KUALITAS PENGUNGKAPAN INSTRUMEN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN DI INDUSTRI KEUANGAN DAN PERANNYA DALAM MENGURANGI ASIMETRI INFORMASI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Laporan keuangan merupakan media komunikasi yang penting bagi

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Sumatera Utara

BAB I PENDAHULUAN. tidak relevannya metode pelaporan keuangan tradisional (Orens et al., 2009). Pada

BAB V PENUTUP. likuiditas (CR) dan financial leverage (DR) terhadap profitabilitas pada perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. keuntungan sebesar-besarnya. Untuk mencapai tujuan tersebut, salah satu cara

BAB I PENDAHULUAN UKDW. investasi saham adalah strategi buy and hold. Strategi ini berkenaan dengan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini menggunakan tiga jenis variabel yaitu variabel dependen, variabel independen,

BAB V PENUTUP. Berdasarkan penelitian, dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut: terhadap Audit Delay tidak terdukung. Dengan demikian profitabilitas

BAB 1 perusahaan sehingga menjadi faktor penentu dalam berinvestasi.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. hipotesis yang diajukan oleh peneliti mengenai struktur kepemilikan saham

BAB I PENDAHULUAN. Holding period adalah lamanya waktu yang diperlukan investor untuk berinvestasi UKDW

BAB I yang baik dan dapat memberikan return yang akan dipilih oleh investor. Oleh karena

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan pertumbuhan perekonomian. Dalam melaksanakan fungsi. ekonomi, pasar modal menyediakan fasilitas untuk memindahkan dana

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian. Era globalisasi telah menghapuskan batasan bagi perusahaan dalam melaksanakan

BAB I PENDAHULUAN. debt to equity ratio, rasio profitabilitas yaitu return on equity, earning per

BAB 1 PENDAHULUAN. profitabilitas yang tinggi. Profitabilitas adalah kemampuan perusahaan

BAB I PENDAHULUAN. nilai investasi di masa yang akan datang. (Jones, 2004). Tujuan kegiatan investasi

BAB I PENDAHULUAN. atau menerbitkan surat utang (obligasi). Obligasi (bond) dapat didefinisikan

BAB 1 PENDAHULUAN. telah memperlihatkan kemajuan seiring dengan perkembangan ekonomi

BAB 2 TINJAUAN TEORITIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB 1 PENDAHULUAN. Di dalam Undang-undang Pasar Modal no. 8 tahun 1995: Pasar Modal

BAB I PENDAHULUAN. dimanfaatkan untuk penggalangan dana publik. Bagi investor, pasar modal

BAB II TINJAUAN PUSTAKA DAN PENGEMBANGAN HIPOTESIS. Dalam kenyataannya ada hal-hal yang membuat perusahaan tidak bisa menggunakan

BAB 1 PENDAHULAN. Menurut Bursa Efek Indonesia (BEI), pasar modal (capital market)

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pada era globalisasi ini, keadaan perekonomian semakin tidak stabil. Dimana

BAB I PENDAHULUAN. Kondisi lingkungan ekonomi banyak berpengaruh pada dunia usaha.

BAB I PENDAHULUAN. industri perbankan. Selain menyangkut permasalahan modal, tingkat kepercayaan

BAB I PENDAHULUAN. untuk mendapatkan tambahan modal ialah dengan menawarankan kepemilikan

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. Kebijakan struktur modal melibatkan pertimbangan trade-off antara risiko

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Keberhasilan perusahaan dapat diukur berdasarkan kemampuan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh invesment opportunity

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

SKRIPSI Diajukan untuk Memenuhi Tugas dan Syarat-Syarat Guna Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Akuntansi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. tinggi akan diikuti oleh tingginya kemakmuran pemegang saham (Brigham et.al,

BAB I PENDAHULUAN. Apabila suatu perusahaan dalam memenuhi kebutuhan dananya. mengurangi ketergantungannya kepada pihak luar.

