PROFIL METAKOGNITIF SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH PRISMA DAN LIMAS

dokumen-dokumen yang mirip
PROFILE METAKOGNISI SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH RELASI DAN FUNGSI KELAS VIII SEMESTER GANJIL SMP NEGERI 3 SAWIT

PROFIL METAKOGNITIF SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH PRISMA DAN LIMAS

ANALISIS KETERAMPILAN METAKOGNITIF SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL GEOMETRI DIMENSI DUA

ANALISIS METAKOGNITIF SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH DIMENSI TIGA

ANALISIS METAKOGNITIF SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH KELILING DAN LUAS SEGITIGA. Diajukan Oleh: MEI LIA SAFITRI A

ANALISIS METAKOGNITIF SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH SEGIEMPAT PADA SISWA SMP. Disusun Oleh: APRILIA SUSANTI A

PENINGKATAN PRESTASI MATA PELAJARAN EKONOMI MELALUI PENERAPAN MODEL PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING (PBL)

Oleh: RIZKY LINAR PALUPI A

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA BERDASARKAN TAKSONOMI SOLO

IMPLEMENTASI PENILAIAN PORTOFOLIO DALAM PEMBELAJARAN MATEMATIKA BERBASIS LESSON STUDY DI SMP MUHAMMADIYAH MOJOLABAN TAHUN AJARAN 2016/ 2017

Universitas Muhammadiyah Surakarta 1) 2) Kata Kunci: memantau dan mengevaluasi; merencana; metakognitif

RICKY CAHYO PAMUNGKAS A

Kiki Dewi Rahmawati et al., Analisis Kemampuan Metakognisi Siswa... Kata kunci: kemampuan metakognisi, metakognisi, penyelesaian masalah, polya.

PENINGKATAAN KEAKTIFAN BELAJAR IPS MELALUI PENERAPAN STRATEGI STUDENT TEAMS ACHIEVEMENT DIVISIONS

DESKRIPSI KETERAMPILAN METAKOGNITIF SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DI SMP N 1 BUKATEJA

IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK DENGAN STRATEGI PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE TEAMS GAMES TOURNAMENT (TGT) UNTUK MENINGKATKAN

NASKAH PUBLIKASI. Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan. Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1. Pendidikan Matematika. Oleh :

AKTIVITAS METAKOGNISI DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI GAYA BELAJAR SISWA KELAS V SD N 03 SINGOSARI TAHUN AJARAN 2016/2017

PROFIL KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VII-A MTs MUHAMMADIYAH 6 KARANGANYAR DALAM MENYELESAIKAN SOAL BANGUN DATAR

ANALISIS METAKOGNITIF SISWA DALAM MENYELESAIKAN MASALAH APLIKASI DERET TAK HINGGA

Oleh: WARA HAPSARI A

Diajukan Oleh: MOCH ANANG SULISTYAWAN A PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN

NASKAH PUBLIKASI. Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna memenuhi derajat sarjana S-1 Pendidikan Matematika

PUBLIKASI ILMIAH. Oleh: DESI FITRIANI A

MEMINIMALKAN KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL-SOAL MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN PROBLEM BASED LEARNING DI SMP NASKAH PUBLIKASI

PENINGKATAN KEAKTIFAN BELAJAR DAN PEMAHAMAN KONSEP DENGAN MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK-PAIR-SHARE

Analisis Kesalahan dalam Menyelesaikan Soal Materi Luas Permukaan serta Volume Prisma Siswa Kelas VIII Semester Genap SMP Negeri 1 Barru

DESKRIPSI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIS DITINJAU DARI KEAKTIFAN BELAJAR SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 1 PURWOKERTO

PERILAKU METAKOGNISI BERDASARKAN TINGKAT KEMAMPUAN DALAM PEMECAHAN MASALAH POLA BILANGAN PADA SISWA KELAS X SMA

ANALISIS KEMAMPUAN REPRESENTASI MATEMATIS DALAM MENYELESAIKAN SOAL MATERI HIMPUNAN PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 BAKI

ANALISIS KEMAMPUAN PEMAHAMAN KONSEP MATEMATIS SISWA KELAS IX SMP NEGERI 1 PANDANARUM PADA MATERI KESEBANGUNAN DAN KEKONGRUENAN

PUBLIKASI ILMIAH AFRINA NUR BAITI A

Linda K. et al., Identifikasi Berpikir Kritis Siswa dalam Pemecahan Masalah...

Jurnal Pendidikan Matematika STKIP PGRI Sidoarjo Vol.2, No.1, Maret 2014 ISSN:

ANALISIS KESALAHAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL- SOAL OPERASI HITUNG BILANGAN PECAHAN PADA SISWA KELAS VII SMP NEGERI 2 TOROH

KEMAMPUAN KOMUNIKASI MATEMATIKA SISWA MAN 2 JEMBER YANG MEMILIKI GAYA BELAJAR VISUAL

Oleh: FARIDA RAHMAWATI A PUBLIKASI ILMIAH

IDENTIFIKASI KREATIVITAS SISWA DITINJAU DARI PERBEDAAN KEPRIBADIAN DAN KEMAMPUAN PADA MATERI BILANGAN

PENERAPAN STRATEGI GROUP INVESTIGATION BERBASIS PROBLEM BASED LEARNING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH

KESULITAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN OPERASI HITUNG ALJABAR BENTUK PECAHAN

ANALISIS KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DALAM STRATEGI THINK TALK WRITE (TTW)

