POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG DENGAN LUPUS (ODAPUS) NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar Sarjana S-1

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa hidup tanpa orang lain.

KOMUNIKASI ANTARBUDAYA DALAM PROSES ASIMILASI PERNIKAHAN JAWA DAN MINANGKABAU

BAB III METODE PENELITIAN. dengan pendekatan studi kasus. Menurut Sugiyono (2012), metode penelitian

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

Sugeng Pramono Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta

HUBUNGAN ANTARA KONSEP DIRI DENGAN KEMAMPUAN KOMUNIKASI INTERPERSONAL PADA REMAJA. Naskah Publikasi. Diajukan kepada Fakultas Psikologi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Stres pada Wanita Karir (Guru) yang dialami individu atau organisme agar dapat beradaptasi atau menyesuaikan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kebutuhan mencari pasangan hidup untuk melanjutkan keturunan akan

PERAN SIGNIFICANT OTHERS

DUKUNGAN SOSIAL PADA PEMBANTU RUMAH TANGGA USIA REMAJA DI BANYUMAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Dalam rentang kehidupan, individu berkembang dari masa kanak-kanak

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian Wangi Citrawargi, 2014

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang

PSYCHOLOGICAL WELL BEING PADA WANITA LAJANG DEWASA MADYA NASKAH PUBLIKASI

BAB I PENDAHULUAN. Membentuk sebuah keluarga yang bahagia dan harmonis adalah impian

BAB I PENDAHULUAN. Sekarang ini kita dihadapkan pada berbagai macam penyakit, salah satunya

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. sosial di lingkungan sekolah. Dalam melaksanakan fungsi interaksi sosial, remaja

MANAJEMEN DIRI UNTUK MENGELOLA KETIDAKPASTIAN DAN KECEMASAN DALAM KOMUNIKASI ANTARBUDAYA MAHASISWA ASAL KALIMANTAN BARAT DI SURAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Manusia terlahir dibumi telah memiliki penyesuaian terhadap lingkungan

BAB I PENDAHULUAN 1.1 LATAR BELAKANG MASALAH

SELF ESTEEM KORBAN BULLYING (Survey Kepada Siswa-siswi Kelas VII SMP Negeri 270 Jakarta Utara)

HUBUNGAN ANTARA PERSEPSI TERHADAP DOSEN PEMBIMBING DENGAN TINGKAT STRESS DALAM MENULIS SKRIPSI

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar belakang. Sebagai makluk hidup sosial, seorang individu sejak lahir hingga sepanjang hayat

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

POLA KOMUNIKASI MAHASISWA ETNIS MINANGKABAU YANG MENGALAMI CULTURE SHOCK

BAB I. Kekerasan Dalam Rumah Tangga atau KDRT diartikan setiap perbuatan. terhadap seseorang terutama perempuan yang berakibat timbulnya kesengsaraan

KEBAHAGIAAN DAN KETIDAKBAHAGIAAN PADA WANITA MENIKAH MUDA

BAB I PENDAHULUAN. sosial yang harus hidup di tengah lingkungan sosial. Melalui proses sosialisasi. mengadakan interaksi sosial dalam pergaulannya.

BAB III METODE PENELITIAN. A. Jenis dan Rancangan Penelitian. Sesuai dengan tujuan penelitian yaitu untuk mengkaji dan mempelajari secara

BAB III METODE PENELITIAN. ini digunakan karena adanya realitas sosial mengenai perempuan yang menderita

KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANGTUA KEPADA ANAK DALAM MEMAHAMI DAMPAK BERMAIN GAME ONLINE NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. untuk terus meningkatkan kemampuannya dengan menuntut ilmu. Berbagai macam lembaga

5. KESIMPULAN, DISKUSI, DAN SARAN

KESEJAHTERAAN SUBJEKTIF PADA PENYANDANG KANKER PAYUDARA

BAB V PENUTUP. menjadi tidak teratur atau terasa lebih menyakitkan. kebutuhan untuk menjadi orang tua dan menolak gaya hidup childfree dan juga

