PENGARUH UMUR FISIOLOGIS KECAMBAH BENIH SUMBER EKSPLAN

dokumen-dokumen yang mirip
I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hipogea L.) merupakan salah satu komoditas pertanian

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu tanaman palawija yang

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) memiliki peran strategis dalam pangan

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max [L] Merr.) adalah salah satu komoditas utama kacangkacangan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan kacang tanah dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

PELATIHAN KULTUR JARINGAN ANGGREK TAHUN 2013 MATERI 4 BAHAN TANAM (EKSPLAN) DALAM METODE KULTUR JARINGAN. Oleh: Paramita Cahyaningrum Kuswandi, M.Sc.

REGENERASI EKSPLAN MELALUI ORGANOGENESIS DAN EMBRIOGENESIS SOMATIK

Teknik Kultur In Vitro Tanaman. Bab I : Pendahuluan 9/16/2012

I. PENDAHULUAN. Masalah mengenai tebu yang hingga kini sering dihadapi adalah rendahnya

KULIAH DASAR BIOTEKNOLOGI

TINJAUAN PUSTAKA Kultur Jaringan Tanaman Eksplan

BIOTEKNOLOGI TERMINOLOGI DAN MACAM KULTUR JARINGAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. tumbuhan di Indonesia merupakan sumber plasma nutfah yang sangat potensial

I. PENDAHULUAN. Kedelai (Glycine max (L.) Merr.) merupakan komoditas pangan sebagai sumber

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan jenis tanaman polong-polongan

TEKNOLOGI PERBANYAKAN BIBIT PISANG ABAKA DENGAN KULTUR JARINGAN DR IR WENNY TILAAR,MS

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN Perkembangan Umum Kultur Pada Kultivar Jerapah dan Sima

I. PENDAHULUAN. Anggrek bulan (Phalaenopsis amabilis (L.) Blume) merupakan jenis. pesona, bahkan menjadi penyumbang devisa bagi negara.

I. PENDAHULUAN. Ubi kayu merupakan tanaman perdu yang berasal dari Benua Amerika, tepatnya

PENDAHULUAN. Latar Belakang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA

KULTUR JARINGAN TANAMAN

Kombinasi Embriogenesis Langsung dan Tak Langsung pada Perbanyakan Kopi Robusta. Reny Fauziah Oetami 1)

Regenerasi Tanaman secara In Vitro dan Faktor-Faktor Yang Mempenaruhi

TINJAUAN PUSTAKA. Botani Melon (Cucumis melo L.)

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

I. PENDAHULUAN. menggunakan satu eksplan yang ditanam pada medium tertentu dapat

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

TEKNOLOGI KULTUR JARINGAN PERBANYAKAN TANAMAN SELAIN BENIH. Oleh : Nur Fatimah, S.TP PBT Pertama BBP2TP Surabaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PENDAHULUAN Latar Belakang

Teknologi Kultur Jaringan Tanaman. Bab I : Pendahuluan 3/24/2011

LAPORAN PRAKTIKUM KULTUR JARINGAN TANAMAN

I. PENDAHULUAN. di dunia setelah gandum dan jagung. Padi merupakan tanaman pangan yang

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

BAB I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang

TINJAUAN PUSTAKA Botani Melon

Isi Materi Kuliah. Pengertian Kalus. Aplikasi Kultur Kalus. Kultur Kalus 6/30/2011

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. dalam kelas Liliopsida yang merupakan salah satu tumbuhan berbunga lidah dari

PENGARUH KONSENTRASI NAA DAN KINETIN TERHADAP MULTIPLIKASI TUNAS PISANG (Musa paradisiaca L. cv. Raja Bulu ) SECARA IN VITRO

PENDAHULUAN. Latar Belakang. Tanaman karet merupakan komoditi perkebunan yang penting dalam

REGENERASI IN VITRO EMPAT VARIETAS KEDELAI (Glycine max [L.] Merr.) MELALUI ORGANOGENESIS MENGGUNAKAN EKSPLAN BIJI YANG DIIMBIBISI DAN DIKECAMBAHKAN

TINJAUAN PUSTAKA. Kedudukan krisan dalam sistematika tumbuhan (Holmes,1983)

I. PENDAHULUAN. energi utama umat manusia diperoleh dari bahan bakar fosil. Masalahnya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Klasifikasi dan Morfologi Kelapa Sawit (Elaeis guineensis jacq.)

