Key words: marketing margins, egg, layer, small scale feed mill

dokumen-dokumen yang mirip
ANALISIS SALURAN DISTRIBUSI DAN MARGIN PEMASARAN TELUR ITIK DI KABUPATEN SITUBONDO.

ANALISIS PEMASARAN BAWANG MERAH DI DESA OLOBOJU KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

Saluran dan Marjin Pemasaran cabai merah (Capsicum annum L)

ABSTRACT. Keywords: Marketing, Channel Marketing, Margin, Copra

Nurida Arafah 1, T. Fauzi 1, Elvira Iskandar 1* 1 Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Syiah Kuala

Analisis Pemasaran Sawi Hijau di Desa Balun Ijuk Kecamatan Merawang Kabupaten Bangka ( Studi Kasus Kelompok Tani Sepakat Maju)

Analisis Pemasaran Kakao Pola Swadaya di Desa Talontam Kecamatan Benai Kabupaten Kuantan Singingi

ANALISIS PEMASARAN TEMPE PADA INDUSTRI RUMAH TANGGA MULTI BAROKAH DI KOTA PALU

EFISIENSI PEMASARAN TELUR AYAM RAS DI KECAMATAN RINGINREJO KABUPATEN KEDIRI Mega Yoga Ardhiana 1), Bambang Ali Nugroho 2) dan Budi Hartono 2)

ANALISIS PEMASARAN JAMUR TIRAM PUTIH (Pleurotus ostreatus) DI KOTA PEKANBARU

ANALISIS PENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHATANI SEMANGKA DI DESA MARANATHA KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

PEMASARAN SUSU DI KECAMATAN MOJOSONGO DAN KECAMATAN CEPOGO, KABUPATEN BOYOLALI. P. U. L. Premisti, A. Setiadi, dan W. Sumekar

ANALISIS PEMASARAN KOPRADI DESA TAMBU KECAMATAN BALAESANG KABUPATEN DONGGALA

HUBUNGAN SALURAN TATANIAGA DENGAN EFISIENSI TATANIAGA CABAI MERAH

ANALISIS TATANIAGA AYAM RAS PEDAGING DI KABUPATEN SERDANG BEDAGAI

Pengaruh Harga Jual dan Volume Penjualan Terhadap Pendapatan Pedagang Pengumpul Ayam Potong

ANALISIS PENDAPATAN DAN PEMASARAN USAHA PEMBUATAN GARAM DI KELURAHAN TALISE KECAMATAN MANTIKULORE KOTA PALU

PROFIL PETERNAK AYAM PETELUR BERDASARKAN SKALA USAHA DI KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG, SULAWESI SELATAN. St. Rohani 1 dan Irma susanti 2 ABSTRAK

ANALISIS PEMASARAN SAPI BALI DI KECAMATAN BANTAENG KABUPATEN BANTAENG

ANALISIS MARGIN PEMASARAN DAGING AYAM RAS PETELUR AFKIR DI PASAR TRADISIONAL KABUPATEN DAIRI

Analisis Pemasaran Susu Segar di Kabupaten Klaten

ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN IKAN TONGKOL HASIL TANGKAPAN NELAYAN DI DESA SERAYA TIMUR KECAMATAN KARANGASEM

Analisis Pemasaran Ternak Sapi Potong di Kecamatan Playen Kabupaten Gunungkidul

ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN IKAN LELE DI DESA RASAU JAYA 1 KECAMATAN RASAU JAYA KABUPATEN KUBU RAYA

TINJAUAN PUSTAKA. berupa daging, disamping hasil ikutan lainnya berupa pupuk kandang, kulit, dan

EFISIENSI PEMASARAN CABAI MERAH (Capsicum annuum L.) Nida Nuraeni (1) Rina Nuryati (2) D. Yadi Heryadi (3)

ANALISIS MARGIN PEMASARAN AYAM BROILER DI PASAR TRADISIONAL KOTA MANADO (Study kasus di Pasar Bersehati Calaca dan Pinasungkulan Karombasan)

EFISIENSI PEMASARAN EMPING MELINJO DI KABUPATEN BANTUL DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

Distribusi Penjualan Telur Itik.Agnes Debora Hutabarat

ANALISIS JALUR DISTRIBUSI PENJUALAN BUAH JERUK SIAM (Citrus nobilis) DI DESA TARO, KECAMATAN TEGALALANG, KABUPATEN GIANYAR

ANALISIS SALURAN, MARGIN, DAN EFISIENSI PEMASARAN ITIK LOKAL PEDAGING MARKETING CHANNEL, MARGIN, AND EFFICIENCY ANALYSIS OF LOCAL BROILER DUCK

BAB II KAJIAN PUSTAKA

RANTAI NILAI BERAS IR64 DI KECAMATAN WANAREJA KABUPATEN CILACAP

BAB IV METODE PENELITIAN

III. KERANGKA PEMIKIRAN

ANALISIS PEMASARAN BERAS DI DESA SIDONDO I KECAMATAN SIGI BIROMARU KABUPATEN SIGI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. Secara umum pemasaran adalah proses aliran barang yang terjadi di dalam pasar.