HUBUNGAN ANTARA DUKUNGAN KELUARGA TERHADAP INTERAKSI SOSIAL PADA PENDERITA EPILEPSI DI KECAMATAN MANYARAN DAN KECAMATAN JATIPURNO KABUPATEN WONOGIRI

BAB V. KESIMPULAN, DISKUSI, dan SARAN

BAB I PENDAHULUAN. dalam mencari pekerjaan. Alasan pelarangan yang dikemukakanpun sangat tidak rasional,

BAB I PENDAHULUAN. kepada para orang tua yang telah memasuki jenjang pernikahan. Anak juga

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. ditandai dengan adanya perkembangan yang pesat pada individu dari segi fisik, psikis

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang. penyakit Lupus. Penyakit ini dalam ilmu kedokteran seperti dijelaskan dalam Astuti

BAB I PENDAHULUAN. Remaja adalah waktu manusia berumur belasan tahun. Pada masa remaja

BAB III METODELOGI PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. diberikan dibutuhkan sikap menerima apapun baik kelebihan maupun kekurangan

`BAB I PENDAHULUAN. mengalami kebingungan atau kekacauan (confusion). Suasana kebingunan ini

`BAB I PENDAHULUAN. Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) adalah topik yang hangat dikalangan

PENDAHULUAN. Kondisi fisik manusia sangat mempengaruhi penilaian orang lain dan penilaian diri sendiri. Salah

BAB III METODE PENELITIAN. yang dialami individu dalam kehidupan sehari-hari. Menurut Herdiansyah. sehingga mampu mengembangkan pola dan relasi makna.

BAB I PENDAHULUAN. Masa remaja merupakan masa yang penting dalam kehidupan seseorang,

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. kesehatan secara fisik. Sebagian orang harus menderita penyakit yang dapat

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Penelitian

KOMUNIKASI ANTARPRIBADI KONSELOR TERHADAP ODHA DI KLINIK VCT RSUD KABUPATEN KARANGANYAR NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagai persyaratan

BAB I PENDAHULUAN. yang sehat, pintar, dan dapat berkembang seperti anak pada umumnya. Namun, tidak

BAB III METODE PENELITIAN. kualitatif dengan menggunakan jenis penelitian studi deskriptif yaitu memaparkan

SKRIPSI Disusun Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan dalam Mencapai Derajat Sarjana (S-1) Psikologi

BAB III METODE PENELITIAN. Menurut Bodgan dan Taylor (Lexy J. Moeloeng, 2011 : 4), penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. A. Rancangan Penelitian

BAB III METODE PENELITIAN. diambil kesimpulannya, artinya penelitian yang dilakukan adalah penelitian

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. A. Kesepian (loneliness)

ROMANTISME PADA WANITA KORBAN KEKERASAN SEKSUAL PADA MASA KANAK- KANAK

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar belakang masalah. Seorang ibu yang sedang mengalami kehamilan pertama akan merasa berbeda

BAB III METODE PENELITIAN. diteliti dapat dianalisis secara tepat dan terjamin kesahihannya. 42

BAB I PENDAHULUAN. masalah, tujuan penelitian, dan kegunaan penelitian.

I. PENDAHULUAN. lain. Menurut Supratiknya (1995:9) berkomunikasi merupakan suatu

bersalah, dan kematian. Penderitaan bisa berupa kesulitan-kesulitan. Hal yang paling mendasar

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menempuh berbagai tahapan, antara lain pendekatan dengan seseorang atau

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. merasa senang, lebih bebas, lebih terbuka dalam menanyakan sesuatu jika berkomunikasi

BAB III METODE PENELITIAN. Permasalah penelitian yang ingin dijabarkan disini adalah mengenai

BAB II LANDASAN TEORI. A. Kepuasan Pernikahan. 1. Pengertian Kepuasan Pernikahan

BAB II KERANGKA KONSEP KEGIATAN. penilaian (judgement) diri sendiri dalam melakukan tugas dan memilih

BAB 1 PENDAHULUAN. kecerdasan yang rendah di bawah rata-rata orang pada umumnya (Amrin,

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Kemajuan dalam bidang pendidikan dan teknologi yang pesat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Penyakit kronis merupakan penyakit yang berkembang secara perlahan selama bertahuntahun,

