49 BAB IV HASIL PENELITIAN A. Deskripsi Data Pencapaian tujuan yang diinginkan dalam penelitian ini dilakukan tes sepak sila. Data yang dikumpulkan terdiri dari tes awal secara keseluruhan, kemudian dikelompokkan menjadi dua kelompok, yaitu kelompok 1 dengan metode bola mati dan kelompok 2 dengan perlakuan metode bola dinamis, serta data tes akhir masingmasing kelompok. Data tersebut kemudian dianalisis dengan statistik t-test seperti terlihat pada lampiran. Rangkuman hasil analisis data secara keseluruhan disajikan dalam bentuk tabel sebagai berikut: Tabel 1. Deskripsi Data Hasil Tes Kemampuan shooting pada Kelompok 1 dan Kelompok 2 Kelompok Tes N Hasil Terendah Hasil Tertinggi Mean SD Kelompok 1 Awal 15 35 80 48.40 10.84 Akhir 15 104 354 179.00 59.23 Kelompok 2 Awal 15 40 71 51.60 8.98 Akhir 15 131 304 196.50 49.03 Dari tabel 3 dapat diketahui bahwa sebelum diberikan perlakuan kelompok 1 memiliki rata-rata kemampuan shooting sebesar 48.40, sedangkan setelah mendapatkan perlakuan memiliki rata-rata kemampuan shooting sebesar 179.00. Adapun rata-rata nilai kemampuan shooting pada kelompok 2 sebelum diberi perlakuan adalah sebesar 51.60, sedangkan setelah mendapatkan perlakuan memiliki rata-rata nilai kemampuan shooting sebesar 196.50.
50 B. Uji Reliabilitas Untuk mengetahui tingkat reliabilitas hasil tes kemampuan shooting dari hasil tes awal dilakukan uji reliabilitas. Hasil uji reliabilitas tes awal kemampuan shooting adalah sebagai berikut: Tabel 2. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas Data Tes Awal Hasil Tes Reliabilitas Kategori Data tes awal kemampuan shooting 0,793 Tinggi Sekali Data tes akhir kemampuan shooting 0,744 Tinggi Sekali Adapun dalam pengertian kategori koefisien reliabilitas tes tersebut menggunakan pedoman tabel koefisien korelasi dari Book Walter seperti dikutip Mulyono B. (1999: 15) yaitu: Tabel 3. Range Kategori Reliabilitas Kategori Validitas Reliabilitas Obyektivitas Tinggi Sekali Tinggi Cukup Kurang Tidak Signifikan 0,80 1,00 0,70 0,79 0,50 0,69 0,30 0,49 0,00 0,39 0,90 1,00 0,80 0,89 0,60 0,79 0,40 0,59 0,00 0,39 0,95 1,00 0,85 0,94 0,70 0,84 0,50 0,69 0,00 0,49 C. Pengujian Persyaratan Analisis Sebelum dilakukan analisis data, perlu dilakukan pengujian persyaratan analisis. Pengujian persyaratan analisis yang dilakukan terdiri dari uji normalitas dan uji homogenitas.
