BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN. November-Desember 2012 pada siswa kelas V SDN 8 Kabila Kecamatan Kabila

dokumen-dokumen yang mirip
BAB IV DESKRIPSI HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan di SD Negeri 1 Hunggaluwa-Limboto, yang

BAB III METODE PENELITIAN. 3.1 Latar Dan Karakteristik Subjek Penelitian. Penelitian ini dilaksanakan di SDN 7 Bulango Selatan Kabupaten Bone

BAB I PENDAHULUAN. sekolah masih kurang memenuhi kebutuhan untuk mengembangkan bakat

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. permainan kucing bola dalam lingkaran dapat meningkatkan kemampuan passing

BAB III METODE PENELITIAN. Bone Bolango. Adapun siswa yang menjadi subjek penelitian adalah siswa kelas VIII

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani merupakan bagian integral dari kurikulum K13 di sekolah

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Dewasa ini perkembangan olahraga permainan khususnya sepak bola

BAB I PENDAHULUAN. pengetahuan dan perilaku hidup sehat dan aktif, sikap sportif, dan kecerdasan emosi.

BAB IV DESKRIPSI PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah Arief Sabar Mulyana, 2013

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Kabupaten Bone Bolango. Penelitian ini telah berlangsung dalam dua siklus

BAB III METODE PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (Penjasorkes) merupakan

1. PENDAHULUAN. kegiatan untuk memperkuat motif. Menurut Slamento (2003:180) menyatakan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB III METODE PENELITIAN. Lampung, selama 3 bulan mulai bulan Juli 2013 sampai dengan bulan

I. PENDAHULUAN. Indonesia sejak jaman penjajahan Belanda. Permainan kipers hampir sama

BAB IV HASIL TINDAKAN DAN PEMBAHASAN. A. Deskripsi Pra Tindakan

BAB I PENDAHULUAN. kurikulum pendidikan jasmani. Upaya meningkatkan keterampilan bermain

PELAKSANAAN KEGIATAN PENGEMBANGAN DIRI SEPAK BOLA SEKOLAH MENENAH PERTAMA (SMP) NEGERI 2 RAMBATAN KECAMATAN RAMBATAN KABUPATEN TANAH DATAR JURNAL

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian ini dilaksanakan pada siswa SMP Negeri 1 Kabila Kabupaten Bone

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tindakan kelas ini akan dilaksanakan di MTs. Nurul Bahri

BAB I PENDAHULUAN. tubuh. Gerak merupakan perpindahan kedudukan terhadap benda lainnya baik

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN. dengan hasil penelitian tindakan yang telah dilaksanakan.

BAB III METODE PENELITIAN. Kecamatan Menggala, Kabupaten Tulang Bawang. siklus, masing-masing terdiri dari dua pertemuan.

BAB I PENDAHULUAN. kehidupan kita terus menerus dimanjakan dengan segala sesuatu yang otomatis. bersenyawa dengan hidup manusia (Depdiknas, 2007).

BAB I PENDAHULUAN. peserta didik. Pendidikan jasmani memperlakukan setiap peserta didik sebagai

BAB III METODE PENELITIAN. A. Tempat dan Waktu Penelitian

Peningkatan Hasil Belajar Siswa Kelas IV SDN Tanamodindi Dalam Memukul Bola Kasti dengan Menggunakan Modifikasi Alat Bantu Pemukul dan Bola

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Penelitian

I. PENDAHULUAN. sistematis dan teratur. Oleh sebab itu pembelajaran yang baik akan. menentukan keberhasilan dalam menciptakan siswa yang berprestasi.

PENERAPAN METODE PERMAINAN LARI SAMBUNG MATA PELAJARAN PENJASKES UNTUK MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PADA SISWA KELAS 2 A SDN TANGGUL KULON 03 JEMBER

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang BAYU ASMARA YUDHA

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. sebanyak tiga siklus, di mana setiap siklus dilakukan sebanyak 3 kali tindakan dan

Tite Juliantine Universitas Pendidikan Indonesia

BAB I PENDAHULUAN. untuk merangsang pertumbuhan dan perkembangan kualitas fisik dan psikis yang seimbang.

