BAB II TINJAUAN PUSTAKA. alat untuk mencapai tujuan organisasi.apakah strategi itu?kata strategi berasal

dokumen-dokumen yang mirip
BAB III TINJAUAN TEORI. A. Defenisi Usaha Mikro kecil menengah (UMKM) maupun dalam hal penyerapan tenaga kerja. UKM dianggap penyelamat

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kewirausahaan merupakan sikap dan perilaku wirausaha (Sudjana, 2004).

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Menurut Undang-Undang No. 9 Tahun 1995 yang dimaksud usaha kecil adalah

BAB I PENDAHULUAN. peluang baru merupakan ancaman bagi pengusaha apotek. Meskipun layanan

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, HIPOTESIS

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. daya untuk mencari peluang menuju sukses. Munculnya kreatifitas dan

BAB I PENDAHULUAN. 22,7 juta perusahaan di Indonesia usaha mikro dan kecil mendominasi dari sisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Penelitian terdahulu yang berkaitan dengan penelitian ini disajikan pada Tabel 2.1:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

GAMBARAN UMUM KEWIRAUSAHAAN. PERTEMUAN KEDUA UNIVERSITAS IGM BY. MUHAMMAD WADUD, SE., M.Si.

BAB II KERANGKA TEORI

ANALISIS PENGARUH ORIENTASI KEWIRAUSAHAAN TERHADAP STRATEGI BISNIS DALAM MENINGKATKAN KINERJA USAHA KECIL DAN MENENGAH (UKM)

BAB II LANDASAN TEORI

Modul ke: KEWIRAUSAHAAN PENDAHULUAN DAN GAMBARAN UMUM. 01Fakultas FASILKOM. Matsani, S.E, M.M. Program Studi SISTEM INFORMASI

BAB I PENDAHULUAN. Pesatnya perkembangan bisnis di Indonesia menjadikan negeri ini

Kewirausahaan (1) Erizal, S.Si,M.Kom PROGRAM STUDI SISTEM INFORMASI FAKULTAS SAINS & TEKNOLOGI UNIVERSITAS RESPATI YOGYAKARTA

BAB I PENDAHULUAN. Perekonomian Indonesia mengalami tantangan dalam menghadapi

Entrepreneurship and Inovation Management

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. kemampuan dan atau kemauan sendiri (Saiman, 2009:43).

BAB I PENDAHULUAN. Kecil Menengah (UMKM). Adalah suatu kegiatan ekonomi yang berperan

BAB V PENUTUP. khas minang di kota Padang dengan menguji hubungan antara entrepreneurial

PROFIL DAN FUNGSI WIRAUSAHA

BAB I PENDAHULUAN. Usaha kecil menengah (UKM) produksi tahu di industri tahu Kota

A. JUDUL PENGABDIAN: PELATIHAN PERENCANAAN USAHA BAGI REMAJA USIA PRODUKTIF DI DUSUN SLANGGEN, TIMBULHARJO, SEWON, BANTUL, YOGYAKARTA

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN. bisa berupa perluasan geografis, diversifikasi, akuisisi, pengembangan produk,

BAB I PENDAHULUAN. Di hampir semua periode sejarah manusia, kewirausahaan telah mengemban fungsi

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN. dianggap sebagai bundel sumber daya produktif dan perusahaan berbeda memiliki

BAB I. Pendahuluan. yang seara langsung telah mempengaruhi cara pengusaha menciptakan dan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. wirausaha pada awalnya mungkin membangun sebuah usaha hanya untuk

PROFIL DAN FUNGSI WIRAUSAHA

BAB II KAJIAN PUSTAKA, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN RANCANGAN HIPOTESIS

BAB I PENDAHULUAN. pembiayaan lokal (Soelistianingsih, 2013). Fakta yang terjadi di lapangan justru menunjukkan sebaliknya. Tidak

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. merata yang mengakibatkan tingginya angka pengangguran. Untuk mengurangi

BAB II TINJAUAN KONSEPTUAL

BAB I PENDAHULUAN. penting, karena dalam berwirausaha kreativitas, inovasi dan pengetahuan

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan analisis five forces Porter, analisis fungsional, dan analisis

BAB 1 PENDAHULUAN. Riset pemasaran sangat penting untuk dilakukan sehingga perusahaan

III. KERANGKA PEMIKIRAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Ulina (2008) melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor-Faktor yang

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Dalam pasar ritel yang kompetitif sekarang ini, kualitas pelayanan yang

BAB I PENDAHULUAN. pertumbuhan ekonomi nasional, penyerapan tenaga kerja dan pendistribusian hasil

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. penelitian Analisis Faktor-Faktor yang Mendorong Wirausahawan Memulai

Nama Kelompok : Intan Nur Kumalasari Selvia Dewi Novita Jannatul Maghfiroh Laura Evalina Novita Ari Santi Christi Emanuella

banyak Rp 1 miliar per tahun.

Balai Pendidikan dan Pelatihan Tambang Bawah Tanah APA ITU STRATEGI? Oleh: M. Nashiruddin Haramaini, S.T. MBA.