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Di dalam menghadapi persaingan di pasar global, perusahaan harus

BAB 1 PENDAHULUAN. perekonomian suatu negara. Sedangkan bagi para investor, pasar modal (capital

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu fungsi ekonomi dan

BAB I PENDAHULUAN. Pada era globalisasi seperti saat ini, dimana persaingan usaha sangat ketat

BAB I PENDAHULUAN. berkembangnya pertumbuhan ekonomi suatu negara (Dietrich dkk, 2014). Dimana Bank

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Investasi adalah komitmen atas sejumlah dana atau sumber daya

BAB I PENDAHULUAN. tahun 1989 menjadi 288 emiten pada tahun 1999 (Susilo dalam. di Bursa Efek Indonesia mencapai 442 emiten (

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN. Penelitian ini bertujuan untuk meneliti pengaruh dari beberapa variabel

BAB I PENDAHULUAN. lembaga perbankan sangat dibutuhkan dalam suatu perekonomian. Kestabilan ini

BAB I PENDAHULUAN. yang sedang mengalami pertumbuhan ekonomi. Kondisi ini didukung oleh adanya

BAB I PENDAHULUAN. adalah perusahaan yang mengalami peningkatan, sejak beberapa tahun yang lalu

BAB I PENDAHULUAN. Pasar modal adalah salah satu alternatif sumber dana eksternal bagi perusahaan,

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK. Kata Kunci: Volatilitas Laba, Konvergensi IFRS-PSAK, Biaya Modal Ekuitas

BAB I PENDAHULUAN. maupun biaya operasional dalam perusahaan yang didirikan. Maka agar tujuan

BAB I PENDAHULUAN. Perusahaan agar dapat menguasai pasar, maka harus mampu bersaing dan dapat

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Modal merupakan salah satu unsur yang penting dalam suatu kegiatan ekonomi.

BAB 1 PENDAHULUAN. merupakan sektor bisnis yang berkembang pesat.bisnis property dan real

BAB I PENDAHULUAN. yang kelebihan dana dengan masyarakat yang kekurangan dana untuk

BAB I PENDAHULUAN. mempunyai konsekuensi finansial yang berbeda-beda (Christianti, 2006).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan penelitian yang dilakukan untuk mengetahui pengaruh

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Perkembangan pesat dunia bisnis di Indonesia saat ini telah membuat

BAB 1 PENDAHULUAN. social disclosure, corporate social responsibility, social accounting (Mathews,

BAB I PENDAHULUAN. berusaha untuk memproduksi barang berkualitas tinggi dengan biaya rendah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. sebagai pedoman agar dapat digunakan didalam penelitian ini. Sebagai berikut

BAB 1 PENDAHULUAN. Salah satu wadah yang memfasilitasi kegiatan investasi tersebut adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Berkembangnya suatu perusahaan tergantung pada kinerja keuangan yang

BAB 1 PENDAHULUAN. keuangan. Untuk memenuhi hal itu, maka Ikatan Akuntan Indonesia dan Dewan

BAB III METODE PENELITIAN. Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekuder. Sementara itu

BAB 2 TINJAUAN TEORETIS DAN PERUMUSAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. kecil seperti Usaha Kecil dan Menengah (UKM), hampir semua bentuk-bentuk

BAB I PENDAHULUAN. modal dan industri-industri sekuritas yang ada pada suatu negara tersebut. Peranan

BAB I PENDAHULUAN. bagi perusahaan. Termasuk didalamnya adalah perusahaan-perusahaan pada sektor

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian

ABSTRACT. vii Universitas Kristen Maranatha

UKDW BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Laporan keuangan merupakan salah satu sumber informasi penting yang

BAB 3 METODE PENELITIAN

FAKTOR-FAKTOR YANG MEMENGARUHI LUAS PENGUNGKAPAN DAN IMPLIKASINYA TERHADAP ASIMETRI INFORMASI

BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB V PENUTUP. informasi, book to market ratio, dan return saham sebagai variabel intervening

BAB I PENDAHULUAN. pada barang modal untuk menciptakan dan memperbanyak alat-alat produksi dan

BAB I PENDAHULUAN. para pelaku ekonomi di Indonesia, khususnya bagi mereka yang membutuhkan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. / stock. Saham merupakan surat bukti kepemilikan atas aset-aset perusahaan yang