PROFIL KEMAMPUAN PENALARAN SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH ARITMETIKA SOSIAL

Bella Agustin Hariyanto Bambang Soerjono. Program Sarjana, STKIP PGRI Sidoarjo Jalan Kemiri Sidoarjo. Abstak

ANALISIS KEMAMPUAN KOGNITIF MAHASISWA MATEMATIKA DALAM MENYELESAIKAN SOAL STRUKTUR ALJABAR II

Oleh: YakobAmdam A

Skripsi Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan. pada Program Studi Pendidikan Matematika. Disusun Oleh :

PENERAPAN STRATEGI JIGSAW BERBASIS PROBLEM SOLVING UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA

ANALYSIS OF STUDENT REASONING ABILITY BY FLAT SHAPE FOR PROBLEM SOLVING ABILITY ON MATERIAL PLANEON STUDENTS OF PGSD SLAMET RIYADI UNIVERSITY

Jurnal Pendidikan Berkarakter ISSN FKIP UM Mataram Vol. 1 No. 1 April 2018, Hal

NASKAH PUBLIKASI Untuk memenuhi sebagian persyaratan Guna memenuhi derajat sarjana S-1 Pendidikan Matematika. Disusun oleh:

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA. Ardiyanti 1), Haninda Bharata 2), Tina Yunarti 2)

KEMAMPUAN BERPIKIR SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA MATEMATIKA (THE THINKING ABILITY OF STUDENTS IN SOLVING MATHEMATICS STORY PROBLEMS)

Diajukan Oleh: Lenni Wulandari A

Mega Teguh Budiarto Program Studi Pendidikan Matematika, FMIPA, Universitas Negeri Surabaya,

Diajukan Oleh: Shinta Devi Risnawati A

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA MELALUI PENDEKATAN PEMBELAJARAN CREATIVE PROBLEM

PENINGKATAN KREATIFITAS BERCERITA BAHASA INDONESIA MELALUI MEDIA KARTU KATA. Diajukan Oleh: RUKIN A54E131040

DESKRIPSI KEMAMPUAN MENGAMBIL KEPUTUSAN PADA SOAL MATEMATIKA BERDASARKAN DOMAIN KOGNITIF TIMSS SISWA KELAS VIII SMP MUHAMMADIYAH 1 KARTASURA

Diajukan Oleh ANWAR ANSORI A

DESKRIPSI PROSES BERPIKIR SISWA KELAS VIII DALAM MEMECAHKAN MASALAH MATEMATIKA DITINJAU DARI GAYA KOGNITIF FIELD DEPENDENT DAN FIELD INDEPENDENT

DESKRIPSI KEMAMPUAN PEMECAHAN MASALAH DITINJAU DARI RASA INGIN TAHU SISWA PADA PEMBELAJARAN MATEMATIKA DI SMK NEGERI 1 PURWOKERTO

NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika

SKRIPSI. Diajukan oleh: NURUL FIRDHAUS A

PROFIL SISWA SMP DALAM PEMECAHAN MASALAH YANG BERKAITAN DENGAN LITERASI MATEMATIS DITINJAU DARI ADVERSITY QUOTIENT (AQ) TESIS

ARTIKEL PUBLIKASI. Usulan Penelitian Diajukan untuk Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan. pada Program Studi Pendidikan Matematika.

POTENSI PENALARAN ADAPTIF MATEMATIS SISWA DALAM MATERI PERSAMAAN GARIS LURUS DI SEKOLAH MENENGAH PERTAMA

PENINGKATAN KEAKTIFAN DAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI STRATEGI DISCOVERY LEARNING PADA SISWA SMP NASKAH PUBLIKASI

NASKAH PUBLIKASI EKSPERIMEN PEMBELAJARAN MATEMATIKA DENGAN STRATEGI PROBLEM BASED LEARNING

Diajukan Oleh: MELINDAWATI KUSUMA ANGGRAENI A

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan

PENINGKATAN MOTIVASI DAN PRESTASI BELAJAR MATEMATIKA MELALUI PEMBELAJARAN DISCOVERY INQUIRY TYPE PICTORIAL RIDDLE

ARTIKEL PUBLIKASI. pada Program Studi Pendidikan Matematika. Diajukan Oleh : MEGA ASTUTI SUTARYONO A Kepada:

Oleh : Fitri Arif Kholidah A

PENERAPAN STRATEGI CARD SORT

NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Derajat Sarjana S-1 Pendidikan Matematika

ANALISIS KESALAHAN SISWA DALAM MENYELESAIKAN SOAL UJIAN MATERI SPLDV dan VOLUME

Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata 1 pada Jurusan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan.

KESESUAIAN KOMPETENSI PEDAGOGIK GURU IPA DALAM MENDUKUNG IMPLEMENTASI KURIKULUM 2013 DI SMP MUHAMMADIYAH 4 SAMBI BOYOLALI SKRIPSI

Diajukan Oleh: NOVI PRASETYO NUGROHO A

Karina Siti Putrianingsih et al., Analisis Keterampilan Metakognisi Siswa... Karina Siti Putrianingsih, Hobri, Toto' Bara Setiawan

KEMAMPUAN SISWA TENTANG INTEGRASI MATEMATIKA DALAM PERMAINAN TRADISIONAL ANAK-ANAK SIDOARJO

ISMIYATI MARFUAH S

PENINGKATAN KOMUNIKASI BELAJAR MATEMATIKA DENGAN PENGGUNAAN STRATEGI PEMBELAJARAN KONTEKSTUAL (PTK

ANALISIS TINGKAT KESULITAN SOAL PEMECAHAN MASALAH DALAM BUKU SISWA PELAJARAN MATEMATIKA WAJIB SMA KELAS XI KURIKULUM 2013