ANALISIS MARJIN PEMASARAN AGROINDUSTRI BERAS DI KECAMATAN BUNGARAYA KABUPATEN SIAK

Elvira Avianty, Atikah Nurhayati, dan Asep Agus Handaka Suryana Universitas Padjadjaran

I. PENDAHULUAN A. Latar Belakang

EFISIENSI PEMASARAN SUSU PASTEURISASI DI CV. CITA NASIONAL KABUPATEN SEMARANG. P. S.A. Sihombing, T. Ekowati, W. Sumekar

LEMBAR PERSETUJUAN ARTIKEL. Analisis Margin Pemasaran Ternak Sapi Bali Di Kecamatan Pulubala Kabupaten Gorontalo. INDRYANI ALI NIM.

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Program Studi Agribisnis FP USU Jln. Prof. A. Sofyan No. 3 Medan HP ,

dwijenagro Vol. 5 No. 1 ISSN :

MARJIN TATANIAGA AYAM BROILER DARI HULU KE HILIR DI PASAR IBUH KOTA PAYAKUMBUH JURNAL. Oleh : SAPTA BAYU PUTRA NPM

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

AGRISTA : Vol. 3 No. 2 Juni 2015 : Hal ISSN ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN KEDELAI DI KABUPATEN GROBOGAN

ANALISIS POLA SALURAN DAN MARJIN PEMASARAN AYAM BURAS (Studi Kasus pada Peternakan Ayam Buras Jimmy s Farm, Cipanas Kabupaten Cianjur, Jawa Barat)

Analisis Tataniaga Kambing Di Pasar Hewan Wlingi Kabupaten Blitar

MARGIN PEMASARAN IKAN CAKALANG (Katsuwonus pelamis) DI TEMPAT PENDARATAN IKAN SODOHOA KOTA KENDARI PROVINSI SULAWESI TENGGARA

Analisis Efisiensi Pemasaran Pisang Produksi Petani di Kecamatan Lengkiti Kabupaten Ogan Komering Ulu. Oleh: Henny Rosmawati.

FARMER SHARE DAN EFISIENSI SALURAN PEMASARAN KACANG HIJAU

ANALISIS USAHATANI DAN PEMASARAN KEDELAI DI KECAMATAN KETAPANG KABUPATEN SAMPANG

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN KENDAL JAWA TENGAH

II. TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN

Jurnal Agrisistem, Juni 2007, Vol 3 No. 1 ISSN

ANALISIS PENDAPATAN USAHATANI JAGUNG DI DESA LABUAN TOPOSO KECAMATAN LABUAN KABUPATEN DONGGALA

EFFICIENCY MARKETING ANALYSIS OF HONEY BEE IN PASURUAN

ANALISIS TATANIAGA KELINCI (Orictolagus, Spp.) DI KABUPATEN KARO ABSTRAK

ANALISIS SISTEM TATANIAGA KARET PADA PETANI KARET EKS UPP TCSDP DI DESA BINA BARU KECAMATAN KAMPAR KIRI TENGAH KABUPATEN KAMPAR

ANALISIS TATANIAGA KEPITING HASIL PRODUKSI DESA PANTAI GADING, KECAMATAN SECANGGANG, KABUPATEN LANGKAT

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN JAGUNG (Zea mays) DI KABUPATEN GROBOGAN (Studi Kasus di Kecamatan Geyer)

SALURAN DAN MARJIN PEMASARAN TEMBAKAU RAKYAT: Kasus Subak Cengcengan, Kecamatan Sukawati, Kabupaten Gianyar. Oleh Drs. Ketut Mudita, SP. M.Agb.

DESKRIPSI HARGA JUAL DAN VOLUME PENJUALAN PEDAGANG PENGUMPUL AYAM POTONG DI KOTA MAKASSAR

III. METODE PENELITIAN. Konsep dasar dan batasan operasional merupakan pengertian dan petunjuk

ANALISIS TATA NIAGA TELUR AYAM RAS (LAYER) SISTEM KEMITRAAN UD. JATINOM INDAH KABUPATEN BLITAR. Fakultas Kedokteran Hewan Universitas Airlangga

SISTEM PENYALURAN BERAS KOMERSIL MELALUI SALURAN RUMAH PANGAN KITA DI PT XYZ LAMPUNG. Pangan Kita in PT XYZ Lampung)

BAB I PENDAHULUAN. Tahun (juta orang)

BAB I PENDAHULUAN. Pertanian memiliki beberapa sektor seperti peternakan, perikanan, perkebunan,

ANALISIS PEMASARAN SUSU SEGAR DI KABUPATEN KLATEN THE ANALYSIS OF FRESH MILK MARKETING IN KABUPATEN KLATEN

MARKETING ANALYSIS OF SMALL AND LARGE BROILER FARMING ON SINAR SARANA SENTOSA PARTNERSHIP SCHEME AT MALANG REGENCY

Analisis Pemasaran Domba dari Tingkat Peternak Sampai Penjual Sate di Kabupaten Sleman

III OBJEK DAN METODE PENELITIAN Objek Penelitian Objek penelitian terdiri dari peternak dan pelaku pemasaran itik lokal