51 1. Uji Normalitas Sebelum dilakukan analisis data diuji distribusi kenormalanya dari data tes awal sepak sila. Uji normalitas data dalam penelitian ini digunakan metode liliefors. Hasil uji normalitas data yang dilakukan terhadap hasil tes awal pada kelompok 1 dan kelompok 2 adalah sebagai berikut: Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data Kelompok N Mean SD L hitung L tabel 5% K 1 15 2.721 3.449 0.1629 0.220 K 2 15 3.698 1.322 0.1438 0.220 Dari hasil uji normalitas yang dilakukan pada kelompok 1 (K 1 ) diperoleh nilai L hitung = 0.1629 dimana nilai tes tersebut lebih kecil dari pada angka batas penolakan pada taraf signifikasi 5% yaitu 0.220. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa data pada kelompok 1 (K 1 ) termasuk berdistribusi normal. Sedangkan dari hasil uji normalaitas yang dilakukan pada kelompok 2 (K 2 ) diperoleh nilai L hitung = 0.1438, ternyata juga lebih kecil dari angka batas penolakan hipotesis nol pada taraf signifikasi 5% yaitu 0.220. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa pada data kelompok 2 (K 2 ) termasuk berdistribusi normal. 2. Uji Homogenitas Uji homogenitas dimaksudkan untuk mengetahui kesamaan varians dari kedua kelompok. Jika kedua kelompok tersebut memiliki kesamaan varians, maka perbedaan tersebut dikarenakan oleh perbedaan rata-rata kemampuan. Hasil uji homogenitas data antara kelompok 1 dan kelompok 2 adalah sebagai berikut:
52 Tabel 5. Rangkuman Hasil Uji Homogenitas Data Kelompok N SD 2 F hitung F tabel 5% K 1 15 11.898 K 2 15 1.748 0.1469 2,48 Dari hasil ujin homogenitas yang dilakukan diperoleh nilai F hitung = 0.1469. Sedangkan dengan db = 14 lawan 14, angka F tabel 5% = 2,48, yang ternyata nilai F hitung = 0.1469 lebih kecil dari pada F tabel 5% = 2,48, karena F hitung < F tabel 5%, maka hipotesis nol diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelompok 1 (K 1 ) dan kelompok 2 (K 2 ) memiliki varians yang homogen. D. Hasil Analisis Data 1. Uji Perbedaan Sebelum Diberi Perlakuan Sebelum diberi perlakuan kelompok yang dibentuk dalam penelitian diuji perbedaanya terlebih dahulu. Hal ini dengan maksud untuk mengetahui perbedaan pada kedua kelompok tersebut. Sebelum diberi perlakuan berangkat dari keadaan yang sama atau tidak. Hasil uji perbedaan antara kelompok 1 (K 1 ) dan kelompok 2 (K 2 ) dilakukan sebelum diberi perlakuan adalah sebagai berikut: Tabel 6. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Awal pada Kelompok 1 (K 1 ) dan Kelompok 2 (K 2 ) Kelompok N Mean t hitung t tabel 5% K 1 15 48.090 K 2 15 48.700 1.4752 2,145
53 Dari pengujian perbedaan dengan analisis statistik t-test dihasilkan nilai t hitung pengujian perbedaan tes awal antara kelompok 1 dan kelompok 2 adalah sebesar 1.4752 dan t tabel dengan N = 15-1 = 14 dengan taraf signifikasi 5% adalah sebesar 2,145 berarti t hitung < t tabel, sehingga dapat disimpulkan bahwa H 0 diterima, maka antara kelompok 1 dan kelompok 2 sebelum diberi perlakuan tidak ada perbedaan yang signifikasi pada awalnya. 2. Uji Perbedaan Sesudah Diberi Perlakuan Setelah diberi perlakuan yang berbeda yaitu, kelompok 1 diberi perlakuan dengan metode bola mati dan kelompok 2 diberi perlakuan metode bola dinamis, kemudian dilakukan uji perbedaan. Uji peerbedaan yang dilakukan dalam penelitian ini hasilnya adalah sebagai berikut: a. Hasil uji perbedaan tes awal dan tes akhir pada kelompok 1 yaitu: Tabel 7. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Awal dan Tes Akhir pada Kelompok 1 (K 1 ) Kelompok N Mean t hitung t tabel 5% Tes Awal 15 48.090 Tes Akhir 15 50.812 2.3666 2,145 Dari pengujian perbedaan dengan analisis statistik t-test dihasilkan nilai t hitung pada kelompok 1 antara hasil tes awal dan tes akhir sebesar 2.3666 yang ternyata lebih besar dari pada nilai t tabel dengan N = 15, db = 15-1 = 14 dengan taraf signifikasi 5% adalah sebesar 2,145, sehingga dapat disimpulkan bahwa H 0 ditolak, maka antara tes awal dan tes akhir pada kelompok 1 terdapat perbedaan yang signifikan setelah diberi perlakuan.