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM MEMECAHKAN MASALAH DIVERGEN SUB POKOK BAHASAN SEGITIGA DAN SEGIEMPAT BERDASARKAN KEMAMPUAN MATEMATIKA

oleh: Ma ruf Egie Adilistiyo A

KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH BERDASARKAN GENDER PADA MATERI BANGUN DATAR

PENINGKATAN KEMAMPUAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA PECAHAN DENGAN METODE PROBLEM SOLVING LEARNING (PSL)

IDENTIFIKASI HASIL BELAJAR SISWA KELAS X IPS MATA PELAJARAN BIOLOGI PROGRAM PEMINATAN DI SMA MUHAMMADIYAH 1 SUKOHARJO TAHUN AJARAN 2016/2017

Diajukan Oleh: Husna Nazhifah A

MUKMINATI AN AMALLAH K

ANALISIS KESULITAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA SISTEM PERSAMAAN LINIER DUA VARIABEL SISWA KELAS X SMK HARAPAN KARTASURA

PENINGKATAN KEMAMPUAN PEMAHAMAN MATEMATIKA DENGAN STRATEGI TEAM ASSISTED INDIVIDUALIZATION BERBASIS LESSON STUDY

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA

ANALISIS KEMAMPUAN BERPIKIR KREATIF MATEMATIS TERHADAP SOAL-SOAL OPEN ENDED

NASKAH PUBLIKASI Untuk Memenuhi Sebagian Persyaratan Guna Mencapai Gelar Sarjana S-1 Pendidikan Matematika

ANALISIS KESALAHAN PEMECAHAN MASALAH MATEMATIKA SISWA KELAS VIIB SMP NEGERI 11 YOGYAKARTA SKRIPSI

ANALISIS TINGKAT BERPIKIR KREATIF SISWA GAYA BELAJAR VISUAL DALAM MEMECAHKAN MASALAH PERSEGI PANJANG DAN PERSEGI

IDENTIFIKASI KESULITAN DALAM MENYELESAIKAN SOAL CERITA POKOK BAHASAN PRISMA DAN LIMAS SISWA KELAS VIII SEMESTER II SMP NEGERI 4 DELANGGU TAHUN AJARAN

ANALISIS KESALAHAN MENYELESAIKAN SOAL CERITA SISTEM PERSAMAAN LINEAR DUA VARIABEL (SPLDV) DAN SCAFFOLDING- NYA BERDASARKAN ANALISIS KESALAHAN NEWMAN

Transkripsi:

PROFIL METAKOGNITIF SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH PRISMA DAN LIMAS PUBLIKASI ILMIAH Disusun sebagai salah satu syarat menyelesaikan Program Studi Strata I pada Jurusan Pendidikan Matematika Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Oleh: LELLY RIZKYTA MULIAWATI A 410 120 195 PROGRAM STUDI PENDIDIKAN MATEMATIKA FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SURAKARTA AGUSTUS, 2016

HALAMAN PERSETUJUAN PROFIL METAKOGNITIF SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH PRISMA DAN LIMAS PUBLIKASI ILMIAH oleh: LELLY RIZKYTA MULIAWATI A 410 120 195 Telah diperiksa dan disetujui untuk diuji oleh: Dosen Pembimbing Masduki, S.Si., M.Si NIDN. 060457601 i

HALAMAN PENGESAHAN PROFIL METAKOGNITIF SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH PRISMA DAN LIMAS Oleh: Lelly Rizkyta Muliawati A 410 120 195 Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Surakarta Pada hari Jum at, 26 Agustus2016 dan dinyatakan telah memenuhi syarat Dewan Penguji: 1. Masduki, S.Si., M.Si (.......) (Ketua Dewan Penguji) 2. Dr. Sumardi, M.Si (... ) (Anggota I Dewan Penguji) 3. Dra. Sri Sutarni, M.Pd (....) (Anggota II Dewan Penguji) Dekan, Prof. Dr. Harun Joko Prayitno, M. Hum. NIDN. 0028046501 ii

PERNYATAAN Dengan ini saya menyatakan bahwa dalam naskah publikasi ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu perguruan tinggi dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan orang lain, kecuali secara tertulis diacu dalam naskah dan disebutkan dalam daftar pustaka. Apabila kelak terbukti ada ketidakbenaran dalam pernyataan saya di atas, maka akan saya pertanggungjawabkan sepenuhnya. Surakarta, Agustus 2016 Yang membuat pernyataan, LELLY RIZKYTA MULIAWATI A 410 120 195 iii