BAB I PENDAHULUAN. Secara teoritis pasar modal (capital market) didefinisikan sebagai perdagangan

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

ANALISIS PENGARUH RASIO PROFITABILITAS TERHADAP HARGA SAHAM DI PERUSAHAAN MANUFAKTUR

BAB I PENDAHULUAN. saham favorit mereka. Seperti pada Reuters dan media lainnya, informasi saham

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II TEORI DAN PERUMUSAN HIPOTESIS. ukuran perusahaan, dan Return On Asset (ROA) terhadap return saham (studi

BAB I PENDAHULUAN. Pelaporan keuangan merupakan sarana yang digunakan perusahaan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sebanyak 25 perusahaan baru di tahun 2011, 23 perusahaan baru di

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ABSTRAK. Kata kunci: return saham, return on asset, debt equity ratio, price earnings ratio, pool data.

BAB I PENDAHULUAN. menjadi daya tarik bagi para investor, tidak hanya investor dalam negeri tetapi

BAB I PENDAHULUAN. dijadikan cerminan kekuatan ekonomi suatu bangsa. Secara formal, pasar

BAB I PENDAHULUAN. menuntut perusahaan untuk berkembang dan berinovasi guna berjalannya kegiatan

I. PENDAHULUAN. terjadinya krisis moneter pada tahun 2007, yang berlanjut dengan terjadinya stagflasi

Prosiding Akuntansi ISSN:

BAB V SIMPULAN, KETERBATASAN, DAN IMPLIKASI. asing. Penelitian ini juga ingin menguji pengaruh capital adecuacy ratio (CAR),

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini pemisahan antara pengelola perusahaan (pihak manajemen atau

Transkripsi:

KUALITAS PENGUNGKAPAN INSTRUMEN KEUANGAN PADA PERUSAHAAN DI INDUSTRI KEUANGAN DAN PERANNYA DALAM MENGURANGI ASIMETRI INFORMASI Muhammad Yufansa Eko Suprapto Syvia Veronica Siregar (Departemen Akuntansi, Fakultas Ekonomi Universitas Indonesia) Abstrak: Penelitian ini bertujuan mengetahui tingkat pengungkapan instrumen keuangan di Indonesia (khususnya pada industri keuangan) sebelum dan sesudah diterapkannya PSAK 60 serta melihat bagaimana tingkat pengungkapan instrumen keuangan tersebut mempengaruhi tingkat asimetri informasi yang diukur menggunakan tiga pengukuran yaitu bid-ask spread, volatilitas harga saham, dan volume perdagangan saham. Penelitian ini menggunakan sampel sebanyak 166 sampel dari 83 perusahaan selama dua tahun dan berhasil secara empiris membuktikan adanya peningkatan dalam tingkat pengungkapan instrumen keuangan pada periode setelah penerapan PSAK 60. Selain itu penelitian ini juga memperlihatkan adanya hubungan negatif yang signifikan antara tingkat pengungkapan instrumen keuangan dengan bid-ask spread dan hubungan positif yang signifikan dengan volume perdagangan saham. Sementara untuk pengukuran terakhir yaitu volatilitas harga saham tidak ditemukan hubungan yang signifikan. Kata kunci: PSAK 60, pengungkapan instrumen keuangan, asimetri informasi, bid-ask spread, volatilitas harga saham, volume perdagangan Abstract: This research focuses on explaining the financial instruments disclosure level in Indonesia (specifically in the financial industry) before and after the implementation of PSAK 60 and also how that financial instruments disclosure level affect the level of information asymmetry that is measured by three measures, which are bid-ask spread, share price volatility, and trading volume. This research used 166 samples from 83 companies in two years and empirically succeeded in finding an increase in financial instruments disclosure level on the period after implementation of PSAK 60. This research also finds a significant negative association between financial instruments disclosure level and bid-ask spread and a significant positive association with trading volume. As for the last measure, which is share price volatility, there is no significant association. Keywords: PSAK 60, financial instruments disclosure, information asymmetry, bid-ask spread, share price volatility, trading volume 1. LATAR BELAKANG Instrumen keuangan seiring berjalannya waktu menjadi semakin kompleks, hal ini juga yang memicu pembuat peraturan baik secara internasional maupun regional untuk memberikan perhatian lebih atas isu ini. Menanggapi isu ini, Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) pada tahun 2010 mengeluarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) No. 60: Instrumen Keuangan: Pengungkapan yang resmi diberlakukan per 1 Januari 1

