BAB I PENDAHULUAN. pankreas tidak lagi memproduksi insulin atau ketika sel-sel tubuh resisten

dokumen-dokumen yang mirip
PENGARUH MASASE KAKI TERHADAP SENSASI PROTEKSI PADA KAKI PASIEN DIABETES MELITUS TIPE II DENGANDIABETIC PERIPHERAL NEUROPATHY TAHUN 2014

BAB I PENDAHULUAN. untuk bereaksi terhadap insulin dapat menurun, dan pankreas dapat menghentikan

BAB I PENDAHULUAN. insulin, atau kedua-duanya ( American Diabetes Association, 2013). Pasien DM

BAB I PENDAHULUAN. maupun keturunan secara bersama-sama yang mempunyai karakteristik

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) merupakan penyakit metabolik kronis akibat tidak

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. DM suatu penyakit dimana metabolisme glukosa yang tidak normal, yang terjadi

BAB 1 PENDAHULUAN. degeneratif dan salah satu penyakit tidak menular yang meningkat jumlahnya

BAB I PENDAHULUAN. jumlah tersebut menempati urutan ke-4 terbesar di dunia, setelah India (31,7

BAB 1 PENDAHULUAN. insulin atau keduanya (American Diabetes Association [ADA] 2004, dalam

BAB I PENDAHULUAN. menurun dan setelah dibawa ke rumah sakit lalu di periksa kadar glukosa

BAB I PENDAHULUAN. modernisasi terutama pada masyarakat kota-kota besar di Indonesia menjadi

BAB I PENDAHULUAN. syaraf) (Smeltzer & Bare, 2002). Diabetes Melitus (DM) adalah penyakit kronis

BAB I PENDAHULUAN. DM adalah penyakit metabolik dengan karakteristik hiperglikemik (kadar gula

BAB 1 PENDAHULUAN. sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin (Soegondo,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes adalah penyakit kronik yang terjadi ketika pankreas tidak bisa

BAB I PENDAHULUAN. dapat menurun atau pancreas dapat menghentikan sama sekali produksi insulin

BAB 1 PENDAHULUAN. memerlukan upaya penanganan tepat dan serius. Diabetes Mellitus juga

BAB I PENDAHULUAN. menjadi lemah ginjal, buta, menderita penyakit bagian kaki dan banyak

BAB I PENDAHULUAN. sumber daya manusia Indonesia seutuhnya. Visi Indonesia sehat yang diharapkan

BAB 1 PENDAHULUAN. yang saat ini makin bertambah jumlahnya di Indonesia (FKUI, 2004).

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes adalah penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak dapat

BAB I PENDAHULUAN. yang timbul karena kelainan metabolisme yang disebabkan oleh tidak bekerjanya

BAB 1 PENDAHULUAN. diperkirakan akan terus meningkat prevalensinya dan memerlukan

BAB 1 PENDAHULUAN. atau oleh tidak efektifnya insulin yang dihasilkan. Hal ini menyebabkan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetic foot merupakan salah satu komplikasi Diabetes Mellitus (DM).

BAB I PENDAHULUAN. secara efektif. Diabetes Melitus diklasifikasikan menjadi DM tipe 1 yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus merupakan salah satu penyakit degeneratif yang

BAB I PENDAHULUAN. morbiditas dan mortalitas PTM semakin meningkat baik di negara maju maupun

BAB 1 PENDAHULUAN. ditandai oleh kenaikan kadar glukosa darah atau hiperglikemia, yang ditandai

PENGARUH SENAM KAKI DIABETIK TERHADAP NYERI KAKI PADA PASIEN DIABETES MELLITUS DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS DELANGGU

BAB I PENDAHULUAN. ditandai dengan ketiadaan absolut insulin atau penurunan relative insentivitas sel

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. DM tipe 1, hal ini disebabkan karena banyaknya faktor resiko terkait dengan DM

BAB I PENDAHULUAN. menggunakan insulin yang diproduksi dengan efektif ditandai dengan

I. PENDAHULUAN. masalah utama dalam dunia kesehatan di Indonesia. Menurut American. Diabetes Association (ADA) 2010, diabetes melitus merupakan suatu

BAB 1 PENDAHULUAN. penurunan sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh resistensi insulin.

