HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN ASERTIVITAS DENGAN PERILAKU PROSOSIAL REMAJA. Skripsi

dokumen-dokumen yang mirip
Tri Windha Isnandar F

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat terbiasa dengan perilaku yang bersifat individual atau lebih

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, individu, dan berketuhanan.

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN EMOSI DENGAN INTENSI ALTRUISME PADA SISWA SMA N 1 TAHUNAN JEPARA

HUBUNGAN ANTARA KETERGANTUNGAN TERHADAP TEMAN SEBAYA DENGAN PERILAKU ANTISOSIAL PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. Perilaku altruistik adalah salah satu dari sisi sifat manusia yang dengan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, individu, dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. lain baik orang terdekat seperti keluarga ataupun orang yang tidak dikenal, seperti

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia dalam kehidupan sehari-harinya dituntut untuk dapat berperan sebagai

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pada umumnya keteraturan, kedamaian, keamanan dan kesejahteraan dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. kemampuan untuk saling tolong-menolong ketika melihat ada orang lain yang

BAB I PENDAHULUAN. memberikan perhatian yang nyata untuk kesejahteraan orang lain, dan merasa

BAB I PENDAHULUAN. Manusia diciptakan oleh Tuhan Yang Maha Esa sebagai makhluk sosial,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. secara bertahap yaitu adanya suatu proses kelahiran, masa anak-anak, remaja,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. pertolongan orang lain dalam menjalani kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari

BAB I PENDAHULUAN. sendiri. Sebagai makhluk sosial manusia tumbuh bersama-sama dan mengadakan

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Manusia dikatakan makhluk sosial yang mempunyai akal pikiran di

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. dengan pepatah berat sama dipikul, ringan sama dijinjing. Nilai kesetiakawanan,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk ciptaan Allah SWT yang dikaruniai banyak

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia selain sebagai makhluk pribadi, juga merupakan makhluk sosial.

PERBEDAAN PERILAKU ASERTIF ANTARA ETNIS JAWA DENGAN ETNIS DAYAK

HUBUNGAN PERILAKU ASERTIF DENGAN KENAKALAN REMAJA PADA SISWA SMP NEGERI 6 KOTA TEBING TINGGI Marlise Butar Butar Surel :

BAB I PENDAHULUAN. Siswa sebagai generasi muda diharapkan berani untuk mengemukakan

HUBUNGAN ANTARA EMPATI DENGAN PERILAKU PROSOSIAL PADA KARANG TARUNA DI DESA JETIS, KECAMATAN BAKI, KABUPATEN SUKOHARJO NASKAH PUBLIKASI

BAB II LANDASAN TEORI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia merupakan makhluk sosial yang diciptakan untuk berdampingan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk sosial yang tidak bisa hidup tanpa

BAB I PENDAHULUAN. untuk memenuhi kebutuhannya, sehingga dalam menjalani interaksinya manusia

BAB I PENDAHULUAN. atau interaksi dengan orang lain, tentunya dibutuhkan kemampuan individu untuk

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Manusia merupakan makhluk sosial yang diciptakan untuk. dasarnya ia memiliki ketergantungan. Inilah yang kemudian menjadikan

HUBUNGAN ANTARA KECERDASAN RUHANI DAN TIPE KEPRIBADIAN EKSTROVERT TERHADAP PERILAKU PROSOSIAL PADA SANTRI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. keluarga, lingkungan teman sebaya sampai lingkungan masyarakat.

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang Masalah. serta kebutuhan memungkinkan terjadinya konflik dan tekanan yang dapat

I. PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial kita tidak akan mampu mengenal dan dikenal tanpa

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah merupakan

HUBUNGAN ANTARA ASERTIFITAS DENGAN KECENDERUNGAN MENGALAMI KEKERASAN EMOSIONAL PADA PEREMPUAN YANG BERPACARAN SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA DI SMA ISLAM SULTAN AGUNG 1 SEMARANG. Rheza Yustar Afif ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Komunikasi adalah peristiwa sosial yang terjadi ketika manusia berinteraksi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sekaligus menggiring manusia memasuki era globalisasi ini, agaknya memiliki