2012 meskipun penerapan dini diperbolehkan. Secara umum, tujuan dari PSAK 60 masih sama dengan pendahulunya yaitu untuk memberikan informasi atas signifikansi instrumen keuangan terhadap posisi dan kinerja keuangan perusahaan. Hal yang baru dalam pengungkapan kualitatif ini adalah bahwa untuk setiap tipe risiko, perusahaan juga harus memasukan data kuantitatif mengenai seberapa besar paparan risiko yang dihadapi oleh perusahaan. Hal baru lain yang juga diatur dalam PSAK 60 ini adalah ditingkatkannya pengungkapan atas hal-hal yang mempengaruhi pendapatan komprehensif. PSAK 60 mewajibkan perusahaan untuk membagi keuntungan dan kerugian berdasarkan kelas instrumen keuangan dan beberapa hal lain mengenai keuntungan dan kerugian yang juga harus diperjelas. Hal ini berbeda dengan PSAK 50 (revisi 2006) yaitu perusahaan hanya perlu memperlihatkan nilai agregat dari untung dan rugi. Masalah yang mungkin dihadapi oleh perusahaan dalam menerapkan peraturan ini adalah cost and benefit dari meningkatkan pengungkapan yang dilakukan perusahaan. Beberapa penelitian seperti Leuz dan Verrecchia (2000) dan Sengupta (1998) membuktikan bahwa perusahaan dengan kualitas pengungkapan yang lebih tinggi secara relatif memiliki biaya utang dan biaya ekuitas yang lebih rendah. IFRS 7 yang merupakan dasar dari PSAK 60 telah terlebih dahulu diterapkan di negara-negara lain terutama di Eropa semenjak 1 Januari 2007. Bischof (2009) telah membuktikan secara empiris bahwa pada tahun pertama penerapannya, IFRS 7 telah terbukti secara signifikan meningkatkan kualitas pengungkapan pelaporan keuangan di industri perbankan di Eropa pada tahun pertama penerapannya. Peningkatan kualitas dari pengungkapan pada pelaporan keuangan diharapkan dapat memberikan gambaran yang lebih baik tentang kondisi sebenarnya dari perusahaan yang akan menjadi target investasi para investor. Hal ini diharapkan dapat mengurangi asimetri informasi yang selama ini membahayakan investor. Asimetri informasi sendiri juga merugikan bagi perusahaan dimana tingginya asimetri informasi membuat investor menuntut premium yang lebih tinggi atas investasi mereka dan dengan demikian meningkatkan tingkat cost of capital dari suatu perusahaan. Pernyataan ini didukung oleh beberapa penelitian yang telah dilakukan sebelumnya yang memperlihatkan bahwa asimetri informasi memiliki hubungan signifikan positif dengan biaya modal perusahaan seperti Botosan (1997), Botosan dan Plumlee (2002), dan Peng He et al. (2013) sehingga secara teoritis asimetri informasi dianggap dapat dijadikan proksi lain untuk mengidentifikasi perubahan pada biaya modal. Beberapa cara yang dapat digunakan dalam mengukur tingkat asimetri informasi adalah dengan mengukur bid-ask spread, volume perdagangan, serta volatilitas harga dari saham suatu perusahaan yang akan diamati. Peningkatan kualitas pengungkapan instrumen 2