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP-01)

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. mengenai deskripsi data penelitian, persyaratan uji analisis, dan uji hipotesis

BAB I PENDAHULUAN. berubah mengikuti perkembangan jaman. Naluri manusia yang selalu ingin

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Masalah Kemajuan suatu bangsa sangat ditentukan oleh sumber daya manusia yang

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

ZANUAR BUDIANTO K

LEMBAR PENGESAHAN LEMBAR PERNYATAAN ABSTRAK KATA PENGANTAR UCAPAN TERIMA KASIH DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR GRAFIK DAFTAR LAMPIRAN

BAB I PENDAHULUAN. satunya adalah penjaga gawang. Cabang olahraga ini asal mulanya dari cabang

BAB I PENDAHULUAN. sangat mempengaruhi perkembangan pendidikan, terutama dinegara-negara yang

BAB 1 PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan terasa kurang lengkap jika tidak ada pendidikan jasmani.

2015 HUBUNGAN ANTARA VO2MAX DAN DAYA JELAJAH WASIT SEPAK BOLA LISENSI C3 DALAM SUATU KOMPETISI DI KABUPATEN BANDUNG BARAT


BAB III METODE PENELITIAN. Subyek penelitian ini adalah siswa kelas V SDN 3 Sukadadi Kabupaten

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pendidikan jasmani merupakan suatu proses pendidikan yang dilakukan

BAB I PENDAHULUAN. sebagai media membelajarkan siswa. Sesuai dengan Peraturan Menteri Pendidikan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian tindakan kelas ini dilaksanakan di Kelompok B Paud Hidayatul

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. dengan menggunakan model think pair share sebagai upaya meningkatkan

BAB III METODE PENELITIAN

I. PENDAHULUAN. Pendidikan sebagai sebuah upaya sadar yang dikerjakan oleh manusia untuk

Jati Waluyaningsih 5. Kata Kunci : pendidikan jasmani, bola voli, modifikasi bola voli mini.

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Pada bagian ini diuraikan tentang hasil penelitian mengenai data-data yang

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian Tindakan kelas ini dilaksanakan di SD Negeri 2 Jagabaya I Kecamatan

BAB III METODE PENELITIAN. Subjek penelitian ini adalah seluruh siswa kelas IV Sekolah Dasar Negeri 3 Sukadadi

MODIFIKASI ALAT BANTU PEMBELAJARAN PADA MATERI AJAR GERAK DASAR MENENDANG DALAM SEPAK BOLA. Untung

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

UPAYA MENINGKATKAN KEMAMPUAN SEPAK SILA MELALUI VARIASI LATIHAN BERPASANGAN PADA PERMAINAN SEPAK TAKRAW SISWA KELAS V SD NEGERI 18 KOTA BENGKULU

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR SERVIS BAWAH BOLA VOLI MELALUI PENGGUNAAN MODIFIKASI BOLA

BAB I PENDAHULUAN. meningkatkan derajat kebugaran jasmani. Hal ini dapat kita lihat dari antusias

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

2015 KONTRIBUSI DENYUT NADI ISTIRAHAT DAN KAPASITAS VITAL PARU-PARU TERHADAP KAPASITAS AEROBIK

BAB I PENDAHULUAN. khususnya olahraga prestasi. Olahraga prestasi yang dimaksud dalam

I. PENDAHULUAN. Sepakbola adalah salah satu cabang olahraga yang sangat digemari. masyarakat, di desa maupun di kota sering kali dijumpai orang yang

NASKAH PUBLIKASI MENINGKATKAN KREATIVITAS ANAK MELALUI PERMAINAN BALOK PADA ANAK KELOMPOK A TK PERTIWI SUMBER TRUCUK KLATEN

RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN (RPP) : Pendidikan Jasmani, Olahraga dan Kesehatan Tema/Topik

BAB II KAJIAN TEORETIS DAN HIPOTESIS TINDAKAN. kesebelasan yang memasukkanbola ke gawang lawan lebih banyak. Permainan

BAB III METODE PENELITIAN. Penelitian dilaksanakan di SDN2 Labuhan Ratu Kecamatan Kedaton. Bandar lampung pada semester II tahun 2011.

