BAB II KAJIAN PUSTAKA

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II KAJIAN TEORI. baik (Djumidar A. Widya, 2004: 65). kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan kegiatan manusia sehari-hari seperti jalan, lari, lompat, dan lempar

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. menghasilkan lompatan yang sejauh-jauhnya. Dalam pelaksanaannya,lompat jauh

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

melalui kegiatan jasmani yang dilaksanakan secara terencana, bertahap, dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Atletik merupakan aktifitas jasmani yang terdiri dari gerakan-gerakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Banyak ahli pendidikan jasmani yang menjelaskan tentang pengertian

BAB II KAJIAN TEORI. diantaranya dalam kamus olahraga, menurut Syarifudin (1985: 62) lompat

BAB II HASIL BELAJAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK MENGGUNAKAN ALAT BANTU BAN BEKAS DAN KARDUS A. Pengertian Lompat Jauh

Lompat Jauh. A. Pengertian Lompat Jauh

BAB I PENDAHULUAN. kebugaran jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berpikir kritis,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan merupakan bagian

MENINGKATAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH PADA ANAK SD MELALUI ELEVATION BOARD (PAPAN ELEVASI)

Lompat jangkit ( Triple Jump ) 1

BAB I PENDAHULUAN. Atletik merupakan induk dari semua cabang olahraga karena

I. PENDAHULUAN. dalam atletik merupakan gerakan-gerakan yang biasa di lakukan oleh

LOMPAT JANGKIT. Dalam lompat jangkit ada 3 tahapan yang harus dilaksanakan yaitu : 1. Tahapan Hop ( Jingkat ) Design by R2 Bramistra

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ayunan. Terdapat berbagai macam lari, misalnya: sprint (lari cepat), lari

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pliometrik merupakan salah satu bentuk latihan yang sudah tidak asing lagi bagi dunia olahraga.

SKRIPSI. Oleh: Cuk Subud Ekoputro

BAB I PENDAHULUAN. prestasi dan juga sebagai alat pendidikan. Olahraga memiliki peranan penting dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA. terjadi dalam bidang keterampilan, kebiasaan, sikap, pengetahuan dan lainnya.

KAJIAN PUSTAKA. pendidikan jasmani, salah satu diantaranya Engkos Kosasih (1995 : 2)

I. PENDAHULUAN. unsur yang berpengaruh terhadap semua jenis olahraga. Untuk itu perlu

HUBUNGAN DAYA LEDAK OTOT TUNGKAI TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH GAYA BERJALAN DIUDARA PADA SISWA KELAS X SMA NEGERI 11 BANDA ACEH.

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga sangat digemari oleh masyarakat mulai anak sampai orang dewasa, karena

BAB I PENDAHULUAN. kejuaraan atletik. Pelaksanaan lompat dalam perlombaan atletik memerlukan

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN LARI DAN POWER OTOT TUNGKAI TERHADAP HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA KELAS V SD NEGERI CIWIRU KECAMATAN DAWUAN

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK

BAB II KAJIAN PUSTAKA. dasar yang dinamis dan harmonis yaitu jalan, lari, lompat, dan. yaitu Athlon atau athlum yang berarti lomba atau

2015 PENGARUH LATIHAN PLYOMETRICS TERHADAP PENINGKATAN POWER TUNGKAI DAN HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK

BAB II KAJIAN TEORI. Pembicaraan tentang pembelajaran atau pengajaran tidak dapat dipisahkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. gabungan dari jalan, lari dan lompat serta unsur kekuatan, kecepatan,

PENGARUH LATIHAN NAIK TURUN BANGKU TERHADAP JAUH LOMPATAN PADA OLAHRAGA ATLETIK NOMOR LOMPAT JAUH SISWA KELAS X SMK PGRI WLINGI KAB.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Keolahragaan (FIK) Universitas Negeri Medan (UNIMED). Atletik juga

Latihan Kekuatan Otot Tubuh Bagian Atas

BAB II KAJIAN PUSTAKA. memberikan keuntungan dalam jangkauan langkahnya, hal ini dikarenakan. melakukan berbagai macam gerak.

BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA BERFIKIR DAN HIPOTESIS. atau ke sisi (Depdikbud, 1995). Sedangkan Takraw berarti bola atau barang

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN ( RPP )

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN LARI DAN POWER OTOT TUNGKAI TERHADAP HASIL LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA KELAS V SD NEGERI CIWIRU KECAMATAN DAWUAN

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN HAKEKAT LOMPAT TINGGI GAYA STRADDLE. straddle.(farida Mulyaningsih dkk, 2010:64)

MENINGKATKAN KEMAMPUAN LOMPAT JAUH MELALUI LATIHAN BARRIER HOPS (LOMPAT RINTANGAN) PADA SISWA KELAS V SD NEGERI I MOJOROTO TAHUN AJARAN 2014/2015

BAB 1 PENDAHULUAN. diperlombakan baik di tingkat regional maupun nasional, karena atletik