BAB I PENDAHULUAN. Purwoceng (Pimpinella pruatjan Molk. atau Pimpinella alpine Molk.

No. 02 Hasil Penelitian Tahun Anggaran 2010

II. TINJAUAN PUSTAKA. Tanaman tebu (Saccharum officinarum L.) tergolong dalam famili Graminae yaitu

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. 1.1 Pengaruh Pembentukan Kalus Pada Media MS Kombinasi ZPT BAP dan 2,4-D.

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

REGENERASI TANAMAN SENGON (Albizia falcataria) MELALUI MULTIPLIKASI TUNAS AKSILAR DENGAN PENGGUNAAN KOMBINASI ZPT DAN AIR KELAPA SKRIPSI.

BAB I PENDAHULUAN. biji. Setiap bagian tumbuhan akar, batang, daun dan biji memiliki senyawa

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

III. BAHAN DAN METODE. Penelitian ini dilaksanakan di Laboratorium Kultur Jaringan, Gedung

BAB I PENDAHULUAN. mudah diperbanyak dan jangka waktu berbuah lebih panjang. Sedangkan

BAB 1 TIPE KULTUR JARINGAN TANAMAN

Kultur Jaringan Menjadi Teknologi yang Potensial untuk Perbanyakan Vegetatif Tanaman Jambu Mete Di Masa Mendatang

I. PENDAHULUAN. setelah beras. Selain itu juga digunakan sebagai pakan ternak dan bahan baku

I. PENDAHULUAN. Asia Tenggara, dan telah tersebar ke seluruh dunia termasuk Indonesia. Tanaman

PEMBAHASA. Proses Pengadaan Bahan Tanaman

Topik VI. METODE BIOTEKNOLOGI TANAMAN

BAB I PENDAHULUAN. terutama di negara-negara berkembang dan yang sedang berkembang baik di

BAB I PENDAHULUAN. mencapai lebih dari 800 juta US$ dan meningkat menjadi lebih dari 1.2 milyar

BAB I PENDAHULUAN. Tumbuhan tegakan berkayu banyak tumbuh dalam ekosistem hutan.

SKRIPSI. Oleh : RATRIANA RINDA FITRISWARI NPM :

HASIL DAN PEMBAHASAN

13/10/2012 PENDAHULUAN. REVIEW KULTUR JARINGAN CENDANA (Santalum album L.)

TINJAUAN PUSTAKA Tanaman Pisang

HASIL DAN PEMBAHASAN

Kultur Jaringan Tanaman Kopi. Rina Arimarsetiowati 1) Pusat Penelitian Kopi dan Kakao Indonesia, Jl. PB. Sudirman 90 Jember 68118

PENDAHULUAN. stroberi modern (komersial) dengan nama ilmiah Frageria x ananasa var

BAB II KAJIAN PUSTAKA. 2.1 Brokoli (Brassica oleracea L. var. italica Plenck) Struktur morfologi brokoli berupa akar, tangkai, daun dan bunga (Gambar

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. 2.1 Klasifikasi Tanaman Anggrek Vanda tricolor Lindl. var. suavis

TINJAUAN PUSTAKA. Mansur (2006) menyebutkan bahwa Nepenthes ini berbeda dengan

Pemanfaatan Teknik Kultur In Vitro Untuk Mendapatkan Tanaman Pisang Ambon Tahan Penyakit Fusarium

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Anggrek Tebu (Grammatophyllum speciosum) Anggrek tebu (Grammatophyllum speciosum) merupakan anggrek yang

TINJAUAN PUSTAKA Botani dan Morfologi Padi

BAB I PENDAHULUAN. 2011). Alfalfa termasuk tanaman kelompok leguminose yang berkhasiat