BAB I PENDAHULUAN. merupakan penyebab utama kematian ke-enam di seluruh dunia (Nwanko, 2010).

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes millitus merupakan sekelompok kelainan heterogen yang ditandai oleh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Amerika Serikat prevalensi tahunan sekitar 10,3%, livetime prevalence mencapai

BAB I PENDAHULUAN. DM yaitu DM tipe-1 dan DM tipe-2. Diabetes tipe-1 terutama disebabkan

BAB I PENDAHULUAN. seseorang oleh karena gangguan keseimbangan karbohidrat, lemak dan

BAB I PENDAHULUAN. hiperglikemi yang berkaitan dengan ketidakseimbangan metabolisme

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Depresi adalah gangguan alam perasaan (mood) yang ditandai dengan

BAB I PENDAHULUAN UKDW. masyarakat. Menurut hasil laporan dari International Diabetes Federation (IDF),

BAB I PENDAHULUAN. Association, 2013; Black & Hawks, 2009). dari 1,1% di tahun 2007 menjadi 2,1% di tahun Data dari profil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB 1 PENDAHULUAN. produksi glukosa (1). Terdapat dua kategori utama DM yaitu DM. tipe 1 (DMT1) dan DM tipe 2 (DMT2). DMT1 dulunya disebut

BAB I PENDAHULUAN. aktivitas fisik, life style, dan lain-lain (Waspadji, 2009). masalah kesehatan/penyakit global pada masyarakat (Suiraoka, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

Efektivitas Pengobatan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering Pada Luka Kaki Penggunaan Obat Herbal Untuk Diabetes Kering

MUHAMMAD IBNU ABIDDUNYA NIM : S

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 I. PENDAHULUAN. Diabetes melitus (DM) merupakan suatu kelompok penyakit. metabolik dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena

BAB I PENDAHULUAN. I.A Latar Belakang. Diabetes merupakan salah satu penyakit yang. diperkirakan prevalensi di seluruh dunia akan meningkat

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. Penyakit diabetes melitus (DM) adalah kumpulan gejala yang timbul pada

BAB I PENDAHULUAN. Prevelensi Diabetes Melitus (DM) setiap tahunnya semakin. meningkat, berdasarkan data dari World Health Organization / WHO

AFAF NOVEL AININ ( S

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat, baik secara global, regional, nasional dan lokal (Depkes, 2013).

BAB I PENDAHULUAN. menanggulangi penyakit dan kesakitannya (Sukardji, 2007). Perubahan gaya

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. 2009). Prevalensi penyakit diabetes mellitus terus meningkat tiap tahunnya.

BAB I PENDAHULUAN. yang sangat berpengaruh terhadap kualitas hidup dari pasien DM sendiri.

BAB I PENDAHULUAN. dicapai dalam kemajuan di semua bidang riset DM maupun penatalaksanaan

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu penyakit kronis yang terjadi baik ketika

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes saat ini menjadi masalah besar di seluruh. dunia dengan insidensi yang diperkirakan akan meningkat

I. PENDAHULUAN. sebagai akibat insufisiensi fungsi insulin. Insufisiensi fungsi insulin dapat

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Menurut Global Report On Diabetes yang dikeluarkan WHO pada tahun

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan sekelompok kelainan heterogen yang

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit metabolisme dari karbohidrat,

BAB 1 PENDAHULUAN. aktivitas fisik dan meningkatnya pencemaran/polusi lingkungan. Perubahan tersebut

I. PENDAHULUAN. Diabetes Melitus disebut juga the silent killer merupakan penyakit yang akan

BAB I PENDAHULUAN. Diabetes melitus telah menjadi masalah kesehatan di dunia. Insidens dan

BAB I PENDAHULUAN. Menurut kamus kedokteran tahun 2000, diabetes melitus (DM) adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Seiring dengan kemajuan teknologi di dunia kesehatan, telah terjadi

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Diabetes Melitus (DM) adalah suatu sindrom klinis kelainan metabolik

BAB I PENDAHULUAN.

