membayar pajak dengan kesadaran yang tinggi dan lebih meresap dalam diri masing-masing, wajib pajak membayar kewajibannya yaitu membayar pajak bukan karena takut terkena sanksi pajak ataupun karena terpaksa supaya sistem Self Assesment dapat berjalan dengan lancar dan baik, maka harus dikenakan sanksi khususnya sanksi administrasi perpajakan. Berdasarkan uraian di atas membuat penulis tertarik dengan mengangkat judul, yaitu: Penegakan Hukum Terhadap Wajib Pajak Yang Tidak Membayar Pajak Kendaraan Bermotor Di Kantor Samsat Pemerintah Provinsi Sumatera Barat. B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka dapat dirumuskan permasalahan sebagai berikut : 1. Bagaimana Penegakan Hukum Terhadap Wajib Pajak yang Tidak Membayar Pajak Kendaraan Bermotor Di Kantor Samsat Provinsi Sumatera Barat? 2. Bagaimanakah Pengenaan Sanksi Administrasi yang diterapkan terhadap Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor Di Kantor Samsat Provinsi Sumatera Barat? C. Tujuan Penelitian Adapun tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan ini adalah :

1. Untuk mengetahui Bagaimana Penegakan Hukum Terhadap Wajib Pajak yang Tidak Membayar Pajak Kendaraan Bermotor Di Kantor Samsat Provinsi Sumatera Barat. 2. Untuk mengetahui bagaimana Pengenaan Sanksi Adminstrasi yang diterapkan dalam Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor di Kantor Samsat Provinsi Sumatera Barat. D. Manfaat Penelitian Manfaat yang dapat diperoleh dari penelitian ini adalah : 1. Manfaat Teoritis Menambah wawasan untuk menulis karya ilmiah didalam ilmu hukum khususnya dalam ilmu Hukum Administrasi Negara mengenai pelaksanaan pemungutan pajak kendaraan bermotor 2. Manfaat Praktis Diharapkan hasil penelitian ini secara praktis dapat memberi masukan serta gambaran kasar mengenai kualitas dan penegakan hukum dalam hal ini pelaksanaan pemungutan pajak kendaraan bermotor yang saat ini telah berlangsung di Indonesia dengan harapan agar Pemerintah dapat memperbaiki serta meningkatkan kualitas pemungutan pajak kendaraan bermotor yang sekarang dapat dilaksanakan lebih baik dari sebelumnya. E. Metode Penelitian Penelitian pada dasarnya merupakan tahapan untuk mencari kembali sebuah kebenaran. Sehingga akan dapat menjawab pertanyaan-pertanyaan

yang muncul tentang suaru objek penelitian. Metode yang digunakan penulis dalam penelitian ini untuk mendapatkan data dan informasi yang diperlukan mencakup : 1. Metode Pendekatan Masalah Dalam penelitian ini, metode pendekatan masalah yang digunakan adalah metode pendekatan yuridis sosiologis (socio legal research) yaitu pendekatan masalah melalui penelitian hukum dengan melihat norma hukum yang berlaku dan menghubungkan dengan fakta yang ada dalam masyarakat sehubungan dengan permasalahan yang ditemui dalam penelitian 5. Adapun data didapat bersumber dari: a) Data Primer yaitu data yang penulis peroleh melalui penelitian di lapangan yang di lakukan dengan cara wawancara dengan pihak yang terkait khususnya Aparatur Pajak di Kantor Bersama Samsat Kota Padang. b) Data Sekunder yaitu data normatif atau yang diperoleh melalui penelitian perpustakaan. 2. Sifat Penelitian Penelitian yang dilakukan bersifat deskriptif analitis. Secara deskriptif akan Dianalisis objek yang diteliti, dalam hal ini bagaimana pelaksanaan pemungutan pajak kendaraan bermotor pada Kantor samsat ini secara jelas 5 Amirudin dan Zainal Asikin, 2006, Pengantar Metode Penelitian Hukum, Jakarta:RajaGrafindo Persada. hlm 133

dan mendalam sehingga dapat memperoleh pemahaman yang baik dan benar. 3. Jenis dan Sumber data Sumber data dalam penelitian ini sebagai berikut: a. Data Primer Merupakan data yang diperoleh langsung dari lokasi penelitian (field research). Data tersebut berupa hasil wawancara yang diperoleh dengan Kepala Bagian di Kantor Sistem Administrasi Manunggal Satu Atap (Samsat) Kota Padang. b. Data Sekunder Merupakan data yang tidak langsung diperoleh dari lapangan namun diperoleh dari studi pustaka (library search) yang meliputi bahan dokumentasi, tulisan ilmiah maupun dari berbagai sumber tulisan yang lainnya. Data sekunder ini terbagi menjadi tiga bagian,yaitu: 1) Bahan Hukum Primer Merupakan bahan-bahan yang terdiri dari Perundang-undangan yang berkaitan dengan permasalahan diatas yang dalam hal ini berupa: a) Undang-Undang Dasar 1945 Negara Kesatuan Republik Indonesia b) Undang-Undang Nomor 16 Tahun 2009 tentang Perubahan dari Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2007 tentang