54 b. Hasil uji perbedaan tes awal dan tes akhir pada kelompok 2 yaitu: Tabel 8. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Awal dan Tes Akhir pada Kelompok 2 (K 2 ) Kelompok N Mean t hitung t tabel 5% Tes Awal 15 48.700 Tes Akhir 15 52.398 3.5366 2,145 Dari pengujian perbedaan dengan analisis statistik t-test dihasilkan nilai t hitung pada kelompok 2 antara hasil tes awal dan tes akhir sebesar 3.5366 yang ternyata lebih besar dari pada nilai t tabel dengan N = 15, db = 15-1 = 14 dengan taraf signifikasi 5% adalah sebesar 2,145, sehingga dapat disimpulkan bahwa H 0 ditolak, maka antara tes awal dan tes akhir pada kelompok 2 terdapat perbedaan yang signifikan setelah diberi perlakuan. c. Hasil uji perbedaan tes akhir antara kelompok 1 dan kelompok 2 yaitu: Tabel 9. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Akhir pada Kelompok 1 (K 1 ) dan Kelompok 2 (K 2 ) Kelompok N Mean t hitung t tabel 5% K 1 15 48.090 K 2 15 48.700 1.4752 2,145 Dari pengujian perbedaan dengan analisis statistik t-test dihasilkan nilai t hitung hasil tes akhir antara kelompok 1 dan kelompok 2 sebesar 1.4752 yang ternyata lebih kecil dari pada nilai dan t tabel dengan N = 15, db = 15-1 = 14 dengan taraf signifikasi 5% adalah sebesar 2,145, sehingga dapat disimpulkan bahwa H 0 diterima, maka hasil tes akhir pada kelompok 1 dan kelompok 2 terdapat perbedaan yang signifikan setelah diberi perlakuan.
55 d. Perbedaan persentase peningkatan Untuk mengetahui kelompok mana yang memiliki persentase hasil kemampuan kemampuan shootingyang lebih baik, diadakan perhitungan persentase peningkatan tiap-tiap kelompok. Adapun nilai perbedaan kemampuan shooting dalam persen pada kelompok 1 dan kelompok 2 adalah: Tabel 10. Rangkuman Hasil Uji Perbedaan Tes Akhir pada Kelompok 1 (K 1 ) dan Kelompok 2 (K 2 ) Kelompok N Mean Pretest Mean Posttest Mean Different Persentase Peningkatan (%) Kelompok 1 15 48.090 48.700 48.090 5.659 Kelompok 2 15 50.812 52.398 48.700 7.592 Dari hasil di atas dapat diketahui bahwa kelompok 1 memiliki persentase kemampuan shooting sebesar 5.659%, sedangkan kelompok 2 memiliki persentase kemampuan shooting sebesar 7.592%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelompok 1 memiliki persentase kemampuan shooting yang lebih besar dari pada kelompok 2. E. Pengujian Hipotesis dan Pembahasan 1. Perbedaan Pengaruh Metode bola mati dan bola dinamis Terhadap Kemampuan Sepak sila. Dari hasil analisis data yang dilakukan sebelum diberikan perlakuan, diperoleh nilai t antara tes awal pada kelompok 1 dan kelompok 2 = 1.4752, sedangkan t tabel = 2,145. Ternyata t yang diperoleh > t dalam tabel, yang berarti hipotesis nol diterima. Dengan demikian kelompok 1 dan kelompok 2 sebelum diberi perlakuan dalam keadaan seimbang. Antara kelompok 1 dan kelompok 2 berangkat latihan dari titik
56 kemampuan shooting yang sama. Berarti setelah diberi perlakuan terdapat perbedaan, hal itu karena adanya perbedaan perlakuan yang diberikan. Nilai t antara tes awal dan tes akhir pada kelompok 1 = 2.3666, sedangakan t tabel = 2,145. Ternyata t yang diperoleh > dalam tabel, yang berarti hipotesis nol ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil tes awal dan tes akhir pada kelompok 1. Berarti kelompok 1 memiliki kemampuan shooting yang disebabkan oleh metode yang diberikan, yaitu dengan metode bola mati. Dalam metode ini pemain mempelajari sesuatu permainan sampai dikuasai dan kemudian mengkombinasikan dengan bagian yang lain, baru dengan dipelajari atau dipraktikkan secara bersama sampai benar-benar dikuasai, sehingga menyebabkan kemampuan shooting menjadi lebih baik. Nilai