1. PENDAHULUAN. Lompat kangkang merupakan unsur keterampilan gerak manipulatif karena,

PENGARUH LONCAT KATAK DAN NAIK TURUN BANGKU TERHADAP KEMAMPUAN LOMPAT JAUH. Jurnal. Oleh JODIEKA PERMADI

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. jasmani, keterampilan gerak, keterampilan berfikir kritis, keterampilan sosial,

BAB II KAJIAN TEORITIK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. dasar/bekal ilmu untuk menghadapi tantangan dimasa yang akan datang dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA. mendarat sejauh jauhnya. Gerakan-gerakan dalam lompat jauh tersebut harus

BAB I PENDAHULUAN. Melalui olahraga akan dapat ditingkatkan kekuatan keterampilan kerja, kesegaran jasmani

LOMPAT JANGKIT. B. Pengertian Lompat Jangkit (Triple Jump)

PENINGKATAN KEMAMPUAN TEKNIK DASAR LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK SISWA SEKOLAH DASAR MELALUI STRATEGI MODIFIKASI

MUHAMMAD IKHWANUDIN NPM

BAB IV HASIL PENELITIAN

PELATIHAN PLYOMETRIC BROAD JUMP

Abdul Mahfudin Alim, M.Pd Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta

METHODIK DASAR GERAK ATHLETIK

BERANDA SK / KD INDIKATOR MATERI LATIHAN UJI KOMPETENSI REFERENSI PENYUSUN SELESAI. SMK Negeri 1 Kediri

Lampiran 1. Surat Izin Penelitian

2.2.1 Menunjukkan sikap tanggung jawab Menunjukkan kemauan bekerjasama dalam melakukan berbagai aktivitas fisik.


A. Latar Belakang Masalah

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN. yaitu Athlon yang berarti memiliki makna bertanding atau berlomba (Yudha

PERBEDAAN PENGARUH LATIHAN PLIOMETRIK BOUNDING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan adalah suatu usaha atau kegiatan yang dijalankan dengan

BAB I PENDAHULUAN. olahraga lari sekian ratus meter, sepak bola, voli, badminton, lompat jauh,

BAB I PENDAHULUAN. tingkat Internasional. Untuk dapat dan menjunjung tinggi nama baik negara kita

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang Penelitian Heri Muhammad Saefullah, 2013

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESES PENELITIAN. dilemparkan lurus ke belakang sehingga tubuh kelihatan lurus seperti sikap tubuh

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS

BAB II KAJIAN TEORI DAN PENGUJIAN HIPOTESIS. olahraga yang diperlombakan dan meliputi nomor-nomor lompat jauh lari, lempar,

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Dalam proses kehidupan manusia selalu membawa anggota tubuhnya kesetiap tempat untuk bergerak sambil

BAB I PENDAHULUAN. Proses latihan merupakan faktor yang sangat mempengaruhi dalam

SKRIPSI. Disusun Oleh : NUR AMINSYAH RAMADHAN NPM:

I. PENDAHULUAN. dalam proses belajar melatih harus selalu dilakukan. Hal ini sesuai dengan

MAKALAH LARI JARAK JAUH, JARAK PENDEK, DAN JARAK MENENGAH

TINJAUAN PUSTAKA. pada diri seseorang yang diperoleh melalui pengalaman dan latihan dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, baik jasmani maupun rohani dan merupakan dasar pembentukan

BAB II KAJIAN PUSTAKA Passing dan Ketepatan Tembakan Sepak Bola

HUBUNGAN ANTARA KECEPATAN LARI 100 METER DENGAN HASIL LOMPATAN PADA LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK SISWA SMP NEGERI 16 KOTA BEKASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam kehidupan modern manusia tidak dapat dipisahkan dari olahraga,

BAB 1 PENDAHULUAN. melalui olahraga. Budaya olahraga harus terus di kembangkan guna

BAB I PENDAHULUAN. Dalam cabang olahraga atletik, nomor lompat merupakan nomor lomba

BAB II KAJIAN TEORITIS. kemampuan melakukan aktifitas olahraga. Menurut Tangkudung yang dikutip

A. Latar Belakang Masalah

FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

Yan Indra Siregar. Abstrak

II. TINJAUAN PUSTAKA. ancang-ancang lari cepat atau lambat dengan menumpu dengan satu kaki dan

BAB I PENDAHULUAN. a. Latar Belakang Masalah

JURNAL. Oleh: HENGKI SAPUTRA NPM: Dibimbing oleh : 1. BUDIMAN AGUNG PRATAMA, M.Pd 2. YULINGGA NANDA HANIEF, M.Or

BAB I PENDAHULUAN. yang bersifat kualitatif dan kuantitatif juga merupakan hasil dari proses

A. Daya Tahan dan Kekuatan Otot

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Jl.Sekolah pembangunan NO. 7A Medan Sunggal

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN PENGUJIAN HIPOTESIS. Cabang olahraga atletik di artikan sebagai aktivitas jasmani yang

