BAB I PENDAHULUAN. sebutan penjara kini telah berubah menjadi Lembaga Pemasyarakatan

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Law adalah Equality before the Law. Asas ini dituangkan dalam peraturan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia merupakan negara hukum yang menjunjung tinggi nilai-nilai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) sebagai salah satu institusi

BAB I PENDAHULUAN. kurangnya kualitas sumber daya manusia staf Lembaga Pemasyarakatan, minimnya fasilitas dalam Lembaga Pemasyarakatan.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem pemasyarakatan yang merupakan proses pembinaan yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. 2. Persamaan perlakuan dan pelayanan; 5. Penghormatan harkat dan martabat manusia;

BAB I PENDAHULUAN. diri manusia, bersifat universal dan langgeng, oleh karena itu harus dilindungi,

BAB I PENDAHULUHAN. Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 (UUD 1945) adalah melindungi

BAB I PENDAHULUAN. seluruh rakyat Indonesia. Setelah adanya Keputusan Konferensi Dinas Para

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Bagi negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila, pemikiran-pemikiran

BAB I PENDAHULUAN. aka dikenakan sangsi yang disebut pidana. mempunyai latar belakang serta kepentingan yang berbeda-beda, sehingga dalam

BAB I PENDAHULUAN. Untuk menjaga peraturan-peraturan hukum itu dapat berlangsung lurus

BAB I PENDAHULUAN. yang dapat dipaksakan pelaksanaannya dengan suatu sanksi. 1 Hal ini berarti setiap

BAB I PENDAHULUAN. bagaimana bersikap, bertutur kata dan mempelajari perkembangan sains yang

menegakan tata tertib dalam masyarakat. Tujuan pemidanaan juga adalah untuk

BAB II URAIAN TEORITIS. Teori adalah konsep-konsep yang merupakan abstraksi dan hasil

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pergeseran paradigma dalam hukum pidana, mulai dari aliran klasik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang masalah. Negara Kesatuan Republik Indonesia adalah sebuah negara kepulauan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Negara Indonesia adalah Negara Hukum. Sebagai Negara Hukum yang

BAB I PENDAHULUAN. hanya terbatas pada kuantitas dari bentuk kejahatan tersebut.

BAB I PENDAHULUAN. pemasyarakatan di Indonesia. (Lapas) di Indonesia telah beralih fungsi. Jika pada awal

BAB I PENDAHULUAN. membangun sistem hukum sendiri. Secara teoritis-konseptual, dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Undang-undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945

Pengertian dan Sejarah Singkat Pemasyarakatan

BAB I PENDAHULUAN. mengenai fungsi pemidanaan tidak lagi hanya sekedar penjeraan bagi narapidana,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Lembaga pemasyarakatan atau disingkat ( LAPAS) merupakan institusi dari

BAB I PENDAHULUAN. perlakuan yang sama dihadapan hukum 1. Menurut M. Scheltema berpendapat

BAB I PENDAHULUAN. Indie (Kitab Undang Undang Hukum pidana untuk orang orang. berlaku sejak 1 januari 1873 dan ditetapkan dengan ordonasi pada tanggal

BAB I PENDAHULUAN. tahanan, narapidana, anak Negara dan klien pemasyarakatan sebagai subyek

BAB I PENDAHULUAN. Negara Republik Indonesia bertujuan membentuk masyarakat yang adil dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada hakikatnya warga Binaan Pemasyarakatan sebagai insan dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Sistem pemidanaan di Indonesia secara berangsur mengalami

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penduduk Indonesia yang sangat besar jumlah pertumbuhan penduduknya yaitu

BAB I PENDAHULUAN. para pemimpin penjara. Gagasan dan konsepsi tentang Pemasyarakatan ini

BAB I PENDAHULUAN. Hukum diciptakan oleh manusia mempunyai tujuan untuk menciptakan

BAB I PENDAHULUAN. Pemasyarakatan, Pasal 9 Ayat (1) yang menegaskan : Pasal 2 sebagaimana disebutkan dalam Pasal 9 Ayat (1) Undang Undang

BAB I PENDAHULUAN. Para pelaku tindak pidana tersebut,yang memperoleh pidana penjara

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sebagai extraordinary crime atau kejahatan luar biasa. penerapannya dilakukan secara kumulatif.