BAB 1 PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. juga cukup fleksibel dan dapat dengan mudah beradaptasi dengan pasang surut

BAB I PENDAHULUAN. yaitu Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Kurang kokohnya perekonomian Indonesia

Oleh kelompok 2 : Fatmasari Endayani Sagita Sukma Nur Avni Rozalia Ami Angelia P.

BAB I PENDAHULUAN an merupakan pukulan yang sangat berat bagi pembangunan Indonesia. ekonomi yang lebih besar justru tumbang oleh krisis.

MENUMBUHKAN JIWA KEWIRAUSAHAAN

1. Tujuan Instruksional Umum (TIU) 2. Tujuan Instruksional Khusus (TIK)

PENDAHULUAN. penulisan. Pada latar belakang dibahas mengenai isu-isu yang berhubungan dengan

BAB I PENDAHULUAN. sejauh mana pencapaian perusahaan. Selama ini yang umum dipergunakan dalam

Paradigma umum adalah paradigma yang dimiliki oleh seorang pegawai atau pekerja. Bekerja Penghasilan Rencana Masa Depan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Kemandirian menurut Vamer dan Beamer (Ranto,2007:22) adalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Penelitian. Asuransi adalah perjanjian antara dua pihak atau lebih, dimana pihak

BAB 1 PENDAHULUAN Latar Belakang. Fenomena persaingan yang ada telah membuat para pengusaha

II. TINJAUAN PUSTAKA II.1. Industri Kecil

Resume Chapter 2: Charting a Company s Direction: Its Vision, Mission, Objectives, and Strategy

BAB I PENDAHULUAN. dari peran para pengusaha (entrepreneur) baik besar, menengah maupun kecil.

BAB V PENUTUP. 5.1 Kesimpulan. Berdasarkan pada hasil pembahasan tentang orientasi kewirausahaan

I. PENDAHULUAN. TUJUAN Memahami konsep kewirausahaan Memahami kunci sukses kewirausahaan

KEWIRAUSAHAAN. Ahsin Zaedi, S.Kom Direktur GMP Nusantara Berkarya Owner Griya Sehat Sejahtera Owner Sekolah Panahan

BAB II URAIAN TEORITIS. Fajrinur (2007) melakukan penelitian dengan judul Analisis Faktor-faktor

BAB I PENDAHULUAN. perekonomian Indonesia. Sektor UMKM adalah salah satu jalan untuk

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

Kewirausahaan. Karakteristik dan Nilai-Nilai Kewirausahaan. Taufan Pamungkas Kurnianto S.S.T., M.A., M.Sc. Modul ke: Fakultas Ilmu Komunikasi

BAB 1 PENDAHULUAN. mengembangkan strategi keunggulan bersaing. Perusahaan dalam

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. konsep mengenai strategi terus berkembang. Hal ini dapat ditujukkan oleh adanya

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Pengertian wirausahawan (entrepreneur) secara sederhana adalah orang

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada bab bab sebelumnya,

KARAKTERISTIK DAN KETERAMPILAN HIDUP MENJADI WIRAUSAHA PADA MAHASISWA UPN VETERAN JAWA TIMUR ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN. berkembang dapat dikatakan sebagai tulang punggung perekonomian negara. Keberadaan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA Konsep Strategi Manajemen Pemasaran. bersaing (Wheelen dan Hunger, 2012).

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Di era globalisasi sekarang ini, kebutuhan hidup setiap orang semakin

PERENCANAAN SUMBERDAYA MANUSIA YANG EFEKTIF: STRATEGI MENCAPAI KEUNGGULAN KOMPETITIF

BAB I PENDAHULUAN. menentukan cara produksi baru, menyusun operasi untuk pengadaan produk baru,

: Mizha zhulqurnain NIM : Jurusan : S1.SI.M

BAB II URAIAN TEORITIS. penelitian dengan judul Pengaruh Pengetahuan Kewirausahaan dan

BAB III PERUMUSAN MASALAH

Modul ke: KEWIRAUSAHAAN KONSEPSI DASAR KEWIRAUSAHAAN. 02Fakultas FASILKOM. Program Studi SISTEM INFORMASI

BAB II URAIAN TEORITIS. lebih dari lima puluh orang. Usaha kecil memiliki ciri-ciri: (1) manajemen

BAB 1 PENDAHULUAN. menerus dalam dunia usaha. Perubahan ini terjadi karena adanya pergeseran dari

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah. Kewirausahaan merupakan jalan yang tepat dalam memulai suatu usaha

BAB V KESIMPULAN DAN REKOMENDASI. Dari data dan analisis yang dilakukan berikut kesimpulan penelitian ini:

BAB I PENDAHULUAN. 2006, hal Hermawan Kartajaya, Muhammad Syakir Sula, Syariah Marketing, Mizan, Bandung,

BAB I PENDAHULUAN. jumlah lapangan kerja di Indonesia. Hal ini menyebabkan tingkat pengangguran di

BAB I PENDAHULUAN. Adapun yang melatarbelakangi mengapa peneliti merasa tertarik

BAB II LANDASAN TEORI. berkaitan dengan komitmen afektif dan budaya organisasi. karena mereka menginginkannya (Meyer dan Allen, 1997)

BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN HIPOTESIS PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian

BAB II EKSPLORASI ISU BISNIS

BAB I PENDAHULUAN. yang tetap harus dijalani oleh setiap lapisan masyarakat. Lapangan pekerjaan

UJIAN AKHIR SEMESTER MK.KEWIRAUSAHAAN

KEUNGGULAN KOMPETITIF

Transkripsi:

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Landasan Teori 2.1.1 Definisi Strategi Setiap organisasi dalam usaha mencapai tujuannya memerlukan alat yang berperan sebagai akselerator dan dinamisator sehingga tujuan dapat tercapai secara efektif dan efisien.sejalan dengan hal tersebut, strategi diyakini sebagai alat untuk mencapai tujuan organisasi.apakah strategi itu?kata strategi berasal dari bahasa Yunani, yaitu stratogos atau strategis yang berarti jendral.maksudnya disini adalah strategi berarti seni para jendral. Maka dari sudut pandang militer strategi adalah cara menempatkan pasukan atau menyusun kekuatan tentara di medan perang agar musuh dapat dikalahkan (Hill dan Jones, 2009). Berbeda dengan Hubbard (2004), menyatakan strategi adalah keputusan-keputusan yang memiliki arti jangka menengah hingga jangka panjang terhadap aktivitas-aktivitas organisasi yang meliputi implementasi keputusan-keputusan tersebut untuk menciptakan nilai bagi konsumen dan sekaligus mengalahkan para pesaing. Istilah strategi sudah dapat digunakan oleh semua jenis organisasi dan ideide pokok yang terdapat dalam pengertian semula tetap di pertahankan hanya saja aplikasinya disesuaikan dengan jenis organisasi yang menerapkannya, karena dalam arti yang sesungguhnya manajemen puncak memang terlibat dalam satu bentuk peperangan tertentu (Siagian, 2002). 8

Dalam lingkungan bisnis yang kompetitif, strategi memainkan peran penting dalam menentukan dan mempertahankan kelangsungan hidup dan pertumbuhan perusahaan.konsep mengenai strategi mengalami perkembangan yang cukup signifikan.oleh karena itu, dalam penelitian ini yang dimaksud strategi adalah keputusan-keputusan yang memiliki arti untuk jangka pendek, menengah dan jangka panjang terhadap aktivitas-aktivitas perusahaan yang meliputi implementasi keputusan-keputusan tersebut untuk menciptakan nilai tambah bagi masyarakat dan sekaligus mengalahkan para pesaing dan menciptakan keunggulan. 2.1.2 Resource-Based View atau RBV Konsep Pendekatan berbasis sumberdaya (Resource-Based View) pada dasarnya merupakan konsep yang mampu membantu entrepreneur dalam meraih sustainable competitive advantage (Barney, 1991 & 2001; Grant, 1991; Peteraf, 1993; Meso & Smith, 2000; Akio, 2005; Julienty, et al. 2010; Spender, 2010; Wernerfelt, 1984). Pemikiran dasar Resource-Based View sesungguhnya ingin mengetahui dan memahami apa yang membuat suatu perusahaan berbeda, memperoleh, dan bertahan dalam keunggulan kompetitif, melalui pemanfaatan keberagaman sumberdaya yang dimilikinya (Kostopaulos, et al., 2007:2). Asumsi dasar Resource-Based View adalah bahwa sumberdaya dalam perusahaan bergabung menjadi satu (bundles) dalam kemampuan yang mendasari produksi tidak sama satu dengan lainnya. Esensi kombinasi sumberdaya dan kapabilitas tersebut sebagai apa yang membuat suatu organisasi unik dalam hal kemampuannya menawarkan nilai kepada pelanggannya (Purwohandoko, 2009). 9

Resource-Based View (RBV) telah menjadi salah satu diantara banyak teori yang paling berpengaruh dalam sejarah teori manajemen, terutama dalam teori manajemen strategik. Indikator untuk mengukur strategi RBV terdiri dari dua indikator yaitu: sumberdaya dan kapabilitas, (Hitt, et al., 2001). Secara umum, RBV berfokus pada pemahaman mengenai potensi sumberdaya dan kapabilitas organisasi (Coulter, 2002:37). Menurut De wit, Meyer dalam Taufiq Amir (2011:86) Adapun tipe-tipe sumberdaya adalah sebagai berikut: a. Sumber daya berwujud (tangible) Sumber daya berwujud adalah segala sesuatu yang tersedia di perusahaan yang secara fisik dapat diamati (disentuh), seperti bangunan, dan uang. b. Sumber daya tidak berwujud (intangible) Sumber daya nirwujud tidak dapat disentuh, tapi sebagian besar dikerjakan oleh karyawan di organisasi, sumber daya yang tersedia di organisasi yang muncul akibat interaksi organisasi dengan lingkungan nya. Menurut Thomson dan Strickland dalam Sampurno (2011) menjelaskan, untuk menganalisis kekuatan dan kapabilitas sumber daya perusahaan, aspek aspek yang perlu mendapat perhatian antara lain adalah : a) Keterampilan atau keahlian Mencakup anatara lain kekuatan dalam keahlian, layanan prima, iklan yang unik. Ketrampilan dan keahlian ini perlu diproteksi oleh perusahaan sehingga tidak mudah ditiru oleh kompetitor. b) Aset fisik yang bernilai 10