BAB I PENDAHULUAN. bergantung kepada faktor, kondisi,dan pengaruh-pengaruh dalam menuju sebuah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

Transkripsi:

BAB II KAJIAN PUSTAKA A. Deskripsi Teori 1. Hakikat Lompat Jauh Menurut Mochamad Djumidar (2004: 65) lompat adalah suatu gerakan mengangkat tubuh dari suati titik ke titik yang lain yang lebih jauh atau tinggi dengan ancang-ancang lari cepat atau lambat dengan menumpu satu kaki dan mendarat dengan kaki/anggota tubuh lainnya dengan keseimbangan yang baik. Lompat dan loncat merupakan kata yang hampir sama namun memiliki perbedaan diantara keduanya. Lompat dilakukan dengan menggunakan satu kaki sebagai tumpuan sedangkan loncat menggunakan dua kaki sebagai tumpuan. Lompat jauh adalah hasil dari kecepatan horizontal yang dibuat dari ancang-ancang dengan gerak vertikal yang dihasilkan dari kaki tumpu, formulasi dari kaki kedua aspek tadi menghasilkan suatu gaya gerak parabola dari titik pusat grafitasi (Djumidar, 2001 : 12.40). Lompat jauh adalah nomor yang sederhana dan paling sederhana dibandingkan nomornomor lapangan lain. Hal ini dikarenakan karena siswa sebelum diberikan pembelajaran lompat jauhsiswa sudah dapat melakukan gerakan dasar lompat jauh, hal ini akan mengakibatkan siswa akan cepat mempelajari lompat jauh dengan benar (Eddy Purnomo & Dapan, 2011: 93). Menurut Soegito,dkk (1994: 60) unsur utama dari olahraga lompat jauh terdiri dari gerakan lari dengan awalan, gerakan bertolak, gerakan melayang di udara dan berakhir dengan gerakan mendarat. Masing-masing 8

unsur gerakan tersebut memiliki gaya tersendiri dan memberikan sumbangan terhadap hasil lompatan yang berupa jarak. Keempat gerakan tersebut harus dilakukan dalam rangkaian yang tidak terputus-putus. Menurut Soegito,dkk (1994: 65) Yang harus diperhatikan guru dalam menjaga lompat jauh adalah sebagai berikut: a. Anak-anak agar tetap menjaga kecepatan lari saat mengambil awalan hingga ia mencapai balok tumpu. b. Gunakan kekuatan eksplosif kaki saat melakukan tolakan pada balok tumpu dengan dorongan yang cepat dan dinamis. c. Merubah sedikit posisi kiri saat mencapai balok tumpu, dimaksudkan untuk mencapai badan yang lebih tegak. d. Gunakan gerakan kompensasi lengan dengan baik dan tepat. e. Latihlah gerakan pendaratan dengan tepat. f. Kuasai gerakan yang betul dari lengan dan kaki dalam hal meluruskan dan membengkokkan. Dua teknik utama yang digunakan dalam lompat jauh adalah teknik menggantung dan teknik menendang (berjalan di udara). Teknik menendang lebih terkenal tetapi kedua teknik telah digunakan oleh atlet-atlet elit untuk mencapai jarak lebih dari 8,83 meter (29 kaki) (Gerry A. Carr, 2003: 135). 2. Komponen-Komponen Lompat Jauh Lompat jauh merupakan gerakan gabungan dari awalan, tolakan, waktu melayang dan mendarat. Gerakan-gerakan tersebut dilakukan secara kontinyu dan antara satu dengan yang lainnya saling menunjang sehingga 9

penguasaan terhadap masing-masing gerakan menjadi sangat penting. Komponen-komponen lompat jauh secara garis besar adalah sebagai berikut: a. Awalan Awalan atau ancang-ancang adalah gerakan permulaan dalam bentuk lari untuk nmendapatkan kecepatan pada waktu akan melakukan tolakan (lompatan). Tujuan awalan adalah untuk mengembangkan gerakan naik yang konsisten setabil mencapai kecepatan maksimum saat bertolak. Kecepatan saat bertolak merupakan hal penting, karena kedua faktor yang menentukan jarak melayang adalah kecepatan dan sudut melayang. Pelompat senior yang baik menggunakan awalan sejauh 30 50 meter, sedangkan pelompat junior dan anak-anak sekolah biasanya menggunakan awalan yang lebih pendek (Eddy Purnomo & Dapan, 2011: 94). Pada saat si pelompat bergerak maju di lintasan awalan lari, frekuensi langkah dan panjang langkah lari harus meningkat, sedangkan tubuh dari sedikit ditegakkan sampai tiba saatnya untuk bersiap melakukan gerakan menolak di balok tumpu. b. Tolakan (Take off) Tolakan (Take off) adalah perubahan dan perpindahan gerak dari gerakan horisontal ke gerakan vertikal yang dilakukan secara cepat. Di mana sebelumnya atlet lompat jauh sudah mempersiapkan diri untuk melakukan tolakan sekuat-kuatnya pada langkah terakhir sehingga 10