ARTIKEL MEIFY SUMAMPOW / JURUSAN SOSIAL EKONOMI, FAKULTAS PERTANIAN UNIVERSITAS SAM RATULANGI MANADO

VII ANALISIS STRUKTUR, PERILAKU DAN KERAGAAN PASAR

POLA PEMASARAN TERNAK SAPI BALI DI KAWASAN PRIMATANI LKDRIK KABUPATEN BULELENG

ANALISIS MARGIN DAN EFISIENSI SALURAN PEMASARAN KAKAO DI KABUPATEN KONAWE

STUDI PEMASARAN WORTEL (Daucus carota L.) DI DESA CITEKO KECAMATAN CISARUA KABUPATEN BOGOR JAWA BARAT

Staf Pengajar Jurusan Agribisnis Fakultas Pertanian Unja ABSTRAK

ANALISIS TATANIAGA KENTANG DARI DESA JERNIH JAYA KECAMATAN GUNUNG TUJUH KABUPATEN KERINCI KE KOTA PADANG OLEH MEGI MELIAN

Kata Kunci : Pemasaran, Ikan Gurami, Efisiensi

ANALISIS PEMASARAN TANAMAN HIAS PUCUK MERAH (OLEINA SYZYGIUM) PADA USAHA KEMBANG ASRI DI KOTA PALU

I. PENDAHULUAN. Sektor pertanian di Indonesia masih memegang peranan penting dari

ANALISIS SALURAN PEMASARAN GULA AREN (Sebuah Kasus di Industri Rumah Tangga di Desa Cigemblong Kecamatan Cigemblong Kabupaten Lebak)

DISTRIBUSI DAN PENANGANAN PASCAPANEN KACANG PANJANG

PEMASARAN BIBIT SENGON DI DESA KEDUNGLURAH KECAMATAN POGALAN KABUPATEN TRENGGALEK

ANALISIS SALURAN DAN MARJIN PEMASARAN KERBAU (Studi Kasus di Kecamatan Bungbulang Kabupaten Garut)

ANALISIS EFISIENSI SALURAN PEMASARAN BAHAN OLAHAN KARET RAKYAT (BOKAR) LUMP MANGKOK DARI DESA KOMPAS RAYA KECAMATAN PINOH UTARA KABUPATEN MELAWI

Key Word PENDAHULUAN

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

METODOLOGI PENELITIAN

perluasan kesempatan kerja di pedesaan, meningkatkan devisa melalui ekspor dan menekan impor, serta menunjang pembangunan wilayah.

KAJIAN POLA SALURAN DAN EFISIENSI PEMASARAN AYAM SENTUL

J. Sains & Teknologi, Agustus 2015, Vol.15 No.2 : ISSN LEMBAGA PEMASARAN KOMODITI PALA DI KOTA TERNATE PROVINSI MALUKU UTARA

ANALISIS EFISIENSI PEMASARAN BUNGA MAWAR POTONG DI DESA KERTAWANGI, KECAMATAN CISARUA, KABUPATEN BANDUNG BARAT. Abstrak

III. KERANGKA PEMIKIRAN

Oleh: 1 Sohidal Farid, 2 Jafar Sidiq, 3 Cecep Pardani

AGRISTA : Vol. 3 No. 3 September 2015 : Hal ISSN ANALISIS PEMASARAN SEMANGKA DI KECAMATAN BAKI KABUPATEN SUKOHARJO

ANALISA PERBANDINGAN SOSIAL EKONOMI PETANI JAGUNG SEBELUM DAN SETELAH ADANYA PROGRAM PENGEMBANGAN KAWASAN AGROPOLITAN MUNGKA KABUPATEN LIMA PULUH KOTA

Transkripsi:

MARJIN PEMASARAN PETERNAKAN AYAM RAS PETELUR YANG MENGGUNAKAN PAKAN PRODUKSI PABRIK SKALA KECIL DI KABUPATEN SIDENRENG RAPPANG Susanti I.S 1, N. Ali 1 dan St. Rohani 2 1 Fakultas Peternakan dan Perikanan Universitas Sulawesi Barat 2 Fakultas Peternakan Universitas Hasanuddin e-mail : irmasusanti227@gmail.com Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji tingkat marjin pemasaran yang dicapai oleh setiap saluran pemasaran telur ayam ras petelur di Kabupaten Sidenreng Rappang. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Sidenreng Rappang pada bulan Oktober sampai Nopember 2015. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei. Rangkaian penelitian dilaksanakan dalam tiga tahap, yaitu tahap observasi, tahap wawancara dan tahap pelaksanaan penelitian. Data dianalisis dengan menggunakan analisis marjin pemasaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa saluran pemasaran telur di Kabupaten Sidenreng Rappang menggunakan tiga saluran pemasaran yaitu : (a) saluran pertama adalah peternak produsen, pedagang pengumpul di desa, pedagang pengumpul kecamatan, pedagang pengumpul kabupaten, pedagang besar, dan pedagang pengecer; (b) saluran kedua adalah peternak produsen, pedagang pengumpul di kecamatan, pedagang pengumpul di kabupaten, dan pedagang besar; (c) saluran ketiga adalah peternak produsen langsung ke pedagang pengecer. Marjin pemasaran terbesar ditemukan pada saluran pemasaran pertama dan terendah pada saluran pemasaran ketiga. Kata Kunci : Marjin Pemasaran, telur, ayam ras petelur, pabrik pakan skala kecil Abstract This study aims to assess the level of marketing margin achieved by each marketing channel egg laying chicken in Sidenreng Rappang Regency. This study was conducted in Sidenreng Rappang in October and November 2015. The research method used was a survey method. The series of studies carried out in three stages, namely the stage of observation, interview stage and the implementation stage of research. Data were analyzed using analysis of marketing margins. The results showed that the egg marketing channels in Sidenreng Rappang using three marketing channels, namely: (a) The first line is the breeder producers, traders at the village, sub-district collectors, district collectors, wholesalers, and retailers; (b) The second channel is a breeder producers, traders in the district, district collectors, and wholesalers; (c) The third channel is the breeder producers directly to retailers. Marketing margins are greatest among marketing channel first and the third lowest in the marketing channel. Key words: marketing margins, egg, layer, small scale feed mill 79 PENDAHULUAN Pembangunan Nasional jangka panjang adalah pembangunan di bidang ekonomi dengan sasaran utama adalah mencapai keseimbangan antara bidang pertanian dan industri. Di dalam struktur ekonomi yang seimbang itu terdapat kekuatan dan kemampuan industri yang maju dan didukung oleh kemampuan pertanian yang tangguh. Pembangunan sektor pertanian akan terus ditingkatkan dengan tujuan meningkatkan produksi guna memenuhi kebutuhan pangan, kebutuhan industri dalam negeri serta meningkatkan ekspor. Pelaksanaan pembangunan pertanian di Sulawesi Selatan semakin konkrit arahnya dengan dimunculkannya suatu konsep pengwilayahan komoditas. Pengwilayahan komoditas adalah suatu bentuk usaha peningkatan hasil pertanian dengan memanfaatkan sumber daya lahan dan manusia secara optimal berdasarkan karakteristik yang dimiliki oleh setiap wilayah. Pengembangan sektor peternakan menunjang pembangunan pertanian berkelanjutan sangat diperlukan. Sulawesi Selatan merupakan salah satu daerah pengembangan agribisnis ayam ras petelur yang mampu mensuplay permintaan telur di kawasan timur Indonesia. Salah satu sentra produksi ayam ras petelur di daerah tersebut adalah Kabupaten Sidrap, dengan populasi ternak pada tahun 2013 mencapai 4.041.027 ekor (Dinas