keuangan dalam laporan keuangan diharapkan akan dapat menurunkan asimetri informasi yang akan tergambarkan dalam penurunan bid-ask spread serta volatilitas harga saham tersebut dan peningkatan dari volume perdagangan saham perusahaan yang diamati. Berdasarkan uraian di atas, penelitian ini akan difokuskan kepada dua hal, yaitu apakah penerapan PSAK 60 dapat meningkatkan kualitas tingkat pengungkapan instrumen keuangan pada laporan keuangan di industri keuangan di Indonesia serta apakah manfaat ekonomi dari peningkatan kualitas pengungkapan pelaporan keuangan tersebut yang akan dilihat dari tingkat asimetri informasi yang diukur menggunakan bid-ask spread, volume perdagangan, serta tingkat volatilitas harga dari saham perusahaan. Penelitian ini akan dilakukan dengan membandingkan data-data perusahaan pada industri keuangan yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) pada tahun 2011 dan 2012. 2. PENGEMBANGAN HIPOTESIS PSAK 60 (revisi 2010) yang telah diberlakukan per tanggal 1 Januari 2012 menambahkan banyak ketentuan dalam pengungkapan instrumen keuangan yang dilakukan perusahaan. Hal ini akan memaksa perusahaan untuk mengungkapkan lebih banyak, terutama tentang risiko yang ditanggung perusahaan meskipun perusahaan enggan untuk mengungkapkan hal tersebut. Penelitian yang dilakukan Bischof (2009) yang meneliti tentang pengaruh IFRS 7 terhadap tingkat pengungkapan instrumen keuangan di industri perbankan di Eropa berhasil membuktikan bahwa IFRS 7 berpengaruh secara signifikan dalam meningkatkan pengungkapan instrumen keuangan yang dilakukan oleh bank. Oleh karena itu hipotesis pertama dari penelitian ini adalah: H 1 : Tingkat pengungkapan instrumen keuangan yang dilakukan perusahaan dalam industri keuangan di Indonesia mengalami peningkatan pada tahun pertama penerapan PSAK 60. Penelitian yang dilakukan oleh Leuz dan Verrecchia (2000) menemukan bahwa semakin tinggi tingkat pengungkapan yang dilakukan perusahaan maka akan semakin rendah spread dari penawaran atas saham perusahaan tersebut. Hasil ini sesuai dengan pernyataan Amihud dan Mendelson (1989) yang menyatakan bahwa spread yang tinggi sebenarnya adalah cerminan atas tingginya asimetri informasi yang ada. Dengan demikian, untuk sementara dapat disimpulkan dari kedua penelitian tersebut bahwa ada pengaruh negatif dari tingkat pengungkapan instrumen keuangan terhadap bid-ask spread saham perusahaan tersebut. Hal ini juga mengingat bahwa semakin tinggi tingkat transparansi di pasar yang dapat digambarkan dengan tingkat pengungkapan, maka, nilai di pasar tersebut akan semakin 3

dapat menggambarkan nilai sesungguhnya dari ekuitas perusahaan tersebut. Penjabaran ini membuat penelitian ini sampai di hipotesis awal penelitian ini yaitu: H 2A : Tingkat pengungkapan instrumen keuangan berpengaruh negatif terhadap bid-ask spread saham dari perusahaan tersebut. Selain bid-ask spread, hal lain yang mungkin mampu dijadikan proksi asimetri informasi adalah volatilitas harga saham. Tingkat volatilitas harga saham dapat mencerminkan keadaan asimetri informasi tentang saham tersebut karena ketika terjadi intransparansi dalam suatu pasar maka informasi yang beredar menjadi lebih tidak valid dan dengan demikian pasar menjadi bereaksi terhadap informasi yang ada walaupun seringkali informasi tidak bersifat konsisten dan dengan demikian membuat volatilitas harga saham tinggi. Pernyataan ini didukung oleh penelitian Lang dan Lundholm (1993) yang menyatakan bahwa rendahnya volatilitas harga saham menggambarkan absennya keberadaan asimetri informasi, untuk itu hipotesis penelitian ini terkait volatilitas harga saham adalah: H 2B : Tingkat pengungkapan instrumen keuangan berpengaruh negatif terhadap volatilitas harga saham dari perusahaan tersebut. Leuz dan Verrecchia (2000) menemukan juga bahwa untuk proksi terakhir dari asimetri informasi, volume perdagangan, ada peningkatan yang signifikan dengan setiap peningkatan pengungkapan yang dilakukan perusahaan. Hal ini menunjukan bahwa dengan tingkat pengungkapan yang lebih tinggi saham dari perusahaan tersebut menjadi semakin liquid karena investor memiliki kepercayaan yang cukup untuk memercayai informasi yang beredar didalam pasar sehingga dapat dikatakan bahwa likuiditas saham yang tinggi dapat diartikan sebagai absennya asimetri informasi yang membawa kepada hipotesis berikutnya dari penelitian ini yaitu: H 2C : Tingkat pengungkapan instrumen keuangan berpengaruh positif terhadap volume perdagangan saham dari perusahaan tersebut. 3. METODE PENELITIAN Untuk menguji apakah ada peningkatan kualitas pengungkapan instrumen keuangan setelah diberlakukannya PSAK 60 akan dilakukan uji beda antara kualitas pengungkapan instrumen keuangan pada dua tahun yaitu pada tahun 2011 dan 2012. Pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini akan dibagi menjadi dua kelompok besar yaitu pengukuran kualitatif dan pengukuran kuantitatif sebagai berikut: 4