t antara tes awal dan tes akhir pada kelompok 2 = 3.5366, sedangakan t tabel = 2,145. Ternyata t yang diperoleh > t dalam tabel, yang berarti hipotesis nol ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil tes awal dan tes akhir pada kelompok 2. Berarti kelompok 2 memiliki kemampuan shooting yang disebabkan oleh metode yang diberikan, metode bola dinamis. Dalam metode ini pemain mempelajari elemen gerak secara bola dinamis, sehingga dapat menyebabkan kemampuan shooting. Dari hasil uji perbedaan yang dilakukan terhadap tes akhir pada kelompok 1 dan 2, diperoleh nilai t sebesar 1.4752. Sedangkan t tabel = 2,145. Ternyata t yang diperoleh < t dalam tabel, yang berarti hipotesis nol diterima. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa setelah diberikan perlakuan selam 6 minggu, terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil tes awal dan tes akhir pada kelompok 1 dan kelompok 2. karena sebelum diberikan perlakuan kedua kelompok berangkat dari titik tolak yang sama, maka perbedaan tersebut adalah karena pengaruh dari metode yang diberikan. Dalam pelaksanaan metode latihan bahwa pengaruh metode yang digunakan adalah bersifat khusus, sehingga perbedaan karakteristik metode dapat menghasilkan pengaruh yang berbeda pula. Oleh karena itu, kelompok yang diberikan perlakuan metode bola mati dan metode bola dinamis, memiliki pengaruh yang berbeda
57 terhadap kemampuan shooting. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa ada perbedaan pengaruh setelah diberikan perlakuan antara metode bola mati dan metode bola dinamis terhadap kemampuan kemampuan shooting pada Pada Pemain Putra Usia 10-12 Tahun SSB Safo Jomblo Slogohimo Wonogiri Tahun 2016, dapat diterima kebenarannya. 2. Metode Bola dinamis Lebih Baik Pengaruhnya Terhadap Kemampuan shooting. Kelompok 1 memiliki nilai persentase kemampuan shooting sebesar 5.659%, sedangkan kelompok 2 memiliki kemampuan shooting sebesar 7.592%. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa kelompok 1 memiliki persentase kemampuan shooting yang lebih besar dari kelompok 2. Kelompok 1 (kelompok yang mendapat perlakuan dengan metode bola statis), ternyata memiliki kemampuan shooting yang lebih baik dari pada kelompok 1 (kelompok yang mendapat perlakuan dengan metode bola dinamis). Hal ini karena metode bola dinamis sangat efektif untuk meningkatkan kemampuan shooting. Metode bola mati mempertemukan celah pemisah antara ketepatan, kekuatan dan koordinasi yang lebih tepat metodenya. metode ini pemain mempelajari sesuatu bagian sampai dikuasai dan kemudian mengkombinasikan dengan permainan yang lain, baru dengan dipelajari atau dipraktikkan secara bersama sampai benar-benar dikuasai, inilah faktor utama keberhasilan pembelajaran untuk meningkatkan kemampuan shooting yang lebih optimal. Sedangkan metode bola dinamis menekankan tiap bagian dikuasai terlebih dahulu dengan baik kemudian baru dilanjutkan penguasaan bagian berikutnya sehingga atlet yang baru belajar kemampuan shooting akan lebih sempurna dan baik dalam gerakannya sehingga memungkinkan dapat meningkatkan kemampuan shooting, sedang pengulangan gerakan penggabungan akan diintegrasikan antar bagian sangat kurang, padahal teknik penggabungan antara bola mati sangat mempengaruhi hasil yang akan dicapai. Dengan demikian hipotesis yang menyatakan bahwa metode bola dinamis lebih baik