PROFIL METAKOGNITIF SISWA DALAM PEMECAHAN MASALAH PRISMA DAN LIMAS Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan profil metakognitif siswa dalam memecahkan masalah prisma dan limas.jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif.subjek penelitian ini yaitu 6 orang siswa yang diambil dari kelas VIII H di SMP Negeri 1 Gatak.Teknik pengumpulan data menggunakan metode tes, wawancara, observasi dan dokumentasi.teknik analisis data dilakukan dengan tiga tahapan yaitu reduksi data, paparan data, dan kesimpulan atau verifikasi.analisis dikembangkan berdasarkan tiga kategori, yaitu pada tahap perencanaan, monitoring, dan evaluasi siswa yang memiliki kemampuan matematika tinggi, sedang dan rendah.hasil penelitian menunjukkan bahwa siswa yang memiliki kemampuan matematika tinggi, memiliki keterampilan metakognitif yang baik dalam memecahkan masalah prisma dan limas.siswa yang memiliki kemampuan matematika sedang, memiliki keterampilan metakognitif yang rata-rata.sedangkan siswa yang memiliki kemampuan matematika rendah, kurang mampu menggunakan keterampilan metakognitifnya dalam memecahkan masalah. Kata Kunci: metakognitif, pemecahan masalah, prisma dan limas Abstract This research aimed to describe the profile of student's metacognitive skills in solving problems prism and pyramid. This research is a qualitative descriptive. Subjects of this study is 6 students taken from class VIII H at SMP Negeri 1 Gatak. The data collection technique using the test method, interviews, observation and documentation. Data analysis technique conducted in three stages of data reduction, exposure data, and conclusions or verification. The analysis was developed based on three categories are planing, monitoring and evaluating are students who have the math skills of high, medium and low. The result showed that students who have high math ability, will have good metacognitive skills in problem solving prism and pyramid. Students who have medium math ability, have metacognitive skills were average. While students who have low math ability, less able to use metacognitive skills in solving problems. Keywords: metacognitive, problem solving, prism and pyramid 1. PENDAHULUAN Matematika merupakan ilmu universal yang mendasari perkembangan teknologi modern di era globalisasi saat ini, sehingga mempunyai peranan sangat penting dalam perkembangan kreativitas berpikir manusia. Perkembangan pesat di bidang teknologi informasi dan komunikasi, pembangunan, ekonomi dan masih banyak lagi, saat ini dilandasi oleh perkembangan matematika. Oleh karena itu untuk menguasai dan memanfaatkan teknologi di masa depan diperlukan penguasaan terhadap matematika. Menyadari hal tersebut, mata pelajaran matematika menjadi mata pelajaran wajib bagi siswa pada jenjang pendidikan dasar dan menengah. 1

Seiring dengan perkembangan psikologi kognitif, berkembang pula cara guru dalam mengevaluasi pencapaian hasil belajar, terutama untuk domain kognitif. Saat ini guru hanya menekankan pada tujuan kognitif siswa, tanpa memperhatikan dimensi proses kognitif siswa dalam mengevaluasi pencapaian hasil belajar. Sedangkan aspek metakognitif pada siswa sangat memerankan peran penting dalam menentukan strategi untuk memecahkan masalah dan pencapaian hasil belajar matematika.akibatnya, upaya - upaya untuk memperkenalkan metakognitif dalam pemecahan masalah matematika kepada siswa sangatlah kurang dan bahkan cenderung diabaikan. Berdasarkan hasil wawancara dengan guru matematika kelas VIII di SMP Negeri 1 Gatak, banyak siswa kelas VIII yang memiliki metakognitif rendah.materi prisma dan limas sangat cocok digunakan sebagai sarana melihat metakognitif siswa dalam menyelesaikan soal soal penalaran dalam materi tersebut.dalam materi prisma dan limas ini, siswa dirasa kurang mampu dalam memahami materi. Bagi siswa yang memiliki kemampuan matematika tinggi, tidak susah untuk mempelajari materi tersebut. Namun, bagi siswa yang memiliki kemampuan matematika sedang atau rendah sangatlah sulit.terutama untuk menghitung volume dan luas permukaan prisma dan limas.hal itu biasanya disebabkan oleh kurangnya kemampuan siswa dalam membayangkan dan menalar bangun ruang.sehingga dalam memecahkan masalah prisma dan limas, para siswa memiliki caranya masing-masing.langkah penyelesaian tersebut diperoleh berdasarkan metakognitif siswa.yaitu sejauh mana siswa mampu mengatur daya pikirnya dalam mencari sebuah solusi.karena dalam memecahkan suatu masalah, sangat dibutuhkan peranan metakognitif siswa itu sendiri. Oleh karena itu, diperlukan penelitan untuk mengetahui profil metakognitif siswa dalam pemecahan masalah melalui kemampuan matematika siswa. Sehingga pada akhirnya akan terungkap bagaimana pengaruh metakognitif tersebut. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendiskripsikan profil metakognitif siswa yang memiliki kemampuan tinggi, sedang dan rendah.metakognitif pertama kali dikemukakan oleh F lavel. Menurut Amri (2010: 149), metakognitif adalah kesadaran berpikir tentang apa yang diketahui dan apa yang tidak diketahui. Sedangkan menurut Suroto (2013), perkembangan metakognitif adalah perkembangan metakognitif adalah suatu kesadaran tentang kognitif siswa, bagaimana kognitif siswa bekerja serta bagaimana mengaturnya. Jadi metakognitif adalah suatu kemampuan atau kesadaran seseorang tentang dirinya sendiri dan juga kemampuan mengontrol serta mengatur ranah atau aspek kognitif yang ia miliki, sejauh mana seseorang bisa memahami perilakunya sendiri dan aspek kognitif tersebut. Metakognitif ini sangat penting, terutama dalam proses memecahkan atau menyelesaikan masalah. Biasanya, siswa yang memiliki metakognitif baik dalam memecahkan masalah akan berdampak baik pula pada proses belajar dan prestasi belajarnya. Sedangkan pemecahan masalah sendiri merupakan suatu upaya mencari jalan keluar yang dilakukan dalam mencapai tujuan.dalam memecahkan masalah diperlukan suatu kesiapan, kreativitas, pengetahuan dan kemampuan serta aplikasinya di dalam kehidupan sehari hari.pemecahan masalah juga merupakan kemampuan penting yang harus dikuasai oleh siswa. Menurut Sumarmo pemecahan masalah sebagai kegiatan menyelesaikan soal cerita, menyelesaikan soal yang tidak rutin, mengaplikasikan matematika dalam kehidupan sehari hari, dan membuktikan atau menganalisis.sehingga dalam pemecahan masalah tampak adanya pengembangan daya matematika terhadap siswa (Firdaus, 2009). Selanjutnya penelitian Jacobse (2009) menunjukkan bahwa siswa yang diberikan pelatihan pengendalian metakognitif lebih mampu dalam memecahkan soal cerita dan kemampuan 2