BAB I PENDAHULUAN. Kaki diabetik merupakan komplikasi dari diabetes melitus (DM) yang

BAB I PENDAHULUAN. yang ditandai dengan meningkatnya glukosa darah sebagai akibat dari

BAB 1 PENDAHULUAN. Diabetes mellitus (DM) adalah salah satu penyakit. degenerative, akibat fungsi dan struktur jaringan ataupun organ

BAB 1 PENDAHULUAN. Komplikasi akut adalah gangguan keseimbangan kadar glukosa darah jangka

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan dunia yang serius. World Health Organization (WHO) merupakan yang tertinggi di dunia (Wild, et al., 2009).

BAB I PENDAHULUAN. membahayakan jiwa dari penderita diabetes. Komplikasi yang didapat

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan perolehan data Internatonal Diabetes Federatiaon (IDF) tingkat

Obat Penyakit Diabetes dan Berbagai Komplikasi Neuropati

I. PENDAHULUAN. cukup besar di Indonesia. Hal ini ditandai dengan bergesernya pola penyakit

BAB I PENDAHULUAN.

DIABETES MELLITUS I. DEFINISI DIABETES MELLITUS Diabetes mellitus merupakan gangguan metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk heterogen

BAB 1 PENDAHULUAN. kelompok penyakit metabolic dengan karakteristik hiperglikemia yang

Obat Untuk Diabetes Dengan Komplikasi Neuropati Perifer

UKDW BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang. Neuropati diabetika merupakan komplikasi yang paling sering muncul

BAB 1 PENDAHULUAN. yang ditandai oleh kenaikan kadar glukosa dalam darah atau hiperglikemia.

BAB I PENDAHULUAN. (glukosa) akibat kekurangan atau resistensi insulin (Bustan, 2007). World

HUBUNGAN PERILAKU PASIEN DALAM PERAWATAN DIABETES MELITUS DENGAN ULKUS DIABETIKUM PADA PASIEN DIABETES MELITUS DI RUANG RINDU A1 DAN A2 RSUP H

BAB I PENDAHULUAN. kekurangan insulin, baik total ataupun sebagian. DM menunjuk pada. kumpulan gejala yang muncul pada seseorang yang dikarenakan oleh

BAB I PENDAHULUAN UKDW. insulin dan kerja dari insulin tidak optimal (WHO, 2006).

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Diabetes Melitus (DM) merupakan penyakit kronis yang terjadi ketika pankreas tidak lagi memproduksi insulin atau ketika sel-sel tubuh resisten terhadap kerja insulin (Smeltzer & Bare, 2011). Menurut American Diabetes Association (ADA) 2005, DM merupakan suatu kelompok penyakit dengan karakteristik hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau kedua-duanya (Suyono, 2009). DM merupakan suatu masalah kesehatan yang kini semakin berkembang dan menyita perhatian di masyarakat. Menurut data dari International Diabetes Federation pada tahun 2012 diperkirakan sebanyak 371 juta orang di dunia menderita DM. Sedangkan Indonesia sendiri menduduki peringkat ke-7 terbanyak dengan perkiraan jumlah sekitar 7,6 juta kasus dan diperkirakan akan terus meningkat pada tahun 2030 dengan jumlah sekitar 11,8 juta kasus. Ketua Persatuan Diabetes Indonesia (Persadia) Prof. Sidhartawan Soegondo, MD, Ph.D., FACE dalam Global Diabetes Forum di Kuta, Bali pada 18 Januari 2014 mengatakan, penyakit DM yang ada di Indonesia 90% diantaranya merupakan DM tipe II (Bali Post, 2014). Berdasarkan data dari Dinas Kesehatan Provinsi Bali pada tahun 2011, jumlah penderita DM di Bali tercatat sekitar 2280 kasus dan jumlah ini meningkat pada tahun 2012 yaitu sebanyak 3004 kasus dengan 52% jumlah kasus merupakan 1