seluruh tubuh terangkat ke atas dan melambung di udara, seperti pada gambar 1. Gambar 1 Take Off (Carr. 2000 : 146) Dengan demikian dapat dikatakan bahwa melakukan tolakan (take off) adalah merubah kecepatan horisontal ke kecepatan vertikal. c. Melayang Menurut Djumidar (2001: 12.24) Gerakan melayang pada saat setelah meninggalkan balok tolakan (take off) diupayakan keseimbangannya terjaga dengan bantuan kedua tangan mengayuh sedemikian rupa sehingga bergerak di udara dalam satu garis membentuk lengkungan. Badan harus diusahakan untuk dapat melayang selama mungkin pada saat di udara dan berada dalam keadaan seimbang. Sangat penting untuk meluruskan kaki tumpu secepat-cepatnya untuk memperoleh ketinggian, sehingga dapat melayang lebih tinggi. Pada waktu naik, badan harus ditahan dalam keadaan rileks kemudian melakukan gerakan sikap tubuh untuk menjaga keseimbangan yang memungkinkan pendaratan yang lebih sempurna. Gerakan sikap tubuh 11

inilah yang disebut sebagai gaya dalam lompat jauh. Untuk lebih jelasnya, gambar 2: d. Pendaratan Gambar 2. Tahap Melayang Sumber: (Eddy Purnomo, 2007: 92) Pada waktu akan mendarat, kedua kaki di bawa ke depan lurus dengan jalan mengangkat paha ke atas, badan dibungkukkan ke depan, kedua tangan ke depan kemudian mendarat pada kedua tumit terlebih dahulu dan mengeper dengan lutut dibengkok, supaya badan tidak terlalu jauh ke belakang, kepala ditundukkan dan kedua tangann lurus ke depan. Untuk itu sewaktu kaki menyentuh pasir, kepala ditundukkan dan lengan diayunkan membawa pinggang ke depan mendekati titik berat badan dan bahkan kalau mungkin membawa titik berat badan melewati titik pendaratn di pasir sehingga tidak melakukan pendaratan yang dapat merugikan pelompat (Adang Suherman, 2001: 123). Untuk lebih jelasnya, gambar 3: Gambar 3. Tahap Mendarat Sumber: (Hananto, dkk, 2007: 23) 12

3. Tahap-tahap Pembelajaran Lompat Jauh Menurut Eddy Purnomo (2007: 88-92) dalam pembelajaran lompat jauh untuk semua gaya hampir sama yang berbeda hanya pada saat melayang, adapun tahapan-tahapannya adalah : a. Tahap bermaian(games) Pada tahap ini bertujuan untuk mengenalkan masalah gerak (movement problem) lompat jauh secara umum, dan cara lompat jauh yang benar ditinjau secara anatomis, memperbaiki sikap lompat jauh serta meningkatkan motivasi siswa terhadap pembelajaran, sehingga pada akhirnya dapat meningkatkan kebugaran jasmani siswa. Tujuan khusus dalam bermain lompat jauh adalah meningkatkan konsentrasi, kekuatan menolak, reaksi bergerak, dan percepatan gerak siswa, serta meningkatkan percaya diri, meningkatkan rasa keberanian. b. Tahap Teknik Dasar ( Basic of Tecnique ) Tahap ini bertujuan untuk mempelajari keterampilan gerak lompat jauh dengan sistimatis, adapun tahapanya sebagai berikut : 1). Lompat berturut-turut melewati gawang/kardus. Tahap ini bertujuan menolak dari suatu awalan pendek dan memperbaiki sikap menolak. Yang perlu diperhatikan pada tahap ini adalah gunakan awalan dengan jarak yang pendek, mendarat dengan kaki yang depan/ayun, dan gunakan suatu irama lari tiga langkah, serta gunakan gawang/kardus dengan jarak 6-8 meter dengan ketinggian kardus 30-50 cm. Titik perhatian guru pada tahap ini 13

adalah kaki tumpu harus lurus dan di udara ada saat melayang untuk beberapa saat. 2). Lompat Marka jauh dari atas mimbar/box Tahap ini bertujuan untuk membiasakan melompat dari suatu mimbar dan menambah lama waktu di udara. Pada tahap ini yang harus diperhatikan dan harus disiapkan adalah gunakan awalan sejauh 5-7 langkah, pertahankan posisi menumpu di udara dan mendaratlah dalam posisi langkah ( marka jauh ). Gunakan mimbar setinggi 15-25 cm. 3). Lompatan Marka Jauh Tahap ini bertujuan untuk menekankan gerakan menumpu dan memantapkan posisi menumpu/bertolak. Pada tahap ini yang menjadi perhatian guru adalah hampir sama dengan b.2, tetapi tanpa mimbar, pertahankan posisi menumpu sampai mendarat di pasir. 4). Teknik Melayang dengan awalan pendek tanpa bantuan box. Tahap ini bertujuan untuk melatih atau merangkai tahap 1 sd 3 dengan gaya melayang. Pada tahap ini yang harus menjadikan titik perhatian guru adalah gunakan awalan 5-7 langkah, kaki saat menumpu harus aktif, pada saat di udara pertahankan posisi telemarka. 5). Urutan gerak keseluruhan dari ancang-ancang penuh Tahap ini bertujuan untuk menentukan panjang awalan setiap siswa atau tentukan awalan berdasarkan jumlah umur siswa dan 14

