BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Audit merupakan suatu proses pemeriksa independen memeriksa laporan keuangan suatu organisasi untuk memberikan suatu pendapat atau opini yang masuk akal mengenai kewajaran dan kesesuaiannya dengan prinsip akuntansi yang berlaku umum. Tujuan utama audit laporan keuangan bukanlah untuk memberikan suatu informasi yang baru, melainkan memberikan penilaian atas keandalan laporan keuangan yang diaudit melalui laporan auditor. Laporan audit inilah yang digunakan oleh auditor untuk menyampaikan pernyataan atau pendapatnya kepada para pemakai laporan keuangan, sehingga bias dijadikan acuan bagi pemakai laporan keuangan dalam membaca sebuah laporan keuangan (Gusti dan Ali, 2008). Profesi auditor telah menjadi sorotan masyarakat dalam beberapa tahun terakhir. Hal tersebut bisa saja terkait dengan kompetensi dan independensi yang dimiliki oleh auditor masih diragukan, kompetensi dan independensi merupakan dua karakteristik sekaligus yang harus dimiliki oleh auditor (Alim, dkk 2007). Auditing merupakan suatu proses dimana pemeriksa independen memeriksalaporan keuangan suatu organisasi untuk memberikan suatu pendapat atau opiniyang masuk akal tetapi tidak dijamin sepenuhnya mengenai kewajaran dankesesuaiannya dengan 1
2 prinsip akuntansi yang berterima umum. Tujuan akhir dari proses auditing ini adalah menghasilkan laporan audit. Laporan audit inilah yang digunakan oleh auditor untuk menyampaikan pernyataan atau pendapatnya kepadapara pemakai laporan keuangan sehingga bisa dijadikan acuan bagi pemakailaporan keuangan dalam membaca sebuah laporan keuangan (Gusti dan Ali,2008). Begitu pentingnya opini yang diberikan oleh auditor bagi sebuah perusahaan, maka seorang auditor harus mempunyai keahlian dan kompetensiyang baik untuk mengumpulkan dan menganalisa bukti-bukti audit sehingga bias memberikan suatu keputusan opini audit. Penelitian ini mengacu dari penelitian Gusti dan Ali (2008), yang menganalisis hubungan skeptisisme professional auditor, situasi audit, etika, pengalaman, dan keahlian audit dengan ketepatanpemberian opini audit oleh akuntan publik. Terdapat 2 jenis opini audit versi ISA ( Internasional audit strandar) yaitu 1) opini tanpa modifikasi, dan 2) opini modifikasian Skeptisisme profesional auditor adalah sikap yang mencakup pikiran yang selalu mempertanyakan dan melakukan evaluasi secara skeptis terhadap bukti audit (Maghfirah 2008). Skeptisme professional diatur dalam ISA 240.12, yang berbunyi : auditor wajib mempertahankan skeptisme professional sepanjang audit, menyadari kemungkinan terjdinya salah saji material yang di sebabkan oleh kecurangan a material, sekalipun pengalaman masa lalu mengenai kejujuran dan integritas manajemen dan TCWG (those charged with governance). Auditor
3 diharapkan dapat lebih mendemonstrasikan tingkat tertinggi dari skeptisisme profesionalnya. Skeptisisme profesional auditor dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor-faktor tersebut antara lain keahlian, pengetahuan, kecakapan, pengalaman, situasi audit yang dihadapi dan etika. Audit atas laporan keuangan berdasarkan atas standar auditing yang ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia harus direncanakan dan dilaksanakan dengan sikap skeptisisme profesional (SPAP, 2001). Skeptisme profesional yang dimaksud disini adalah sikap skeptis yang dimiliki seorang auditor yang selalu mempertanyakan dan meragukan bukti audit. Sebagaimana telah dipaparkan sebelumnya bahwa penggunaan kemahiran profesional denga cermat dan seksama menuntut auditor untuk melaksanakan skeptisme profesional. Dapat diartikan bahwa skeptisme profesional menjadi salah satui faktor dalam menentukan kemahiran profesional seorang auditor. Kemahiran profesional akan sangat mempengaruhi ketepatan pemberian opini audit. Dan hal lain yang harus diperhatikan oleh auditor adalah etika dalam berprofesi. Pelaksanaan pekerjaan profesional tidak lepas dari etika karena perilaku profesional diperlukan bagi semua profesi agar profesi yang dijalaninya mendapat kepercayaan dari masyarakat.the American Heritage Directory dalam Gusti dan Ali (2008) menyatakan etika sebagai suatu aturan atau standar yang menentukan tingkah laku para anggota dari suatu profesi.dengan adanya etika profesi akuntan, maka fungsi akuntan