80 MADURANCH Vol. 2 No. 2 Agustus 2017 Peternakan dan Perikanan Kabupaten Sidrap, 2014). Di daerah ini terdapat beberapa unit pabrik pakan skala kecil yang mendapat mendukung usaha peternakan skala kecil dan menengah dan menyediakan pakan dengan harga relatif murah sehingga dapat mengurangi biaya produksi. Tangendjaja (2007) mengemukakan empat hal pokok yang menentukan keunggulan kompetitif dan daya tahan usaha dalam memproduksi ternak unggas termasuk ayam petelur yaitu biaya produksi yang rendah, iklim usaha yang kondusif, skala usaha ekonomis, dan kemampuan menyerap informasi teknologi Hubungan antara produsen hingga ke konsumen akan tercapai melalui saluran pemasaran dan tentunya memerlukan tindakan, jasa dan perlakuan. Hal ini tentunya dilaksanakan oleh lembaga-lembaga pemasaran yang terlibat secara langsung dalam saluran pemasaran telur. Proses distribusi telur dari produsen melalui lembaga pemasaran ke konsumen akhir memerlukan banyak kegiatan dan perlakuan agar pemasaran dapat berhasil. Kegiatan tersebut antara lain berupa pengumpulan, pengangkutan, pengolahan, dan penyimpanan. Adanya berbagai kegiatan tersebut tentu saja memerlukan biaya pemasaran. Perbedaan saluran pemasaran juga menyebabkan beragamnya biaya yang diperlukan bagi pemasaran telur. Keadaan seperti ini menyebabkan marjin yang bervariasi antara saluran pemasaran yang satu dengan yang lainnya. Margin pemasaran atau margin tataniaga menunjukkan selisih harga dari dua tingkat rantai pemasaran. Margin tataniaga adalah perubahan antara harga petani dan harga eceran. Margin tataniaga hanya merepresentasikan perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani/peternak, tetapi tidak menunjukkan jumlah quantitas produk yang dipasarkan. Margin tataniaga merupakan penjumlahan antara biaya tataniaga dan margin keuntungan. Berdasarkan hal tersebut, maka diperlukan kajian yang lebih mendalam tentang marjin pemasarannya. Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji marjin pemasaran yang dicapai oleh setiap saluran pemasaran ayam ras petelur yang menggunakan pakan produksi pabrik skala kecil di Kabupaten Sidenreng Rappang. MATERI DAN METODE Metode penentuan lokasi penelitian dilakukan secara purposive. Penelitian ini dilaksanakan di Kabupaten Sidenreng Rappang dengan pertimbangan bahwa Kabupaten Sidrap merupakan sentra produksi peternakan ayam petelur di Sulawesi Selatan dan di daerah ini terdapat beberapa pabrik pakan skala kecil. Penelitian dilaksanakan bulan Oktober sampai Nopember 2015. Metode analitis dilakukan dengan cara menyusun data, dijelaskan kemudian dianalisis. Sedangkan teknik pelaksanaannya menggunakan metode survey, yaitu pengambilan sampel atau responden dari satu polulasi dan menggunakan bantuan kuesioner sebagai alat pengumpul data. Dengan kuesioner ini akan diperoleh fakta-fakta dan keterangan secara faktual terkait tujuan penelitian berupa kebenaran terhadap keadaan dan praktek-praktek yang sedang berlangsung (Singarimbun dan Effendi, 1995). Penentuan sampel dilakukan dengan teknik purposive sampling dengan jumlah sampel masing-masing 10 orang setiap saluran pemasaran telur. Jenis dan sumber data yang dipergunakandalam penelitian ini adalah data Primer dan data skunder. Data primer digunakan untuk menganalisis, 1) Saluran pemasaran, 2) marjin pemasaran. Data primer dalam penelitian ini dikumpulkan melalui wawancara dengan peternak dan lembaga pemasaran yang terpilih melalui sampel serta melalui observasi. Data sekunder digunakan sebagai informasi awal dalam penentuan lokasi dan sampel penelitian serta sebagai informasi penunjang dalam menjawab tujuan penelitian. Kadua data tersebut dikumpulkan dengan teknik wawancara, observasi, dan pencatatan. Data yang diperoleh dianalisis marjin pemasaran menurut rumus (Soekartawi, 2003) M = Hp Hb Dimana : M = Marjin Pemasaran Hp = Harga Penjualan Hb = Harga Pembelian HASIL DAN PEMBAHASAN Pemasaran merupakan proses kegiatan menyalurkan produk dari produsen ke konsumen