Mencakup antara lain fasilitas produksi dengan peralatan yang baik, fasilitas distribusi yang luas, network dan sistem informasi, nilai dan norma sistem manajerial, sistem teknis berbasis pengetahuan dan keterampilan. c) Aset sumber daya manusia Mencakup antara lain pekerja yang berpengalaman dan capable, pekerja yang berbakat di area kunci, pekerja yang enerjik dan bermotivasi tinggi. Dalam konteks ini perlu diperhatikan apakah perusahaan memberikan peluang yang memadai bagi karyawan untuk meningkatkan kapabilitasnya. d) Aset organisasi yang bernilai Sistem kontrol yang berkualitas, sistem tekhnologi yang mumpuni, aset organisasi ini sangat penting karena berkaitan dengan kecepatan perusahaan dalam menengarai permasalahan yang telah dan yang akan dihadapi untuk kemudian mengambil keputusan yang tepat dan cepat. e) Kapabilitas bersaing Mencakup antara lain kemampuan perusahaan dalam waktu relatif pendek meluncurkan produk baru, kemitraan yang kuat dengan pemasok kunci, dan yang terpenting ialah merespons perubahan yang terjadi pada kondisi pasar dan kemampuan yang terlatih baik dalam melayani pelanggan. f) Aliansi dan kerjasama Kolaborasi kemitraan dengan pemasok dan pemasar dapat memperkuat daya saing perusahaan. Hubungan perusahaan dengan pemasok dan pemasar sangat strategis karena dengan kemitraan yang baik dan saling menguntungkan akan dapat menciptakan keunggulan bersaing. 11

2.1.3. Kewirusahaan Kewirausahaan merupakan suatu proses melakukan sesuatu yang baru dan berbeda dengan tujuan menciptakan kesejahteraan bagi individu dan memberi nilai tambah pada masyarakat (Winarto, 2004). Wirausaha ialah orang yang inovatif, antisipatif, inisiatif, pengambil risiko, dan berorientasi laba. Menurut Zimmerer dan Scarborough (2005) wirausahawan adalah orang yang menciptakan bisnis baru dengan mengambil risiko dan ketidakpastian demi mencapai keuntungan dan pertumbuhan dengan cara mengidentifikasi peluang dan menggabungkan sumber daya yang diperlukan untuk mendirikannya. Dalam hubungan dengan bisnis, wirausaha adalah pengusaha, tetapi tidak semua pengusaha adalah wirausaha.wirausaha adalah prionir dalam bisnis, inovator, penanggung resiko, yang memiliki visi kedepan, dan keunggulan dalam berprestasi dibidang usaha. Wirausaha adalah individu yang berorientasi kepada tindakan dan bermotivasi tinggi yang mengambil resiko dalam mengejar tujuannya.untuk menjadi seorang wirausaha yang sukses, pola sikap, perilaku, dan pandangan mampu menghasilkan gagasan cemerlang dan mewujudkan dalam usaha yang nyata.mereka yang tidak memiliki kepercayaan diri, tidak memiliki gagasan baru, tidak dapat memanfaatkan peluang yang ada serta hanya memandang sukses dan kejayaan yang telah lalu, tidak memiliki peluang untuk menjadi wirausaha yang berhasil (Widjajanta dkk, 2007:94).Ini berarti kewirausahaan merupakan sikap dan perilaku orang yang inovatif, antisipatif, inisiatif, mengambil resiko dan berorientasi laba. 12

Kewirausahaan adalah proses dinamis dari visi, perubahan dan penciptaan yang mensyaratkan aplikasi energi dan semangat terhadap penciptaan dan implementasi dari ide baru dan solusi kreatif (Kuratko, 2009:21). Tidak semua orang memiliki kapailitas kewirausahaan.hanya orang yang memiliki jiwa kewirausahaan dapat mendirikan dan mengelola usaha secara professional (Echdar, 2013:19). Menurut Suryana (2006:3) ciri-ciri orang yang mempunyai jiwa kewirausahaan adalah: 1. Penuh percaya diri, indikatornya adalah penuh keyakinan, optimis, berkomitmen, disiplin, dan bertanggung jawab 2. Memiliki inisiatif, indikatornya adalah penuh energi, cekatan dalam bertindak, dan aktif 3. Memiliki motif berprestasi, indikatornya adalah berani tampil beda, dapat dipercaya, dan tangguh dalam bertindak, dan 4. Berani mengambil resiko dengan penuh perhitungan. Kewirausahaan adalah kemampuan kreatif dan inovatif yang dijadikan dasar, kiat, dan sumberdaya untuk mencari peluang menuju sukses.kreatifitas (creativity) adalah kemampuan mengembang ide dan cara-cara baru dalam memecahkan masalah dan menemukan peluang.inovasi (innovation) adalah kemampuan menerapkan kreatifitas dalam rangka memecahkan dan menemukan peluang (doing new things) (Suryana, 2006:2). 13