Perpustakaan Unika LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

2015 PEMBELAJARAN TARI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN EMPATI SISWA KELAS VII A DI SMPN 14 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. Menolong merupakan salah satu tindakan yang diharapkan muncul dalam

BAB I PENDAHULUAN. Dalam masa perkembangan negara Indonesia, pendidikan penting untuk

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. adalah bahwa aksi-aksi kekerasan baik individual maupun massal sudah

BAB I PENDAHULUAN. terjadi perubahan-perubahan baik dalam segi ekonomi, politik, maupun sosial

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan pendidikan kedua setelah lingkungan keluarga, manfaat

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. proses hidup, manusia selalu membutuhkan orang lain mulai dari lingkungan

I. PENDAHULUAN. berkembang melalui masa bayi, kanak-kanak, remaja, dewasa hingga. Hubungan sosial pada tingkat perkembangan remaja sangat tinggi

BAB I PENDAHULUAN. Organisasi adalah kesatuan (entity) sosial yang dikoordinasikan secara sadar, dengan

DIMANA BUMI DIPIJAK DISITU LANGIT DIJUNJUNG

HUBUNGAN ANTARA POLA ASUH DEMOKRATIS ORANG TUA DAN KEMANDIRIAN DENGAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN MASALAH PADA REMAJA SKRIPSI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. manusia lainnya, untuk itu manusia membutuhkan interaksi dengan orang lain

HUBUNGAN ANTARA KETELADANAN PENDIDIK DALAM INTERAKSI EDUKATIF DENGAN KEMANDIRIAN BELAJAR SISWA SKRIPSI

ASERTIVITAS DALAM PEMILIHAN STUDI LANJUT SISWA KELAS XII SMA DITINJAU DARI PERSEPSI TERHADAP POLA ASUH ORANGTUA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan saat yang penting dalam mempersiapkan

BAB I PENDAHULUAN. sejak masih zaman Yunani kuno. Para filsuf klasik berpandangan bahwa bagian

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu mempunyai kepribadian yang berbeda-beda. Menurut Hurlock

BAB I PENDAHULUAN. dihasilkan sangat berpengaruh pada minat konsumen untuk memilih dan

PERILAKU ASERTIF PADA REMAJA AWAL MADE CHRISTINA NOVIANTI DR. AWALUDDIN TJALLA ABSTRAKSI

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG MASALAH

BAB II KAJIAN TEORITIS DAN HIPOTESIS

HUBUNGAN ANTARA KEPRIBADIAN EKSTROVERT DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Pembinaan generasi muda diarahkan untuk mempersiapkan kader penerus

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merupakan masa yang banyak mengalami perubahan dalam status emosinya,

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Pada prinsipnya sebagai makhluk sosial, antara individu yang satu dengan

BAB I PENDAHULUAN. minat, bakat dan potensi yang dimiliki oleh siswa. Melalui kegiatan olahraga

BAB I PENDAHULUAN. Manusia dalam perkembangannya memiliki suatu tugas berupa tugas. Pemenuhan terhadap tugas perkembangan dapat dibantu melalui proses

BAB I PENDAHULUAN. lingkungan sosialnya. Pada adaptasi, bentuk penyesuaian dirinya berupa fisik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. makhluk sosial. Pada kehidupan sosial, individu tidak bisa lepas dari individu

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Seiring dengan kemajuan teknologi dan komunikasi pada saat ini semakin

BAB I PENDAHULUAN. diupayakan dan mewujudkan potensinya menjadi aktual dan terwujud dalam

LAPORAN PENELITIAN HUBUNGAN ANTARA EGOSENTRISME DAN KECENDERUNGAN MENCARI SENSASI DENGAN PERILAKU AGRESI PADA REMAJA. Skripsi

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. kelompok dapat ditarik beberapa kesimpulan sebagai berikut.

HUBUNGAN ANTARA INTENSITAS MENONTON TAYANGAN REALITY SHOW TELEVISI DENGAN PERILAKU PROSOSIAL REMAJA

BAB I PENDAHULUAN. Sebagai mahluk sosial, manusia senantiasa hidup bersama dalam sebuah

BAB I PENDAHULUAN. ternyata membawa pengaruh dan perubahan perubahan yang begitu besar

NASKAH PUBLIKASI HUBUNGAN ANTARA KEMANDIRIAN DENGAN ASERTIVITAS PADA REMAJA YANG TINGGAL DI PANTI ASUHAN YATIM PIATU

BAB I PENDAHULUAN. memiliki konsep diri dan perilaku asertif agar terhindar dari perilaku. menyimpang atau kenakalan remaja (Sarwono, 2007).

