BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

dokumen-dokumen yang mirip
BAB I PENDAHULUAN. Proses untuk mengembangkan potensi dirinya agar memiliki kekuatan

METODE PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pendidikan merupakan sesuatu yang paling penting dalam kehidupan kita. Seorang guru dalam pendidikan memegang

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Disusun Oleh :

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS TINDAKAN

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SISWA PADA PEMBELAJARAN IPS

memegang peranan yang sangat besar dalam kehidupan.

BIORMATIKA Jurnal Ilmiah FKIP Universitas Subang Vol.4 No 1 Pebruari 2017 ISSN

BAB I PENDAHULUAN. Nasional sebagaimana yang dirumuskan dalam Undang-Undang RI No. 20 tahun tentang Pendidikan Nasional yang berbunyi:

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB 1 PENDAHULUAN. bagi seluruh umat manusia. Hal ini sejalan dengan tujuan pendidikan seperti. Tahun 2003, yang menjelaskan bahwa :

BAB II KAJIAN PUSTAKA. Oemar Hamalik (2001: 27) mengemukakan pengertian belajar adalah suatu proses

BAB I PENDAHULUAN. yang diperlukan dirinya dan masyarakat (Anonim 2008). pembelajaran saat pembelajaran berlangsung.

BAB I PENDAHULUAN. Motivasi sangat penting dalam proses pembelajaran. Motivasi. memberikan kontribusi pada peserta didik, menurut Agus Suprijono untuk

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN MELALUI PEMBELAJARAN KOOPERATIF SNOWBALL THROWING KELAS VII.1 SMP NEGERI 5 TEBING TINGGI

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. sepanjang hayat. Dengan pendidikan dapat membantu mewujudkan cita-cita

BAB I PENDAHULUAN. agar peserta didik dapat mengembangkan kecakapan hidup ( life skills ) yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN TEORI DAN HIPOTESIS. manusia berubah dalam sikap dan tingkah lakunya. (Dalam bukunya Purwanto,

Oleh: SULFADLI.T Mahasiswa Jurusan PPKn Universitas Negeri Makassar MUSTARI Dosen Fakultas Ilmu Sosial Universitas Negeri Makassar

BAB II KAJIAN TEORI. membantu peserta didik melakukan kegiatan belajar. Tujuan pembelajaran

SKRIPSI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Jurusan Pendidikan Matematika

BAB I PENDAHULUAN. suatu bangsa. Undang-undang RI No. 20 Th Bab 1 pasal 1. mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar siswa secara

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I P E N D A H U L U A N

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan peristiwa sehari-hari di sekolah. Belajar merupakan hal

BAB 1 PENDAHULUAN. permasalahan yang akan dihadapi. Selama ini proses pembelajaran PKn di

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan UU No 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pendidikan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN SNOWBALL THROWING PADA PEMBELAJARAN ILMU PENGETAHUAN ALAM KELAS V DI SD NEGERI CIBOGO

Oleh Sri Mujayani SMP Negeri 1 Wonoayu

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang. Di era globalisasi yang semakin berkembang menuntut adanya

BAB I PENDAHULUAN. lebih besar, karena kedudukannya sebagai orang yang lebih dewasa, lebih

BAB 1 PENDAHULUAN. penyampaian pengetahuan, keterampilan, dan sikap kepada siswa, akan tetapi guru

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan suatu wahana untuk mengembangkan semua

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

Hazal Fitri 1. Abstrak. Kata Kunci : Model Pembelajaran Kooperatif Tipe Stad, Hasil Belajar, Bola Voli

Yessi Malisa 1), Ngadino Y 2), Hasan Mahfud 3) PGSD FKIP Universitas Sebelas Maret, Jalan Slamet Riyadi 449 Surakarta

Oleh Nama : Tiskaria Lakajo Jurusan : Pendidikan Ekonomi Program Studi : S1. Pendidikan Ekonomi

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. karena usaha individu yang bersangkutan. Menurut Winataputra (2008: 1.4)