2.1.4 Orientasi Kewirausahaan Orientasi kewirausahaan disebut-sebut sebagai spearhead (pelopor) untuk mewujudkan pertumbuhan ekonomi perusahaan berkelanjutan, berdaya saing tinggi, berperan dalam pencapaian kesuksesan, meningkatkan kinerja usaha, dan pendekatan baru dalam pembaruan kinerja (Suryana, 2006). Miller dalam Sangen (2005) menyatakan bahwa keberhasilan kinerja usaha kecil ditentukan oleh entrepreneurial orientation. Keberanian mengambil resiko, inovasi dan sikap proaktif akan membuat perusahaan-perusahaan kecil mampu mengalahkan pesaing-pesaing mereka. Hasil kajian empiris dan konsep teoritis tersebut esensi entrepreneurial orientation sebagai determinan pembentukan keunggulan bersaing (competitive advantage) bagi usaha kecil. Konsepsi entrepreneurial orientation merupakan solusi yang relevan dan dipostulasikan berdampak positif bagi usaha kecil dalam lingkungan persaingan yang ketat. Seorang pemilik atau pengelola usaha harus menentukan usaha apa yang akan dilakukan, dimana usaha akan dilakukan, dan siapa saja yang terkait dengan usaha tersebut termasuk karyawan dan konsumen yang menjadi sasaran. Pada proses kewirausahaan dibutuhkan orientasi kewirausahaan menentukan arah gerak usaha yang telah dirintis (Knight, 2000:14). Orientasi kewirausahaan merupakan suatu fenomena organisasi yang mencerminkan kemampuan manajerial mereka, sebagaimana perusahaan memulai untuk berinisiatif dan mengubah tindakan kompetitif mereka sehingga dapat menguntungkan bisnis yang dijalaninya (Avlontis & Salavou, 2007). Orientasi 14

kewirausahaan menciptakan keterampilan komplek, tak berwujud, tak diucapkan, yang memungkinkan perusahaan menghasilkan gagasan baru untuk penciptaan produk baru, inovatif, dan memiliki keberanian untuk menghadapi resiko (Frishammar dan Horte 2007; Becherer dan Maurer, 1997). Peranan orientasi kewirausahaan adalah metode, praktik dan pengambilan keputusan manajer dalam berwirausaha dan sebagai orientasi strategis perusahaan untuk bersaing. Orientasi kewirausahaan terbagi dalam lima dimensi (Lumpkin dan Dess, 1996), yaitu: 1. Inovatif Inovatif mencerminkan kecendrungan serorang entrepreneur untuk memunculkan dan merealisasikan ide-ide baru, mencoba cara-cara baru yang berbeda dari yang ada sebelumnya serta antusiasme untuk mengadopsi ide-ide baru atau metode baru untuk bisnis mereka, lalu menerapkan inovasi tersebut dalam operasional bisnis mereka (Lumpkin & Dess, 2001; Wiklund & Shepherd, 2005). 2. Proaktif Sikap Proaktif seorang pengusaha mencerminkan proses dalam mencari peluang baru yang muncul dengan mengembangkan, memperkenalkan, serta membuat perbaikan produk terhadap produk ataupun jasa yang dipasarkannya (Lumpkin & Dess, 2001; Kobia & Sikalich, 2010; Kreiser et al, 2002). Sikap Proaktif juga menyangkut sebagaimana pentingnya inisiatif dalam proses kewirausahaan. Dalam usaha menjadi sebuah bisnis yang Proaktif, diperlukan 15

beberapa faktor penunjang sebagai indikator, bahwa bisnis tersebut telah memiliki dimensi Proaktif dalam Orientasi Kewirausahaan. 3. Risk Taking Risk Taking atau pengambilan resiko merupakan suatu tindakan entreperenur yang memiliki kesediaan atau kemauan untuk memanfaatkan sumberdaya yang dimiliki untuk dapat menjalankan suatu pekerjaan walaupun tanpa adanya kepastian hasil yang akan didapat. (Lumpkin & Dess, 2001; Kobia & Sikalich; 2010). 4. Keagresifan bersaing (Competitive Aggressiveness) Keagresifan bersaing adalah harapan-harapan dari perusahaan untuk menantang dan mengungguli pesaing dan ditandai oleh sikap atau tanggapan atau respon agresif terhadap tindakan-tindakan pesaing dalam upaya menetrasi pasar dan memperbaiki posisi dipasar (Lumpkin & Dess, 1996). 5. Otonomi (Autonomy) Otonomi merupakan kegiatan independent individual (mandiri) atau tim dalam menjabarkan ide-ide atau visi, membuat keputusan dan mengambil tindakan yang bertujuan untuk memajukan konsep bisnis dan membawanya pada penyelesaian. Secara umum otonomi berarti kemampuan berinisiatif dalam mengeksploitasi peluang (Lumpkin dan Dess, 1996). 2.1.5 Keunggulan Bersaing Keunggulan bersaing merupakan strategi keuntungan dari perusahaan yang melakukan kerjasama untuk berkompetisi lebih efektif dalam pasar.strategi 16