58 pengaruhnya terhadap kemampuan shooting pada Pemain Putra Usia 10-12 Tahun SSB Safo Jomblo Slogohimo Wonogiri Tahun 2016, dapat diterima kebenarannya. F. Pembahasan Hasil Analisis Data Berdasarkan hasil pengujian hipotesis dengan uji perbedaan nilai t antara tes awal dan tes akhir pada kelompok 1 (kelompok yang mendapat metode bola mati) = 5.659, sedangkan t tabel = 2,145. Ternyata t yang diperoleh > t tabel, yang berarti hipotesis nol ditolak. Hal ini menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan antara hasil tes awal dan tes akhir pada kelompok 1. Kelompok 1 memiliki kemampuan shooting yang disebabkan oleh metode yang diberikan, yaitu metode bola mati. Pada analisa data yang didapat antara tes awal dan tes akhir pada kelompok 2 (kelompok yang mendapat metode bola dinamis) = 7.592, sedangakan t tabel = 2,145. Ternyata t yang diperoleh > t tabel, yang berarti hipotesis nol ditolak. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil tes awal dan tes akhir pada kelompok 2. Berarti kelompok 2 memiliki kemampuan shooting yang disebabkan oleh metode yang diberikan, yaitu metode bola dinamis. Pada analisa data yang lain yaitu pada hasil uji perbedaan yang dilakukan terhadap tes akhir pada kelompok 1 dan 2, diperoleh nilai t sebesar 1.4752, sedangkan t tabel = 2,145. Ternyata t yang diperoleh t < t tabel, yang berarti hipotesis nol diterima. Hal ini menunjukkan bahwa setelah diberikan perlakuan selama 6 minggu, terdapat perbedaan yang signifikan antara hasil tes awal dan tes akhir pada kelompok 1 dan kelompok 2. Kelompok 1 dan kelompok 2 diberikan perlakuan (treathment) dengan metode latihan yang berbeda. Perbedaan metode yang diberikan selama proses latihan, akan mendapat respon yang berbeda pula dari subjek, sehingga dapat memberikan pengaruh yang berbeda terhadap pembentukan kemampuan pada subjek penelitian. Oleh karena itu, kelompok yang diberikan perlakuan metode bola mati dan
59 metode bola dinamis, memiliki pengaruh yang berbeda terhadap kemampuan shooting. Adanya perbedaan yang signifikan antara kelompok 1 dan kelompok 2 maka dilakukan penghitungan nilai perbedaan kemampuan shooting dalam persen pada kelompok 1 dan kelompok 2. Kelompok 1 memiliki nilai persentase kemampuan shooting sebesar 5.659%, sedangkan kelompok 2 memiliki nilai persentase kemampuan shooting sebesar 7.592%. Hal ini menunjukkan kelompok 1 memiliki kemampuan shooting yang lebih baik dari pada kelompok 2, karena metode bola mati sangat efektif untuk meningkatkan passing. Dalam metode ini pemain mempelajari sesuatu bagian sampai dikuasai dan kemudian mengkombinasikan dengan bagian yang lain, baru dengan dipelajari atau dipraktikkan secara bersama sampai benarbenar dikuasai, sehingga menyebabkan kemampuan shooting menjadi lebih optimal. Hal inilah yang menjadi faktor utama terbentuknya kemampuan sepak sila. Dengan kemampuan shooting yang baik, maka akan mendukung kemampuan shooting yang lebih optimal. Dari salah satu sisi dalam metode bola mati pemain mempelajari elemen gerak yang pertama dipelajari dan latih dahulu sehingga menjadi tanggapan gerak yang dikuasai, lalu merangkai gerak yang telah dimiliki sebelumnya, dan lebih sudah dalam penggabungan atau koordinasi elemen gerak selanjutnya, sehingga dapat menyebabkan kemampuan shooting. Namun karena pengulangan gerakan penggabungan akan diintegrasikan antar bagian sangat kurang, padahal teknik penggabungan antar bagian sangat mempengaruhi hasil yang akan dicapai, maka dengan menggunakan metode bola dinamis dalam upaya kemampuan shooting tidak meningkat secara optimal. Dari hasil analisis uji perbedaan, dapat diuraikan hal-hal pokok sebagai hasil dari penelitian ini yaitu: 1. Metode bola statis dan metode bola dinamis berpengaruh terhadap kemampuan shooting. 2. Metode bola statis lebih baik pengaruhnya dari pada metode bola mati terhadap kemampuan shooting.