2 DM tipe II yaitu sebanyak 1469 kasus. Di Puskesmas se-kota Denpasar jumlah kunjungan pasien DM pada tahun 2012 cukup tinggi yaitu sebanyak 8.543 kunjungan, sedangkan jumlah kasus terbanyak terdapat pada Puskesmas I Denpasar Utara dengan total 1391 kunjungan. Pada tahun 2013 jumlah kunjungan pasien DM di Puskesmas I Denpasar Utara meningkat yaitu sebanyak 1630 kunjungan dengan 85% jumlah kunjungan adalah pasien dengan DM tipe II yaitu sebanyak 1387 kunjungan. DM tipe II merupakan kasus diabetes yang paling sering ditemui. Kurang lebih 90% hingga 95% penderita mengalami DM tipe II dari semua kasus DM (International Diabetes Federation, 2013). Pada pasien-pasien dengan DM tipe II terdapat dua masalah utama yang berkaitan dengan insulin, yaitu resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan berikatan dengan reseptor khusus pada permukaan sel akibatnya terjadi suatu rangkaian reaksi dalam metabolisme glukosa di dalam sel. Pada DM tipe II terjadi resistensi insulin sehingga pengambilan glukosa oleh jaringan menjadi tidak efektif (Smeltzer & Bare, 2011) Kadar glukosa darah yang tidak dikelola dengan baik dapat menimbulkan berbagai komplikasi, yaitu komplikasi metabolik akut dan komplikasi-komplikasi vaskular jangka panjang. Komplikasi vaskular jangka panjang melibatkan kelainan pada pembuluh-pembuluh darah kecil (mirkoangiopati) dan pembuluhpembuluh darah sedang dan besar (makroangiopati) (Price & Wilson, 2005). Neuropati Diabetik (ND) merupakan kerusakan progresif pada saraf yang mengakibatkan hilangnya fungsi saraf itu sendiri, dan ND merupakan salah satu

3 komplikasi vaskular jangka panjang yang paling sering ditemui pada pasien DM tipe II (Subekti, 2009). Mekanisme terjadinya ND berawal dari hiperglikemia kronis yang mengakibatkan terjadinya aktivasi jalur poliol, sintesis Advanced Glycosilation end Products (AGEs), pembentukan radikal bebas dan aktivasi Protein Kinase C (PKC). Aktivasi berbagai jalur tersebut berujung pada kurangnya vasodilatasi pembuluh darah, sehingga aliran darah ke saraf menurun yang menyebabkan terjadinya hipoksia saraf. Baik axon maupun selaput myelin menjadi rusak diakibatkan oleh kurangnya aliran darah menuju saraf sehingga transmisi impuls saraf terganggu dan terjadilah ND (Subekti, 2009; Smeltzer & Bare, 2001). Diabetic Peripheral Neuropathy (DPN) merupakan masalah neuropati yang paling sering terjadi pada pasien diabetes. DPN merupakan suatu tanda atau gejala dari disfungsi saraf perifer pada penderita DM, yang menjangkit sampai dengan 50% dari penderita DM tipe II (Boulton, 2005). Sarwono juga mengungkapkan hal yang serupa bahwa insiden DPN pada pasien DM lebih dari 50% (Pusat Data & Informasi PERSI, 2011). Sedangkan dalam penelitan yang dilakukan Purboyo (2010), yang meneliti tentang prevalensi DPN pada pasien pasien DM tipe II di Poli DM RSUD Dr. Soetomo Surabaya, didapatkan hasil dari 60 sampel pasien DM tipe II yang diperiksa di Poli DM RSUD Dr. Soetomo Surabaya selama periode bulan Agustus 2010, 20 pasien positif mengalami neuropati perifer sensoris (33%) dan 40 pasien negative (67%). Menurut National Diabetes Information Clearinghouse (2012), DPN merupakan istilah untuk neuropati sensoris dan motorik (sensorimotor