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA DENGAN PRESTASI BELAJAR SISWA. Skripsi

BAB II LANDASAN TEORI. mau dan mampu mewujudkan kehendak/ keinginan dirinya yang terlihat

PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. penuh keramahan. Namun akhir-akhir ini banyak ahli yang harus berpikir

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan fenomena manusia yang fundamental, yang juga

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH Manusia pada hakikatnya adalah mahluk sosial yaitu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Manusia adalah makhluk yang tidak bisa hidup tanpa manusia lain dan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terhadap perilakunya seseorang perlu mencari tahu penyebab internal baik fisik,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. bersifat fisik maupun rohani (Ahid, 2010: 99). Beberapa orang juga

3. Emosi subyek ketika menjawab pertanyaan interview. 4. Bagaimana kebudayaan etnis Cina dalam keluarga subyek?

I. PENDAHULUAN. dalam berbagai aspek kehidupan. Dalam kehidupan sehari-hari, sering

HUBUNGAN ANTARA ATRIBUSI DENGAN PERILAKU ASERTIF PADA REMAJA PANTI ASUHAN NASKAH PUBLIKASI

TUGAS SKALA PSIKOLOGI DENGAN TEMA KECERDASAN MORAL (PRIBADI-SOSIAL)

Transkripsi:

HUBUNGAN ANTARA HARGA DIRI DAN ASERTIVITAS DENGAN PERILAKU PROSOSIAL REMAJA Skripsi Untuk memenuhi sebagian persyaratan dalam mencapai derajat Sarjana S-1 Diajukan oleh : Nur Asia F 100 020 212 FAKULTAS PSIKOLOGI UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2008

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pada dasarnya manusia adalah makhluk sosial, individu, dan berketuhanan. Sebagai makhluk sosial, individu dalam kehidupan sehari-hari melakukan interaksi dengan individu lain. Manusia tidak dapat melepaskan diri dari lingkungannya. Lingkungan dalam hal ini baik lingkungan fisik maupun lingkungan psikis. Lingkungan fisik, yaitu alam benda-benda yang konkret, sedangkan lingkungan psikis adalah jiwa raga individu-individu dalam lingkungan, ataupun lingkungan rohaniah (Walgito, 2003). Gerakan modernisasi yang meliputi segenap aspek kehidupan manusia menimbulkan terjadinya pergeseran pada pola interaksi antar individu dan berubahnya nilai-nilai dalam kehidupan bermasyarakat. Interaksi antar individu menjadi bertambah longgar dan kontak sosial yang terjadi semakin rendah kualitas dan kuantitasnya. Papilaya, (2002) mengemukakan bahwa manusia Indonesia ditengarai mulai menunjukkan ciri-ciri dan karakteristik kepribadian yang individualistik, materialistik dan hedonistik. Sinyalemen ini diperkuat oleh adanya kenyataan yang berkembang dalam masyarakat yang menunjukkan masyarakat Indonesia menjadi mudah kehilangan pertimbangan terhadap efek perilakunya terhadap sesama warga bangsa seperti terjadinya tragedi kemanusiaan di Ambon dan Aceh atau kurusuhan Mei 1998 yang banyak menyebabkan korban tewas pada rakyat Indonesia itu sendiri Pada masa orde baru sebetulnya telah banyak upaya yang dilakukan untuk memelihara, meningkatkan serta mengembangkan nilai-nilai luhur bangsa dan kesetiakawanan sosial di antara warga bangsa yang cukup intensif seperti tercermin