metakognitif siswa dapat ditingkatkan dengan pelatihan pengendalian metakognitif. Selanjutnya penelitian Moghadam (2011) menunjukkan bahwa pelatihan metakognitif tidak hanya meningkatkan nilai pada pengaturan diri sendiri, mengevaluasi dan merencanakan dalam pelajaran matematika, tetapi juga meningkatkan nilai matematika itu sendiri. Sama halnya dengan penelitian Amin (2015) menunjukkan bahwa: (1) kemampuan siswa mengenai kesadaran metakognitif adalah lebih dominan dalam kriteria tinggi dan menengah, sedangkan kemampuan rata-rata kesadaran metakognitif berada pada kategori rendah; (2) ada hubungan linear positif antara kesadaran metakognitif dan keterampilan kognitif; (3) ada hubungan linear positif antara kesadaran metakognitif dan keterampilan metakognitif; dan (4) ada korelasi positif antara keterampilan kognitif dan keterampilan metakognitif pada kategori menengah. Namun, ada sedikit perbedaan dengan hasil penelitian Demircioglu (2010) menunjukkan bahwa tidak ada hubungan perilaku metakognitif terhadap prestasi dan jenis masalah yang harus dipecahkan. 2. METODE Jenis penelitian ini adalah kualitatif deskriptif.penelitian dilaksanakan di SMP Negeri 1 Gatak.Subjek penelitian yaitu 6 orang siswa yang diambil dari siswa kelas VIII H di SMP Negeri 1 Gatak pada tahun ajaran 2015/2016.Subyek dipilih berdasarkan kriteria, diantaranya siswa yang memiliki kemampuan matematika tinggi, sedang dan rendah. Instrumen dalam penelitian ini yaitu peneliti sebagai instrumen utama, sedangkan soal tes materi prisma dan limas, serta pedoman wawancara sebagai instrumen pembantu. Teknik pengumpulan data yang digunakan meliputi : 1) observasi untuk memperoleh gambaran mengenai proses pembelajaran yang dilakukan guru, 2) metode tes untuk mengumpulkan data yang kemudian diolah dan dianalisis sehingga dapat diketahui keterampilan metakognitif siswa dalam memecahkan masalah, 3) wawancara untuk mengetahui lebih lanjut mengenai keterampilan metakognitif siswa serta mengetahui kesulitan-kesulitan yang dialami siswa dan faktor penyebabnya, 4) dokumentasi untuk memperoleh data tentang profil sekolah, identitas siswa dan gambar berupa foto hasil jawaban siswa, serta dokumentasi suasana kelas pada saat penelitian berlangsung. Teknik analisis data dilakukan dengan 3 tahap yaitu : 1) reduksi data merupakan tahapan pengelompokan hasil jawaban tes siswa yang selanjutnya dianalisis keterampilan metakognitif siswa serta mencatat hasil wawancara, 2) penyajian data merupakan tahapan pengumpulan informasi atau data dari hasil penelitian yang berupa deskripsi mengenai langkah-langkah pemecahan masalah pada siswa dengan kemampuan matematika tinggi, sedang dan rendah, 3) kesimpulan atau verifikasi merupakan tahapan dalam menarik kesimpulan atau informasi singkat dan jelas yang merupakan pengungkapan akhir dari hasil tindakan. Keabsahan data dapat dilakukan melalui triangulasi.teknik triangulasi yang paling banyak digunakan ialah pemeriksaan melalui sumber yang berbeda.dalam penelitian ini triangulasi yang dipilih adalah membandingkan data hasil tes, observasi, dan hasil wawancara terhadap siswa. Berikut akan dipaparkan soal yang digunakan sebagai instrumen penelitian. 2.1 Sebuah prisma tegak alasnya berbentuk belah ketupat yang panjang diagonalnya masing masing 8 cm dan 10 cm. Jika tinggi prisma itu 15 cm, maka hitunglah volume prisma tegak tersebut! 2.2 Limas segiempat beraturan diketahui panjang rusuk alasnya 14 cm dan tinggi sisi tegaknya 25 cm, tentukan : a. Tinggi limas 3

b. Luas permukaan limas c. Volume limas 2.3 Suatu atap rumah berbentuk prisma yang sisi sejajarnya berbentuk segitiga sama kaki dengan tinggi 4 meter dan alas 6 meter. Jika panjang atap 12 meter, tentukan : 4 m 6 m 12 m a. Luas salah satu sisi sejajarnya b. Volume atap rumah c. Luas permukaan atap rumah 2.4 Gambar di atas merupakan jaring jaring limas segiempat beraturan. Jika panjang TE = 5cm dan AB = 6 cm, maka hitunglah volume limas tersebut! 2.5 Hitunglah volume bangun di bawah ini! 9cm 9cm 9cm 4