yang didesain bertujuan untuk mencapai keunggulan bersaing yang terus menerus agar perusahaan dapat terus menerus menjadi pemimpin pasar (Prakosa, 2005). Suatu perusahaan dapat dikatakan memiliki keunggulan bersaing apabila dapat melakukan sesuatu ketika perusahaan saingan tidak dapat melakukannya atau memiliki sesuatu yang amat diinginkan oleh perusahaan saingan. Menurut Welch dalam Rangkuti (2006), menyatakan keunggulan bersaing merupakan faktor penting bagi suatu perusahaan untuk berhasil dalam memenangkan persaingan.lain halnya menurut Crown (2007), menyatakan keunggulan bersaing yaitu suatu posisi yang lebih unggul dibandingkan dengan kompetitor atau pesaing. Sementara menurut Hill dan Jones (2009), menyatakan bahwa sebuah perusahaan yang memiliki keunggulan bersaing bila profitabilitasnya lebih besar dari pada keuntungan rata-rata bagi setiap perusahaan yang bergerak pada industri yang sama. Perusahaan mengalami keunggulan bersaing ketika tindakan-tindakan dalam suatu industri atau pasar menciptakan nilai ekonomi dan ketika beberapa perusahaan yang bersaing terlibat dalam tindakan serupa (Barney, 2010).Keunggulan bersaing dianggap sebagai keuntungan dibanding kompetitor yang diperoleh dengan menawarkan nilai lebih pada konsumen dibanding penawaran competitor (Kotler et al., 2005). Keunggulan bersaing diharapkan mampu untuk mencapai laba sesuai rencana, meningkatkan pangsa pasar, meningkatkan kepuasan pelanggan, serta 17

melanjutkan kelangsungan hidup suatu usaha (Saiman, 2014). Berikut ini beberapa situasi persaingan yang tidak diinginkan, yaitu: 1. Banyaknya usaha yang bersaing 2. Ukuran serupa dari usaha yang bersaing 3. Kapailitas serupa dari usaha yang bersaing 4. Penurunan permintaan produk indusri 5. Turunnya harga produk/jasa di industri 6. Ketika konsumen dapat beralih merek dengan mudah 7. Ketika hambatan untuk meninggalkan pasar tinggi 8. Ketika hambatan untuk memasuki pasar rendah 9. Ketika biaya tetap tinggi di antara perusahaan yang bersaing 10. Saat produk dapat dihancurkan 11. Ketika saingan memiliki kelebihan kapasitas 12. Ketika permintaan konsumen turun 13. Ketika saingan memiliki kelebihan persediaan 14. Ketika saingan menjual produk/jasa serupa, dan 15. Ketika merger menjadi hal umum di industri (David, 2011). Dari beberapa uraian di atas, dimensi keunggulan bersaing yang digunakan dalam penelitian ini adalah harga, kualitas, delivery dependability, inovasi produk, dan time to market.hal ini sejalan dengan pemikiran Zhang, Bartol (2001) dan Thatte (2007). 18

1. Harga Menurut Kotler (2005), harga memiliki dua arti yaitu pengertian harga dalam arti sempit merupakan jumlah uang yang ditagihkan untuk suatu produk atau jasa, dan harga dalam arti luas adalah jumlah dari nilai yang dipertukarkan konsumen untuk manfaat memiliki atau menggunakan produk atau jasa. Perusahaan memiliki keunggulan biaya apabila biaya kumulatifnya dalam melakukan semua aktivitas nilai lebih rendah dibandingkan pesaingnya (Porter, 1985) keunggulan biaya menimbulkan kinerja yang unggul apabila perusahaan menyediakan tingkat nilai yang dapat diterima kepada pembeli sehingga keunggulan biaya tidak hilang karena perlunya menetapkan harga lebih rendah dibandingkan dengan harga pesaing. 2. Kualitas Menurut Koufteros (1995), kemampuan perusahaan untuk menawarkan produk yang berkualitas dan memiliki performa yang baik dapat memberikan nilai yang lebih terhadap konsumen. 3. Delivery Dependability Delivery Dependability adalah kemampuan perusahaan untuk mengirimkan atau menyediakan produk atau jasa on time, berdasarkan tipe dan volume yang diingikan oleh konsumen (Li, Ragu-Nathan dan Rao, 2006) 4. Time To Market 19

Time to market adalah kemampuan perusahaan untuk memperkenalkan produk baru lebih cepat jika dibandingkan dengan kompetitor. Definisi Time To Market yang lainnya adalah waktu antara ide perancangan produk sampai produk tersebut tersedia di pasar (Smith, Preston G. and Reinertsen, Donald G, 1998). 2.1.6 Pengertian Usaha Kecil Di Indonesia pengertian mengenai usaha kecil masih sangat beragam. Menurut Undang-Undang No.9 Tahun 1995 yang dimaksud usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil, dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam undang-undang ini, pasal 1 butir 1 yaitu: a. Memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp 200.000.000,- (dua ratus juta rupiah), tidak termasuk tanah, dan bangunan tempat usaha. b. Memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp 1.000.000.000,- (satu milyar rupiah). c. Milik warga negara Indonesia. d. Berdiri sendiri, bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau berafiliasi baik langsung maupun tidak langsung dengan usaha menengah atau usaha besar. e. Berbentuk usaha perorangan, badan usaha yang tidak berbadan hukum, atau badan usaha yang berbadan hukum termasuk koperasi. 20