60 BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN A. Simpulan Berdasarkan hasil penelitian dan hasil analisis data yang telah dilakukan, dapat diperoleh simpulan sebagai berikut: 1. Ada perbedaan pengaruh yang signifikan antara metode bola mati dan metode bola dinamis terhadap kemampuan shooting pada Pemain Putra Usia 10-12 Tahun SSB Safo Jomblo Slogohimo Wonogiri Tahun 2016. Hal ini dibuktikan dari hasil penghitungan tes akhir masing-masing kelompok yaitu t hitung = 1.4752 lebih kecil dari pada t tabel = 2,145 dengan taraf signifikasi 5%. 2. Metode bola dinamis lebih baik pengaruhnya dari pada metode bola dinamis terhadap kemampuan shooting pada Pemain Putra Usia 10-12 Tahun SSB Safo Jomblo Slogohimo Wonogiri Tahun 2016. Berdasarkan persentase kemampuan shooting menunjukkan bahwa kelompok 1 (kelompok yang mendapat perlakuan dengan metode bola statis adalah 5.659% > kelompok 2 (kelompok yang mendapat perlakuan metode bola dinamis) adalah 7.592 %. B. Implikasi Dari hasil penelitian dapat diketahui bahwa dengan perlakuan metode bola statis memiliki hasil yang lebih baik dari pada perlakuan dengan metode bola dinamis terhadap kemampuan shooting. Implikasi teoritik dari hasil penelitian ini adalah, setiap metode latihan memiliki efektifitas yang berbeda dalam meningkatkan kemampuan shooting pada Pemain Putra Usia 10-12 Tahun SSB Safo Jomblo Slogohimo Wonogiri Tahun 2016. Oleh karena itu, dalam menerapkan metode latihan yang bertujuan untuk mengembangkan atau meningkatkan passing, harus menggunakan metode latihan
61 yang tepat dan sesuai dengan keadaan Pemain Putra Usia 10-12 Tahun SSB Safo Jomblo Slogohimo Wonogiri Tahun 2016. Hasil penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai bahan pertimbangan dalam memilih dan menentukan metode latihan yang tepat, khususnya untuk meningkatkan passing. C. Saran Sehubungan dengan kesimpulan yang telah statisbil dan implikasi yang ditimbulkan, maka kepada para pelatih, disarankan hal-hal sebagai berikut: 1. Upaya untuk meningkatkan kemampuan shooting, hendaknya pelatih harus memiliki kreatifitas dan mampu menerapkan metode latihan yang tepat agar diperoleh hasil latihan yang optimal. 2. Dari hasil penelitian ini dapat dijadikan pedoman untuk menentukan dan memilih metode latihan untuk meningkatkan kemampuan shooting pada Pemain Putra Usia 10-12 Tahun SSB Safo Jomblo Slogohimo Wonogiri Tahun 2016. 3. Untuk meningkatkan kemampuan shooting pada Pemain Putra Usia 10-12 Tahun SSB Safo Jomblo Slogohimo Wonogiri Tahun 2016, pelatih dapat menerapkan metode bola statis dan metode bola dinamis bagi para pemain.