3. HASIL DAN PEMBAHASAN Berdasarkan hasil tes terhadap 34 siswa, pengelompokan nilai (skor tes) dengan kategori kemampuan matematika tinggi, sedang dan rendah dapat disajikan dalam tabel berikut ini. Tabel 4.1 Pengelompokan Kemampuan Matematika Siswa Skor Tes Kemampuan Banyak Siswa 80,00 Skor Tes 100 Tinggi 9 70,00 Skor Tes < 80,00 Sedang 14 00,00 Skor Tes < 70,00 Rendah 11 Dari tiga kelompok kemampuan tersebut, dipilih 1 siswa pada tiap kelompok sebagai subjek penelitian untuk dilakukan wawancara. Pemilihan siswa dipilih dengan mempertimbangkan kemampuan siswa dalam mengemukakan dan mengkomunikasikan idenya secara tertulis maupun lisan atau wawancara. Sehingga dari tiap-tiap jawaban siswa dan hasil wawancara akan saling mendukung untuk dianalisis keterampilan metakognitifnya. Di bawah ini akan diuraikan aspekaspek keterampilan metakognitif siswa berdasarkan kategori skor tes, yaitu pada tahap perencanaan, tahap monitoring dan tahap evaluasi. 3.1 Profil Metakognitif Siswa yang Memiliki Kemampuan Matematika Tinggi Dalam penelitian ini dipilih 1 siswa (subjek 1) yang memiiliki kemampuan matematika tinggi, yaitu siswa dengan nilai 100.Hasil penelitian subjek 1 untuk soal nomor 1 adalah sebagai berikut. Gambar 3.1 Jawaban subjek 1 Dalam tahap perencanaan, siswa dapat memberikan informasi apa saja yang dapat diambil dari soal nomor 1. Siswa dapat menjelaskan apa yang diketahui, apa yang ditanyakan. Siswa memikirkan apa yang ingin dicari dari soal. Siswa juga memikirkan dan mengetahui langkah apa yang pertama kali harus siswa lakukan dalam memecahkan masalah. Siswa mampu memahami rumus apa saja yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah dan menyadari bagaimana siswa harus bekerja dengan rumus tersebut agar masalah terpecahkan dan mendapatkan hasil yang diharapkan. Dalam memahami masalah ini, siswa juga dapat memperkirakan berapa lama waktu yang siswa butuhkan untuk bisa menyelesaikan masalah.hal ini menunjukkan bahwa siswa telah memenuhi indikator metakognitif dalam tahap perencanaan. Dalam tahap monitoring, siswa dapat menjelaskan strategi apa yang harus digunakan untuk memecahkan soal. Yaitu dengan mencari luas alas yang berbentuk belah ketupat, kemudian mengalikan dengan tinggi prisma.siswa yakin bahwa langkah-langkah penyelesaian 5

yang telah siswa kerjakan sudah tepat.siswa juga dapat mengingat informasi penting yang terdapat pada soal. Tetapi siswa tidak dapat memikirkan cara lain dalam menyelesaikan soal. Dengan demikian, siswa telah memenuhi indikator metakognitif dalam tahap monitoring. Dalam tahap evaluasi, siswa menyadari bahwa siswa telah mendapatkan hasil sesuai dengan harapan.siswa tidak mengalami kebingungan atau kekurangpahaman dalam menyelesaikan masalah.siswa memikirkan bahwa dapat mengaplikasikan langkah-langkah penyelesaian tersebut ke dalam masalah yang berbeda.siswa juga meyakini dan menyadari bahwa langkah-langkah penyelesaiannya secara keseluruhan sudah benar, maka dari itu siswa tidak memeriksa kembali jawabannya.dengan demikian, siswa telah memenuhi indikator metakognitif dalam tahap evaluasi. 3.2 Profil Metakognitif Siswa yang Memiliki Kemampuan Matematika Sedang Dalam penelitian ini dipilih 1 siswa (subjek 3) yang memiiliki kemampuan matematika sedang, yaitu siswa dengan nilai 75.Hasil penelitian subjek 3 untuk soal nomor 4 adalah sebagai berikut. Gambar 3.2 Jawaban Subjek 3 Dalam tahap perencanaan, siswa secara sadar mampu memberikan informasi apa saja yang dapat diambil. Siswa mampu menjelaskan apa yang diketahui dan apa yang ingin dicari dari masalah yang diberikan. Namun dalam menjelaskan langkah apa yang pertama kali harus dikerjakan dalam menyelesaikan masalah, siswa tidak menyadari bahwa langkah penyelesaian yang siswa berikan kurang tepat. Hal ini dikarenakan kurangnya kemampuan siswa dalam menalar dan membayangkan bangun limas ketika hanya diberikan jaring-jaringnya saja.ketika siswa kurang paham, siswa juga tidak menggambar sketsa sebagai bantuan agar siswa lebih memahami masalah.tetapi siswa mampu memperkirakan berapa banyak waktu yang siswa butuhkan untuk menyelesaikan masalah.dengan demikian, siswa belum sepenuhnya memenuhi indikator metakognitif dalam tahap perencanaan. Dalam tahap monitoring, siswa dengan yakin menuliskan rumus yang digunakan untuk menyelesaikan masalah.siswa tidak menyadari bahwa strategi penyelesaiannya kurang tepat. Siswa langsung menghitung volume limas dengan apa yang telah diketahuinya. Seharusnya untuk dapat menyelesaikan masalah, siswa harus mencari tinggi limas terlebih dahulu, barulah menghitung volume limas.hal ini disebabkan siswa kurang mampu membayangkan bangun limas yang hanya diketahui jaring-jaring limas saja.siswa mencoba mengingat informasi penting yang digunakan untuk menyelesaikan masalah.siswa juga hanya bisa menyelesaikan masalah tersebut dengan satu cara saja. Dengan demikian, siswa belum sepenuhnya memenuhi indikator metakognitif dalam tahap monitoring. 6