Selanjutnya Bank Indonesia dan Departemen Perindustrian mendefinisikan mengenai usaha kecil berdasarkan nilai asetnya.menurut kedua lembaga tersebut, yang dimaksud dengan usaha kecil adalah usaha yang mana asetnya tidak termasuk tanah dan bangunan bernilai kurang dari Rp 600 juta.adapun Kadin terlebih dahulu membedakan usaha kecil menjadi dua kelompok besar.kelompok pertama, adalah yang bergerak dalam bidang perdagangan, pertanian, dan industri.kelompok yang kedua, adalah yang bergerak dalam bidang konstruksi. Menurut Kadin, yang dimaksud dengan usaha kecil adalah usaha yang memiliki modal kerja kurang dari Rp 150 juta dan memiliki nilai usaha kurang dari Rp 600 juta. Sehubungan dengan adanya keragaman dalam batasan tersebut, tampaknya perlu diketahui tentang ciri-ciri umum dari usaha kecil. Berdasarkan studi yang telah dilakukan oleh Mitzerg dan Musselman serta Hughes dapat disimpulkan ciriciri umum usaha kecil, yaitu: a. Kegiatannya cenderung tidak formal dan jarang yang memiliki rencana usaha. b. Struktur organisasi bersifat sederhana. c. Jumlah tenaga kerja terbatas dengan pembagian kerja yang longgar. d. Kebanyakan tidak melakukan pemisahan antara kekayaan pribadi dengan kekayaan perusahaan. e. Sistem akuntansi kurang baik, bahkan sukar menekan biaya. f. Kemampuan pemasaran serta diversifikasi pasar cenderung terbatas. g. Margin keuntungan sangat tipis. 21

Berdasarkan pada ciri tersebut di atas, maka dapat diketahui bahwa kelemahan dari usaha kecil selain dipengaruhi oleh faktor keterbatasan modal juga tampak pada kelemahan manajerialnya.hal ini terungkap baik pada kelemahan akuntansinya. Selanjutnya kriteria Usaha Kecil diatur dalam ketentuan Undang-Undang No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil, yaitu Usaha kecil adalah kegiatan ekonomi rakyat yang berskala kecil dan memenuhi kriteria kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan serta kepemilikan sebagaimana diatur dalam undangundang ini.secara nominal kriteria dalam ketentuan tersebut memberikan batas Rp 200 juta sebagai pembatas jumlah modal pengusaha kecil. Dalam kenyataannya, praktek indusri atau usaha kecil ternyata juga muncul dalam aneka tipe yang bermacam-macam, diantaranya dari sudut penggunaan tenaga kerja yaitu: a. Industri kerajinan rumah tangga (conttage or household industry) yang hanya mempekerjakan beberapa tenaga kerja. Untuk di Indonesia batasan kategori ini adalah usaha (establishment) yang mempekerjakan satu sampai empat tenaga kerja, terutama anggota keluarga yang tidak dibayar (unpaid family labour). Industri kerajinan rumah tangga ini pada umumnya berorientasi pada pasar lokal dan menggunakan teknologi tradisional. b. Industri kecil yang berskala kecil, akan tetapi tidak mengandalkan diri pada tenaga kerja keluarga. Industri ini mempekerjakan tenaga kerja yang dibayar upah dan di dalamnya terdapat suatu hirarki antara para pekerja. 22

Sedangkan dari segi teknologinya, usaha kecil dapat digolongkan atas usaha kecil yang tradisional serta usaha yang berorientasi pada teknologi modern.penggolongan ini tentunya menjadi salah satu faktor yang turut menentukan keberhasilan dalam menyerap pola hubungan kemitraan pada akhirnya. 2.2 Penelitian Terdahulu Nama Peneliti dan Tahun Penelitian Fadiyah (2015) Leonardus Ricky Rengkung (2015) Judul Penelitian Pengaruh Orientasi Kewirausahaan Terhadap Keunggulan Bersaing berkelanjutan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) Keuntungan Kompetitif Organisasi dalam Perspektif Resource Based View (RBV) Tabel 2.1 Penelitian Terdahulu Variabel Penelitian 1. Orientasi Kewirausahaan 2. Keunggulan Bersaing Berkelanjutan 1. Keuntungan Kompetitif 2. Resources-based View 3. Ketidakpastian dan Dinamika Lingkungan Teknik Analisis Analisis Regresi Sederhana Analisis Deskriptif Hasil Penelitian Orientasi Kewirausahan berpengaruh positif dan signifikan terhadap keunggulan bersaing berkelanjutanpada UMKM di daerah Medan. Sumberdaya manusia merupakan salah satu sumberdaya ada dalam organisasiyang harus ditranformasikan oleh organisasi untuk mendapatkan dan mempertahankan keuntungan kompetitif. 23