Susanti, Marjin Pemasaran Peternakan Ayam 81 (Said dan Intan, 2001). Pemasaran merupakan puncak dari kegiatan ekonomi dalam agribisnis peternakan. Sub sistem pemasaran dari agribisnis peternakan ayam ras petelur yakni kegiatankegiatan untuk memperlancar pemasaran komoditas peternakan berupa telur segar. Peternak yang telah menghasilkan produk menginginkan telur-telur yang dihasilkannya diterima oleh konsumen. Kegiatan pemasaran yang termasuk di dalamnya adalah kegiatan distribusi untuk memperlancar arus komoditi dari sentra produksi ke sentra konsumsi, informasi pasar, penyimpanan, pengangkutan, penjualan serta promosi. Informasi pasar yang dikumpulkan bukan hanya menyangkut perubahan harga telur yang terjadi, tetapi juga jenis dan kualitas produk yang diinginkan konsumen, lokasi penjualan telur yang memberikan peluang lebih baik, serta kebutuhan konsumen terhadap produk telur yang dihasilkan. Manfaat yang diperoleh dari pengumpulan informasi pasar yang dilakukan oleh peternak adalah peternak mengetahui dengan jelas jenis dan kualitas produk yang diinginkan konsumen, mengetahui cara pemasaran yang sebaiknya ditempuh agar volume penjualan telur dapat ditingkatkan, dan peternak dapat mengetahui tindakan-tindakan perbaikan yang akan dilakukan agar pelanggan tetap serta jumlahnya dapat ditingkatkan. Dalam pemasaran telur yang paling penting adalah pihak produsen memiliki kekuatan menentukan harga secara layak. Harga jual telur banyak ditentukan oleh mutu telur. Semakin baik mutu telur yang dihasilkan, semakin baik pula harga yang akan diterima. Saluran Pemasaran Tataniaga komoditas pertanian / peternakan merupakan suatu sistem yang melibatkan tiga pelaku utama yaitu produsen atau petani, pelaku pemasaran atau pedagang, dan konsumen. Kegiatan pendistribusian telur dari peternak ke konsumen memerlukan pedagang perantara atau disebut juga sebagai lembaga pemasaran yang mempunyai peranan penting dalam kegiatan pemasaran. Saluran pemasaran telur yang biasa dilakukan oleh lembaga pemasaran di Kabupaten Sidrap umumnya menggunakan tiga macam saluran. Dalam pemasaran telur, peternak umumnya menjual kepada pedagang yang adadi desa atau pedagang dari luar desa yang datang ke rumah-rumah peternak. Tetapi untuk peternak yang produksi telurnya cukup besar, maka mereka langsung menjualnya kepada pedagang di kecamatan yang lebih besar. Cara pembayaran yang dilakukan dari pedagang pengumpul desa ke peternak sebagian besar dengan cara membayar tunai kepada petani setelah menerima telur. Sedikit skali pedagang pengumpul desa yang melakukan pembayaran setelah telur yangdibelinya dari peternak laku terjual. Pedagang pengumpul kecamatan adalah pedagang yang membeli telur dari pedagang pengumpul desa dan kadang-kadang langsung ke peternak. Pedagang ini sebagian besar berada di dekat sentra produksi ternak ayam petelur dan bertempat diibukota kecamatan. Cara pembayaran yang dilakukan dari pedagang pengumpul kecamatan ke peternak dan pedagang pengumpul desa adalah dengan cara membayar tunai setelah menerima telur. Tidak ada pedagang pengumpul kecamatan yang melakukan pembayaran non tunai, oleh karena itu pedagang pengumpul kecamatan membutuhkan modal yang besar dan tempat penyimpanan telur yang cukup luas dalam usaha dagang telurnya. Sebagian besar pedagang pengumpul kecamatan ini telah mempunyai gudang yang cukup besar dan ala ttransportasi yang memadai sehingga distribusi telur menjadi lancar. Saluran pertama adalah peternak produsen, pedagang pengumpul di desa, pedagang pengumpul di kecamatan, pedagang pengumpul di kabupaten dan pedagang besar. Saluran kedua adalah peternak produsen, pedagang pengumpul di kecamatan, pedagang pengumpul di kabupaten, dan pedagang besar. Saluran pemasaran ketiga adalah dari peternak produsen langsung kepada pedagang pengecer. Saluran pemasaran telur yang pertama di Kabupaten Sidrap dapat dilihat pada Gambar 1. Saluran pemasaran telur yang ditunjukkan oleh Gambar 1, melalui lima lembaga pemasaran yaitu : peternak, pedagang pengumpul di desa, pedagang pengumpul di kecamatan, pedagang pengumpul di kabupaten, dan pedagang besar. Pedagang pengumpul di desa melakukan pembelian telur dengan mendatangi langsung peternak produsen. Demikian pula halnya dengan pedagang pengumpul di kecamatan, mereka membeli telur pada pedagang