dalam Penataran P4 dan Gerakan Kesetiakawanan Sosial Nasional, serta berbagai upaya yang dilakukan masyarakat. Upaya-upaya tersebut nampaknya belum optimal dapat memelihara, meningkatkan dan mengembangkan nilai-nilai budaya bangsa yang luhur dan terpeliharanya kesetiakawanan sosial yang tinggi di antara warga bangsa. Menurut Hamidah (2002) banyak orang cenderung egois dan berbuat untuk mendapatkan suatu imbalan (materi). Sikap ini menimbulkan ketidakpedulian terhadap lingkungan sosialnya. Dampaknya terutama di kota-kota besar, remaja menampakkan sikap materialistik, acuh pada lingkungan sekitar dan cenderung mengabaikan normanorma yang tertanam sejak dulu. Remaja merupakan golongan masyarakat yang mudah kena pengaruh dari luar. Hal ini tampak pada kecenderungan untuk lebih mementingkan diri sendiri daripada orang lain. Jadi, tidaklah mengherankan apabila di kota-kota besar tersebut nilai-nilai pengabdian, kesetiakawanan dan tolong-menolong mengalami penurunan sehingga yang nampak adalah perwujudan kepentingan diri sendiri dan rasa individualis. Ini memungkinkan orang tidak lagi mempedulikan orang lain dengan kata lain enggan untuk melakukan tindakan prososial Sebagai gambaran tentang perilaku sosial di masyarakat mengenai perilaku prososial yang semakin pudar, misalnya kejadian-kejadian didalam bus dimana seorang lanjut usia atau wanita yang sedang hamil berdiri berdesakan dengan penumpang yang lain, sementara yang muda dengan enaknya duduk tanpa peduli terhadap orang lain atau wanita hamil. Bisa dilihat bagaimana individu sudah tidak peduli lagi dengan individu yang lain, tidak menghormati individu yang lebih tua, tidak mau berkorban, tidak mau berbagi apalagi memperhatikan dan mementingkan individu yang lain, contoh lain yaitu ketika terjadi kecelakaan lalu lintas di jalan raya, sebagian masyarakat lebih banyak yang menonton dari pada memberikan pertolongan secara spontan, ataupun dalam peristiwa-

peristiwa tawuran atau perkelahian antara remaja, masyarakat juga tidak banyak yang ikut melerai ataupun menolong dengan segara korban yang terluka (Susanto, 2006). Perilaku prososial pada dasarnya ada pada setiap manusia, hal ini terjadi karena naluri alamiah manusia sebagai makhluk yang saling membutuhkan tidak akan dapat dihilangkan pada diri manusia. Rasa ketergantungan seperti kebutuhan untuk dibantu ketika terkena musibah muncul secara spontan. Sedangkan rasa iba bagi orang lain yang melihat juga akan muncul secara spontan tanpa dapat dibendung. Hanya saja prosentase perilaku munculnya prososial sangat kecil karena sangat terkait dengan faktor-faktor serta aspek-aspek yang berperan dalam terciptanya perilaku prososial. Teknologi yang semakin maju seakan mengukung hidup individu lepas dari dunia individu yang lainnya, bahkan untuk sekedar bertemu muka dengan tetangga sebelah rumah pun seperti tidak ada waktu lagi, yang terjadi adalah individu menjadi seorang yang individualisme. Perilaku prososial seakan hanya menjadi ajang pamer kekayaan sehingga nilai keikhlasan dalam memberi hilang (Papilaya, 2002). Perilaku prososial pada individu khususnya remaja umumnya muncul dengan jalan melakukan peniruan atau imitasi terhadap teman-temannya, bila remaja mampu berperilaku menyenangkan orang lain maka akan mendapatkan reward atau hadiah atas perilaku yang bisa diberikan dalam bentuk pujian dan penerimaan dari anggota kelompok terhadap kehadiran remaja. Pada masa remaja perilaku prososial yang dilakukan lebih berorientasi pada hubungan remaja dengan orang lain. Remaja ingin ikut aktif serta secara aktif melibatkan diri dalam kegiatan-kegiatan social dan mempunyai harapan untuk bisa membantu memecahkan persoalan yang dihadapi oleh orang lain (Susanto,. 2006)