BAB I PENDAHULUAN. Komunikasi adalah salah satu aktivitas yang sangat fundamental dalam

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Menopause merupakan masa berhentinya menstruasi yang terjadi

BAB I PENDAHULUAN. berperilaku asertif, dalam hal ini teknik yang digunakan adalah dengan Assertif

BAB I PENDAHULUAN. dan berinteraksi dengan orang lain demi kelangsungan hidupnya. Karena pada

BAB I PENDAHULUAN. Payudara merupakan salah satu bagian tubuh wanita yang memiliki

KONSEP DIRI DALAM KOMUNIKASI ANTARPRIBADI (Studi Kasus pada Anggota Language and Cultural Exchange Medan) RICO SIMANUNGKALIT

KOMUNIKASI KELUARGA UNTUK MENUMBUHKAN MOTIVASI SEMBUH PADA ANAK PENDERITA KANKER. Misbah Hayati, Universitas Diponegoro.

BAB I PENDAHULUAN. matang baik secara mental maupun secara finansial. mulai booming di kalangan anak muda perkotaan. Hal ini terjadi di

BAB I PENDAHULUAN. lebih banyak dari pada penduduk berjenis kelamin laki-laki. Sejalan dengan

BAB I PENDAHULUAN. perubahan. Pada permulaan hidup perubahan itu kearah pertumbuhan dan

2015 PEMBELAJARAN TARI KELOMPOK UNTUK MENINGKATKAN EMPATI SISWA KELAS VII A DI SMPN 14 BANDUNG

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. lingkungan. Ketika remaja dihadapkan pada lingkungan baru misalnya lingkungan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Penyandang tuna rungu adalah bagian dari kesatuan masyarakat Karena

BAB I PENDAHULUAN. masyarakat. Di era sekarang perceraian seolah-olah menjadi. langsung oleh Direktorat Jenderal Badan Peradilan Agama Mahkamah

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Setiap individu akan mengalami perubahan pada dirinya baik secara fisik

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENYESUAIAN DIRI PADA PENDERITA VITILIGO

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Dukungan sosial merupakan keberadaan, kesediaan, keperdulian dari

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. sifatnya subjektif. Kebahagiaan, kesejahteraan, dan rasa puas terhadap hidup yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

Transkripsi:

POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG DENGAN LUPUS (ODAPUS) NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan guna mencapai gelar Sarjana S-1 Program Studi Ilmu Komunikasi ROOSVINA LASDAFI AHIMSHA L100100096 PROGRAM STUDI ILMU KOMUNIKASI FAKULTAS KOMUNIKASI DAN INFORMATIKA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA 2014

POLA KOMUNIKASI INTERPERSONAL ORANG DENGAN LUPUS (ODAPUS) DALAM MASYARAKAT Roosvina Lasdafi Ahimsha Program Studi Ilmu Komunikasi Fakultas Komunikasi dan Informatika Universitas Muhammadiyah Surakarta 2014. ABSTRAK Komunikasi merupakan kebutuhan mutlak setiap manusia. Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat tidak berkomunikasi dengan sesamanya. Oleh karenanya, komunikasi terlebih komunikasi antarpribadi (interpersonal) menjadi kebutuhan yang esensial bagi setiap manusia untuk mencapai keharmonisan hubungan dan kesehatan mental manusia. Subjek dalam penelitian ini adalah tiga Orang dengan Lupus (odapus). Pemilihan subjek ini berdasarkan pertimbangan bahwa belum ada informasi yang cukup dalam masyarakat mengenai penyakit lupus dan odapus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pola komunikasi interpersonal odapus dengan masyarakat. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif dengan pendekatan fenomenologi. Menggunakan pendekatan ini, peneliti berusaha memahami arti dari peristiwa dan situasi yang dialami oleh odapus. Penelitian ini menemukan bahwa pola komunikasi interpersonal Orang dengan Lupus (odapus) terbentuk karena adanya konsep diri positif. Konsep diri positif tersebut dipengaruhi oleh faktor: usia, lingkungan sosial, kompetensi dan aktualisasi diri. Membaiknya pola komunikasi interpersonal subjek ditandai dengan muculnya Adanya keinginan untuk meneruskan keturunan, keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidup sebagai makhluk sosial, Keyakinan untuk mempertahankan hidup, kepercayaan diri untuk berkomunikasi dengan sesama, dan rasa empati. Kata kunci: pola komunikasi, komunikasi interpersonal, fenomenologi, lupus, odapus A. PENDAHULUAN Sebagai makhluk sosial, manusia tidak bisa hidup tanpa orang lain. Mengutip istilah dari Paul Watzlawik, we cannot-not communicate, kita tidak dapat tidak berkomunikasi. Dalam artian, seseorang tidak dapat hidup tanpa komunikasi, sehingga setiap orang pasti