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan taraf hidup bangsa Indonesia. Selain itu pendidikan. pembentukan anak-anak sekolah yang merupakan generasi penerus.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB 1 PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. yang lebih baik. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 tentang

BAB I PENDAHULUAN. mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan hasil observasi dan wawancara awal yang telah dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan bangsa. Hal ini tertuang dalam Undang- undang Pendidikan

BAB I PENDAHULUAN. siswa sangat mempengaruhi kualitas pembelajaran di sekolah. Pembelajaran

BAB I PENDAHULUAN alinea ke 4 yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Mencerdaskan kehidupan

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. mengajar dan aktivitas belajar. Aktivitas mengajar menyangkut peranan

BAB I PENDAHULUAN. emosional siswa dan merupakan penunjang keberhasilan dalam mempelajari semua

I. PENDAHULUAN. dikarenakan dalam pembelajaran sejarah di berbagai sekolah lebih menekankan

BAB I PENDAHULUAN. Salah satu masalah yang dihadapi dunia pendidikan kita adalah masalah

BAB II KAJIAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN

BAB I PENDAHULUAN. mengembangkan seluruh aspek pribadi siswa secara utuh. Menurut Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat (1) yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Menurut Permendikbud No. 67 tahun 2013, kurikulum 2013 dirancang

BAB 1 PENDAHULUAN. Islam adalah pembentukan pribadi muslim. Isi pribadi muslim itu adalah

BAB I PENDAHULUAN. manusia lewat pelatihan dan pengajaran.

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berada. Dalam proses pendidikan banyak sekali terjadi perubahan-perubahan

BAB I (PENDAHULUAN) A. LATAR BELAKANG

Oleh: Luncana Faridhoh Sasmito M.Pd ABSTRAK

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

Penerapan Model Snowball Throwing pada Pembelajaran Pemahaman Paragraf

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah Pendidikan berlangsung seumur hidup dan dilaksanakan di dalam

BAB I PENDAHULUAN. akan berusaha untuk mengaktualisasi pengetahuannya tersebut di dalam. latihan, bagi pemerannya dimasa yang akan datang.

BAB I PENDAHULUAN. bangsa dan negara, maka hampir seluruh negara di dunia ini menangani secara

BAB I PENDAHULUAN. mempengaruhi peserta didik supaya mampu menyesuaikan diri sebaik

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. berkembang telah menuntut manusia untuk selalu berpikir dan mencari

BAB I PENDAHULUAN. tingkah laku pada diri pribadinya. Perubahan tingkah laku inilah yang

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Neneng Santi Purnama Sari, 2015

BAB I PENDAHULUAN. di lapangan sistem pengelolaan siswa masih menggunakan cara konvensional yang tidak

TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA TEORITIS. Pengertian belajar dan pembelajaran ini banyak diungkapkan beberapa ahli dalam

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. menghiasi praktek pembelajaran di kelas. Pada umumnya guru

BAB I PENDAHULUAN. suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

BAB I PENDAHULUAN. Sekolah merupakan salah satu tempat dimana siswa mendapatkan ilmu secara

BAB I PENDAHULUAN. mutlak yang harus dipenuhi sepanjang hayat. Melalui pendidikan manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN. Kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi yang terus berkembang

BAB I PENDAHULUAN. 1..1Latar Belakang Masalah. Kehidupan manusia tidak terlepas dari kegiatan berbahasa. Bahasa adalah

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah. Pendidikan merupakan kebutuhan manusia sepanjang hidup dan selalu

BAB I PENDAHULUAN. kemampuan dasar yang dimiliki termasuk gaya belajar maupun potensi, yang

BAB I PENDAHULUAN. yang diinginkan. Kemungkinan guru dalam menyampaikan materi saat proses

Transkripsi:

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara (pasal 1 UU No.20 Tahun 2003). Tujuan pendidikan adalah seperangkat hasil pendidikan yang dicapai oleh peserta didik setelah diselengggarakan kegiatan pendidikan. Seluruh kegiatan pendidikan, yakni bimbingan pengajaran atau latihan diarahkan untuk mencapai tujuan pendidikan itu. Dalam konteks ini tujuan pendidikan merupakan komponen dari sistem pendidikan yang menempati kedudukan dan fungsi sentral. Itu sebabnya setiap tenaga pendidikan perlu memahami dengan baik tujuan pendidikan (Suardi, 2010:7) Pkn merupakan pelajaran kehidupan, jadi PKn merupakan pelajaran yang sangat kontekstual karena sebagian besar materi yang diajarkan merupakan cerminan kehidupan sehari-hari, jadi siswa dapat melihat secara langsung praktek dari materi yang telah diajarkan tersebut dalam kehidupan mereka. Belajar merupakan proses mental yang bersifat individual dan sosial yang dipengaruhi oleh faktor lingkungan yang diciptakan oleh pendidik dengan pemanfaatan berbagai media dan sumber belajar. Dimyati (2006, h. 17) menjelaskan Dari segi peserta didik, belajar dialami sebagai suatu proses pembelajaran, sedangkan dari segi guru proses belajar tersebut tampak sebagai perilaku belajar tentang suatu hal. 1

2 Keaktifan belajar peserta didik cenderung menurun disebabkan kurangnya rangsangan keaktifan siswa dalam belajar. Tingkat kecerdasan setiap siswa berebeda-beda. Ada siswa yang cerdas sehingga mampu menyerap pelajaran dalam sekali penyampaian, dan ada juga siswa yang harus mendapat berulang kali pengarahan baru ia mengerti dan memahami suatu pelajaran. Dari pernyaan di atas, dapat dikatakan bahwa keaktifan menuntut peserta didik untuk berperan aktif dalam proses belajar mengajar yang berlangsung di kelas. Keaktifan harus diterapkan peserta didik dalam setiap mata pelajaran yang dipelajari di kelas khususnya dalam pembelajaran PKn. Sebagaimana yang diketahui bahwa belajar PKn tidaklah mudah karena peserta didik harus berkemampuan dalam memahami dan menghafal hal-hal penting dari materi pelajaran PKn yang diajarkan guru di kelas dan peserta didik harus memiliki kemampuan untuk mengulang kembali pembelajaran tersebut dirumah. Tidak hanya itu saja, peserta didikpun harus mampu aktif dalam pembelajaran PKn di kelas. Apabila peserta didik kurang aktif dalam pembelajaran PKn di kelas maka akan mempengaruhi keberhasilan pembelajaran lebih lanjut. Menurut Dr. Rusman (2010, h, 209), model pembelajaran kooperatif yaitu Model pembelajaran kooperatif merupakan suatu model pengajaran dimana siswa belajar dalam kelompok-kelompok kecil yang memiliki tingkat kemampuan berbeda. Sedangkan Anita Lie (2008, h, 31) menyatakan, Ciri khusus pembelajaran kooperatif mencakup lima unsur yang harus diterapkan, yang meliputi; saling ketergantungan positif, tanggung jawab perseorangan, tatap muka, komunikasi antar anggota dan evaluasi proses kelompok. Model pembelajaran memiliki berbagai macam jenis salah satunya yaitu model pembelajaran Snowball Throwing yang menjadi solusi untuk meningkatkan keaktifan belajar peserta didik dalam pembelajaran PKn. Langkah-langkah pembelajaran metode Snowball Throwing adalah guru