BAB III METODOLOGI PENELITIAN

BAB I PENDAHULUAN. melakukan pekerjaan dan bergerak. Kebugaran jasmani yang dibutuhkan untuk

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia mengadakan pembinaan dan pengembangan olahraga, seperti

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan jasmani ditandai dengan proses mempelajari gerak

2015 KORELASI ANTARA GOAL SETTING DENGAN MOTIVASI BERLATIH ATLET EKSTRAKULIKULER FUTSAL MADRASAH ALIYAH NEGERI 2 BANDUNG

I. PENDAHULUAN. Pendidikan Jasmani adalah proses pendidikan seseorang sebagai. dan pembentukan watak. Pendidikan Jasmani pada dasarnya merupakan

BAB V SIMPULAN DAN SARAN. melalui kegiatan observasi setiap siklus. meningkat lagi menjadi 12 orang atau sebesar 85,71 %.

I. PENDAHULUAN. Pendidikan di Indonesia baik itu di sekolah maupun di luar sekolah selalu akan

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Sandy Windiana, 2014 Pengaruh Model Pendekatan Taktis Terhadap Hasil Belajar Permainan Kasti

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah

BAB I PENDAHULUAN. Olahraga saat ini telah menjadi kebutuhan setiap individu karena

MENINGKATKAN HEADING SEPAK BOLA MELALUI MEDIA BOLA PLASTIK DI SDN 07 SEBABAS

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah

PENINGKATAN HASIL BELAJAR PENJAS SISWA DENGAN MENERAPKAN MODEL PEMBELAJARAN ROLE PLAYING DI KELAS IX-2 SMPN 1 PATUMBAK

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Penelitian ini dilaksanakan dalam dua siklus, masing-masing siklus terdiri dari

BAB I PENDAHULUAN. pentingnya olahraga itu sendiri. Menurut Sumarjo (2002) yang dikutip Deva

BAB III METODOLOGI PENELITIAN. Tempat penelitian dilaksanakan di lapangan MTs. Nurul Bahri Kecamatan

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN. Banjarmasin Timur, subjek penelitian adalah siswa kelas V yang berjumlah 31

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR PASSING

BAB III METODE PENELITIAN. dan hasil pembelajaran di kelas. Dengan melaksanakan tahapan-tahapan PTK, teknik pembelajaran yang relevan secara kreatif.

UPAYA MENINGKATAN KETERAMPILAN PASSING ATAS DALAM PERMAINAN BOLA VOLI DENGAN BERMAIN BARING DUDUK PADA SISWA KELAS V SD NEGERI 04 NANGA PINOH

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan jasmani pada dasarnya merupakan bagian integral dari sistem pendidikan secara keseluruhan,

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. Pada dasarnya semua orang mempunyai aktifitas masing-masing, dimana

BAB I PENDAHULUAN yaitu mencerdaskan kehidupan bangsa. Ini merupakan proses yang

Transkripsi:

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1. Hasil 4.1.1. Deskripsi Hasil Penelitian Pelaksanaan tindakan kelas ini dilaksanakan selama 4 minggu dalam bulan November-Desember 2012 pada siswa kelas V SDN 8 Kabila Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango yang berjumlah 16 orang siswa putera dengan kegiatan sesuai dengan jadwal yang telah ditetapkan. Penelitian ini terdiri dari dua siklus dengan pokok pembahasan cabang olahraga sepak bola, sub poko bahasan peraturan sepak bola, masing-masing siklus terdiri dari 1 jam pelajaran. Siklus 1 terdiri dari 3 kali tindakan (pertemuan), begitu pula dengan siklus II terdiri dari 3 kali tindakan (pertemuan). Untuk lebih jelasnya hasil observasi awal dan hasil tindakan setiap siklus dapat dideskripsikan sebagai berikut : 4.1.2. Hasil Observasi Awal Penelitian tindakan kelas ini diawali dengan pengambilan data awal mengenai penguasaan siswa terhadap peraturan sepak bola. Siswa diberikan daftar pertanyaan yang harus dijawab sebanyak 32 butir soal, yang berisi mengenai peraturan sepak bola. Siswa diperintahkan untuk mengisi lembar soal dengan menjawab benar (B) atau salah (S), jika pernyataan tersebut benar atau salah. Kemudian dihitung jumlah jawaban benar dari para Dari hasil pengamatan observasi awal yang dilakukan pada hari selasa 27 November 2012, diperoleh 1