Perilaku prososial pada remaja muncul karena hasil interaksi atau keterkaitan antara berbagai macam faktor atau sebab. Penelitian ini akan difokuskan pada dua variabel yang relevan dengan karakteristik remaja dalam perkembangan psikis dan sosial remaja yaitu harga diri dan asertivitas. Calhoun dan Accocela (1996) mengatakan bahwa harga diri atau self esteem adalah rasa nilai diri seseorang, hal itu berasal dari seluruh pikiran, perasaan, sensasi dan pengalaman yang telah dikumpulkan sepanjang hidup. Setiap orang memerlukan harga diri berapapun usia, jenis kelamin, latar belakang budaya atau arah pekerjaan dalam hidupnya, harga diri hampir mempengaruhi setiap segi kehidupan, dengan terpenuhinya harga diri individu tersebut akan merasa senang, dan individu yang merasa senang dalam hidupnya akan mampu memecahkan masalah dengan penuh tanggung jawab dan keyakinan, untuk memperoleh harga diri yang tinggi bisa dari berbagai aspek kehidupan individu tersebut, harga diri juga memegang peranan penting dan mempunyai pengaruh yang sangat besar terhadap tingkah laku individu, dengan harga diri tinggi akan membuat individu tersebut lebih ambisius, dalam arti meletakkan aspirasinya pada tingkat lebih tinggi. Harga diri yang dimiliki remaja akan mempengaruhi perilakunya dalam hubungan sosial dengan individu lain. Harga diri tinggi akan berpengaruh pada perilaku positif. Sebaliknya harga diri rendah akan membawa pengaruh yang kurang baik bagi perilaku individu. Aditomo dan Retnowati (2004) mengemukakan bahwa harga diri berpengaruh dalam sikap remaja dalam kehidupan sehari-hari, remaja dengan harga diri rendah cenderung bersikap negatif dalam perilakunya dan merasa tidak dihargai, tidak diterima dan diperlakukan kuarang baik oleh orang lain, sebaliknya remaja dengan harga diri tinggi cenderung bersikap positif dalam perilakunya, individu mampu melihat dirinya

berharga, diterima dan diperlakukan baik oleh orang lain. Begitu pula dalam konteks perilaku prososial, harga diri diperlukan agar remaja mampu melakukan tindakan yang menuntut pengorbanan (ikhlas) untuk membantu orang lain sesuai dengan apa yang diharapkan. Perilaku prososial selain berkaitan dengan harga diri, juga berkaitan dengan asertivitas, karena asertivitas yang baik juga akan mempengaruhi perilaku individu dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Mu tadin (2005) asertif adalah kemampuan untuk menyampaikan pendapat, gagasan, perasaan, dan kepentingan secara langsung kepada siapapun. Namun sikap asertif ini jangan disamakan dengan sikap agresif. Sikap asertif bersifat jujur, obyektif, tidak dipengaruhi oleh judgement, atau hal-hal yang bersifat emosionil. Rini (2001) mengemukakan asertivitas adalah perilaku yang menampakkan kemampuan untuk mengkomunikasikan apa yang diinginkan, dirasakan dan dipikirkan kepada orang lain namun dengan tetap menjaga dan menghargai hak-hak serta perasaan pihak lain. Seseorang dikatakan mampu bersikap asertif jika dirinya mampu bersikap tulus dan jujur dalam mengekspresikan perasaan, pikiran dan pandangan pada pihak lain sehingga tidak merugikan atau mengancam integritas pihak lain Aviatin (2004) mengemukakan bahwa dalam konteks kesehatan mental, asertivitas memiliki peran yang penting. Individu yang memiliki asertivitas tinggi berarti mampu mengekspresikan pikiran dan perasaan, jujur dan relatif mudah. Orang asertif mengarah pada tujuan, jujur, terbuka, penuh percaya diri. Perilaku asertif terkandung perilaku kesanggupan bermasyarakat, berempati dan berkomunikasi baik verbal maupun non verbal. Individu yang asertivitasnya tinggi sadar akan kelebihan-