melakukan rangkaian gerakan yang telah dipelajari. Pada tahap ini yang menjadi titik perhatian guru adalah ambil awalan lari dimulai dari balok tumpu, bertumpu pada tempat yang tepat dan teman yang lainnya memberi tanda, jangan merobah panjang langkah pada percobaan pertama. 4. Faktor Kondisi Fisik yang Mempengaruhi Kemampuan Lompat Jauh Dalam melakukan suatu latihan harus diketahui faktor-faktor yang mempengaruhi atau memberikan peran bagi tercapainya prestasi yang maksimal dalam cabang olahraga atletik khususnya lompat jauh. Faktorfaktor yang mempengaruhi terhadap pencapaian hasil lompat jauh antara lain adalah komponen kondisi fisik yang berupa kecepatan, kekuatan daya ledak dan jenis kelamin. a. Kecepatan Menurut Djoko Pekik Irianto (2002: 73) kecepatan adalah perbandingan antara jarak dan waktu atau kemampuan untuk bergerak dalam waktu singkat. Elemen kecepatan meliputi: waktu reaksi, frekuensi, gerak persatuan waktu dan kecepatan gerak melewati jarak. Kecepatan di sini adalah kecepatan lari dalam awalan lompat jauh yang ditentukan oleh urutan gerakan lari dan langkah yang dilakukan secara tepat dan cepat. Secara cepat dimaksudkan untuk memberikan tenaga pada saat melakukan tolakan, sedangkan secara tepat dimaksudkan pada waktu melakukan lari awalan pada titik terakhir kaki yang tepat dengan posisi yang tepat berpijak pada papan tolakan / tumpuan. 15

Dalam memperbaiki dan meningkatkan kecepatan perlu menggunakan latihan kecepatan yang sesuai dengan prinsip-prinsip latihan kecepatan. Djoko Pekik Irianto (2002: 73) menggambarkan dasardasar latihan kecepatan sebagai berikut: Tabel 1. Karakter Latihan Kecepatan Karakter Umum Karakter Khusus intensitas Durasi Volume Frekuensi Istirahat Aktivitas istirahat Melakukan gerak melawan waktu Submaksimal s.d maksimal Sangat pendek, sprinter 5-20 detik 10-12 kali jarak pertandingan 2-4 kali/minggu 2-6 menit Aktif- pasif Latihan kecepatan dapat diawali dari latihan yang bertujuan untuk menguatkan otot tungkai. Gerakan-gerakan latihan kecepatan dapat dimulai dari gerak ditempat hingga dilanjutkan dengan berpindah tempat kemudian lari cepat dengan jarak tertentu. b. Kekuatan Menurut Sukadiyanto (2010: 131) kekuatan adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk mengatasi beban atau tahanan. Gerakan menumpu dan menolak setelah lari awalan dalam lompat jauh merupakan gerakan yang membutuhkan waktu sangat singkat. Kecepatan awalan dan kekuatan saat melakukan tolakan menjadi kunci penting dalam mentukan kemampuan jauhnya lompatan. Dengan kata lain perpaduan antara kecepatan dan kekuatan yang dihasilkan disebut dengan power atau daya 16

ledak. Daya ledak adalah kekuatan sebuah otot untuk mengatasi tahanan beban dengan kecepatan tinggi dalam gerakan yang utuh (Suharno, HP, 1998: 36). Sukadiyanto (2010: 160) memberikan menu program latihan untuk meningkatkan power sebagai berikut: Tabel 2. Program Latihan Meningkatkan Power Metode Piramid dan Menambah-mengurangi Beban Tujuan Kekuatan Maksimal Sasaran Otot lokal Intensitas 65-100% Volume 3-6 set/sesi dengan 1-10 repetisi/set t. recovery 1-5 menit t. interval 48 jam antara sesi irama Beban ringan cepat ke beban berat lambat frekuensi 3x/minggu periode Transisi-Persiapan 1 Latihan untuk meningkatkan power tungkai dalam lompat jauh dimaksudkan agar saat melakukan tolakan dapat menghasilkan jarak yang maksimal. Gerakan-gerakan latihan power yang dilakukan sebaiknya mengarah pada gerakan yang berkesinambungan dalam melakukan nomor lompat jauh. 5. Latihan dan Prinsip-Prinsip Latihan a. Pengertian Latihan Latihan menurut Suharno yang di kutip Djoko Pekik Irianto (2002: 11), adalah suatu proses mempersiapkan organisme atlet secara 17