P, 2015 PERANAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN WANITA KLAS IIA BANDUNG DALAM UPAYA MEREHABILITASI NARAPIDANA MENJADI WARGA NEGARA YANG BAIK

BAB I PENDAHULUAN. Negara Indonesia berdasarkan hukum (Rechstaat), tidak berdasarkan atas

BAB I PENDAHULUAN. pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea keempat. kehidupan bangsa, dan ikut melaksanakan perdamaian dunia yang

BAB I PENDAHULUAN. timbul berbagai macam bentuk-bentuk kejahatan baru. Kejahatan selalu

BAB 1 PENDAHULUAN. Pengadilan, serta Lembaga Pemasyarakatan. Keempat subsistem tersebut

BAB I PENDAHULUAN. Usaha Pemerintah dalam menegakan hukum dan memberantas korupsi

BAB I PENDAHULUAN. kemerdekaan yang wajar sesuai dengan Perundang-undangan yang berlaku dan normanorma

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, sehingga harus diberantas 1. hidup masyarakat Indonesia sejak dulu hingga saat ini.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan tempat atau kediaman bagi orang-orang yang telah dinyatakan bersalah oleh

BAB I PENDAHULUAN. secara terperinci menyatakan sebagai berikut :

BAB I PENDAHULUAN. A. LatarBelakangMasalah. Dalam era pertumbuhan dan pembangunan dewasa ini, kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. Ketika seseorang yang melakukan kejahatan atau dapat juga disebut sebagai

BAB I PENDAHULUAN. Pembangunan Nasional pada dasarnya merupakan pembangunan manusia

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan stabilitas politik suatu negara. 1 Korupsi juga dapat diindikasikan

BAB I PENDAHULUAN. dikenal dengan prinsip pemasyarakatan : 1. Orang yang tersesat harus diayomi dengan memberikan bekal hidup sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Kenyataan menunjukkan bahwa semakin maju masyarakat,

BAB I PENDAHULUAN. barang siapa yang melanggar larangan tersebut 1. Tindak pidana juga merupakan


FUNGSI SISTEM PEMASYARAKATAN DALAM MEREHABILITASI DAN MEREINTEGRASI SOSIAL WARGA BINAAN PEMASYARAKATAN Sri Wulandari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak adalah generasi penerus suatu bangsa. Baik ataupun buruknya masa

FAKTOR-FAKTOR YANG MENJADI PENGHAMBAT DALAM PEMBERIAN REMISI TERHADAP NARAPIDANA (STUDI KASUS DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN KLAS IIA DENPASAR)

BAB III PENUTUP. beberapa kesimpulan tentang pemberian pembebasan bersyarat bagi narapidana di

BAB I PENDAHULUAN. sanksi atau nestapa sebagaimana diatur dalam hukum pidana (Strafrecht) dan

BAB I PENDAHULUAN. tugas pokok melaksanakan pemasyarakatan narapidana/anak didik. makhluk Tuhan, individu dan anggota masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. Negeri tersebut diperlukan upaya untuk meningkatkan menejemen Pegawai. Negeri Sipil sebagai bagian dari Pegawai Negeri.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Setiap bangsa mempunyai kebutuhan yang berbeda dalam hal

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Tidak ada masyarakat yang sepi dari kejahatan. Kejahatan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Anak merupakan genersi penerus bangsa di masa yang akan datang,

Institute for Criminal Justice Reform

UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 12 TAHUN 1995 TENTANG PEMASYARAKATAN DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Dewasa ini narapidana tidak lagi dipandang sebagai objek melainkan

BAB III LEMBAGA PEMASYARAKATAN ANAK DI INDONESIA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Permasalahan. Salah satu tujuan negara Indonesia sebagaimana termuat dalam

BAB I PENDAHULUAN. kekerasan. Tindak kekerasan merupakan suatu tindakan kejahatan yang. yang berlaku terutama norma hukum pidana.