Dalam tahap evaluasi, siswa tidak menyadari bahwa hasil yang diperoleh belum sesuai dengan kunci jawaban.siswa mengalami kesulitan dalam mengoperasikan rumus ke dalam langkah penyelesaian.siswa mengira bahwa tinggi limas adalah panjang sisi tegak.sehingga siswa tidak mendapatkan hasil sesuai dengan yang diharapkan.siswa tidak melihat atau meneliti kembali langkah penyelesaiannya apakah sudah benar atau belum.hal ini dikarenakan siswa tidak terbiasa memberikan kesimpulan pada akhir jawaban.namun siswa memikirkan bahwa siswa mampu mengaplikasikan langkah penyelesaian yang sudah benar terhadap masalah yang berbeda.dengan demikian, siswa belum sepenuhnya memenuhi indikator metakognitif dalam tahap evaluasi. 3.3 Profil Metakognitif Siswa yang Memiliki Kemampuan Matematika Rendah Dalam penelitian ini dipilih 1 siswa (subjek 5) yang memiiliki kemampuan matematika rendah, yaitu siswa dengan nilai 65.Hasil penelitian subjek 5 untuk soal nomor 2 adalah sebagai berikut. Gambar 3.3 Jawaban subjek 5 Dalam tahap perencanaan, siswa secara sadar mampu memberikan informasi apa saja yang dapat diambil. Siswa mampu menjelaskan apa yang diketahui dan apa yang ingin dicari dari masalah yang diberikan. Yaitu mencari tinggi limas, luas permukaan limas dan volume limas. Siswa juga mampu menjelaskan rumus apa yang digunakan untuk menyelesaikan masalah. Namun untuk rumus luas permukaan limas, siswa masih kurang tepat.siswa mampu memperkirakan berapa banyak waktu yang siswa butuhkan untuk menyelesaikan masalah.tetapi waktu yang dibutuhkan relatif lebih lama. Dengan demikian, siswa belum sepenuhnya memenuhi indikator metakognitif dalam tahap perencanaan. Dalam tahap monitoring, siswa dengan yakin menuliskan rumus yang digunakan untuk menyelesaikan masalah.siswa tidak menyadari bahwa strategi penyelesaiannya kurang tepat. Siswa tidak menyadari bahwa rumus luas permukaan limas kurang tepat.siswa menghitung luas permukaan limas dengan menggunakan 4 kali sisi tegak. Seharusnya untuk menghitung luas permukaan menggunakan jumlah luas sisi tegak..ini berarti siswa kurang memahami rumus luas permukaan.siswa mencoba mengingat informasi penting yang digunakan untuk menyelesaikan 7

masalah. Siswa juga hanya bisa menyelesaikan masalah tersebut dengan satu cara saja. Dengan demikian, siswa belum sepenuhnya memenuhi indikator metakognitif dalam tahap monitoring. Dalam tahap evaluasi, siswa tidak menyadari bahwa hasil yang diperoleh belum sesuai dengan kunci jawaban.siswa mengalami kesulitan dalam mengoperasikan rumus ke dalam langkah penyelesaian.siswa mengira bahwa untuk menghitung luas permukaan limas, menggunakan 4 kali sisi tegak, seharusnya menggunakan jumlah luas sisi tegak.sehingga siswa tidak mendapatkan hasil sesuai dengan yang diharapkan.siswa tidak melihat atau meneliti kembali langkah penyelesaiannya apakah sudah benar atau belum.hal ini dikarenakan siswa tidak terbiasa memberikan kesimpulan pada akhir jawaban.namun siswa memikirkan bahwa siswa mampu mengaplikasikan langkah penyelesaian yang sudah benar terhadap masalah yang berbeda.dengan demikian, siswa belum sepenuhnya memenuhi indikator metakognitif dalam tahap evaluasi. Dari hasil penelitian yang telah dilakukan, penelitian ini memiliki kesamaan dengan penelitian yang dilakukan oleh Jacobse (2009), Moghadam (2011), Alfiyah (2014), Sengul (2015), Fauzi (2015), Amin (2015), yang menunjukkan bahwa: (1) kemampuan siswa mengenai kesadaran metakognitif adalah lebih dominan dalam kriteria tinggi dan menengah, sedangkan kemampuan rata-rata kesadaran metakognitif berada pada kategori rendah; (2) ada hubungan linear positif antara kesadaran metakognitif dan keterampilan kognitif; (3) ada hubungan linear positif antara kesadaran metakognitif dan keterampilan metakognitif; dan (4) ada korelasi positif antara keterampilan kognitif dan keterampilan metakognitif pada kategori menengah. Namun sedikit berbeda dengan hasil penelitian Demircioglu (2010) yanng menunjukkan bahwa tidak ada hubungan perilaku metakognitif terhadap prestasi dan jenis masalah yang harus dipecahkan. 4. PENUTUP 4.1 Profil metakognitif siswa yang memiliki kemampuan matematika tinggi Dalam tahap perencanaan, siswa telah mampu memantau pikirannya sendiri dalam proses memahami masalah. Siswa mampu merencanakan langkah awal apa yang harus siswa lakukan dalam memecahkan masalah. Siswa mampu memperkirakan berapa lama waktu yang dibutuhkan untuk memecahkan masalah.dalam tahap monitoring, siswa dengan yakin mengoperasikan rumus-rumus yang telah dipikirkan ke dalam langkah-langkah pemecahan masalah.dari langkah pemecahan masalah yang sudah tepat, siswa juga menyadari bahwa jawaban yang siswa peroleh sudah benar dan tepat.dalam tahap evaluasi, siswa meyakini dan sadar bahwa jawaban yang diperoleh sudah sesuai dengan hasil yang diharapkan. Meskipun siswa tidak memeriksa atau mengoreksi kembali secara keseluruhan langkah-langkah pemecahan masalah yang dilakukan, tetapi siswa yakin bahwa jawabannya sudah sama dengan apa yang ditanyakan. 4.2 Profil metakognitif siswa yang memiliki kemampuan matematika sedang Dalam tahap perencanaan, siswa kurang mampu memantau pikirannya sendiri dalam proses memahami masalah. Siswa kurang mampu merencanakan langkah awal apa yang harus siswa lakukan dalam memecahkan masalah. Dalam tahap monitoring, siswa tidak menyadari bahwa langkah penyelesaian yang telah direncanakan belum tepat. Dalam proses pengerjaan, siswa dengan yakin mengoperasikan rumus-rumus yang telah dipikirkan tadi ke dalam langkahlangkah pemecahan masalah tanpa memikirkan kembali apakah langkah penyelesaiannya belum tepat. Dalam tahap evaluasi, siswa meyakini dan tidak menyadari bahwa jawaban yang diperoleh belum sesuai dengan hasil yang diharapkan.siswa bahkan tidak memeriksa atau mengoreksi 8