1. Kualitatif Pengukuran ini dengan memberikan nilai 1 jika terdapat keberadaan informasi dan 0 untuk sebaliknya. a. Risiko Kredit i. Ada atau tidaknya informasi mengenai kualitas kredit yang diberikan kepada pelanggan (CREDQUAL). ii. Ada atau tidaknya informasi mengenai kredit yang sudah lewat tanggal jatuh temponya namun belum diimpair (PASTDUE). b. Risiko Likuiditas i. Ada atau tidaknya informasi mengenai analisis maturitas asset keuangan (ASSETS). ii. Ada atau tidaknya informasi mengenai analisis maturitas laibilitas keuangan (LIAB). c. Risiko Pasar i. Ada atau tidaknya informasi mengenai eksposur perusahaan terhadap risiko yang ditimbulkan oleh perubahan suku bunga (INTEREST). ii. Ada atau tidaknya informasi mengenai eksposur perusahaan terhadap risiko yang ditimbulkan oleh perubahan nilai tukar mata uang asing (CURRENCY). iii. Ada atau tidaknya informasi mengenai eksposur perusahaan terhadap risiko yang ditimbulkan oleh perubahan harga suatu sekuritas (EQUITY). d. Pengungkapan Sukarela i. Ada atau tidaknya pengungkapan yang dilakukan secara sukarela atas eksposur perusahaan terhadap risiko operasional (OPRTLRSK). ii. Ada atau tidaknya pengungkapan yang dilakukan secara sukarela atas eksposur perusahaan terhadap risiko hukum (LEGALRSK). 2. Kuantitatif a. Total jumlah laporan dalam laporan keuangan perusahaan tidak termasuk laporan manajemen dan laporan risiko perusahaan yang dilihat berdasarkan jumlah halaman (FSPAGES). b. Total jumlah laporan risiko di dalam laporan keuangan perusahaan tersebut yang dilihat berdasarkan jumlah halaman (RSKPAGES). c. Total jumlah informasi yang spesifik membahas kuantitas risiko secara relatif terhadap total laporan risiko perusahaan, diukur dengan membagi jumlah halaman 5