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia. Layanan perpustakaan..., Destiya Puji Prabowo, FIB UI, 2009

BAB I PENDAHULUAN. Negara Hukum. Secara substansial, sebutan Negara Hukum lebih tepat

SKRIPSI PERAN BAPAS DALAM PEMBIMBINGAN KLIEN PEMASYARAKATAN YANG MENJALANI CUTI MENJELANG BEBAS. (Studi di Balai Pemasyarakatan Surakarta)

BAB I PENDAHULUAN. memberikan efek negatif yang cukup besar bagi anak sebagai korban.

PENGAWASAN PEMBERIAN REMISI TERHADAP NARAPIDANA DI LEMBAGA PEMASYARAKATAN (LAPAS) KLAS IIA ABEPURA

BAB I PENDAHULUAN. diberikan setiap tanggal 17 Agustus. 1 Pada hakekatnya semua narapidana

BAB I PENDAHULUAN. pemerintahan. Salah satu ciri negara hukum Indonesia yaitu adanya. yang bertugas mengawal jalannya pemeriksaan sidang pengadilan.

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Penjara bagi kalangan awam adalah tempat bagi penjahat/ kriminal

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Indonesia adalah Negara hukum, sebagaimana tertuang dalam

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia adalah Negara yang berdasarkan atas hukum, artinya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pidana penjara atau pemasyarakatan merupakan salah satu bagian dari

BAB I PENDAHULUAN. Kehidupan bermasyarakat, tidak lepas dari kaidah hukum yang mengatur

BAB I PENDAHULUAN. sosial dimana mereka tinggal.

BAB I PENDAHULUAN. tanggung jawab negara yang dalam hal ini diemban oleh lembaga-lembaga. 1) Kepolisian yang mengurusi proses penyidikan;

BAB I PENDAHULUAN. maupun dewasa bahkan orangtua sekalipun masih memandang pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. hukum seperti telah diatur dalam Pasal 12 Undang-Undang No. 35 Tahun

BAB I PENDAHULUAN. ada juga kejahatan yang dilakukan oleh anak-anak. Anak yaitu seorang yang belum berumur 18 tahun dan sejak masih dalam

BAB I PENDAHULUAN. Pasal 1 Ayat (3) UUD 1945 menyatakan bahwa, Indonesia adalah Negara

BAB 1 PENDAHULUAN. kemerdekaan bergerak seseorang, pada akhir tujuannya adalah untuk

BAB I PENDAHULUAN. bangsa, berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Penyelenggaraan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Syofiyatul Lusiana, 2015

BAB I PENDAHULUAN. tahun), termasuk anak yang masih dalam kandungan. 1 Anak adalah amanah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. UUD 1945 pasal 1 ayat (3) bahwa Negara Indonesia adalah negara hukum yang

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Tempat bagi pelaku tindak pidana yang dahulu dikenal dengan sebutan penjara kini telah berubah menjadi Lembaga Pemasyarakatan (LP). Hal itu dikarenakan perlakuan yang diterima Warga Binaan Pemasyarakatan dengan sistem kepenjaraan tidak sesuai dengan sistem pemasyarakatan berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945. Sistem pemenjaraan dianggap sangat menekankan pada unsur balas dendam dan penjeraan, serta tidak sejalan dengan konsep rehabilitasi dan reintegrasi sosial. Keberadaan sistem pemasyarakatan yang baru ini diharapkan para pelaku tindak pidana yang berada di bawah binaan LP dapat menjadi manusia seutuhnya, menyadari kesalahan, memperbaiki diri dan tidak mengulang tindak pidana sehingga dapat diterima kembali di lingkungan masyarakat, dapat berperan aktif dalam pembangunan, dan dapat hidup secara wajar sebagai warga yang baik dan bertanggung jawab, sebagaimana diatur dalam Pasal 2 Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan. Selain alasan di atas, perubahan kata penjara menjadi LP dikarenakan adanya pemikiran dari Sahardjo sewaktu menjadi Menteri Kehakiman dan pada saat penerimaan gelar Doctor Honoriscausa di Universitas Indonesia tahun 1963. Ia menyatakan bahwa narapidana 1