62 DAFTAR PUSTAKA Andi Suhendro. 2007. Dasar-Dasar Kepelatihan. Jakarta: Universitas Terbuka. A. Sarumpaet, Zulfar Djazet & Imam Sadikun. 1992. Permainan Bola Besar. Jakarta: Depdikbud. Dirjendikti. Proyek Pembinaan Tenaga Kependidikan. Batty, E.C. 2003. Latihan Sepakbola Metode Baru Serangan. Alih Bahasa. Daniel Hadinata. Bandung: CV. Pioner Jaya. Beltasar Tarigan. 2001. Pendekatan Keterampilan Taktis dalam Pembelajaran Sepakbola. Jakarta: Depdiknas. Direktorat Jenderal Pendidikan Dasar dan Menengah. Bekerjasama Dengan Direktorat Jenderal Olahraga. Bompa, T.O. 1990. Theory and Methodology of Training. Kendall/Hant: IOWA of University. Kementerian Pendidikan Nasional. 2010. Materi PLPG Pendalaman Materi Bidang Studi Penjaskes. Surakarta: Kementerian Pendidikan Nasional UMS. LANKOR. 2007. Teori Kepelatihan Dasar (Materi untuk Kepelatihan Tingkat Dasar). Jakarta: LANKOR Kementerian Negara Pemuda dan Olahraga. Luxbacher, J.A. 1997. Sepakbola Langkah-Langkah Menuju Sukses. Alih Bahasa. Agusta Wibawa. Jakarta: PT. Raja Grafindo. Marta Dinata. 2004. Dasar-Dasar Mengajar Sepakbola. Bandar Lampung: Cerdas Jaya. Mielke, D. 2007. Dasar-Dasat Sepakbola. Alih Bahasa. Eko Wahyu Setiawan. Bandung: Pakar Raya. M. Sajoto. 1995. Peningkatan dan Pembinaan Kondisi Fisik dalam Olahraga. Semarang: Dahara Prize. Mulyono B. 2009. Tes dan Pengukuran dalam pendidikan Jasmani/Olahraga. Surakarta: Lembaga Pengembangan Pendidikan (LPP) dan UPT UNS Press. Nosseck, J. 1982. General Theory of Training. Lagos: Pan African Press. Pate, Russell R; Clanaghan, Bruce Mc & Rotella, Robert. 1993. Dasar-Dasar Ilmiah Kepelatihan. Alih Bahasa. Kasiyo Dwijowinoto. Semarang: IKIP Semarang Press.
63 Rhama. 2009. http://rhama16.blogspot.com/2009/03 /teknik - teknik - dasar - permainan-sepakbola.html. Scheunemann, T. 2005. Dasar Sepakbola Modern. Alih Bahasa. Marcel Lombe dan J. Chrys Wardjoko. Malang: DIOMA. Soekatamsi. 1988. Teknik Dasar Bermain Sepakbola. Surakarta: Tiga Serangkai. Sudjana. 2002. Metode Statistika. Bandung: Tarsito. Suharno HP. 1993. Metodologi Pelatihan. Yogyakarta: IKIP Yogyakarta. Sutrisno Hadi. 1995. Metodologi Research Jilid IV. Semarang: Andi Offset. Wescott, W.L. 1983. Strength Fitness Physiological Principle and Training Tecgnique. Massachusetts: Allyn and Bacon. Inc. Yusuf Adisasmita & Aip Syarifuddin. 1996. Ilmu Kepelatihan Dasar. Jakarta: Depdikbud. Dirjendikti. Proyek Pendidikan Tingkat Akademik.. 2000. Sepakbola I. Surakarta: UNS Press.. 2004. Statistik Jilid III. Semarang: Andi Offset.