TINJAUAN PUSTAKA Botani, Penyebaran dan Manfaat Tanaman Jarak Pagar ( Jatropha curcas L.) Kultur Jaringan Tanaman

BAB 1 PENDAHULUAN. baku pembuatan zat pewarna β-karoten (Wulan, 2001), makanan ternak (Saputra,

GAHARU. Dr. Joko Prayitno MSc. Balai Teknologi Lingkungan Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi

I. PENDAHULUAN. Kacang tanah (Arachis hypogaea L.) merupakan salah satu dari enam komoditas

PENYISIPAN GEN FITASE PADA TEBU (Saccharum officinarum) VARIETAS PS 851 DAN PA 198 DENGAN PERANTARA Agrobacterium tumefaciens GV 2260

TINJAUAN PUSTAKA. A. Tanaman Jarak Pagar (Jatropha curcas L.)

I. PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan suatu proses dalam rangka memengaruhi peserta. memungkinkannya untuk berfungsi secara kuat dalam kehidupan

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Stevia (Stevia rebaudiana) merupakan salah satu jenis tanaman obat di

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kedelai merupakan adalah salah satu tanaman polong-polongan yang menjadi

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah the Queen of fruits ratu dari buah- buahan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Purwoceng (Pimpinella alpina Molk.) merupakan tumbuhan obat asli

HASIL DAN PEMBAHASAN

TEKNOLOGI PERBANYAKAN BENIH PISANG dan STRAWBERI

3 BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Penelitian Bahan dan Alat

BAB I PENDAHULUAN. di Indonesia karena mampu menjadi sumber devisa utama. Pada tahun 2007, nilai

Transkripsi:

0 PENGARUH UMUR FISIOLOGIS KECAMBAH BENIH SUMBER EKSPLAN (Leaflet) TERHADAP INDUKSI EMBRIO SOMATIK DUA VARIETAS KACANG TANAH (Arachis hypogaea L.) SECARA IN VITRO Oleh Diana Apriliana FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS LAMPUNG BANDAR LAMPUNG 2010

1 I. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kacang tanah merupakan salah satu tanaman pangan yang banyak dikonsumsi di Indonesia. Tanaman ini dapat langsung digunakan sebagai bahan pangan dan diproses menjadi minyak serta pakan ternak. Selain itu, daun dan bungkilnya dapat dijadikan sebagai pupuk bagi tanaman lain. Kacang tanah juga dikenal sebagai tanaman yang kaya protein dan lemak. Setiap 100 gram kacang tanah mentah mengandung 687 kalori, 9,2 gram protein, 71,2 gram lemak, dan 14,6 gram karbohidrat (Suprapto, 2004). Sampai saat ini kebutuhan kacang tanah secara nasional belum dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri. Berdasarkan nilai skor pola pangan harapan (PPH), selama periode 2005-2007 kualitas konsumsi pangan penduduk mengalami peningkatan dari 79,1 % pada tahun 2005, menjadi 82,8 % pada tahun 2007. Peningkatan skor mutu pangan tersebut disebabkan adanya peningkatan kualitas konsumsi pangan, terutama pada kelompok pangan hewani, kacang-kacangan serta sayur dan buah. Perkembangan pangan penduduk Indonesia untuk konsumsi kacang tanah pada tahun 2006 adalah 0,49 kg/kapita/tahun dan meningkat pada tahun 2007 yaitu 0,74 kg/kapita/tahun (Susenas, 2007).