kembali secara keseluruhan langkah-langkah pemecahan masalah yang dilakukan. Hal ini ditunjukkan bahwa siswa belum menuliskan kesimpulan pada akhir jawaban 4.3 Profil metakognitif siswa yang memiliki kemampuan matematika rendah Dalam tahap perencanaan, siswa tidak memahami betul masalah yang diberikan.sama seperti siswa yang berkemampuan sedang, siswa mengalami kebingungan saat membayangkan bangun ruang prisma dan limas.siswa sempat menggambar sketsa untuk membantu dalam memecahkan masalah.hal ini menunjukkan bahwa siswa belum bisa memahami masalah.siswa juga kurang mampu dalam memperkirakan dan mengatur waktu yang dibutuhkan untuk menyelesaikan masalah. Dalam tahap monitoring, siswa dengan yakin mengoperasikan rumusrumus yang telah dipikirkan tadi ke dalam langkah-langkah pemecahan masalah tanpa memikirkan kembali apakah langkah penyelesaiannya sudah tepat atau belum.dalam tahap evaluasi, siswa tidak memeriksa atau mengoreksi kembali secara keseluruhan langkah-langkah pemecahan masalah yang dilakukan. DAFTAR PUSTAKA Alfiyah, Nur dan Tatag Yuli Eko Siswono. 2014. Identifikasi Kesulitan Metakognisi Siswa dalam Memecahkan Masalah Matematika. Matheunesa-Jurnal Ilmiah Pendidikan Matematika 3(2): 131-138. Amin, Ihdi dan Y. L. Sukestiyarno. 2015. Analysis Metacognitive Skills on Learning Mathematics in High School. International Journal of Education and Research 3 (3): 213-222. Amri, Sofan dan Ilf Khoiru Ahmadi. 2010. Proses Pembelajaran Inovatif dan Kreatif dalam Kelas. Jakarta: Prestasi Pustaka. Demircioglu, Handan dan Safure Bulut. 2010. A Case Study : Assesment of Preservice Secondary Mathematics Teacher s Metacognitive Behavior in the Problem Solving Process. ZDM Mathematics Education 42 (5): 493-502. Fauzi, Muhammad Amin. 2015. The Enhancement of Student s Mathematical Connection Ability and Self-Regulation Learning with Metacognitive Learning Approach in Junior High School. International Conference on Research and Education in Mathematics 1 (1): 174-179. Firdaus, Ahmad. 2009. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematika. Diakses tanggal 28 April 2016 (https://madfirdaus.wordpress.com2009/11/23/ kemampuan-pemecahan-masalahmatematika/). Jacobse, Annemieke E, dan Egbert G Harskamp. 2009. Student Controlled Metacognitive Training For Solving Word Problems in Primary School Mathematics. Educational Research and Evaluation 15 (5): 447-463. Moghadam, Afsaneh Zamani. 2011. Surveying the Effect of Metacognitive on the Mathematics Achievement of 1 st Grade High Junior School Female Students in Educational District 5, Tehran City, 2009-10 Educational Year. 29 (1): 1531-1540. Moleong, Lexy J. 2008. Metodologi Peneletian Kualitatif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Sengul, Sare dan Yasemin Katranci. 2015. Metacognitive Aspect of Solving Indevinite Integral Problems. Procedia-Social and Behavioral Sciences 197(1): 622-629. 9