berkomunikasi dan tidak mungkin tidak membutuhkan komunikasi. Setiap manusia mengharapkan kehidupan sosial yang harmonis. Komunikasi yang lancar dengan noise (gangguan) yang minim menjadi harapan semua orang agar kehidupan terasa nyaman, menyenangkan dan bahagia. Namun, tidak semua orang mendapatkan hal tersebut, termasuk penderita penyakit lupus. Penderita lupus ini sering disebut sebagai orang dengan lupus (odapus). Perubahan fisik yang terlihat jelas, serta perasaan takut akan penyakit yang belum ditemukan obatnya, membuat kebanyakan odapus minder untuk tampil bersosial di muka umum. Mereka merasa tidak percaya diri, sehingga sedikit demi sedikit odapus cenderung menarik diri dari kehidupan bersosial. Perasaan khawatir tidak terlihat cantik/ menarik, takut dicela, dan takut tidak diterima di pergaulan hingga takut ditinggalkan orang-orang terdekat kerapkali menghantui perasaan odapus. Rasa sakit dan lelah yang berlebihan akibat serangan Lupus, perubahan fisik yang mencolok menambah masalah psikologis dan beban mental tersendiri bagi odapus yang sebagian besar adalah wanita. Sehingga, hal tersebut dapat memunculkan berbagai emosi yang beragam. Rasa marah, kecewa, terkadang menutup diri, emosi, dan lebih sensitif lebih sering dialami odapus. Juga rasa takut akan perlakuan yang berbeda dari orang disekitar mereka pasti timbul pada odapus atau rasa takut akan kehilangan orang terdekat. Hal tersebut mengakibatkan mereka menarik diri dari kehidupan sosial. Mereka menjadi cenderung pendiam dan mengisolasi diri. Selain itu mereka juga merasa stress sehingga komunikasi dan interaksi dengan orang-orang di sekeliling menjadi berkurang. Hal tersebut menurut Tiara Savitri dalam bukunya Aku & Lupus (2005) merupakan hal yang wajar dan biasa terjadi

pada seseorang yang baru didiagnosis terkena Lupus. Cemas dan emosional, marah, ketidaktahuan bagaimana memberitahukan diagnosis kesehatan pada keluarga, teman dan kerabat, hingga muncul perasaan takut tidak dapat hidup normal dan takut akan kematian kerapkali menyelimuti pikiran odapus. Tanggapan orang-orang sekitar yang memandang aneh dengan perubahan fisik hingga dicerca tahun ke tahun. Begitu pula penderita Lupus di Indonesia, meningkat dari 12.700 jiwa pada tahun 2012 menjadi 13.300 jiwa per April 2013. Disamping itu, sekitar lima juta orang diseluruh dunia terkena penyakit Lupus, dimana penyakit tersebut dominan menyerang wanita usia produktif (15-45 tahun). Rasa rendah diri odapus untuk berinteraksi dengan lingkungan pertanyaan-pertanyaan mengenai menyebabkan odapus cenderung menutup perubahan fisik menambah kesedihan dan cenderung membuat odapus untuk menarik diri dari kehidupan bersosial. Ketidaktahuan dan minimnya informasi diri. Sehingga, odapus yang sebenarnya membutuhkan dukungan, semangat dan motivasi untuk terus menjalani hidup tidak bisa terpenuhi kebutuhan komunikasinya serta kurangnya kewaspadaan mengenai dan menyebabkan kondisi psikis menjadi penyakit Lupus lah yang menjadi salah satu faktor penyebabnya. terpuruk. Selain itu, ketika odapus terjun ke masyarakat, seperti penjelasan di atas, banyak sekali masyarakat awam yang masih menganggap aneh, mencerca (Sumber: republica.co.id) Padahal, menurut data dari YLI yang dikutip dari republika.co.id, menunjukkan bahwa penderita Lupus meningkat dari berbagai pertanyaan yang tentu saja membuat para odapus tersebut merasa tidak nyaman dan berbeda dari orang kebanyakan. Sehingga menyebabkan