sistematis untuk mencapai mutu prestasi maksimaldengan diberi beban fisik dan mental yang teratur, terarah, meningkat dan berulang-ulang waktunya. Selanjutnya menyatakan bahwa proses penyempurnaan berolahraga melalui pendekatan ilmiah, khususnya prinsip-prinsip pendidikan secara teratur dan terencana sehingga mempertinggi kemampuan dan kesiapan olahragawan. Berdasarkan uraian di atas, maka dapat disimpulkan bahwa latihan dalam olahraga adalah suatu bentuk aktivitas gerak yang terencana, yang dilakukan melalui proses yang panjang dan berkesinambungan dengan memperhatikan aspek-aspek dalam latihan tersebut untuk dapat menghasilkan gerak yang efektif dan efisien. Untuk dapat menghasikan gerakan yang efektif dan efisien sangat dipengaruhi oleh latihan. Sebelum memberikan latihan seorang pelatih atau guru harus mampu membuat latiahan yang terencana dengan baik. Selain itu di dalam latihan juga harus memperhatikan beberapa prinsip berlatih dan melatih. Menurut Djoko Pekik Irianto (2002: 43), menyatakan bahwa ada bebarapa prinsip dalam berlatih dan melatih meliputi: (1) prinsip beban lebih (Overload), (2) Prinsip kembali asal (Reversibel), (3) prinsip kekhususan (Specfity) dan (4) prinsip individual. Berdasarkan pendapat tersebut, maka banyak faktor yang harus diperhatikan dalam latihan. Latihan yang dimaksud dalam penelitian ini adalah suatu proses yang sistematik dari berlatih atau bekerja yang dilakukan secara 18

berulang-ulang dan kontinyu untuk memperoleh suatu kecakapan melakukan lompat jauh. Latihan dilaksanakan oleh atlet bertujuan untuk meningkatkan kekuatan, kecepatan, ketepatan, membentuk daya tahan, dan menambah kelincahan serta ketrampilan. Untuk dapat meningkatkan kemampuan secara fisik maupun teknik dilakukan suatu latihan yang didasarkan pada beberapa prinsip latihan. b. Prinsip-prinsip Latihan 1) Prinsip Penambahan Beban Bertambah (Overload) Prinsip latihan yang paling dasar adalah prinsip overload, oleh karena tanpa penerapan prinsip tersebut tidak mungkin prestasi atlit akan meningkat. Penerapan sistem overload apabila atlit sudah merasa ringan dengan beban yang diberikan maka beban latihan ditingkatkan (M. Sajoto, 1988 : 42). Dengan latihan beban bertambah penyesuaian fisiologis dalam tubuh yang mendorong meningkatkan kekuatan otot. 2) Prinsip Peningkatan Beban Terus Menerus Otot yang menerima beban latihan berlebih kekuatannya akan bertambah. Apabila kekuatan bertambah maka program latihan berikutnya bila tidak ada penambahan beban maka tidak lagi dapat menambah kekuatan. Penambahan beban ini dilakukan sedikit demi sedikit pada set atau jumlah repetisi tertentu, otot belum merasa lelah. Penambahan demikian dinamakan prinsip penambahan beban secara progresif (M. Sajoto, 1988). 19

3) Prinsip Pengaturan suatu Latihan Latihan berbeban hendaknya datur sedemikian rupa sehingga kelompok otot-otot dulu yang dilatih sebelum otot yang lebih kecil. Hal ini dilakukan agar kelompok otot kecil tidak mengalami kelelahan lebih dahulu. 4) Prinsip Kekhususan Program Latihan Menurut O Shea dalam M Sajoto, (1988 : 42) menyatakan bahwa semua program latihan harus berdasarkan SAID yaitu Specific Adaptation to Imposed Demands. Prinsip tersebut menyatakan bahwa latihan hendaknya bersifat khusus sesuai dengan sasaran yang akan dicapai. Bila akan meningkatkan kekuatan maka program latihan harus memenuhi syarat untuk tujuan meningkatkan kekuatan. Seperti diketahui bahwa untuk mendapatkan hasil lompatan yang jauh dalam lompatan jauh perlu adanya bentuk latihan untuk meningkatkan daya ledak otot tungkai, latihan tersebut dapat dilakukan baik dengan menggunakan alat maupun tanpa alat. Menggunakan alat dalam hal ini adalah latihan lompat kijang. Selain keempat prinsip tersebut yang cukup mendasar untuk program latihan, program latihan dapat diatur dan dikendalikan dengan cara memvariasikan beban latihan seperti volume, intensitas, recovery dan frekuensi dalam suatu unit program latihan harian (Tohar, 2004 : 54). 20