2 adalah orang yang tersesat yang mempunyai waktu dan kesempatan untuk bertobat. Tujuan pemasyarakatan untuk memperbaiki kehidupan sosial narapidana yang hidup di balik tembok penjara 1. Narapidana sebagai penghuni LP berhak mendapatkan pembinaan dan perlakuan yang adil, karena mereka bukan hanya objek melainkan juga subyek yang tidak berbeda dengan manusia lainnya yang sewaktuwaktu dapat melakukan kesalahan atau kekhilafan yang dapat dikenakan pidana, sehingga tidak harus diberantas. Pembinaan yang mereka dapatkan berupa pembinaan jasmani dan rohani, serta dijamin hak-hak mereka untuk menjalankan ibadahnya, berhubungan dengan pihak lain maupun keluarga, dan lain sebagainya. Hak-hak yang diterima para narapidana ini ternyata tidak memuaskan sebagian narapidana yang ada di dalam LP, dan mengakibatkan terjadinya diskriminasi atau pembedaan perlakuan yang diterima oleh penghuni LP. Pembedaan yang mencolok terjadi antara penjahat konvensional seperti pencuri, pembunuh, pemerkosa, dan penganiaya dengan elemen elite yang terlibat dalam kejahatan kerah putih (white collar crime) seperti korupsi dan suap-menyuap, atau antara narapidana yang mempunyai kedudukan tinggi (jabatan) di pemerintahan / narapidana yang memiliki kemampuan ekonomi tinggi dengan narapidana yang tidak mempunyai kedudukan / kemampuan ekonomi rendah. Temuan tersebut sebenarnya hanya membenarkan beberapa dugaan dan temuan 1 Petrus Irwan Panjaitan dan Pandapotan Simorangkir, 1995, Lembaga Pemasyarakatan dalam Perspektif Sistem Peradilan Pidana, Pustaka Sinar Harapan, Jakarta, hlm. 44.

3 sebelumnya, yang menyebutkan diskriminasi hukum bukan hanya terjadi saat masih dalam proses peradilan (penyidikan hingga vonis pengadilan), melainkan juga sampai ke tingkat pelaksanaan hukuman penjara 2. Diskriminasi terhadap tahanan yang terjadi di Rumah Tahanan (Rutan) ataupun LP bukan hal baru. Peristiwa seperti itu sudah lama terjadi di seluruh Indonesia, hanya saja baru akhir-akhir ini menjadi perbincangan publik ketika satgas mafia peradilan yang dibentuk pemerintah melakukan sidak ke Rutan Pondok Bambu, dan mendapatkan adanya tahanan yang diistimewakan 3. Salah satu tahanan yang diistimewakan adalah Arthalita Suryani, terpidana tindak pidana korupsi, yang menempati ruang tahanan seluas 3,5 meter x 6 meter. Di ruangan Arthalita ini terlihat fasilitas-fasilitas mewah seperti televisi flat 21 inchi, pendingin ruangan portable dan tempat tidur spring bed double. Selain itu ada juga alat kebugaran, meja rias, dan kamar mandi dalam dengan toilet duduk. Dibandingkan dengan ruangan tahanan lain hanya berupa kamar yang berisikan 12 hingga 15 orang tahanan, tidak memiliki televisi dan hanya memakai kipas angin. Tempat tidurnya hanya berupa kasur busa tipis. Dan para tahanan jika ingin mandi harus bersama-sama diluar kamar, karena tidak ada kamar mandi pribadi seperti yang dimiliki Arthalita. Peristiwa yang terjadi di LP seperti itu bertolak belakang dengan ketentuan di dalam Pasal 28 I ayat (2) Undang-Undang Dasar Republik 2 http://bataviase.co.id/detailberita, tanggal 11 Maret 2011 3 http://www.waspada.co.id/, diskriminasi-tahanan-lp-bukan-hal-baru, tanggal 16 Desember 2010