komunikasi interpersonal dengan masyarakat terasa lebih sulit. Berangkat dari fenomena tersebut diatas, penulis tertarik untuk meneliti pola komunikasi interpersonal odapus dengan masyarakat, mengingat mereka juga merupakan bagian dari masyarakat dan makhluk sosial yang sangat membutuhkan komunikasi dengan orang lain. Melalui komunikasi, manusia sebagai makhluk sosial dapat bertahan hidup. Selain itu juga berfungsi untuk memelihara hubungan melalui komunikasi antarpribadi (Mulyana, 2004: 73). B. TINJAUAN PUSTAKA Sebagai makhluk sosial, manusia tidak dapat dipisahkan dari kebutuhan berkomunikasi. Pada hakikatnya, manusia diciptakan untuk hidup bersama melalui interaksi dengan sesamanya. Dalam proses interaksi, komunikasi menjadi salah satu unsur penting dalam membangun terjadinya proses komunikasi tersebut. Pada kenyataannya, komunikasi merupakan hal yang bersifat dinamis, selalu berkembang. Melalui komunikasi, manusia diarahkan untuk tidak melupakan kodratnya sebagai makhluk sosial yang selalu membutuhkan orang lain dan selalu berhubungan dengan sesamanya. Hingga akan tiba saatnya pada titik saling pengertian untuk mencapai kehidupan sosial yang baik dan harmonis. Esensi dalam komunikasi adalah untuk memperoleh kesamaan makna antara orang yang terlibat dalam proses komunikasi hingga terwujud rasa saling pengertian dan hubungan yang harmonis. De Vito (1999) menyatakan bahwasanya tingkatan yang paling penting dalam komunikasi adalah komunikasi interpersonal yang diartikan sebagai relasi individual dengan orang lain dalam konteks sosial. Individu menyesuaikan diri dengan orang lain melalui proses yang disebut pengiriman dan penerimaan. Dalam proses komunikasi interpersonal, dapat terlihat adanya upaya dari para pelaku komunikasi untuk terjadinya pergantian bersama (mutual

understanding) dan empati. Dari proses ini terjadi rasa saling menghormati bukan disebabkan status sosial melainkan didasarkan pada anggapan bahwa masingmasing adalah manusia yang berhak dan wajib, pantas dan wajar dihargai dan dihormati sebagai sesama manusia (Pratikto, 1987: 45-18) Untuk mewujudkan komunikasi interpersonal yang baik, selain faktor tersebut di atas, penulis berpendapat bahwa diperlukan konsep diri (self concept) yang positif bagi setiap manusia. Konsep diri Penelitian ini lebih menekankan pada penggambaran (deskripsi) daripada penjelasan aas semua hal, tetapi tetap memperhatikan sudut pandang yang bebas dari hipoesis atau praduga (Fouche, 1993 dalam Sobur, 2013: xi) Pendekatan fenomenologi ini digunakan untuk memberikan kerangka bagaimana memahami realitas. Dalam pendekatan ini, realitas terletak pada perilaku, bukan terletak pada orang luar. Realitas tersebut kemudian digali lewat usaha memahami perliaku manusia melalui adalah pandangan dan perasaan kita kerangka berpikir dan bertindak para tentang diri kita. Hal tersebut terjadi setelah kita menanggapi perilaku orang lain yang menerangkan sifat-sifatnya dan kemudian mengambil kesimpulan. (Rachmat, 2009: 105) C. METODE PENELITIAN Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan metode fenomenologi. Fenomenologi sebagai metode penelitian dipandang sebagai studi tentang fenomena, sifat dan makna. pelaku. (Sobur, 2013: 10). Peneliti menganggap jenis penelitian ini paling sesuai karena konsep dari fenomenologi ini cukup dekat dengan perkembangan ilmu sosial dan perilaku. Inti dari penelitian fenomenologi adalah gagasan mengenai dunia kehidupan (lifeworld), dalam artian bahwa realitas setiap individu hanya bisa dipahami melalui pemahaman terhadap dunia kehidupan individu, sekaligus melalui

