2 BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Gempabumi sangat sering terjadi di daerah sekitar pertemuan lempeng, dalam hal ini antara lempeng benua dan lempeng samudra akibat dari tumbukan antar lempeng tersebut. Indonesia merupakan negara yang secara geografis terletak diantara 3 lempeng besar dunia, yaitu Lempeng Eurasia, Lempeng Pasifik dan Lempeng India-Australia. Pertemuan tiga lempeng besar dan sembilan lempeng kecil ini menjadikan Indonesia berada di zona tektonik yang sangat aktif. Berdasarkan peta seismisitas, episenter akibat gempabumi terdistribusi sepanjang zona subduksi, yaitu pertemuan antara lempeng benua dan lempeng samudra (Gambar 1.1). P. Lombok Gambar 1.1 Sebaran episenter gempa di wilayah Indonesia (Irsyam dkk, 2010). 1
2 Getaran gempabumi merambat ke seluruh bagian bumi menyebabkan terjadinya kerusakan, runtuhnya bangunan, kerugian materiil dan juga korban jiwa. Selain dampak langsung kerusakan akibat gempabumi, getaran gempabumi juga memicu bencana lain seperti tanah longsor, runtuhan, kebakaran, kecelakaan industri dan transportasi serta banjir secara tidak langsung. Keruntuhan dan kerusakan setelah kejadian gempa memerlukan dana yang sangat besar untuk rehabilitasi dan rekonstruksi akibat pembangunan yang tidak memperhatikan analisis kebencanaan. Selain itu gempabumi merupakan kejadian alam yang tidak dapat dicegah dan belum dapat diperkirakan kapan, dimana terjadinya, serta besar kekuatannya secara akurat. Oleh Karena itu kajian mengenai potensi kerusakan setiap daerah perlu dilakukan untuk mengurangi dampak kerugian dan korban akibat gempabumi. Pulau Lombok merupakan salah satu pulau di Indonesia yang rawan akan gempa bumi. Berdasarkan hasil pencatatan United State Geological Survey (USGS), Pulau Lombok terutama di Kota Mataram kerap kali mengalami gempabumi dengan kekuatan gempa cukup besar dan hiposenter yang dangkal. Menurut pencatatan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG), sejak 40 tahun terakhir telah terjadi lebih dari 2000 kali kejadian gempabumi yang pernah terjadi di Kota Mataram (Gambar 1.2) bahkan gempabumi merusak juga telah terjadi beberapa kali di kota ini. Seperti gempa dengan kekuatan 5,4 Skala Ritcher berpusat 14 km barat laut Lombok Barat dengan kedalaman hiposenter 10 km telah mengguncang Kota Mataram dan sekitarnya pada tanggal 22 Juni 2013. Gempa tersebut tidak terlalu kuat jika dilihat dari magnitudonya, tetapi Kota ini mengalami kerusakan yang cukup parah pada saat itu (Gambar 1.3). Catatan dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) memperlihatkan kerusakan fasilitas umum dan pemukiman mencapai ribuan. Fakta ini jika disandingkan dengan sifat gempa bumi yang berulang untuk periode waktu tertentu (earthquake cycle) menunjukkan potensi ancaman gempabumi di Kota Mataram pada masa yang akan datang masih sangat tinggi. Oleh karena pencegahan terhadap bencana ini tidak dapat dilakukan, maka hal yang paling penting dari evaluasi gempabumi adalah mitigasi bukan tinjauan earthquake cycle.