82 MADURANCH Vol. 2 No. 2 Agustus 2017 pengumpul di desa untuk selanjutnya dijual kepada edagang pengumpul di kabupaten yang selanjutnya menjual telur kepada pedagang besar. Pedagang besar inilah yang melakukan penjualan kepada pihak konsumen. produksi telur langsung kekonsumen akhir untuk mendapatkan harga yang tinggi. Keadaan ini dimanfaatkan oleh pihak lain seperti pedagang perantara yang terdiri dari pedagang pengumpul desa, pedagang pengumpul kecamatan, pedagang pengumpul kabupaten, dan pedagang besar. Peternak Produsen Pedagang Pengumpul di Desa Pedagang Pengumpul di Kecamatan Pedagang Pengumpul di Kabupaten Konsumen Pedagang Pengecer Pedagang Besar Gambar 1. Saluran Pemasaran Pertama Telur Di Kabupaten Sidenreng Peternak Produsen Pedagang Pengumpul di Kecamatan Pedagang Pengumpul di Kabupaten Konsumen Pedagang Pengecer Pedagang Besar Gambar 2. Saluran Pemasaran Telur Kedua Di Kabupaten Sidenreng Saluran pemasaran telur yang kedua di Kabupaten Sidrap dapat dilihat pada Gambar 2. Saluran pemasaran yang ditunjukkan Gambar 2, melalui empat lembaga pemasaran yaitu: pedagang pengumpul di kecamatan, pedagang pengumpul di kabupaten, dan pedagang besar. Pedagang pengumpul di kecamatan melakukan pembelian telur dengan mendatangi langsung peternak produsen. Pedagang pengumpul di kecamatan inilah yang selanjutnya menjual kepada pedagang pengumpul di kabupaten. Pedagang besar yang melakukan pembelian dari pedagang pengumpul di kabupaten selanjutnya melakukan penjualan kepada pihak konsumen. Saluran pemasaran telur yang ketiga di Kabupaten Sidrap dapat dilihat pada Gambar 3. Saluran pemasaran telur yang ditunjukkan Gambar 3 hanya melalui satu lembaga pemasaran yaitu pedagang pengecer. Pedagang pengecer inilah yang langsung menjualnya kepada konsumen setelah melakukan pembelian pada pihak peternak produsen. Keadaan peternak yang banyak mengalami kekurangan seperti modal, pendidikan, keterbatasan sarana dan prasarana, menjadikan mereka tidak dapat langsung menjual Dengan demikian terbentuklah saluran pemasaran telur di Kabupaten Sidenreng Rappang. Saluran pemasaran dapat berbentuk sederhana dan dapat pula rumit. Soekartawi (2003), hal tersebut tergantung dari macam komoditi, lembaga pemasaran, dan sistem pasar. Sistem pasar yang monopoli memiliki saluran pemasaran yang relatif lebih sederhana dibandingkan dengan sistem pasar yang lain. Harga penjualan telur dari peternak produsen ke konsumen akhir dengan menggunakan saluran ketiga ini adalah yang paling murah. Hal ini disebabkan karena saluran pemasaran yang digunakan paling pendek. Penjualan telur tersebut tidak lagi melalui pedagang pengumpul di desa, pedagang pengumpul di kecamatan, pedagang pengumpul di kabupaten, dan pedagang besar. Peternak Produsen Pengecer Konsumen Gambar 3. Saluran Pemasaran Telur Ketiga Di Kabupaten Sidenreng Rappang.