sudut pandang mereka masing-masing (Sobur, 2013: 427). Subjek penelitian ini adalah tiga odapus yang tergabung dalam Komunitas Griya Kupu Solo dan sesuai dengan criteria yang telah ditetapkan peneliti. Pengambilan sample menggunakan teknik purposive sampling. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan dua teknik pengumpulan data, yakni observasi dan wawancara. Observasi disini disebut overt-participant, atau partisipan yang tampak. Subjek yang diteliti mengetahui kehadiran penulis, namun dalam situasi ini penulis seakanakan tidak sedang mengobservasi, melainkan sebagai partisipan. Wawancara menggunakan interview guide, agar alur wawancara tetap fokus pada tema yang akan dibahas sehingga tidak melebar dan keluar dari topik penelitian. Selain itu wawancara juga dilakukan dalam kondisi non-formal dimana pertanyaan-pertanyaan dilontarkan dalam setiap kesempatan yang memungkinkan peneliti dan subjek untuk melakukan sesi Tanya-jawab secara santai dan akrab. Teknik analisis data dalam penelitian ini adalah teknik analisis data fenomenologi (Moustakas, 1994: 119-153 dalam Sudarsyah, 2013): 1. Mendaftar ekspresi-ekspresi yang relevan dengan pengalaman, yaitu daftar jawaban subjek penelitian (horizonalization) 2. Reduksi dan Eliminasi Menguji setiap ekspresi yang ada dengan dua syarat, yakni: a. Apakah ekspresi tersebut mengandung pengalaman penting dan unsure pokok yang cukup baik untuk memahami fenomena? b. Apakah ekspresi tersebut memungkinkan untuk dikelompokkan dalam kelompok besar (kategori)?

3. Membuat klaster dan menuliskan tema terhadap ekspresi yang konsisten dan 5. Membuat Individual Textural Description (ITD) Memaparkan ekspresi-ekspresi memperlihatkan kesamaan. yang tervalidasi sesuai dengan Klaster dan pemberian tema merupakan tema inti pengalaman hidup subjek. 4. Melakukan validasi tema dilengkapi dengan kutipan verbatim hasil wawancara. Teknik validitas data dalam terhadap dengan cara: ekspresi-ekspresi, penelitian ini menggunakan validitas intrasubjektif, peneliti menghadirkan a. Apakah ekspresi tersebut eksplisit pada transkrip wawancara? b. Jika tidak beberapa uraian menenai perilaku maupun pengalaman yang sama dan muncul dalam situasi berbeda kemudian membandingkan uraian-uraian tersebut. Apabila gambaran diekspresikan secara pada uraian-uraian tersebut sama, maka eksplisit, apakah sesuai bisa dikatakan valid (Sobur, 2013: 426). dengan konteks dalam transkrip? c. Apabila tidak dinyatakan secara eksplisit dan tidak cocok, maka dinyatakan tidak relevan dan harus dihapus (tidak digunakan). D. HASIL DAN PEMBAHASAN Pada penelitian ini, terlihat pola komunikasi yang muncul dari ketiga subjek. Pola komunikasi tersebut menggambarkan bagaimana Ketiga subjek berkomunikasi dalam masyarakat hingga membentuk suatu hubungan sosial. Ketiga subjek melewati tahap dimana mereka