4 sebagai penyedia informasi untuk proses pembuatan keputusan bisnis dapat dijalankan oleh para pelaku bisnis. Tak lepas dari pengalaman audit, pengalaman audit adalah pengalaman auditor dalam melakukan pemeriksaan laporan keuangan baik dari segi lamanya waktu, maupun banyaknya penugasan yang pernah dilakukan. Butt (1988), dalam Sabrina (2014) memperlihatkan dalam penelitiannya bahwa auditor yang berpengalaman akan membuat opini yang relatife lebih baik dalam tugas-tugasnya. Auditor dengan jam terbang lebih banyak pasti sudah lebih berpengalaman bila dibandongkan dengan auditor yang kurang berpengalaman bila dibandingkan dengan auditor yang kurang berpengalaman. Libby dan Frederick (1990), da;am maghfirah (2008) menemukan bahwa semakin banyak pengalaman auditor semakin dapat menghasilkan berbagai macam dugaan dalam menjelaskan temuan audit. Seseorang yang lebih pengalaman dalam suatu bidang subtantif memiliki lebih banyak hal yang tersimpan dalam ingatannya dan dapat mengembangkan suatu pemahaman yang baik mengenai peristiwaperistiwa (Jeffrey, 1996). Menurut Herdiansyah (2008), Akuntan pemeriksa yang berpengalaman juga memperhatikan perhatian selektif yang lebih tinggi pada informasi yang relevan. Dalam melaksanakan tugasnya auditor seringkali dihadapkan dengan berbagai macam situasi. Menurut Shaub dan Lawrence (1996) contoh situasi audit seperti related party transaction, hubungan pertemanan yang dekat antara auditor dengan klien, klien yang diaudit adalah orang yang
5 memiliki kekuasaan kuat di suatu perusahaan akan mempengaruhi skeptisisme profesional auditor dalam memberikan opini yang tepat. Auditor sebagai profesi yang dituntut atas opini atas laporan keuangan perlu menjaga sikap profesionalnya. Untuk menjaga profesionalisme auditor perlu disusun etika profesional. Etika profesional dibutuhkan oleh auditor untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap mutu audit. Pengembangan kesadaran etis memainkan peranan kunci dalam semua area profesi akuntan, termasuk dalam melatih sikap skeptisisme profesional auditor (Louwers,1997). Menurut Budiman (2001) sebagai auditor profesional, harus memiliki moral yang baik, jujur, obyektif, dan transparan. Hal ini membuktikan bahwa etika menjadi faktor penting bagi auditor dalam melaksanakan proses audit yang hasilnya adalah opini atas laporan keuangan. Beberapa Fenomena yang terjadi berdasarkan penjabaran diatas, Russel Wasendorf, CEO Peregrine Financial Group, yang telah melakukan kecurangan selama lebih dari 20 tahun guna mengambil uang kurang dari setengah dari $ 215 juta yang diklaim hilang oleh para investor karena ia tidak mampu mendapatkan modal. Pada awalnya Wasendorf mengakali NFA bahwa ia menerima peregrine menerima saldo pelanggan kurang dari $10 juta. Dan pada hari berikutnya NFA menerima faks yang dikirim oleh bank yang menunjukan rekening senilai lebih dari $200 juta, sementara hasil investasi mengungkapkan bahwa faks itu dikirim oleh Wasendorf. Kecurangan ini terungkap ketika National Futures Association (NFA)
6 mengirim tim audit untuk mereview pembukuan peregrine dan menekan peregrine agar berpartisipasi dalam system online guna memverifikasi akun. Selain itu kasus yang terjadi pada PT Katarina Utama juga melakukan penawaran umum yang terhimpun ini diduga diselewengkan oleh pihak manajemen, dan hanya sebagian kecil dana penawaran umum yang direalisasikan. Selain itu PT Katarina Utama juga melakukan pemalsuan Laporan Keuangan tahun 2008 dan 2009. Laporan tersebut dipercantik dengan menaikan jumlah pendapatan dan asset, guna menarik investor yang akan membeli saham PT Katarina Utama. Diduga ada keterlibatan KAP yang melakukan audit atas laporan keuangan PT Katarina Utama tersebut. Tak hanya itu saja, hal yang terjadi pada kasus yang menimpa Kantor Akuntan Publik (KAP) Drs. Mitra Winata dan Rekan yang terjadi pada tahun 2007, Mentri Keuangan (MenKeu) Sri Mulyani Indrawati membekukan izin Akuntan Publik (AP) Drs. Petrus Mitra Winata dikarenakan akuntan public tersebut telah melakukan pelanggaran yang dilakukan berkaitan dengan audit atas laporan keuangan PT. Muzatek Jaya tahun buku berakhir 31 Desember 2004 (Ahmad Fakhrudin: 2012. Selain itu, petrus juga telah melakukan pelanggaran atas pembatasan penugasan audit umum dengan melakukan audit umum atas laporan keuangan PT. Muzatek Jaya, PT. Luhur Artha Kencana dan Apartemen Nuansa Hijau sejak tahun buku 2001 sampai 2004.