3 menyampaikan materi yang akan disajikan, dan KD yang ingin dicapai, guru membentuk siswa berkelompok lalu memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi, masing-masing ketua kelompok kembali ke kelompoknya masing-masing, kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya, kemudian masingmasing siswa diberikan satu lembar kertas kerja, untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok, kemudian kertas yang berisi pertanyaan tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama ± 5 menit, setelah siswa dapat satu bola/satu pertanyaan diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang tertulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian. Model Pembelajaran Snowball Throwing merupakan salah satu metode Cooperative Learning. Menurut Saminanto (2010:37) Metode Pembelajaran Snowball Throwing disebut juga metode pembelajaran gelundungan bola salju. Metode pembelajaran ini melatih siswa untuk lebih tanggap menerima pesan dari siswa lain dalam bentuk bola salju yang terbuat dari kertas dan menyampaikan pesan tersebut kepada temannya dalam satu kelompok. Lemparan pertanyaan tidak menggunakan tongkat seperti metode pembelajaran Talking Stik akan tetapi menggunakan kertas berisi pertanyaan yang diremas menjadi sebuah bola kertas lalu dilempar-lemparkan kepada siswa lain. Siswa yang mendapat bola kertas lalu membuka dan menjawab pertanyaannya. Metode ini memilki kelebihan diantaranya ada unsur permainan yang menyebabkan metode ini lebih menarik perhatian siswa. Anita Lie (2008, h, 28) menyatakan bahwa, Belajar berkelompok secara kooperatif memandang peserta didik sebagai makhluk sosial (homo homini socius) yang dilatih dan dibiasakan untuk saling berbagi pengetahuan, pengalaman, tugas, tanggung jawab. Pembelajaran secara berkelompok atau kooperatif adalah miniatur dari hidup bermasyarakat yang saling membantu,

4 berlatih berinteraksi, komunikasi, sosialisasi dan belajar menyadari kekurangan dan kelebihan masing-masing. Pembicaraan antara peneliti dengan guru mata pelajaran PKn pada hari 17 maret 2017, persoalan yang dialami peserta didik kelas X PS 2 SMKN 15 Bandung antara lain ketika guru menerangkan materi pembelajaran peserta didik tidak aktif dalam proses pembelajaran di kelas. Ketidakaktifan pada pembelajaran PKn dapat dilihat dari peserta didik yang hanya diam saja di kelas mulai dari awal sampai dengan selesai pembelajaran, ada juga peserta didik yang selalu berbicara di kelas yang dapat dikatakan sebagai peserta didik yang ribut. Hal yang menyebabkan peserta didik ribut dalam pembelajaran PKn adalah peserta didik kurang berminat dalam belajar PKn dan hanya beberapa peserta didik saja yang aktif bertanya, siswa kelas X PS 2 SMKN 15 Bandung belum mencapai tingkat ketuntasan dengan nilai KKM 78. Atas dasar pemikitan di atas, maka peneliti tertarik melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan keaktifan belajar peserta didik dalam pembelajaran Pkn dengan judul Upaya Meningkatkan Keaktifan Belajar Peserta Didik Melalui Model Pembelajaran Snowball Throwing pada Mata Pelajaran Pendidikan Kewarganegaraan (Penelitian Tindakan Kelas pada Materi Partisipasi dalam Usaha Pembelaan Negara di kelas X PS 2 SMKN 15 Bandung. B. Identifikasi Masalah Berdasarkan latar belakang di atas, maka dapat diidentifikasi masalah yang timbul: 1. Kurangnya keaktifan belajar peserta didik selama proses pembelajaran dikarenakan peserta didik kurang berminat dalam belajar PKn dan keaktifan peserta didik cenderung menurun disebabkan interaksi aktif antara peserta didik dengan guru atau peserta didik dengan peserta didik jarang terjadi.