Menurut Iwan Stiawan yang dikutip oleh Yusuf Adisasmita, (1992 : 5) Volume latihan atau kualitas latihan adalah jumlah waktu yang diperlukan untuk menyelesaikan seluruh pembebanan latihan di dalam satu sesen. Volume latihan yang disusun, harus berisikan tiga pokok kegiatan yaitu: (1) Latihan dasar. (2) Latihan untuk meningkatkan bentuk-bentuk maotor skills (teknik), dan kemampuan fisik yang menjurus ke arah spesialisasi. (3) Aktivitas volume latihan dan aktivitas intensitas latihan selalu berlawanan. Bila kualitas atau volume latihan dinaikkan, maka kualitas atau intensitas latihan akan menurun, begitu juga sebaliknya. Intensitas menurut Tohar, (2004 : 55) adalah takaran yang menunjukkan kadar atau tingkat pengeluaran energi, alat dalam aktivitas jasmani baik dalam latihan maupun pertandingan. Intensitas latihan pliometrik dapat ditingkatkan dengan penambahan beban pada hal-hal tertentu dengan peningkatan ketinggian rintangan-rintangan (bilah-bilah) untuk depth jump atau dengan memperlebar jarak dalam longitudinal jump. Menurut Tohar, (2004 : 55) Recovery adalah waktu yang digunakan untuk pemulihan tenaga kembali antara satu elemen materi latihan dengan elemen berikutnya. Menurut O Shea (dalam M Sajoto (1988 : 48) mengatakan bahwa bila latihan lebih dari satu rangkaian, maka masa istirahat dalam rangkaian adalah antara 1 2 menit. Menurut Bompa dalam M Sajoto, (1988 : 33) mengatakan bahwa tes 21

untuk mengevaluasi hasil latihan kekuatan dapat dilaksanakan setelah antara 4 6 minggu dari suatu masa siklus latihan makro. Menurut Djoko Pekik Irianto (2001: 58) Frekuensi diartikan sebagai banyaknya unit latihan persatuan waktu, misalnya latihan untuk meningkatkan kebugaran pada kebanyakan orang dilakukan 3-5 kali/minggu. Frekuensi merupakan jemlah tatap muka dalam program latihan yang dilakukan dalam satu minggu. Frekuensi latihan yang diberikan dalam penelitian ini adalah tiga kali perminggu selama enam minggu, sehingga tidak terjadi kelelahan dengan lama latihan enam minggu. 6. Pengertian Hop-Step Hop-step adalah langkah dan melompat, Mochamad Djumidar (2004: 80) melatih keterampilan gerakan-gerakan hop-step jingkring/engklek dengan irama kaki kiri dua kali, kaki kanan dua kali dengan kata lain kiri-kiri, kanan-kanan, kiri-kiri, kanan-kanan dan begitu seterusnya bergantian kaki tumpu. Menurut Yoyo Bahagia (2000: 82) karakteristik nomor lompat adalah gerakan tolakan harus dilakukan dengan mengarahkan tenaga ledak otot (power). Salah satu bentuk latihan yang dapat meningkatkan daya tolakan siswa adalah latihan hop-step. Hop-step dapat memacu perkembangan power tungkai yang digunakan untuk menolak saat melakukan lompat jauh. Latihan tersebut juga melatih siswa untuk mengenal dan membiasakan melakukan gerakan-gerakan yang mengarah pada teknik yang ada pada lompat jauh, seperti lari, menolak, 22

melayang di udara, dan melakukan tumpuan saat mendarat. Bentuk-bentuk latihan lompat dengan satu kaki (hop-step) yang dapat dilakukan guru atau pelatih adalah sebagai berikut: Guru atau pelatih dapat menyediakan cone dengan ketinggian rendah (7 cm) dan pralon yang telah dimodifikasi dengan ketinggian pralon 30-50 cm, sebagai rintangan dalam latihan hop-step. Gerakan yang berirama sangat dipengaruhi oleh jarak di antara rintangan yang didesain sedemikian rupa sehingga tugas gerak dapat dilakukan tanpa mengubah langkah normal seseorang. Siswa diharuskan melompati rintangan berupa cone dan pralon sepanjang lintasan yang telah ditentukan jaraknya. Adapun perlengkapan yang harus disiapkan dalam latihan hop-step adalah lintasan lurus dan datar, cone setinggi 7 cm dan pralon yang telah dimodifikasi dengan ketinggian berfariasi yaitu 30-50 cm. Tabel 3. Program Latihan Hop-Step Tujuan Meningkatkan kecepatan dan tolakan Sasaran Otot tungkai Intensitas 65-100% 1 RM Volume 3-6 set/sesi dengan 1-10 repetisi/set t. recovery 1-5 menit t. interval 48 jam antara sesi irama Beban ringan cepat ke beban berat lambat frekuensi 3x/minggu Latihan hop-step bertujuan untuk memacu perkembangan power tungkai yang digunakan untuk menolak saat melakukan lompat jauh. Latihan tersebut juga melatih siswa untuk mengenal dan membiasakan melakukan gerakan-gerakan yang mengarah pada teknik yang ada pada 23