hasil tes awal siswa tentang peraturan sepak bola, dengan skor rata-rata 46,25. Dari data ini dapat ditarik kesimpulan bahwa, sebagian besar siswa kelas V SDN 8 Kabila belum menguasai peraturan sepak bola dengan baik. Kemampuan awal penguasaan peraturan sepak bola pada siswa kelas V SDN 8 Kabila diukur dengan menggunakan lembar pengamatan siswa sebagai berikut : a. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada tes awal yaitu 46,25 yang berada dalam kategori kurang. b. Persentase siswa mampu memperoleh skor nilai 85-100 dengan kategori sangat mampu dan mampu adalah 0% atau jumlah siswa sebanyak 0 orang. c. Persentase siswa mampu memperoleh skor dengan kategori mampu, rentang nilai 75-85 adalah sebesar 0% atau jumlah siswa sebanyak 0 d. Persentase siswa mampu memperoleh skor dengan kategori cukup, rentang nilai 60-74 adalah sebesar 0% atau jumlah siswa sebanyak 0 e. Persentase siswa mampu memperoleh skor dengan kategori kurang, rentang nilai 40-59 adalah sebesar 81,25% atau jumlah siswa sebanyak 13 f. Persentase siswa mampu memperoleh skor dengan kategori sangat kurang, rentang nilai 0-39 adalah sebesar 18,75% atau jumlah siswa sebanyak 3 siswa 2

Berdasarkan hasil yang diperoleh siswa dalam observasi awal tersebut, maka diadakan tindakan selanjutnya yang dilaksanakan dalam siklus 1 yang terdiri pemberian tindakan, pemantapan dan evaluasi. Pemberian tindakan yaitu dengan memberikan materi tentang peraturan sepak bola, yang kemudian siswa dibagi kelompok untuk diskusi mengenai peraturan sepak bola. 4.1.3. Pengamatan Tindakan Siklus I Pembelajaran yang dilaksanakan pada siklus I yakni memberikan materi mengenai peraturan sepak bola, memberikan buku yang berisi mengenai peraturan sepak bola, kemudian membagi kelompok agar siswa bisa saling berdiskusi. Berdasarkan penelitian tindakan kelas pada siklus I, kemampuan pemahaman peraturan sepak bola yang dimiliki siswa kelas V SDN 8 Kabila Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango, diperoleh hasil skor sebagai berikut: a. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada tes siklus I yaitu 69,06 yang berada dalam kategori cukup. b. Persentase siswa mampu memperoleh skor nilai 85-100 dengan kategori sangat mampu dan mampu adalah 0% atau jumlah siswa sebanyak 0 orang. c. Persentase siswa mampu memperoleh skor dengan kategori mampu, rentang nilai 75-85 adalah sebesar 31,25% atau jumlah siswa sebanyak 5 d. Persentase siswa mampu memperoleh skor dengan kategori cukup, rentang nilai 60-74 adalah sebesar 68,75% atau jumlah siswa sebanyak 11 3

e. Persentase siswa mampu memperoleh skor dengan kategori kurang, rentang nilai 40-59 adalah sebesar 0% atau jumlah siswa sebanyak 0 f. Persentase siswa mampu memperoleh skor dengan kategori sangat kurang, rentang nilai 0-39 adalah sebesar 0% atau jumlah siswa sebanyak 0 siswa Berdasarkan hasil yang diperoleh siswa pada siklus I, maka diadakan tindakan selanjutnya dalam siklus II yan terdiri dari tiga kali pemberian tindakan, selain itu dilaksanakan metode simulasi perwasitan, agar siswa lebih paham mengenai peraturan sepak bola. 4.1.4. Pelaksanaan Tindakan Siklus II Berdasarakan penelitian tindakan kelas pada siklus II, kemampuan pemahaman peraturan sepak bola yang dimiliki siswa kelas V SDN 8 Kabila Kecamatan Kabila Kabupaten Bone Bolango, hasil belajar siswa yaitu sebagai berikut : a. Nilai rata-rata yang diperoleh siswa pada tes siklus I yaitu 78,69 yang berada dalam kategori mampu. b. Persentase siswa mampu memperoleh skor nilai 85-100 dengan kategori sangat mampu dan mampu adalah 25% atau jumlah siswa sebanyak 4 orang. c. Persentase siswa mampu memperoleh skor dengan kategori mampu, rentang nilai 75-85 adalah sebesar 75% atau jumlah siswa sebanyak 12 4