merasa menjadi seseorang yang bernasib paling buruk. Berawal dari vonis lupus dari dokter, ketiga subjek tersebut mengalami fase dimana mereka merasa terpuruk kemudian diikuti dengan sikap tertutup serta menarik diri dari lingkungan. Walaupun usia, status dan lingkungan tempat tinggal mereka berbeda, namun ketiga subjek mengalami kondisi yang sama setelah vonis lupus tersebut. Rasa sedih yang mendalam dan sikap menarik diri dari lingkungan yang dialami ketiga subjek ternyata tidak berlangsung sampai sekarang. Adanya dukungan dari orang-orang dekat membantu ketiga subjek untuk bangkit dari keterpurukannya. Calon suami YP yang bersikukuh untuk selalu mendampingi YP menjadi kekuatan bagi YP untuk kembali perempuannya. Begitu juga dengan WPD, dukungan yang mengalir dari sahabat dekat, keluarga dan teman-temannya memberikan pencerahan dari keterpurukan yang dialaminya. Dari uraian tersebut, maka ditemukan pola komunikasi interpersonal ketiga subjek. Berawal dari vonis lupus, ketiga subjek mengalami kondisi psikologis yang lemah. Kemudian, pada saat kondisi tersebut, subjek menarik diri dari hubungan social sehingga komunikasi interpersonal subjek dengan masyarakat menjadi terganggu. Muncul reaksi macammacam dari masyarakat terhadap subjek. Lebih lanjut, dari hal tersebut, terbentuk konsep diri positif di dalam diri subjek, sehingga subjek mampu bangkit dari keterpurukan dan komunikasi interpersonal bersemangat dan membuka diri dengan membaik hingga terwujud hubungan masyarakat. Hal yang sama, NRT yang sudah berkeluarga dan memiliki seorang anak perempuan, kembali bersemangat dan mau berkomunikasi lagi berkat dukungan tiada henti dari suami dan anak sosial yang baik dengan masyarakat. E. PENUTUP 1. Kesimpulan Penelitian ini menemukan bahwa pola komunikasi interpersonal Orang

dengan Lupus (odapus) terbentuk karena Diharapkan dapat adanya konsep diri positif. Konsep diri positif tersebut dipengaruhi oleh faktor: usia, lingkungan sosial, kompetensi dan aktualisasi diri. Membaiknya pola komunikasi interpersonal subjek ditandai dengan muculnya Adanya keinginan untuk meneruskan keturunan, keinginan untuk memenuhi kebutuhan hidup sebagai makhluk sosial, Keyakinan untuk mempertahankan hidup, kepercayaan diri untuk berkomunikasi dengan sesama, dan rasa empati. 2. Saran a. Bagi subjek 1) Diharapkan dapat terus percaya diri dan semangat dalam menjalani kehidupan sosial. 2) Diharapkan dapat selalu menjaga komunikasi interpersonal menambah tinjauan pustaka mengenai konsep diri untuk memperdalam analisis data c. Bagi Masyarakat Diharapkan dapat membina hubungan komunikasi yang baik dengan semua orang tanpa memandang status sosial, latar belakang, suku, ras, agama, dan lain-lain. F. PERSANTUNAN 1. Ibu Rinasari Kusuma, M. Ikom, selaku pembimbing I yang telah membimbing dan membantu penyusunan skripsi hingga selesai. 2. Ibu Palupi, MA, selaku pembimbing II yang telah membimbing dan membantu penyusunan skripsi hingga selesai. 3. Komunitas Griya Kupu Solo dan yang baik dengan masyarakat Yayasan Tittari Surakarta. sehingga dapat menjadi contoh dan inspirasi bagi masyarakat. b. Bagi penelitian selanjautnya

DAFTAR PUSTAKA Littlejohn, Stephen W dan Karen A. Foss. 2009. Teori Komunikasi (Edisi 9). Jakarta: Salemba Humanika. Mulyana, Deddy. 2004. Ilmu Komunikasi : Suatu Pengantar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Sobur, Alex. 2013. Filsafat Komunikasi: Tradisi dan Metode Fenomenologi. Bandung: PT Remaja Rosdakarya Sudarsyah, Asep. April 2013. Kerangka Analisis Data Fenomenologi. Jurnal Penelitian Pendidikan. Volume 14 Nomor 1 Pratikto, Riyono. 1987. Berbagai Aspek Ilmu Komunikasi. Bandung: Remadja Karya CV