2 Data BPS pada tahun 2007, menunjukkan produksi kacang tanah tahun 2006 sebesar 838.000 ton/thn dan mengalami penurunan pada tahun 2007 menjadi 813.000 ton/ha. Sedangkan untuk luas panen juga menurun, tahun 2006 seluas 581.000 ha dan tahun 2007 menjadi 502.000 ha (BPS, 2007) Peningkatan konsumsi pangan kacang tanah, tidak diimbangi dengan produksi yang dihasilkan. Rendahnya produksi nasional kacang tanah, disamping pertanaman areal yang terbatas, diakibatkan juga oleh penggunaan benih yang bermutu rendah karena adanya serangan penyakit. Agar produksi kacang tanah dapat ditingkatkan, salah satunya dapat dilakukan dengan mengembangkan varietas yang resisten (varietas unggul) antara lain dengan metode rekayasa genetika. Salah satu teknologi pertanian yang mendukung dalam upaya metode rekayasa genetika adalah teknologi kultur jaringan. Peran kultur jaringan dalam menunjang agroindustri adalah penyediaan bibit yang bermutu dan penciptaan kultivar unggul. Teknik kultur jaringan dalam bidang agronomi berfungsi dalam perbanyakan vegetatif secara cepat, membersihkan bahan tanaman/bibit dari virus, membantu program pemuliaan tanaman, dan produksi metabolit sekunder (Anonim, 2007). Perbanyakan tanaman in vitro dapat dilakukan dengan dua cara yaitu dengan organogenesis dan embriogenesis. Regenerasi tanaman melalui embriogenesis somatik merupakan cara yang paling efektif dan efisien dalam perbanyakan tanaman. Embrio somatik juga diyakini sebagai cara terbaik untuk perbanyakan

3 vegetatif (in vitro) (Mavituna dan Buyukalaca, 1996 dalam Taryono, 2000). Embrio somatik merupakan proses terbentuknya embrio tanpa melalui fusi sel gamet tetapi hanya berkembang dari sel somatik. Selain itu, untuk keperluan tranformasi genetik, cara embriogenesis lebih dianjurkan karena tanaman yang diperoleh berasal dari satu sel somatik sehingga peluang diperolehnya transforman lebih tinggi. Keberhasilan regenerasi melalui embrio somatik dipengaruhi oleh jenis eksplan, ukuran eksplan, dan genotipe (Raghavan, 1986 dalam Zuyasna et al, 2005). Pada kultur jaringan, bagian-bagian biji kacang tanah dapat digunakan sebagai sumber eksplan. Leaflet adalah bagian dari embrio kacang tanah yang baik digunakan sebagai eksplan karena terletak di dalam kotiledon sehingga terlindung dari serangan penyakit. Salah satu hal yang penting dari eksplan adalah umur fisiologis benih sumber eksplan, karena bagian-bagian tanaman yang masih muda terutama kecambah mempunyai daya regenerasi lebih tinggi dari pada tanaman dewasa (Gunawan, 1995). Selain itu, genotipe juga sangat mempengaruhi regenerasi kacang tanah secara in vitro. Menurut Pierik (1987) dalam Srilestari (2005), setiap genotipe tanaman akan memberikan respon pertumbuhan in vitro yang berbeda. Oleh karena itu, pemilihan genotipe merupakan faktor terpenting yang harus diperhatikan (Ritchie dan Hodges, 1993). Beberapa spesies atau kultivar mempunyai kapasitas yang lebih besar untuk mengalami regenerasi secara in vitro dibandingkan spesies atau kultivar lain.

4 Berbagai macam kultivar kacang tanah yang ditanam di Indonesia, diantaranya adalah kultivar Sima dan Bison. Kultivar Sima tahan terhadap penyakit layu, karat daun, bercak daun, agak tahan terhadap penyakit Aspergilus flafus. Umur panen 100-105 hari dan produksi menghasilkan 2,0 ton/ha. Sedangkan kultivar Bison agak tahan terhadap penyakit Aspergilus flafus, karat daun, bercak daun. Tahan terhadap naungan intensitas 25% sehingga sesuai untuk tanaman tumpang sari. Umur panen 90-95 hari dan produksi menghasilkan 2,0 ton/ha (www.balitkabi.litbang.deptan.go.id.2009). Berdasarkan latar belakang masalah maka dibuat perumusan masalah sebagai berikut: 1. Apakah umur fisiolgis kecambah benih sumber eksplan leaflet memberikan respons positif dalam menginduksi embrio somatik kacang tanah pada setiap varietas yang dicoba (Sima dan Bison). 2. Berapa umur fisiologis kecambah benih sumber eksplan leaflet yang relatif baik dalam menginduksi embrio somatik kacang tanah pada setiap varietas yang dicoba (Sima dan Bison). 1.2 Tujuan Penelitian 1. Mengetahui pengaruh umur fisiologis kecambah benih sumber eksplan leaflet dalam menginduksi embrio somatik kacang tanah pada setiap varietas yang dicoba (Sima dan Bison). 2. Mencari umur fisiologis yang paling baik dalam menginduksi embrio somatik kacang tanah pada setiap varietas yang dicoba (Sima dan Bison).