Perubahan dari Undnag-Undang Nomor 16 Tahun 2000 tentang Perubahan dari Undang-Undang Nomor Tahun 1994 tentang Perubahan dari Undang-Undang Nomor 6 Tahun1983 tentang Ketentuan Umum dan Tata Cara Perpajakan. c) Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009 tentang Perubahan dari Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1997 tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah. d) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah; e) Peraturan Presiden Nomor 5 Tahun 2015 tentang Penyelenggaraan Samsat; f) Peraturan Pemerintah Nomor 65 Tahun 2001 tentang Pajak Daerah g) Peraturan Menteri Keuangan Nomor 17/PMK.03/2013 tentang Tata Cara Pemeriksaan Pajak. h) Peraturan Gubernur Provinsi Sumatera Barat Nomor 56 Tahun 2011 Tentang Petunjuk Pelaksanaan Pemungutan Pajak Kendaraan Bermotor Dan Bea Balik Nama Kendaraan Bermotor i) Peraturan Daerah Kota Padang Nomor 8 Tahun 2011 tentang Pajak Daerah;

2) Bahan Hukum Sekunder Yaitu bahan hukum yang berfungsi sebagai penjelas dari bahan hukum primer yakni terdiri dari dokumen, literatur-literatur, jurnal, media cetak elektronik yang terkait dengan penelitian dalam penulisan ini. 3) Bahan Hukum Tersier Merupakan bahan-bahan pendukung dalam penyusunan penulisan ini seperti Kamus Hukum dan Ensiklopedi. 4. Teknik Pengumpulan Data Dalam penelitian ini digunakan teknik pengumpulan data sebagai berikut: a. Studi Pustaka Merupakan pengumpulan data dengan cara mencari data dalam dokumen dan sumber pustaka. Yang dengan ini dapat dilakukannya dengan cara membaca serta mempelajari beraneka ragam sumber pustaka yang didapat. b. Wawancara Wawancara merupakan salah satu metode pengumpulan data dengan jalan komunikasi, yaitu melalui kontak atau hubungan pribadi anatra pengumpul data (pewawancara) dengan sumber data (responden) 6. Untuk mendapatkan data ini,penulis melakukan wawancara dengan pihak terkait, khususnya Kepala Samsat Kota Padang. Metode 6 Rianto Adi, 2005, Metodologi Penelitian Sosial dan Hukum, Jakarta:Granit. Hlm 72

wawancara yang digunakan adalah wawancara terbuka atau semi terstruktur, dalam artian bahwa pewawancara telah mempersiapkan pertanyaan-pertanyaan yang akan diajukan kepada narasumber,namun ditengah wawancara dikemungkinkan untuk keluar dari pertanyaan yang telah dipersiapkan sebelumnya demi jelasnya suatu permasalahan. c. Teknik Pengolahan dan Analisis Data 1. Pengolahan Data Pengolahan Data adalah kegiatan merapikan hasil pengumpulan data di lapangan sehingga siap untuk dianalisis 7. Data yang telah diperoleh dapat berupa Editing yang merupakan meneliti kembali terhadap catatan-catatan, berkas-berkas, informasi dikumpulkan oleh para pencari data yang diharapkan akan dapat meningkatkan mutu kehandalan(reliabilitas) data yang hendak dianalisis 8. hingga kemudian disusun data-data didalam pembahasan. 2. Analisis Data Sebagai tindak lanjut proses pengolahan data, untuk dapat memecahkan dan menguraikan masalah yang akan diteliti berdasarkan bahan hukum yang diperoleh,maka diperlukan adanya teknik analisa bahan hukum. Analisis data dilakukan dengan 7 Bambang Waluyo, 1999, Penelitian Hukun Dalam Praktek,Jakarta:Sinar Grafika.Hlm 72 8 Amiruddin dan Zainal Asikin. Op.Cit. Hlm 168-169

metode analisis kualitatif. Metode penelitian kualitatif adalah metode yang bersifat interaktif, yaitu metode yang lebih menekankan pada pencarian makna sesuai dengan realitas 9. Metode ini akan menghasilkan data berupa pernyataan-pernyataan atau data yang dihasilkan berupa data deskriptif mengenai subjek yang diteliti 10. Setelah didapatkan data-data yang diperlukan, maka dapat dilakukannya analisis secara kualitatif yakni dengan menggambarkan data yang ada untuk menjawab pertanyaan berdasarkan teori teori yang ada sehingga dapat ditarik suatu kesimpulan. 9 Miles dan Hubberman, 1992, Analisis Data Kualitatif, Buku Sumber Tentang Metode-Metode Baru, Jakarta : Universitas Indonesia Press. hlm 15-20 10 Ibid.hlm 15