informasi yang membahas kuantitas risiko dengan jumlah halaman laporan risiko perusahaan (RSKQUANT). d. Jumlah halaman informasi di dalam laporan risiko yang khusus membahas risiko kredit secara absolut (CREDABS). e. Jumlah halaman informasi di dalam laporan risiko yang khusus membahas risiko kredit, relatif terhadap jumlah halaman total laporan risiko (CREDREL). f. Jumlah halaman informasi di dalam laporan risiko yang khusus membahas risiko likuiditas secara absolut (LIQABS). g. Jumlah halaman informasi di dalam laporan risiko yang khusus membahas risiko likuiditas, relatif terhadap jumlah halaman total laporan risiko (LIQREL). h. Jumlah halaman informasi di dalam laporan risiko yang khusus membahas risiko pasar secara absolut (MARKABS). i. Jumlah halaman informasi di dalam laporan risiko yang khusus membahas risiko pasar, relatif terhadap jumlah halaman total laporan risiko (MARKREL). Sedangkan untuk fokus penelitian kedua dilakukan regresi dua tahap secara statistik dengan tahap pertama merupakan regresi probit yang dilakukan untuk menghilangkan risiko keberadaan masalah selection bias pada sampel yang digunakan dalam penelitian. Model yang digunakan untuk regresi probit dalam tahap pertama adalah sebagai berikut: DISQ it = α 0 + α 1 Ln(SIZE) it + α 2 ROA it + α 3 FFLOAT it + α 4 CAPINT it + ε it Tahap berikutnya adalah regresi data panel menggunakan model spesifik untuk menguji tiga hipotesis terkait hubungan antara tingkat pengungkapan instrumen keuangan dengan asimetri informasi seperti yang telah dijelaskan sebelumnya. Model berikutnya dalam tahap dua ini adalah model untuk membuktikan hubungan antara tingkat pengungkapan instrumen keuangan dengan bid-ask spread harga saham perusahaan tersebut, yaitu: Ln(SPREAD) it = α 0 + α 1 DISQ it + α 2 Ln(SIZE) it + α 3 Ln(VOLUME) it + α 4 Ln(VOLATILITY) it + α 5 Ln(FFLOAT) it + α 6 IMR i + ε it Model berikutnya dari penelitian ini membuktikan hubungan antara tingkat pengungkapan instrumen keuangan dengan volatilitas harga saham perusahaan tersebut, yaitu: VOLATILITY it = α 0 + α 1 DISQ it + α 2 Ln(SIZE) it + α 3 Ln(FFLOAT) it + α 4 LEV it + α 5 IMR it + ε it Berikutnya adalah model yang membuktikan hubungan antara tingkat pengungkapan instrumen keuangan perusahaan dengan volume perdagangan saham perusahaan tersebut, yaitu: 6

VOLUME it = α 0 + α 1 DISQ it + α 2 Ln(SIZE) it + α 3 Ln(FFLOAT) it + α 4 Ln(VOLATILITY) it + α 5 IMR it + ε it Berikut adalah penjelasan atas operasionalisasi variabel-variabel yang digunakan dalam model yang digunakan penelitian ini: Bid-Ask Spread (SPREAD) Variabel spread yang dinotasikan sebagai SPREAD dalam penelitian ini akan diukur dengan cara melihat rata-rata persentase spread relatif suatu perusahaan yaitu dengan membagi nilai absolut dari spread terhadap rata-rata dari harga bid dan ask suatu perusahaan selama satu tahun atau sejauh mungkin setelah tanggal pelaporan keuangan perusahaan tersebut. Atau dalam notasi matematis berarti:!!"#!"#$%&'!"#!"#$%&' (! )!"#$%&' =!"#!"#$%&' +!"#!"#$%&' 2 30 100% Volatilitas Harga Saham (VOLATILITY) Variabel berikutnya yaitu volatilitas harga saham akan diukur menggunakan standar deviasi dari return harian yang diperoleh saham perusahaan tersebut selama satu tahun atau sejauh mungkin setelah tanggal pelaporan keuangan perusahaan tersebut. Atau dalam notasi matematis dapat digambarkan sebagai:!"#$%&#&%'( = 7!! (!"#!!!")!!!!! = Return harian dari saham suatu perusahaan = (CLOSEPRICEt CLOSEPRICEt-1) Volume Perdagangan (VOLUME) Variabel dependen yang terakhir adalah volume perdagangan saham. Variabel ini akan diukur menggunakan median nilai total dari jumlah saham yang diperdagangkan relatif terhadap kapitalisasi pasarnya selama satu tahun atau sejauh mungkin setelah tanggal pelaporan keuangan perusahaan tersebut. Secara matematis dapat dinotasikan sebagai:!"#$%&' =!"#$%&(!"#$%&'!&#$(%)*"+%+,- )!"#$%&'"()* Tingkat Pengungkapan Instrumen Keuangan (DISQ) Untuk variabel ini, asumsi yang digunakan adalah pada tahun pertama penerapan PSAK 60, peraturan ini berhasil secara keseluruhan meningkatkan tingkat pengungkapan instrumen keuangan di Indonesia. Asumsi ini akan diuji lebih lanjut pada fokus penelitian satu yang menguji masalah pengaruh penerapan PSAK 60 pada