lompat jauh, seperti lari, menolak, melayang di udara, dan melakukan tumpuan saat mendarat. Beberapa bentuk latihan lompat untuk meningkatkan power tungkai antara lain: a. Latihan lompat dengan satu kaki Menurut Sukadiyanto, (2010 : 197) latihan lompat dengan satu kaki dilakukan dengan sikap awal, berdiri dengan satu kaki kanan di depan (kaki kiri di belakang) kedua tangan rileks di samping badan, ayun (lemparkan tungkai), kaki kiri ke depan atas mendekati dada agar dapat melompat sejauh mungkin sebelum mendarat. Mendarat dengan kaki kiri kemudian diteruskan dengan ayunan kaki kanan. Demikian seterusnya bergantian kaki tumpu sejauh jarak yang ditentukan. Selanjutnya lakukan dengan kaki kanan sebagai tumpuan dan kaki kiri yang diayunkan, demikian seterusnya. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada serangkaian gambar berikut ini: b. Latihan Hop-Step Gambar 4 Latihan lompat dengan satu kaki (Sukadiyanto, 2010 : 197) Setiap siswa melakukan latihan melompati rintangan dengan menggunakan awalan dengan jarak yang ditentukan kemudian siswa melompati rintangan berupa kardus atau pralon yang telah dimodifikasi 24

sebagai rintangannya. Jarak antara rintangan 1-2 meter. Gerakan hop-step jingkring/engklek dilakuakan dengan irama kaki kiri dua kali, kaki kanan dua kali dengan kata lain kiri-kiri, kanan-kanan, kiri-kiri, kanan-kanan dan begitu seterusnya bergantian kaki tumpu. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada serangkaian gambar berikut ini: B. Penelitian Yang Relevan Gambar 5 Latihan Hop-Step (Mochamad Djumidar A. Widya, 2004 : 80-81) Kajian penelitian yang relevan tentang penelitian ini, dapat disajikan sebagai berikut : 1. Yaqdho Erbangun (2010) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Latihan Lompat Kijang Terhadap Hasil Lompat Jauh Siswa Putra Kelas V Mi Ma arif Kecamatan Kaliwiro Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah Tahun Pelajaran 2010/2011. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan lompat kijang terhadap hasil lompat jauh siswa putra kelas V MI Ma arif Kecamatan Kaliwiro Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah tahun pelajaran 2010/2011. Hasil penelitian menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan latihan lompat kijang terhadap hasil lompat jauh siswa putra kelas V MI Ma arif Kecamatan Kaliwiro Kabupaten Wonosobo Jawa Tengah 25

tahun pelajaran 2010/2011 yang di tandai dengan adanya peningkatan sebesar 18,32% dari kemampuan awal siswa. 2. Singgih Wicaksono (2012) dalam penelitiannya yang berjudul Pengaruh Latihan Kecepatan dan Latihan Power Tungkai Terhadap Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok Siswa Kelas VII Olahraga SMP N 1 Panjatan Kecamatan Panjatan Kabupaten Kulon Progo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh latihan kecepatan dan latihan power tungkai terhadap prestasi lompat jauh gaya jongkok. Hasil peneiltian menunjukkan adanya pengaruh yang signifikan dari latihan kecepatan dan latihan power tungkai terhadap kemampuan lompat jauh gaya jongkok yang ditandai dengan besarnya nilai t hitung > t tabel (4.099 > 2.042). C. Kerangka Berfikir Cabang atletik khususnya pada nomor lompat jauh merupakan bagian dari pembelajarn pendidikan jasmani yang diadakan di sekolah. Menurut Soegito,dkk (1993: 60) unsur utama dari olahraga lompat jauh terdiri dari gerakan lari dengan awalan, gerakan bertolak, gerakan melayang di udara dan berakhir dengan gerakan mendarat. Masing-masing unsur gerakan tersebut memiliki gaya tersendiri dan memberikan sumbangan terhadap hasil lompatan yang berupa jarak. Keempat gerakan tersebut harus dilakukan dalam rangkaian yang tidak terputus-putus. Salah satu faktor kondisi fisik untuk mencapai prestasi dalam olahraga adalah power otot tungkai. Power otot tungkai merupakan kemampuan otot tungkai untuk melakukan kerja atau gerakan secara eksplosif. Untuk 26

meningkatkan prestasi olahraga, kemampuan power otot tungkai atlit harus ditingkatkan. Power otot tungkai sangat berperan penting dalam hasil tolakan dan jauhnya hasil lompat jauh yang dilakukan oleh siswa, oleh karena itu latihan dikhususkan pada peningkatan power otot tungkai. Metode latihan untuk meningkatkan power harus bersifat khusus sesuai dengan karakteristik power otot tungkai. Salah satu metode latihan untuk meningkatkan power otot tungkai adalah latihan hop-step dengan melewati rintangan yang dimodifikasi dengan bermain sehingga anak-anak tidak merasa bosan disaat melakukan latihan. D. Hipotesis Berdasarkan kajian pustaka dan kerangka berpikir yang telah dikemukakan di atas dapat dirumuskan hipotesis penelitian sebagai berikut: Ada pengaruh yang signifikan latihan hop-step terhadap kemampuan lompat jauh pada siswa kelas X SMK Negeri 4 tahun pelajaran 2011/2012 Purworejo Jawa Tengah. 27