5 2. Guru menggunakan metode pembelajaran yang cenderung monoton akan menyebabkan peserta didik mengalami kebosanan dan kurang memperhatikan sehingga keaktifan belajar peserta didik selama proses pembelajaran dikelas kurang maksimal. 3. Penggunaan model pembelajaran yang kurang menyenangkan bagi siswa bisa disebabkan karena guru kurang menghiraukan sejauhmana peserta didik telah mengerti (understanding) dan tidak hanya sekedar tahu (know) tentang konsep PKn yang sudah disampaikan dalam proses pembelajaran. C. Rumusan Masalah 1. Rumusan Masalah Yang menjadi pokok permasalahan dalam penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut : Apakah melalui model pembelajaran Snowball Throwing dapat meningkatkan keaktifan belajar peserta didik pada materi Partisipasi dalam Usaha Pembelaan Negara pada mata pelajaran Pkn di Kelas X PS 2 SMKN 15 Bandung? 2. Batasan Masalah Adapun yang menjadi masalah dalam penelitian ini dirumuskan dalam pertanyaan sebagai berikut : a. Bagaimana perencanaan pembelajaran yang di susun oleh guru dengan menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing meningkatkan keaktifan belajar peserta didik pada materi Partisipasi dalam Usaha Pembelaan Negara di kelas X PS 2 SMKN 15 Bandung b. Bagaimana proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing pada materi Partisipasi dalam Usaha Pembelaan Negara di kelas X PS 2 SMKN 15 Bandung untuk meningkatkan keaktifan belajar peserta didik c. Bagaimana keaktifan belajar peserta didik pada materi Partisipasi dalam Usaha Pembelaan Negara di kelas X PS 2 SMKN 15 Bandung melalui model pembelajaran Snowball Throwing

6 D. Tujuan Penelitian Penelitian ini memiliki tujuan yang ingin dicapai secara umum dan khusus sebagai berikut : a. Tujuan Umum Ingin mengetahui rencana pembelajaran yang dibuat oleh guru, proses pembelajaran, dan hasil peningkatan keaktifan belajar peserta didik melalui model pembelajaran Snowball Throwing pada materi Partisipasi dalam Usaha Pembelaan Negara di kelas X PS 2 SMKN 15 Bandung b. Tujuan khusus a. Ingin menetahui dan meningkatkan perencanaan pembelajaran yang di susun oleh guru dengan menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing meningkatkan keaktifan belajar peserta didik pada materi Partisipasi dalam Usaha Pembelaan Negara di kelas X PS 2 SMKN 15 Bandung b. Ingin mengetahui dan meningkatkan proses pembelajaran dengan menggunakan model pembelajaran Snowball Throwing pada materi Partisipasi dalam Usaha Pembelaan Negara di kelas X PS 2 SMKN 15 Bandung untuk meningkatkan keaktifan belajar peserta didik c. Ingin mengetahui keaktifan belajar peserta didik pada materi Partisipasi dalam Usaha Pembelaan Negara di kelas X PS 2 SMKN 5 Bandung melalui model pembelajaran Snowball Throwing E. Manfaat Penelitian Dengan diadakannya penelitian ini, maka diharapkan dapat bermanfaat bagi dunia pendidikan serta dapat digunakan sebagai masukan dalam menjawab masalah yang dihadapi disekolah dalam mengajar mata pelajaran Pkn maupun bagi masyarakat umum. Adapun kegunaan yang ingin dicapai oleh penulis dalam penelitian ini mencakup kegunaan secara teorotis dan praktis, yakni sebagai berikut :

7 a. Manfaat Teoritis Penelitian diharapkan dapat memberikan manfaat dalam dunia pendidikan terutama kualitas sumber daya manusia b. Manfaat Praktis Penelitian diharapkan memberikan manfaat dan kontribusi terutama pihak : 1. Bagi Peserta Didik a. Meningkatkan keaktifan belajar peserta didik dalam pembelajaran Pkn b. Membantu peserta didik dalam mengatasi permasalahan dalam belajar c. Meningkatkan keaktifan antar pserta didik 2. Bagi Guru a. Melatih guru untuk menerapkan berbagai model pembelajaran salah satunya model pembelajaran Snowball Throwing agar keaktifan belajar peserta didik dapat meningkat. b. Guru dapar meningkatkan dan memperhatikan kebutuhan peserta didik dalam proses pembelajaran melalui model pembelajaran Snowball Throwing. c. Guru dapat mengetahui dan meningkatkan hasil keaktifan peserta didik untuk memperbaiki proses pembelajaran khususnya penerapan model pembelajaran Snowball Throwing. 3. Bagi Sekolah a. Dapat mengoptimalkan sumber daya yang tersedia untuk peningkatan proses pembelajaran di sekolah, dan hasil peningkatan keaktifan belajar peserta didik melalui model pembelajaran Snowball Throwing. Hal ini bertujuan untuk memajukan sekolah. b. Sekolah diharapkan mampu mencermati kebutuhan peserta didik yang bervariasi baik itu dari segi harapan masyarakat terhadap

