BAB I PENDAHULUAN Bab pertama pada penelitian ini memaparkan hal-hal mendasar berkenaan dengan dilakukannya penelitian ini. Bagian ini meliputi, latar belakang masalah, fokus penelitian, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, dan metode penelitian. 1.1 Latar Belakang Masalah Cerita pendek (cerpen) merupakan hasil produktivitas bahasa dalam bentuk tulisan. Seperti cat dalam seni lukis, maka bahasa dalam karya sastra merupakan unsur pembentuk utama yang merupakan perwujudan ide, pikiran dan maksud yang dikomunikasikan (lihat Tjahjono, 2009). Cerpen dibuat tidak hanya untuk dinikmati oleh penulisnya sebagai media ekpresif akan tetapi memuat maksudmaksud ideologis tertentu yang hendak disampaikan kepada para pembaca. Sebagai karya sastra yang merupakan media penyampaian ide, cerpen dapat pula menjadi sarana pembelajaran. Pembaca dapat beroleh pengalaman yang dapat dijadikan cermin hidupnya. Nilai-nilai yang terkandung dalam sebuah karya sastra melalui tokoh tokoh dalam cerita pun dapat menjadi materi dan contoh efektif bagi pengembangan diri seorang pembaca, (lihat, Zulfahnur, 1996). Sastra akan menjadi petunjuk bagi para pembaca yang paham sekali atas maksud dan makna yang terkandung di dalamnya. 1
2 Tiap penulis karya sastra menuangkan fikiran ideologis dalam karyanya dipengaruhi oleh latar belakang sosial, budaya dan pendidikan sehingga ia dapat menjadi seorang agen perubahan sosial dan budaya bahkan dia mungkin menjadi penyebar faham tertentu (lihat Fairclough 1995, dan Tjahjono 2009). Melalui karya sastra inilah seorang penulis dapat menuangkan pemahaman dan sudut pandangnya terhadap suatu tema atau permasalahan tertentu. Dia pun mampu menempatkan posisi dan keberpihakannya terhadap sesuatu hal yang merupakan identitasnya. Keberpihakan dan sudut pandang yang dihadirkan dan dikomunikasikan melalui wacana secara sadar ataupun tidak inilah yang merupakan sebuah identitas diskursif. Brown (2010: 9) menyatakan, the act of communicating identity via discursive interaction provides the basis for what constitutes a discursive identity. Kegiatan mengkomunikasikan identitas melalui interaksi diskursif menetapkan dasar bagi suatu identitas diskursif. Selain itu, istilah identitas diskursif mencerminkan pemahaman yang diungkapkan melalui genre teks sebuah wacana dengan keyakinan bahwa orang lain akan memaknainya sebagai karya yang menunjukan keterlibatannya sebagai bagian dari lingkungan sosial dan budaya masyarakat. Kajian mengenai identitas diskursif telah banyak dilakukan, di antaranya penelitian yang dilakukan oleh Hernawan (2003) mengenai studi analisis wacana kritikal lirik musik Underground Grup Band Aliran Death Metal dan Punk. Pada penelitiannya ia menggunakan kerangka teori Fairclough tentang analisis wacana kritis. Kajian yang dilakukan menemukan adanya pengkaburan ideologi yang
3 diusung dalam lirik musik underground tersebut yakni tentang anti kemapanan dan pemberontakan. Penelitian lain mengenai pengungkapan identitas diskursif juga dilakukan oleh Pratiwi (2008). Ia mengungkap identitas diskursif imigran India di Amerika dalam sebuah novel The Namesake karya Jhumpa Lahiri. Pratiwi mengungkap identitas imigran dalam novel tersebut dengan menggunakan kerangka teori analisis wacana dari M.A.K Halliday (1994) yang diaplikasikan pada media novel dengan data yang berasal dari dokumentasi teks novel, dan artikel yang memuat profit atau hasil wawancara yang dilakukan Jhumpa Lahiri dengan pihak lain. Meskipun latar belakang penulis novel, Jhumpa Lahiri, berperan dalam pengungkapan identitas diskursif imigran India di Amerika namun penelitian yang dilakukan Pratiwi tidak secara langsung menginvestigasi identitas diskursif penulis sehingga tidak dapat mengungkap ideologi serta komitmen penulis novel tersebut. Jika pada penelitian sebelumnya analisis identitas diskursif hanya dilakukan terhadap karakter dalam novel atau karya sastra yang merupakan unsur intrinsik sebuah novel, maka penelitian ini mengkaji identitas diskursif penulis secara langsung sehingga ideologi dan komitmen penulis dapat terungkap melalui penggunaan kerangka teori analisis wacana kritis. Penelitian ini dilakukan untuk menginvestigasi identitas diskursif penulisnya terkait isu penyandang cacat mental. Selain itu, penelitian ini pun melakukan investigasi terhadap pesan-pesan ideologis dalam cerita pendek Malaikat Juga Tahu yang terdapat dalam kumpulan cerpen bertajuk Rectoverso.