5 1.3 Landasan Teori Kultur jaringan adalah teknik mengisolasi sel, protoplasma, jaringan, dan organ serta menumbuhkan bagian tersebut pada nutrisi yang mengandung zat pengatur tumbuh tanaman pada kondisi aseptik, sehingga bagian-bagian tersebut dapat memperbanyak diri dan beregenerasi menjadi tanaman utuh. Teori dasar kultur jaringan yaitu teori totipotensi sel (Total Genetic Potential), artinya setiap sel memiliki potensi genetik seperti zigot yaitu mampu memperbanyak diri dan dideferensiasi menjadi tanaman lengkap (Yusnita, 2003). Perakitan tanaman transgenik, kultur jaringan diperlukan dalam penyediaan sel atau jaringan target untuk transformasi genetik, seleksi, regenerasi sel' atau jaringan transgenik, dan perbanyakan rutin varietas tanaman transgenik yang dihasilkan (Edy et al., 2008). Embriogenesis merupakan suatu proses dimana sel-sel somatik (baik haploid maupun diploid) berkembang membentuk tumbuhan baru melalui tahapan perkembangan embrio yang spesifik tanpa melalui fusi gamet (Wiliams dan Maheswara, 1986 dalam Sukmadjaja, 2005). Keunggulan embrio somatik yaitu jaringan meristem akar dan pucuk telah terbentuk pada saat embrio somatik masak, dan sifatnya serupa dengan embrio zigotik. Bibit yang diinginkan dengan mudah dapat dihasilkan hanya dengan mengecambahkan embrio somatik yang masak tersebut. Apabila embrio somatik dapat dihasilkan melalui penginduksian kalus yang bersifat embriogenik, maka kalus tersebut dapat diperbanyak secara tidak terbatas dan dimasakan setiap waktu (Merk, 1995 dalam Zuyasna et al., 2005).

6 Keberhasilan regenerasi melalui embriogenesis somatik dipengaruhi oleh berbagai faktor, antara lain jenis eksplan yang digunakan dan formulasi media yang berbeda pada setiap tahap perkembangan embrio somatik (Sukmadjaja, 2005). Jenis eksplan merupakan faktor penting dalam perbanyakan in vitro, karena setiap bagian tanaman yang dikulturkan mempunyai daya regenerasi berbeda (Narayanawasmy, 1994). Leaflet merupakan bagian embrio dan merupakan calon daun/pucuk tanaman yang paling banyak mensintesis hormon auksin yang berperan besar dalam menginduksi embrio somatik. Proses induksi embrio somatik secara in vitro dipengaruhi oleh kompetensi eksplan untuk membentuk embrio somatik. Induksi embrio somatik pada beberapa tanaman sangat dipengaruhi oleh umur kecambah dari sumber eksplan (Murthy et al.,1994 dalam Edy, 2009). Hal ini terjadi akibat adanya perubahan fisiologis tertentu seperti status hormon selama proses perkecambahan. Perubahan tersebut berpengaruh terhadap kemampuan untuk menginduksi sel yang kompeten untuk membentuk embrio somatik. Persentase pembentukan kalus embriogenik pada eksplan leaflet varietas Sima, Bison, Kancil, Banteng relatif lebih tinggi pada umur kecambah 3 dan 6 hari (55-100%) dibandingkan dengan umur kecambah 0 hari (25-55%) (Edy et al., 2008). Setiap genotipe tanaman akan memberikan respon pertumbuhan in vitro yang berbeda (Pierik, 1987). Pada kacang tanah, sejumlah genotipe dan varietas yang diuji menunjukkan adanya perbedaan yang nyata dalam hal kemampuan membentuk embrio somatik dari eksplan (Mc Kently 1995, Ozias-Akins et al., 1992, Chenglrayan et al., 1998 dalam Zuyasna et al., 2005).