Azlin The Impact of Shafina Entrepreneurial Lanjutan tabel 2.1 1. Orientasi Kewirausahaan Analisis Deskriptif Dimensi orientasi kewirausahaan : Arsyad, et al (2014) Agung Budi Winoto (2014) Stellamaris Metekohy (2013) Orientation on Business Performance: A Study of Technology- Based SMEs inmalaysia Hubungan Relasional Strategi Resource- Based View dan Entrepreneurial Skill terhadap Inovasi dan Keunggulan Kompetitif Lembaga Bimbingan Belajar di Wilayah Malang Pengaruh Strategi Resource- Based dan Orientasi Kewirausahaan terhadap Keunggulan Bersaing Usaha Kecil dan Usaha Mikro (Studi pada Usaha Jasa Etnis Maluku) 2. Kinerja Bisnis inovasi, proaktif, pengambilan resiko dan agresifitas kompetitif yang berpengaruh pada kinerja bisnis. 1. Strategi Resource- Based View 2. Entrepreneurial Skill 3. Inovasi Keunggulan Kompetitif 1. Strategi Resource- Based 2. Orientasi Kewirausahaan 3. Keunggulan Bersaing Analisis Jalur Analisis Jalur Strategi Resource-based view, yang terdiri dari strategi sumber daya manusia, sumber daya manusia, sumber daya fisik, sumber daya organisasi, menjadi strfategi dominan dalam mempengaruhi inovasi dan keunggulan kompetitif lembaga bimbingan belajar di wilayah Malang Strategi Resource-Based berpengaruh secara langsung terhadap orientasi kewirausahaan dan keunggulan bersaing usaha kecil dan usaha mikro etnis Maluku. 24

I Nengah Model Integrasi Suardhika dalam Lanjutan tabel 2.1 1. Resources-Based View SEM Kombinasi sumberdaya dan (2012) Resources- Based View untuk Penerapan Strategi Bersaing dan Pencapaian Kinerja Usaha pada UKM di Bali Arasy Alimudin (2011) Pengaruh Orientasi Wirausahaan Terhadap Keunggulan Bersaing Berkelanjutan dan Kinerja Pemasaran Usaha Kecil Sektor Perdagangan di Kota Surabaya 2. Strategi Bersaing Kinerja Usaha 1. Orientasi Kewirausahaan 2.Keunggulan Bersaing Berkelanjutan 3. Kinerja Pemasaran Analisa Cross Tabdan Analisa Jalur strategis dan orientasi kewirausahaan merupakan instrumen strategis yang mendasari UKM untuk menerapkan strategi bersaing, sehingga mampu memperbaiki atau meningkatkan posisi kompetitifnya Orientasi Wirausaha berpengaruh signifikan terhadap keunggulan Bersaing Berkelanjutan dan Kinerja Pemasaran Usaha Kecil Sektor Perdagangan di Surabaya 2.3 Kerangka Konseptual Menurut Metekohy (2013) Strategi Resource-based yang teraktualisasi dalam sumberdaya dan kapabilitas berpengaruh meningkatkan orientasi kewirausahaan.strategi Resource-based yang lebih baik dapat meningkatkan daya saing dalam hal keunggulan biaya, keunggulan diferensiasi usaha kecil dan usaha mikro khususnya usaha jasa. 25

Menurut Metekohy (2013) orientasi kewirausahaan dalam hal sikap inovatif, proaktif pengambilan resiko dapat meningkatkan daya saing usaha kecil dan mikro.orientasi kewirausahaan berpengaruh langsung, positif, dan signifikan terhadap keunggulan bersaing berkelanjutan (Reswanda, 2011). Menurut Winoto (2014) keunggulan bersaing berkelanjutan merupakan hasil dari pemanfaatan sumberdaya dan kemampuan-kemampuan yang dimiliki perusahaan, serta kemampuan perusahaan dalam mengeksplorasi dan mengeksploitasi peluang-peluang yang ada dilingkungannya, juga secara kreatif mengkombinasikan antara kemampuan dan peluang untuk menciptakan nilai lebih kepada konsumen atau pelanggan perusahaan, sehingga strategi resource-based view, entrepreneurial skill, dan inovasi merupakan serangkaian strategi yang mampu mendorong perusahaan dalam meraih keuntungan secara financial, reputasi yang unggul di benak konsumen, dan penghargaan yang tinggi oleh masyarakat luas secara berkelanjutan. Berdasarkan teori yang telah diuraikan sebelumnya, penelitian ini akan membahas mengenai pengaruh strategi resource-based dan orientasi kewirausahaan terhadap keunggulan bersaing UMKM. Melihat teori dan penjelasan tersebut, maka dibentuklah kerangka konseptual yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : Strategi Resource- Based (X1) Orientasi Kewirausahaan (X2) Keunggulan Bersaing (Y) 26

Gambar 2.1 Kerangka Konseptual 2.4 Hipotesis Berdasarkan perumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah diuraikan sebelumnya, maka hipotesis yang dikemukakan oleh peneliti adalah: Strategi Resource-based dan Orientasi Kewirausahaan Berpengaruh secara Signifikan dan Positif terhadap Keunggulan Bersaing pada UMKM. 27