kelebihan yang dimiliki dan memandang kelebihan-kelebihan tersebut lebih penting dari pada kelemahannya, begitu pula sebaliknya. Asertivitas seseorang dapat ditunjukkan dengan mengkomunikasikan kebutuhan, keinginan, perasaan atau opini kepada orang lain dengan cara langsung dan jujur tanpa bermaksud menyakiti perasaan siapapun. Pada umumnya orang yang asertif dalam kehidupannya sehari-hari, mampu mengenal dirinya sendiri dengan baik, sehingga mampu menentukan pilihan keinginan dan tujuan hidupnya tanpa haras mempengaruhi orang lain. Remaja dengan asertivitas tinggi diharapkan mampu membela dirinya sendiri maupun orang lain ketika diperlakukan tidak adil, mampu memberikan tanggapan terhadap masalah yang dihadapi yang dapat mempengaruhi hidupnya, serta mampu menyatakan keinginannya secara tegas terhadap orang lain, oleh karena itu diharapkan semakin tinggi asertivitas remaja maka akan semakin menumbuhkan perilaku prososial. B. Rumusan Masalah Modernisasi yang meliputi segenap aspek kehidupan manusia menimbulkan terjadinya pergeseran pada pola interaksi antar individu dan berubahnya nilai-nilai dalam kehidupan bermasyarakat. Interaksi antar individu menjadi bertambah longgar dan kontak sosial yang terjadi semakin rendah kualitas dan kuantitasnya menyebabkan remaja menghadapi realitas perubahan sosial yang hebat, karena remaja merupakan generasi muda yang paling rentan terhadap berbagai perubahan nilai dalam hidup, seperti rentannya terhadap nilai-nilai hidup yang berorientasi material, global dan universal sehingga menjadi individualistik, materialistik dan hedonik, sehingga upaya mengungkap bagaimana kecenderungan perilaku prososial mereka dalam perubahan sosial yang berlangsung cepat kiranya juga perlu diungkap.

Berdasarkan uraian-uraian di atas maka rumusan masalah yang dikemukakan adalah: apakah ada hubungan antara harga diri dan asertivitas dengan perilaku prososial pada remaja. Mengacu pada permasalahan tersebut maka penulis tertarik untuk mengetahui lebih lanjut dengan mengadakan penelitian berjudul Hubungan antara Harga Diri dan Asertivitas dengan Perilaku Prososial pada Remaja. C. Tujuan Penelitian Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui hubungan antara harga diri dan asertivitas dengan perilaku prososial pada remaja, dan mengetahui Seberapa besar pengaruh atau sumbangan efektif harga diri dan asertivitas terhadap perilaku prososial pada remaja. D. Manfaat Penelitian Penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat secara praktis, khususnya bagi: 1. Bagi remaja yang menjadi subjek penelitian ini memberikan informasi dan pemahaman tentang keterkaitan antara harga diri dan asertivitas dengan perilaku prososial pada remaja sehingga remaja diharapkan mampu mengurangi sifat egoisme atau individualisnya agar dapat bekerjasama dengan orang lain, saling tolong menolong dengan ikhlas dengan orang lain yang membutuhkan tanpa mengharap imbalan tertentu. 2. Bagi peneliti selanjutnya. Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai acuan maupun perbandingan dalam pengembangan penelitian tentang hubungan antara harga diri dan asertivitas dengan perilaku prososial pada remaja sehingga pada penelitianpenelitian selanjutnya dapat menghasilkan hasil empiris yang lebih banyak dan benarbenar dapat dimanfaatkan secara luas bagi pengembangan ilmu pengetahuan khususnya dalam bidang psikologi sosial.

DAFTAR PUSTAKA Aditomo, A. dan Retnowati S. 2004. Harga diri, Harga Diri dan Kecenderungan Depresi pada Remaja Akhir. Jurnal Psikologi. No.1, 1-15. 2003. Aviatin T.S. 2004. Pengaruh Program Kelompok AJI dalam Pengingkatan Harga Diri, Asertivitas dan Pengetahuan Mengenai NAPZA untuk Prevensi Penyalahgunaan NAPZA pada Remaja. Jurnal Psikologi. No.1, 28-54. 2003. Mahmud H.R. 2003. Hubungan Antara Gaya Pengasuhan Orangtua dengan Perilaku prososial Anak. Jurnal Psikologi. Vol. 11. No.1 2003. Mahmud H.R. 2003. Hubungan Antara Gaya Pengasuhan Orangtua dengan Tingkah Laku Prososial Anak. Jurnal Psikologi. Vol. 11. No.1 2003. Rini, JF. 2001. e.psychology.com : Yahoo@.com. Papilaya, 2002. Proposal Untuk Pemecahan Masalah Fundamental Kerusuhan Ambon "MENUJU KEHIDUPAN BERBANGSA YANG BERPARADIGMA BHINNEKA TUNGGAL IKA" www. ( http://www.fica.org/hr ) is