Susanti, Marjin Pemasaran Peternakan Ayam 83 Saluran pemasaran yang dilakukan oleh peternak di lokasi penelitian dapat dilihat pada Tabel 1. Tabel 1 menunjukkan bahwa pada skala usaha < 2.500 ekor, jumlah peternak yang melalui saluran pemasaran pertama lebih banyak dibandingkan dengan jumlah peternak yang melalui pemasaran kedua dan ketiga. Hal ini disebabkan oleh karena jumlah telur yang diproduksi lebih sedikit sehingga peternak merasa lebih mudah dan menguntungkan jika produk telurnya dijual pada pedagang pengumpul desa. Penyebab lainnya, peternak tidak perlu mengeluarkan biaya pemasaran dalam hal ini biaya transportasi. Jika melalui saluran pemasaran kedua, meskipun harus mengeluarkan biaya transportasi tetapi harga pembelian telur lebih tinggi dibandingkan melalui saluran pemasaran pertama. Jumlah peternak yang memilih saluran pemasaran ketiga hanya 3 orang karena mereka menganggap lebih menguntungkan, telur yang dihasilkan langsung dijual ke pengecer menyebabkan harga belinya diatas harga pembelian pedagang pengumpul di desa pada skala pemasaran pertama dan pedagang pengumpul di kecamatan pada saluran pemasaran kedua. Hal ini juga terjadi pada peternak yang berskala usaha 2.500 5.000 ekor, peternak lebih banyak memilih saluran pemasaran pertama dibanding dengan saluran pemasaran kedua dan ketiga. Penyebabnya sama dengan skala usaha < 2.500 ekor. Sebaliknya, yang terjadi pada skala usaha > 5.000 ekor lebih banyak peternak menjual telurnya melalui saluran pemasaran ketiga dibanding saluran pemasaran pertama dan kedua. Kondisi tersebut dipengaruhi oleh jumlah telur yang dihasilkan lebih banyak sehingga melalui saluran pemasaran ketiga, ini lebih menguntungkan para peternak jika mereka menjual langsung ke pengecer karena tidak mengeluarkan biaya pemasaran dan harga pembeliannya lebih tinggi dibanding dengan menjualnya langsung ke pedagang pengumpul yang ada di desa atau kecamatan. Hasil peneitian Palmarudi dan Esso (2011), saluran pemasaran telur yang biasa dilakukan oleh lembaga pemasaran di Kabupaten Sidrap umumnya menggunakan tiga macam saluran, yaitu : peternak produsen menjual ke pedagang besar kemudian dijual ke pengecer dan terakhir sampai kepada konsumen. Tabel 1. Saluran Pemasaran Berdasarkan Jumlah Peternak Responden Di Kabupaten Sidenreng Rappang Saluran Pemasaran I II III Jumlah Peternak (orang) < 2.500 ekor 2.500 5.000 ekor > 5.000 ekor 21 16 2 10 5 5 5 5 8 36 26 15 Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015. Marjin Pemasaran Marjin pemasaran adalah perbedaan harga di antara tingkat lembaga dalam sistem pemasaran atau perbedaan antara jumlah yang dibayar konsumen dan jumlah yang diterima produsen atas produk yang diperjualbelikan. Marjin pemasaran telur diketahui melalui berapa banyak lembaga pemasaran yang terlibat dalam proses distribusi barang tersebut dari petani produsen sampai ke konsumen akhir. Dengan mengetahui marjin pemasaran maka dapat diketahui pula pada tingkatan lembaga pemasaran mana yang menerima selisih harga yang paling besar diantara lembaga-lembaga pemasaran yang ada. Sudiyono (2001) bahwa marjin pemasaran dapat didefinisikan dengan dua cara : marjin pemasaran merupakan perbedaan harga yang dibayarkan konsumen dengan harga yang diterima petani; marjin pemasaran merupakan biaya dari jasa-jasa pemasaran yang dibutuhkan sebagai akibat permintaan dan penawaran dari jasa-jasa pemasaran. Perbandingan harga pembelian, harga penjualan dan marjin pemasaran dari ketiga saluran pemasaran yang ada di Kabupaten Sidrap, dapat dilihat pada rekapitulasi Tabel 2. Tabel 2 memperlihatkan bahwa marjin pemasaran terbesar yang diperoleh dari ketiga saluran pemasaran adalah Rp 2.500/rak berada pada saluran pemasaran ketiga ditingkat Pedagang Pengecer Khusus Telur, sedangkan marjin terkecil sebesar Rp 500/rak berada pada saluran pemasaran pertama tingkatan Pedagang Pengecer. Terdapat perbedaan harga pembelian dan penjualan pada Pedagang Pengumpul di Kecamatan antara saluran pemasaran pertama maupun kedua. Saluran pemasaran pertama harga pembeliannya Rp 22.000/rak, saluran pemasaran kedua sebesar Rp 22.500/rak, dan saluran