4 Hal yang menarik untuk diteliti dari cerpen yang merupakan bagian dari praktek sosial adalah bahwa dalam wawancaranya dengan Detikhot (1998:1) Dewi Lestari (Dee) menyatakan bahwa Ini ungkapan isi hati saya. Dia menambahkan bahwa manusia bisa belajar banyak dari peristiwa yang pahit dalam hidupnya, bukan dari yang manis-manis. Dewi Lestari mengangkat tokoh ini tentu bukan tanpa idealisme dan pesan dari dan terhadap realitas kehidupan. Cerita dalam cerpen Malaikat Juga Tahu berkisah tentang cinta dan kasih seorang penyandang cacat mental. Tokoh-tokoh dalam tiap ceritanya tidak bernama. Dia menggunakan kata ganti orang pertama, kedua dan ketiga. 1.2 Rumusan Masalah Permasalahan pada penelitian ini dirumuskan dalam dua pertanyaan sebagai berikut: 1) Bagaimanakah identitas penulis direalisasikan secara diskursif dalam cerpen Malaikat Juga Tahu karya Dewi Lestari? 2) Apakah pesan-pesan ideologis penulis yang terkandung dalam cerita pendek Malaikat Juga Tahu karya Dewi Lestari? 1.3 Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan identitas subjek peunulis cerita pendek berjudul Malaikat Juga Tahu karya Dewi Lestari. Lebih khusus penelitian ini bertujuan untuk
5 1) Mengungkap identitas diskursif Dewi Lestari (Dee) sebagai penulis cerpen Malaikat Juga Tahu. 2) Mengungkap pesan-pesan ideologis yang disampaikan oleh Dee melalui cerpen Malaikat Juga Tahu. 1.4 Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi pengembangan kajian dalam bidang sastra yakni dengan mengkomunikasikan tradisi sastra dan linguistik. Hal tersebut dapat menambah pengetahuan dan pandangan bahwa fitur-fitur linguistik dalam karya sastra pun dapat dikaji dan menemukan suatu makna yang bermanfaat bagi kehidupan. Selain itu, penelitian ini pun diharapkan dapat meningkatkan kepekaan masyarakat terhadap karya sastra, sehingga mereka tidak hanya menikmati bacaan saja akan tetapi mampu mencerna pemikiran-pemikiran dan maksudmaksud sesungguhnya yang hendak disampaikan penulis sebagai bahan pembelajaran. Lebih lagi, penelitian ini diharapkan dapat membangun kesadaran bahwa pemilihan karya sastra dalam hal ini cerita fiksi dan lagu tidak hanya didasarkan atas keindahan tetapi juga didasarkan atas nilai-nilai dan pesan ideologis yang terkandung di dalamnya. Hasil penelitan yang bekaitan dengan pesan ideologis penulis cerpen dapat meningkatkan kepekaan setiap orang terhadap hak asasi manusia dan keadilan. Dengan penelitian ini, diharapkan muncul perubahan paradigma berfikir dan cara pandang pembaca mengenai pennyandang cacat mental (autis). Rasa belas kasih
6 diharapkan tidak lagi menjadi landasan untuk besikap baik terahadap penyandang cacat mental namun kesaman hak dan keadilan menjadi landasannya. 1.5 Metode Penelitian Penelitian ini menggunakan metode kulitatif dengan paradigma kritis. Kerangka teori Fairclough (2003) mengenai Analisis Wacana Kritis (AWK) digunakan sebagai landasan desain dalam penelitian ini. AWK, menurut Fairclough, memandang teks termasuk cerpen sebagai bagian dari praktek sosial yang dibangun dengan melibatkan konteks sosial, sehingga dalam proses interpretasi dan eksplanasi juga perlu dilibatkan konteks sosial. Untuk mendapatkan data yang diperlukan, teknik dokumentasi digunakan sebagai teknik pengumpulan data pada penelitian ini. Teks berupa cerita pendek dipilih dari kumpulan cerita pendek bertajuk Rectoverso berdasarkan tujuan penelitian ini. Cerpen Malaikat Juga Tahu dipilih karena tema yang diusung mengandung isu sosial, yakni penyandang cacat mental (autis). Selanjutnya teks dianalisis untuk melihat identitas diskursif penulis. Identitas diskursif dalam AWK menurut Fairclough merupakan bagian dari identifikasi atau style, sehingga analisis berfokus pada modalitas dan evaluasi sebagai satuan analisis. Data penelitian ini adalah fitur-fitur linguistik seperti kata, frase, klausa, dan kalimat yang terdapat dalam cerita pendek berjudul Malaikat Juga Tahu karya Dewi Lestari (Dee) yang berhubungan dengan identitas diskursif penulis. Paparan lebih mendalam mengenai metode dan analisis data ini disajikan pada bab III.
7 1.6 Klarifikasi Istilah Pada bagian ini dijelaskan beberapa istilah kunci sehingga dapat memberi kejelasan penelitian ini sebagai berikut. 1.6.1. Identitas diskursif Istilah identitas diskursif yang dipakai pada penelitian ini merujuk pada suatu identitas seorang penulis atau penutur yang dibangun melalui wacana atau teks lisan dan tulisan yang dapat diidentifikasi melalui analisis terhadap penggunaan modalitas dan evaluasi dalam suatu teks. 1.6.2. Cerpen Istilah ini merupakan kependekan dari cerita pendek yang merupakan suatu karya sastra yang memaparkan suatu peristiwa dan mengandung unsur-unsur intrinsik cerita seperti, tema, alur perwatakan, latar, sudut pandang, dan lain sejenisnya. 1.6.3. Penyandang cacat mental Penyandang cacat mental adalah setiap orang yang memiliki ganguan kesempurnaan mental. Penyandang cacat mental yang dimaksud dalam penelitian ini adalah penyangang cacat mental yang menyebabakan dirinya tidak dapat membentuk hubungan sosial atau komunikasi secara normal yang disebabkan oleh gangguan yang bersifats psikis dan nerologis.