4 neuropathy) yang dapat menyebabkan penurunan sensasi proteksi, nyeri dan kelemahan otot terutama pada kaki penderita DM. Kehilangan sensasi proteksi dan kelemahan otot dapat menyebabkan peningkatan resiko terjadinya cedera dan ulkus yang berujung pada Diabetic Foot (DF) pada penderita DM. Lecet dan luka bisa muncul di daerah kaki yang mati rasa karena tekanan atau cedera yang terjadi tanpa disadari. Jika cedera kaki tidak segera diobati, infeksi dapat menyebar ke tulang. Bila infeksi tidak dapat dikendalikan maka tindakan amputasi merupakan penanganan yang harus dilakukan (National Diabetes Information Clearinghouse, 2012). Sebuah penelitian di Amerika Serikat menunjukkan bahwa sekitar 15% dari penderita DM setidaknya terjadi satu DF selama masa hidup mereka, dan penelitian tersebut juga menemukan sekitar 60-70% DF berawal dari kejadian neuropati (Gordois, 2003). Penelitian lain yang dilakukan di RSUP Dr. Kariadi Semarang pada tahun 2001 juga menunjukkan adanya hubungan bermakna yang searah antara DPN dengan DF. Dari 70 penderita DF didapat 35 penderita DF derajat nol (50%), 13 penderita DF derajat satu (18,6%), 10 penderita DF derajat dua (14,3%) dan 12 penderita DF derajat tiga (17,1%). Pada pemeriksaan neuropati dengan elektromiografi didapatkan hasil pada DF derajat dua dan tiga terdapat kelainan DPN berat, sedangkan hasil normal dan DPN ringan hanya didapat pada DF derajat nol (Supriyanto, 2001). Selain menyebabkan amputasi, DF merupakan penyebab pasien DM mengalami mortalitas. Data di RSUPN Cipto Mangunkusumo pada tahun 2003 menunjukkan masalah kaki diabetes masih merupakan masalah besar. Sebagian

5 besar perawatan penderita DM selalu berhubungan dengan DF. Angka kematian dan angka amputasi masih tinggi masing-masing sebesar 16% dan 25%. Sebanyak 14,3 % akan meninggal dalam setahun pasca amputasi, dan sebanyak 37% akan meninggal tiga tahun pasca amputasi (Waspadiji, 2009). Upaya penanganan DPN sangat diperlukan untuk mencegah terjadinya DF yang akan berdampak lebih buruk lagi akan amputasi dan kematian. Strategi pengelolaan pasien DM dengan keluhan DPN dibagi menjadi tiga bagian. Strategi pertama adalah melakukan diagnosis DPN sedini mungkin, kemudian strategi kedua dengan kontrol glikemik dan perawatan kaki sebaik-baiknya dan strategi ketiga ditujukan pada pengendalian keluhan DPN/nyeri DPN setelah strategi kedua dilaksanakan. Perawatan kaki dapat dilakukan dengan cara menjaga kebersihan kulit kaki dan menghindari trauma kaki seperti menggunakan sepatu yang sempit, dengan melakukan perawatan kaki secara teratur dapat mencegah terjadinya DF (Subekti, 2009). Akan tetapi, dari masing-masing perawatan tersebut memiliki beberapa kelebihan dan juga kekurangan yang dapat membuat penderita DM dengan keluhan DPN gagal mencapai tujuan dalam melakukan perawatan kaki. Menjaga kaki tetap bersih mudah dilakukan akan tetapi dilihat dari segi pelaksanaannya tidak dapat mengatasi masalah utama penyebab DPN. Menghindari trauma kaki seperti tidak menggunakan alas kaki yang ketat dan sempit mencegah kaki untuk tidak mengalami luka, hal ini mudah dilakukan, akan tetapi tidak mampu mengatasi permasalahan utama timbulnya DPN.