7 Dan dari penelitian yang berhubungan dengan skeptisisme profesional dan ketepatan pemberian opini auditor belum banyak diteliti, diantaranya Gusti dan Ali (2008) serta Suraida (2005). Dari hasil penelitian yang dilakukan oleh Suraida (2005) ditemukan bahwa terdapat pengaruh yang signifikan antara skeptisisme profesional auditor terhadap ketepatan pemberian opini auditor oleh akuntan publik. Selanjutanya pada penelitian (Dewi, 2013) menunjukan hasil bahwa pengalaman audit dan etika profesi berpengaruh yang signifikan terhadap opini audit. Namun pada penelitian (Sabrina, 2014) menunjukan bahwa pengalaman audit dan etika profesi tidak berpengaruh signifikan terhadap opini audit. Begitupun penelitian yang dilakukan oleh (Astari, 2013) menunjukan bahwa pengalaman juga tidak berpengaruh signifikan terhadap opini audit. Hal tersebut menunjukan bahwa masih ada ketidakkonsistenan dari hasil penelitian mengenai opini audit di Indonesia. Hasil penelitian terdahulu juga belum dapat digeneralisir di seluruh wilayah Indonesia, sehingga memerlukan bukti empiris tambahan terkait faktor-faktor lain yang mempengaruhi dalam pemeriksaab laporan keuangan. Berdasarkan uraian diatas maka penelitian ini mengambil judul PENGARUH SKEPTISME PROFESIONALISME, ETIKA PROFESI DAN PENGALAMAN AUDIT TERHADAP PEMBERIAN OPINI AUDIT
8 B. Perumusan Masalah Pokok permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : 1. Apakah berpengaruh skeptisme professional terhadap pemberian opini audit. 2. Apakah berpengaruh etika profesi terhadap pemberian opini audit. 3. Apakah berpengaruh pengalaman audit terhadap pemberian opini audit. C. Tujuan dan Kontribusi Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan yang ingin dicapai dalam penelitian ini adalah : 1. Untuk mengetahui bahwa skeptisme professional berpengaruh terhadap pemberian opini audit. 2. Untuk mengetahui bahwa etika profesi berpengaruh terhadap pemberian opini audit. 3. Untuk mengetahui bahwa pengalaman audit berpengaruh terhadap pemberian opini audit. 2. Kontribusi Penelitian 1. Bagi penulis Penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan baik teori maupun prektek dibidang auditing sebagai bekal dalam dunia kerja yang sesungguhnya
9 2. Bagi Perusahaan Penelitian ini mengungkapkan berbagai informasi mengenai pengaruh skpetisme profesional, etika profesi dan pengamalan auditor terhadap pemberian opini audit diharapkan dapat memberikan manfaat bagi kantor akuntan publik, auditor, dan juga klien dari kantor akuntan publik tersebut dalam penyempurnaan kinerja yang sebaik-baiknya. 3. Bagi Peneliti Selanjutnya ( Kalangan Akademik ) Penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai salah satu referensi bagi penelitian selanjutnya mengenai masalahmasalah yang berkaitan dengan skpetisme profesional, etika profesi dan pengamalan auditor terhadap pemberian opini audit