84 MADURANCH Vol. 2 No. 2 Agustus 2017 pemasaran ketiga sebesar Rp. 24.500/rak. Harga penjualan telur sampai ke konsumen pada saluran pemasaran pertama sebesar Rp 29.000/rak, saluran pemasaran kedua Rp 27.500/rak, dan saluran pemasaran ketiga sebesar Rp. 27.000. Jika diamati antara kedua saluran pemasaran ini pada tingkatan pedagang yang sama yaitu Pedagang Pengumpul di Kecamatan, maka saluran pemasaran kedua mempunyai harga jual dan harga beli yang lebih rendah. Hal tersebut dapat disebabkan karena Pedagang Pengumpul di Kecamatan pada saluran pemasaran kedua melakukan pembelian langsung dari pihak peternak produsen, sedangkan Pedagang Pengumpul di Kecamatan pada saluran pemasaran pertama melakukan pembelian melalui pihak Pedagang Pengumpul di Desa. Dengan demikian maka saluran pemasaran pertama membutuhkan jalur lebih panjang dalam memperoleh telur, sehingga biaya pemasaran akan lebih banyak yang mengakibatkan biaya pembelian dan penjualan akan semakin tinggi pula. Pada tingkatan Pedagang Pengumpul di Kabupaten antara saluran pemasaran pertama dan kedua memiliki harga pembelian dan harga penjualan yang juga berbeda. Saluran pemasaran kedua mempunyai harga jual dan harga beli yang lebih rendah pada tingkatan pedagang yang sama disebabkan karena Pedagang Pengumpul di Kabupaten saluran pemasaran kedua melakukan pembelian melalui Pedagang Pengumpul di Kecamatan yang tidak melalui saluran Pedagang Pengumpul di Desa akan tetapi langsung ke peternak produsen, sedangkan Pedagang Pengumpul di Kabupaten saluran pemasaran pertama melakukan pembelian melalui pihak Pedagang Pengumpul di Kecamatan sebelumnya membeli telur dari Pedagang Pengumpul di Desa. Saluran pemasaran pertama membutuhkan jalur yang lebih panjang dalam memperoleh telur, sehingga biaya pemasaran akan lebih banyak, mengakibatkan biaya pembelian dan penjualan juga akan semakin tinggi. Pihak pedagang besar pada saluran pertama membeli telur dari Pedagang Pengumpul di Kabupaten yang terlebih dahulu melalui Pedagang Pengumpul di Desa dan di Kecamatan. Sedangkan pada saluran kedua pembeliannya dilakukan tanpa melalui pihak Pedagang Pengumpul di Desa. No Pelaku Pemasaran Harga Beli Harga Jual Marjin Persen (Rp/Rak) (Rp/Rak) (Rp/Rak) (%) Saluran Pemasaran Pertama 1 Pedagang Pengumpul di desa 22.000 23.000 1.000 16,67 2 Pedagang Pengumpul di kecamatan 23.000 25.000 2.000 33,33 3 Pedagang Pengumpul di kabupaten 25.000 27.500 1.500 25,00 4 5 Pedagang Besar 27.500 28.500 1.000 16,67 Pedagang Pengecer 28.500 29.000 500 8,33 Jumlah I 6.000 100,00 Saluran Pemasaran Kedua 1 Pedagang Pengumpul di kecamatan 22.500 23.500 1.000 20,00 2 Pedagang Pengumpul di kabupaten 23.500 25.000 1.500 30,00 3 Pedagang Besar 25.000 26.500 1.500 30,00 4 Pedagang Pengecer 26.500 27.500 1.000 20,00 Jumlah II 5.000 100,00 Saluran Pemasaran Ketiga Pedagang pengecer khusus 24.500 27.000 2.500 100,00 Telur Tabel 2. Rekapitulasi Marjin Pemasaran Telur Pada Ketiga Saluran Pemasaran Di Kabupaten Sidenreng Rappang Jumlah III 2.500 100,00 Sumber : Data Primer Setelah Diolah, 2015

Susanti, Marjin Pemasaran Peternakan Ayam 85 Demikian pula untuk Pedagang Pengecer telur pada saluran pemasaran pertama dan kedua melakukan pembelian pada Pedagang Besar. KESIMPULAN Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan, maka diperoleh kesimpulan bahwa saluran pemasaran telur di Kabupaten Sidenreng Rappang menggunakan tiga saluran pemasaran yaitu : (a) saluran pertama adalah peternak produsen, pedagang pengumpul di desa, pedagang pengumpul kecamatan, pedagang pengumpul kabupaten, pedagang besar, dan pedagang pengecer; (b) saluran kedua adalah peternak produsen, pedagang pengumpul di kecamatan, pedagang pengumpul di kabupaten, dan pedagang besar; (c) saluran ketiga adalah peternak produsen langsung ke pedagang pengecer. Marjin pemasaran terbesar ditemukan pada saluran pemasaran pertama dan terendah pada saluran pemasaran ketiga. DAFTAR PUSTAKA Agustini, D.H. 2001. Analisis Pengembangan Agribisnis Di Jawa Tengah : Jurnal Sosial Ekonomi Pertanian No.8, Universitas Hasanuddin, Makassar. Daniel, M. 2004. Pengantar Ekonomi Pertanian. PT. Bumi Aksara, Jakarta. Dinas Peternakan Sulawesi Selatan. 2012. Statistik Peternakan Sulawesi Selatan. Dinas Peternakan Propinsi Sulawesi Selatan, Makassar. Downey, W.D. dan S.P. Erickson. 1989. Manajemen Agribisnis. Erlangga, Jakarta. Kotler, Philip. 1993. Manajemen Pemasaran : Analisis Perencanaan, Implementasi dan Pengendalian. Volume Kedua, Edisi ketujuh. Lembaga Penerbitan Fakultas Ekonomi Ui, Jakarta. Martono dan Harjito, A. 2004. Manajemen Keuangan. Ekonisia, Yogyakarta. Mubyarto. 1991. Pengantar Ekonomi pertanian. Edisi Ketiga. LP3ES, Jakarta. Palmarudi, M dan A.S.R. Esso. 2011. Analisis Strategi Pemasaran Telur Pada Peternakan Ayam Ras Skala Besar di Kabupaten Sidrap. Jurnal Agribisnis, X (3): 14-31. Said, E.G. dan A.H. Intan. 2001. Manajemen Agribisnis. PT. Ghalia Indonesia, Jakarta. Singarimbun, M dan Efendi, S. 1995. Metode Penelitian Survei. LP3ES, Jakarta. Soekartawi. 2002. Prinsip Dasar Ekonomi Pertanian (Teori dan Aplikasinya). Edisi Revisi, PT. Raja Grafika Persada. Jakarta. Sudiyono, A. 2001. Pemasaran Pertanian. Universitas Muhamadiyah Malang Press, Malang.

86 MADURANCH Vol. 2 No. 2 Agustus 2017