6 Berdasarkan hal tersebut, diperlukan suatu perawatan kaki yang selain mudah dan murah dilakukan, tetapi juga bisa membantu penderita DM mencegah terjadinya DF akibat DPN secara optimal. Terapi massage dapat digunakan sebagai suatu perawatan tambahan pada penderita DM (Rose, 2003; Curiel, 2001). Masase kaki merupakan salah satu bagian dari terapi massage yang dilakukan pada kaki pasien. Selain metodenya yang sederhana, murah, dan mudah dilakukan, massage pada kaki juga efektif dalam meringankan gejala DPN pada penderita DM (Ezzo, 2011; Mayo Clinic, 2013; Knighte, 2013). Efek dari massage dapat menyebabkan vasodilatasi pembuluh darah di jaringan sehingga meningkatkan transportasi nutrisi dan oksigen ke jaringan, selain itu massage juga membantu proses pembuangan toksin-toksin dari jaringan. Kedua efek ini akan berpengaruh pada perbaikan fungsi ujung-ujung saraf sensori sehingga dapat menyebabkan perbaikan fungsi saraf sensori (Premkumar, 2004). Berdasarkan studi pendahuluan di Puskemas I Denpasar Utara pada bulan Januari 2014 didapatkan data dari 31 pasang kaki pasien DM yang telah dilakukan pengukuran sensasi proteksi dengan alat ukur monfilamen 10g, 20 pasien (64,5%) mengalami penurunan sensasi proteksi pada kaki, dimana 16 pasien (51,6%) mengalami penurunan sensasi ringan, satu pasien (3,2%) yang mengalami penurunan sensasi sedang, tiga pasien (9,7%) mengalami penurunan sensasi berat dan 11 (35,5%) pasien mengalami sensasi kaki yang masih baik. Berdasarkan uraian yang disampaikan diatas maka peneliti ingin melakukan penelitian tentang pengaruh masase kaki terhadap sensasi proteksi pada kaki pasien DM tipe II dengan DPN di Puskesmas I Denpasar Utara. Pada

7 penelitian hanya akan mengambil populasi DM tipe II karena berdasarkan literatur yang ada dikatakan bahwa manfaat masase yang diberikan pada DM tipe I dan tipe II dapat memberikan efek yang berbeda, oleh karena itu pada penelitian akan dilakukan masase pada DM tipe II mengingat DM tipe II merupakan kasus yang paling sering ditemui di lapangan (Ezzo, 2001). 1.2 Rumusan Masalah Berdasarkan uraian masalah di atas didapatkan rumusan masalah; Bagaimanakah pengaruh masase kaki terhadap sensasi proteksi pada kaki pasien DM tipe II dengan diabetic peripheral neuropathy? 1.3 Tujuan Penelitian 1.3.1 Tujuan Umum Untuk mengetahui pengaruh masase kaki terhadap sensasi proteksi pada kaki pasien DM tipe II dengan diabetic peripheral neuropathy. 1.3.2 Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi karakateristik pasien DM tipe II di Puskesmas I Denpasar Utara. b. Mengidentifikasi sensasi proteksi kaki pasien DM tipe II pada kelompok perlakuan sebelum diberikan intervensi masase kaki. c. Mengidentifikasi sensasi proteksi kaki pasien DM tipe II pada kelompok perlakuan setelah diberikan intervensi masase kaki. d. Mengidentifikasi sensasi proteksi kaki pre-test pada kelompok kontrol.

8 e. Mengidentfikasi sensasi proteksi kaki post-test pada kelompok kontrol. f. Menganalisis perbedaan sensasi proteksi kaki pasien DM tipe II sebelum dan setelah diberikan intervensi masase kaki. g. Menganalisis perbedaan sensasi proteksi pre-test dan sensasi proteksi posttest pada kelompok kontrol. h. Menganalisis perbedaan perubahan sensasi proteksi kaki pada kelompok perlakuan dan kelompok kontrol. 1.4 Manfaat Penelitian 1.4.1 Manfaat Praktis Diharapkan hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai masukan untuk menggunakan masase kaki sebagai upaya perawatan kaki untuk melancarkan sirkulasi darah dan meringankan gejala DPN sehingga dapat mencegah terjadinya komplikasi diabetic foot. 1.4.2 Manfaat Teoritis a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi ilmiah pada bidang keperawatan khususnya di bidang keperawatan medikal bedah atau keperawatan komunitas dalam perawatan pasien DM tipe II dengan melakukan terapi masase kaki untuk mencegah terjadinya diabetic foot. b. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah pembendaharaan pustaka terutama dalam bidang keperawatan medikal bedah atau keperawatan komunitas, sebagai bahan acuan bagi peneliti selanjutnya.