8 sekolah maupun tuntutan dunia kerja untuk memperoleh mutu lulusan yang berguna. F. Definisi Operasional Agar tidak terjadi salah penafsiran dalam menginterpretasikan istilah yang digunakan dalam penelitian tindakan kelas maka perlu di buat penjelasan istilah yang digunakan dalam penelitian sebagai berikut : 1. Upaya adalah usaha, ikhtiar (untuk mencapai suatu maksud, memecahkan persoalan, mencari jalan keluar). 2. Model pembelajaran adalah suatu pola pembelajaran yang telah direncanakan baik dari segi pendekatan, metode dan teknik pembelajarannya yang digunakan dalam proses pembelajaran nantinya agar proses pembelajaran dapat berlangsung dengan efektif dan efisien Model pembelajaran adalah suatu pola atau rencana yang sudah direncanakan sedemikian rupa dan digunakan untuk menyusun kurikulum, mengatur materi pelajaran, dan memberi petunjuk kepada pengajar di kelasnyan dan dalam penerapannya model pembelajaran ini harus sesuai dengan kebutuhan siswa. Joice dan Weil (dalam Isjoni, 2009, h. 73). 3. Cooperative Learning merupakan model pembelajaran yang melibatkan siswa untuk bekerja sama secara kolaboratif, dalam pencapaian tujuan dan guru berupaya mengkondisikan dengan selalu memotivasi dengan tumbuhnya kebersamaan dan saling membutuhkan diantara siswa. Sedangkan menurut Agus Suprijono (2009, h. 54) Pembelajaran Kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk-bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau diarahkan oleh guru. 4. Model pembelajaran Cooperative Learning tipe Snowball Throwing merupakan suatu model dimana siswa membuat satu pertanyaan dalam bentuk bola yang dilemparkan ke kelompok lain secara bergantian.

9 Sedangkan menurut pendapat lain model pembelajaran Snowball Throwing adalah suatu metode pembelajaran yang diawali dengan pembentukan kelompok yang diwakili ketua kelompok untuk mendapat tugas dari guru kemudian masing-masing siswa membuat pertanyaan yang dibentuk seperti bola (kertas pertanyaan) lalu dilempar ke siswa lain yang masing-masing siswa menjawab pertanyaan dari bola yang diperoleh. 5. Keaktifan berasal dari kata aktif yang berarti giat atau sibuk. Kata keaktifan juga bias berarti dengan kegiatan dan kesibukan. Yang dimaksud dengan keaktifan disini adalah bahwa pada waktu guru mengajar ia harus mengusahakan agar murid-muridnya aktif jasmani maupun rohani. Sedangkan menurut para ahli keaktifan adalah kegiatan atau aktifitas atau segala sesuatu yang dilakukan atau kegiatan-kegiatan yang terjadi baik fisik maupun non fisik. 6. Belajar adalah kegiatan orang sehari-hari kegiatan belajar tersebut di hayati (dialami) oleh orang yang sedang belajar. (DR. Dimyati, 2009, h.37). Sedangkan menurut Slameto (2010, h. 2) belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya. 7. Siswa adalah subjek yang terlibat dalam kegiatan belajar-mengajar disekolah. Dalam kegiatan tersebut siswa mengalami tindak mengajar, dan merespon dengan tindak belajar. Pada umumnya semula siswa belum menyadari pentingnya belajar. Berkat informasi guru tentang tentang sasaran belajar, maka siswa mengetahui apa arti bahan belajar baginya (Dimyati, Mudjiono. 2012 : 22) 8. Menurut Wuryan (2008, h. 9) menjelaskan bahwa Pendidikan Kewarganegaraan adalah usaha untuk membekali peserta didik dengan pengetahuan dan kemampuan dasar berkenaan dengan hubungan antara warga Negara dengan Negara serta pendidikan pendahuluan bela Negara.