4 Indonesia Tahun 1945, yang menyatakan bahwa Setiap orang berhak bebas dari perlakuan yang bersifat diskriminatif atas dasar apapun dan berhak mendapatkan perlindungan terhadap perlakuan yang bersifat diskriminatif itu. Ketentuan itu tidak hanya berlaku bagi masyarakat pada umumnya, tetapi juga berlaku bagi masyarakat yang sedang menjalani masa pidana di Rutan atau LP. Bertolak dari latar belakang masalah sebagaimana diuraikan di atas, maka penulis tertarik untuk melakukan penulisan hukum/skripsi dengan judul Kajian Perlakuan Diskriminatif terhadap Pembinaan Narapidana di Lingkungan Lembaga Pemasyarakatan (Studi Kasus Lapas Klas IIA Wirogunan Yogyakarta). B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan di atas, maka penulis merumuskan permasalahan sebagai berikut: 1. Bagaimana perlakuan diskriminatif terhadap narapidana di lingkungan LP Wirogunan? 2. Bagaimana upaya LP Wirogunan untuk mencegah terjadinya perlakuan diskriminatif di lingkungan LP? C. Tujuan Penelitian Tujuan yang hendak penulis capai dalam penulisan ini, adalah sebagai berikut: 1. Untuk mengetahui perlakuan diskriminatif terhadap narapidana di lingkungan LP Wirogunan.

5 2. Untuk mengetahui upaya LP Wirogunan untuk mencegah terjadinya perlakuan diskriminatif di lingkungan LP. D. Manfaat Penelitian 1. Bagi penulis yaitu untuk mendapatkan data sebagai bahan penulisan hukum. 2. Bagi ilmu pengetahuan yaitu hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi ilmu pengetahuan khususnya hukum pidana, mengenai adanya perlakuan diskriminatif terhadap narapidana yang terjadi di dalam LP. 3. Bagi masyarakat yaitu memberikan sumbangan pikiran kepada seluruh masyarakat mengenai adanya perlakuan diskriminatif terhadap narapidana yang terjadi di dalam LP. E. Keaslian Penelitian Penulisan hukum/skripsi dengan judul KAJIAN PERLAKUAN DISKRIMINATIF TERHADAP PEMBINAAN NARAPIDANA DI LINGKUNGAN LEMBAGA PEMASYARAKATAN ini merupakan hasil karya asli penulis dan bukan merupakan duplikasi atau plagiasi dari hasil karya penulis lain. Adapun apabila terdapat kesamaan dalam beberapa aspek atau tema, maka penulisan ini diharapkan dapat menjadi literatur pelengkap dan/atau pembanding bagi pihak-pihak yang membutuhkan pengetahuan mengenai perlakuan diskriminatif terhadap narapidana, khususnya di lingkungan Lapas Klas IIA Wirogunan Yogyakarta.