7 Untuk merangsang pembentukan embrio somatik diperlukan zat pengatur tumbuh. Uumumnya digunakan auksin yang kuat, seperti 2,4 D, Pikloram, atau NAA (Yusnita, 2003). Auksin mempunyai pengaruh yang sangat besar dalam proses embrio somatik, karena berfungsi sebagai pemacu terbentuknya simetri bilateral selama proses pemasakan embrio. Proses pengangkutan auksin didalam jaringan embrio bersifat polar dan apabila terganggu, maka inisiasi pembentukan kotiledon pada fase globular akan terhambat (Taryono, 2000). Pikloram adalah jenis auksin kuat yang berdasarkan hasil evaluasi merupakan media terbaik untuk induksi embrio somatik dari eksplan daun embrio/leaflet kacang tanah (Zusyana et al., 2005). 1.4 Kerangka Pemikiran Penggunaan bibit yang bermutu adalah faktor penting dalam bidang pertanian. Sampai saat ini kebutuhan kacang tanah secara nasional belum dapat dipenuhi dari produksi dalam negeri. Hal ini antara lain disebabkan penggunaan benih yang bermutu rendah oleh adanya serangan penyakit. Agar produksi kacang tanah dapat ditingkatkan, salah satunya dapat dilakukan dengan mengembangkan varietas yang resisten (varietas unggul) antara lain dengan metode rekayasa genetika. Salah satu teknologi pertanian yang mendukung rekayasa genetika adalah kultur jaringan. Terdapat beberapa cara untuk perbanyakan tanaman secara vegetatif in vitro, tetapi embrio somatik diyakini sebagai cara terbaik. Regenerasi melalui embriogenesis somatik memberikan banyak keuntungan, antara lain : (1) waktu

8 perbanyakan lebih cepat; (2) pencapaian hasil dalam mendukung program perbaikan tanaman lebih cepat; (3) jumlah bibit yang dihasilkan tidak terbatas jumlahnya (Mariska, 1996). Jenis eksplan merupakan faktor penting dalam perbanyakan tunas in vitro, setiap bagian tanaman yang dikulturkan mempunyai daya regenerasi yang berbeda. Proses induksi embrio somatik secara in vitro dipengaruhi oleh kompetensi eksplan membentuk embrio somatik. Induksi embrio somatik pada beberapa tanaman dipengaruhi oleh umur kecambah dari sumber eksplan (Murthy et al.,1994 dalam Edy, 2009). Umur fisiologi eksplan mempengaruhi regenerasi embrio somatik kacang tanah karena bagian-bagian tanaman yang masih muda, terutama kecambah mempunyai daya regenerasi lebih tinggi. Selain eksplan, genotipe juga mempengaruhi perkembangan embrio somatik. Sejumlah genotipe dan varietas yang diuji menunjukan adanya perbedaan yang nyata dalam hal kemampuan membentuk embrio somatik dari eksplan. 1.5 Hipotesis Berdasarkan landasan teori dan kerangka pemikiran maka dibuatlah hiotesis sebagai berikut: 1. Umur fisiologis kecambah benih sumber eksplan (leaflet) memberikan respons positif terhadap induksi embrio somatik kacang tanah pada setiap varietas yang dicoba (Sima dan Bison). 2. Umur fisiologis kecambah benih sumber eksplan (leaflet) 3 hari mempunyai pengaruh yang paling baik terhadap induksi embrio somatik kacang tanah pada setiap varietas yang dicoba (Sima dan Bison).