tingkat pengungkapan instrumen keuangan di Indonesia. Dengan asumsi demikian, variabel yang akan digunakan yaitu DISQ akan bersifat biner dimana nilai 1 akan diberikan apabila perusahaan tersebut telah menerapkan PSAK 60 yang menjalankan asumsi bahwa tingkat pengungkapan instrumen keuangan di perusahaan tersebut telah baik dan nilai 0 akan diberikan untuk tahun sebelumnya. Hal ini mirip dengan yang dilakukan Leuz dan Verrecchia (2000) bahwa perusahaan dengan standar pelaporan internasional memiliki tingkat pengungkapan yang lebih baik dibanding dengan yang tidak. Ukuran Perusahaan (SIZE) Ukuran perusahaan pada penelitian ini diukur menggunakan kapitalisasi pasar pada akhir periode fiskal. Atau dapat dituliskan sebagai:!"#$ =!"#$%&!"#$%"&$'"%$() Intensitas Modal (CAPINT) Intensitas modal pada penelitian ini diukur dengan membagi nilai Long-Term Assets (dalam hal ini Property, Plant, and Equipment/PPE) dengan nilai total aset. Atau dapat juga dituliskan sebagai:!"#$%& =!"#!" Profitabilitas (ROA) Profitabilitas dalam penelitian ini akan menggunakan ROA sebagai proksinya. ROA sendiri dapat diukur dengan cara membagi laba bersih perusahaan dengan total aset perusahaan tersebut. Atau dapat juga dituliskan sebagai:!"# =!"!" Kepemilikan Independen (FFLOAT) Kepemilikan independen pada penelitian ini dinyatakan sebagai persentase dari kepemilikan perusahaan yang dimiliki oleh publik atau merupakan total kepemilikan saham non-controlling. Atau secara matematis dapat ditulis sebagai:!!"#$% =!"#$%!"#$%&$'!"#$ (!"#) Leverage (LEV) Leverage pada penelitian ini akan menggunakan tingkat seberapa banyak utang perusahaan relatif terhadap total ekuitas yang dimiliki perusahaan. Dengan kata lain, leverage pada penelitian ini menggunakan pengukuran Debt-to-Equity Ratio yang secara matematis dapat digambarkan sebagai: 8

!"# =!"!#$!"#$!"!#$!"#$%& Inverse Mills Ratio (IMR) Inverse mills ratio dalam penelitian ini didapatkan setelah meregresi model probit yang digunakan dalam penelitian menggunakan software STATA dalam regresi tahap satu model dua penelitian. Guna dari IMR dalam penelitian ini adalah sebagai variabel koreksi atas risiko keberadaan selection bias dalam pemilihan sampel penelitian. Sampel yang digunakan dalam penelitian ini dipilih menggunakan metode purposive sampling berdasarkan beberapa kriteria yang telah ditentukan sebelumnya. Tabel 3.1 akan memperlihatkan ringkasan pemilihan sampel untuk penelitian ini. Tabel 3.1 Ringkasan Pemilihan Sampel Penelitian Jumlah perusahaan yang terdaftar di BEI 467 Perusahaan yang bukan dalam industri keuangan (350) Perusahaan yang baru terdaftar setelah 2011 (8) Perusahaan yang melakukan penerapan dini (0) Data tidak lengkap (26) Total sampel 2011 83 Total sampel 2012 83 Total sampel penelitian 166 4. ANALISIS HASIL DAN PEMBAHASAN Pada tabel 4.1 dapat dilihat deskriptif statistik dari fokus penelitian perbedaan tingkat pengungkapan instrumen keuangan pada periode sebelum dan setelah penerapan PSAK 60. Tabel 4.1 menunjukan bagaimana secara umum terjadi peningkatan pada pengukuran yang digunakan dalam penelitian ini untuk mengukur tingkat pengungkapan instrumen keuangan di Indonesia. Hal ini terutama tampak jelas pada pengukuran kualitatif yang digunakan dalam penelitian yang rata-rata mengalami peningkatan yang cukup signifikan dalam hal pengungkapan yang dilakukan oleh perusahaan. Berikutnya pada tabel 4.2 akan ditunjukan hasil uji beda t statistik yang dilakukan pada tiap variabel pengukuran di atas. 9