6 F. Batasan Konsep Penulis akan menguraikan pengertian-pengertian tinjauan yuridis mengenai Kajian Perlakuan Diskriminatif terhadap Pembinaan Narapidana di Lingkungan Lembaga Pemasyarakatan. a. Perlakuan adalah perbuatan yang dikenakan terhadap sesuatu atau orang 4. b. Diskriminatif adalah bersifat diskriminasi 5. c. Pembinaan adalah segala macam usaha atau kegiatan yang bertujuan untuk menumbuhkan, mengembangkan, meningkatkan potensi yang ada dalam diri manusia. d. Narapidana menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan Pasal 1 Ayat (7) adalah Terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di LAPAS. e. Lembaga Pemasyarakatan menurut Undang-Undang Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan Pasal 1 Ayat (3) adalah tempat untuk melaksanakan pembinaan Narapidana dan Anak Didik Pemasyarakatan. Jadi perlakuan diskriminatif terhadap pembinaan narapidana di lingkungan LP adalah perbuatan yang bersifat diskriminasi yang dikenakan terhadap terpidana yang menjalani pidana hilang kemerdekaan di tempat pelaksanaan pembinaan narapidana dan anak didik pemasyarakatan dengan tujuan menumbuhkan, meningkatkan, 4 Kamus Besar Bahasa Indonesia, 2001, Balai Pustaka, Jakarta, hlm. 269. 5 Ibid., hlm. 628.

7 mengembangkan potensi yang ada dalam diri Warga Binaan Pemasyarakatan. G. Metode Penelitian 1. Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan peneliti adalah penelitian hukum normatif. Penelitian hukum normatif adalah jenis penelitian hukum yang membutuhkan data sekunder sebagai data utama, sedangkan data primer sebagai penunjang. Data sekunder terdiri dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. Bahan hukum primer merupakan bahan hukum yang berupa peraturan perundang-undangan dan bahan hukum sekunder merupakan pendapat hukum yang dapat diperoleh dari buku, internet, surat kabar, majalah, tabloid, hasil penelitian orang lain, dan jurnal. 2. Sumber Data Adapun data yang digunakan dalam penelitian ini merupakan data sekunder yang bersumber dari bahan hukum primer dan bahan hukum sekunder. a. Bahan Hukum Primer Bahan hukum primer terdiri dari: 1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1945 2) Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 1995 tentang Pemasyarakatan, Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 77.

8 b. Bahan Hukum Sekunder Bahan hukum sekunder berupa pendapat hukum yang dapat diperoleh dari buku, internet, surat kabar, majalah, tabloid, hasil penelitian orang lain, dan jurnal yang berkaitan dengan masalah yang diteliti. 3. Metode Pengumpulan Data Pengumpulan data penelitian ini dilakukan dengan cara studi dokumen baik terhadap peraturan perundang-undangan maupun bahanbahan pustaka lainnya yang terkait dengan permasalahan yang diteliti. Selain itu, peneliti juga melakukan wawancara langsung dengan narasumber dengan menggunakan pertanyaan-pertanyaan yang telah disiapkan sebagai pedoman. 4. Narasumber Narasumber adalah subyek yang memberikan jawaban atas pertanyaan peneliti yang berupa pendapat hukum yang berkaitan dengan permasalahan hukum yang diteliti, yaitu: a. Kepala Lapas Klas IIA Wirogunan Yogyakarta. b. Narapidana penghuni Lapas Klas IIA Wirogunan Yogyakarta. 5. Metode Analisis Metode analisis data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif, yaitu data yang diperoleh dari penelitian disajikan dan diolah berdasarkan kualitas dan kebenarannya. Proses penalaran dalam menarik kesimpulan digunakan metode deduktif,

9 yaitu penalaran dari hal yang bersifat umum ke hal yang bersifat khusus. H. Sistematika Penulisan Hukum BAB I: Pendahuluan Berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, keaslian penelitian, batasan konsep, metode penelitian, dan sistematika penulisan hukum. BAB II: Pembahasan Berisi Tinjauan Umum Perlakuan Diskriminatif Narapidana, Tinjauan Umum Lembaga Pemasyarakatan, Kajian Perlakuan Diskriminatif terhadap Pembinaan Narapidana di Lingkungan LP Wirogunan Yogyakarta. BAB III: Penutup Berisi kesimpulan dan saran.