32 Gambar 1.2 Peta seismisitas Pulau Lombok dan sekitarnya (BMKG, 2010). Gambar 1.3 Contoh kerusakan akibat gempabumi Lombok tanggal 22 Juni 2013 (Supriyanto, 2013)
42 Penelitian mengenai upaya mitigasi bencana gempabumi di Pulau Lombok khususnya di Kota Mataram masih belum begitu banyak. Agustawijaya dan Syamsuddin (2012) telah menganalisis resiko bencana di Kota Mataram dengan memperhitungkan kondisi geologi dan parameter-parameter masukan dari bencana gempabumi. Hasil yang diperoleh dari penelitian ini menyatakan bahwa Kota Mataram secara keseluruhan berada pada resiko dengan skala menengah. Hasil penelitian tersebut belum mempertimbangkan karakteristik internal tanah secara mendetail dan belum membuat peta daerah resiko gempabumi berdasarkan tingkat kerawanannya. Khusus di Kota Mataram, belum ada penelitian yang meninjau karakteristik dinamika tanah terhadap resiko bencana gempabumi. Untuk itu, penulis mencoba menganalisis karakteristik dinamika tanah Kota Mataram seperti ketebalan lapisan sedimen (h), indeks kerentanan seismik (K g ), percepatan getaran tanah maksimum (PGA) dan ground shear strain (γ) sebagai ukuran untuk memetakan daerah dengan kerawanan gempa rendah, sedang hingga kerawanan gempa tinggi. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode mikrotremor untuk merekam respon getaran tanah terhadap suatu usikan. Kajian karakteristik dinamika tanah menggunakan metode mikrotremor telah dilakukan oleh beberapa peneliti seperti Marjiyono (2010), Daryono (2011) dan Harlianto (2013). Ketiga peneliti tersebut mengamati mengenai pengaruh gempabumi terhadap amplifikasi, periode dominan, PGA, K g, γ dan ketebalan lapisan sedimen. Penulis juga menganalisis parameter-parameter tersebut, namun untuk ketebalan lapisan sedimen ditentukan dengan perhitungan yang berbeda dari peneliti sebelumnya. Peneliti terdahulu menggunakan rumus empiris dari Nakamura dan data sekunder dari USGS untuk menghitung ketebalan lapisan sedimen yang memiliki keterbatasan hingga 30 meter. Sedangkan pada penilitian ini ketebalan lapisan sedimen dihitung dengan inversi eliptisitas yang dapat memberikan informasi kedalaman lapisan sedimen hingga batas batuan dasar yang lebih dari 30 m. Banyaknya ancaman gempabumi yang mungkin akan terjadi di masa yang akan datang, membutuhkan usaha untuk penanggulan bencana (mitigasi) di setiap kota di Indonesia. Salah satu usaha mitigasi yang dapat diupayakan adalah dengan
52 membagi wilayah yang rawan gempa dengan peta resiko kerusakan akibat gempabumi. Perencanaan tata ruang dan pendirian infrastruktur bangunan dengan memperhatikan peta resiko gempa bumi ini diharapkan memperkecil korban dan kerugian akibat gempabumi ke depannya. Hasil penelitian ini nantinya diharapkan mampu memberikan informasi lebih baik mengenai potensi kerawanan Kota Mataram sebagai satu acuan penting dalam pembuatan Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) yang berbasis mitigasi dan struktur bangunannya. 1.2 Rumusan Masalah Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah: 1. Bagaimana distribusi tingkat kerawanan seismik berdasarkan karakteristik dinamika tanah di Kota Mataram bagian timur? 2. Bagaimana tingkat kerawanan seismik terkait dampaknya terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Mataram bagian timur? 1.3 Batasan Masalah Batasan masalah dalam penelitian sebagai berikut: 1. Lokasi penelitian hanya dilakukan di Mataram bagian timur dengan posisi geografis di 8 o 32 53,49 BT sampai 8 o 37 45,50 BT dan 116 o 3 17,24 LS sampai 116 o 10 23,19. 2. Data histori gempa diambil dari katalog gempa USGS selama 114 tahun terakhir. 3. Perhitungan nilai percepatan getaran tanah maksimum (PGA) menggunakan metode Kanai serta metode Fukushima dan Tanaka.
62 1.4 Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah: 1. Memetakan tingkat kerawanan seismik berdasarkan karakteristik dinamika tanah di Kota Mataram dengan analisis sebaran nilai ketebalan sedimen menggunakan Vs 30 USGS, ketebalan sedimen menggunakan inversi eleptisitas, indeks kerentanan seismik (Kg), ground shear strain (γ) dan percepatan getaran tanah maksimum (PGA) di wilayah Mataram bagian timur. 2. Menganalisis secara umum tingkat kerawanan seismik terkait dampaknya terhadap Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) Kota Mataram bagian timur. 1.5 Manfaat Penelitian Manfaat penelitian ini diharapkan berguna untuk memberikan informasi kepada pemerintah Kota Mataram untuk membentuk perencanaan tata ruang dan infrastruktur pembangunan daerah Mataram bagian timur yang sesuai dengan karakteristik dinamika tanah, sehingga dapat memperkecil resiko akibat gempabumi di daerah tersebut. Selain itu Informasi kerawanan seismik yang akan diperoleh dapat menjadi salah satu acuan bagi masyarakat untuk membangun struktur rumah dan bagian geoteknik dalam perencanaan pembangunan di wilayah Mataram bagian timur.