d. Persentase siswa mampu memperoleh skor dengan kategori cukup, rentang nilai 60-74 adalah sebesar 0% atau jumlah siswa sebanyak 0 e. Persentase siswa mampu memperoleh skor dengan kategori kurang, rentang nilai 40-59 adalah sebesar 0% atau jumlah siswa sebanyak 0 f. Persentase siswa mampu memperoleh skor dengan kategori sangat kurang, rentang nilai 0-39 adalah sebesar 0% atau jumlah siswa sebanyak 0 siswa Dari hasil yang diperoleh pada siklus II, maka hasil belajar peraturan sepak bola mengalami peningkatan dibandingkan tes awal dan tes pada siklus I. Karena hasil capaian belajar telah melebihi skor rata-rata 75 dan porsentase siswa yang mampu juga telah mencapai 75%, maka penelitian tindakan kelas dinyatakan berhasil dan selesai. 4.2. Pembahasan Pada siklus I, kemampuan pemahaman peraturan sepak bola siswa meningkat dibandingkan dengan rata-rata skor yang diperoleh pada obeservasi awal, dimana pada observasi awal rata-rata skor 46,25, kemudian meningkat pada siklus I menjadi 69,06. Pada siklus II rata-rata meningkat menjadi 78,69. Hal ini terjadi karena metode pembelajaran yang digunakan serta ketekunan siswa pada setiap tindakan yang dilakukan. Pada penelitian ini menggunakan metode diskusi pada siklus I, dimana hasil yang diperoleh meningkat dibandingkan dengan data awal. Hal ini disebabkan adanya teman diskusi yang 5

merupakan teman sejawat, sehingga siswa lebih nyaman bertanya pada teman sejawatnya. Sedangkan pada siklus II, dilakukan metode simulasi perwasitan, dimana siswa melakukan/mempraktekkan langsung di lapangan mengenai peraturan-peraturan sepak bola. Dari hasil pembelajaran dengan metode simulasi terlihat jelas terjadi peningkatan bila dibandingkan dengan metode diskusi. Sistem pembelajaran yang dikembangkan dalam mata pelajaran penjaskes, memiliki kekhasan dan keunikan dari pendidikan jasmani yang tidak dimiliki oeh pendidikan-pendidikan lainnya, yaitu dalam hal pengembangan wilayah psikomotor yang biasanya dikaitkan dengan tujuan mengembangkan kebugaran jasmani siswa, pencapaian keterampilan geraknya dan pencapaian prestasi dalam setiap cabang olahraga. Hal ini dilakukan adalah untuk meningkatkan kemampuan hasil belajar para siswa, baik teknik dan keterampilan maupun dalam hal teorinya. Dari data tergambarkan bahwa hasil belajar siswa cukup meningkat setelah diskusi dan simulasi mengenai peraturan permainan sepakbola. Para siswa lebih mendalami pemahaman peraturan tersebut, ini merupakan suatu bukti bahwa pada diri siswa telah terjadi belajar. Secara konsep bahwa definisi belajar yang diungkapkan oleh banyak ahli sangatlah beragam, namun ada unsur kesesuaian yang selalu terkandung dalam definisi belajar yaitu bahwa perbuatan belajar mengandung semacam perubahan dalam diri seseorang yang melakukan perbuatan belajar itu. Perubahan ini dapat dinyatakan sebagai suatu kecakapan, suatu kebiasaan, sikap, pengertian, pengetahuan atau apresiasi, penerimaan dan penghargaan (Witherington & Burton, 1986). Selanjutnya Witherington & Burton mengungkapkan bahwa ciri 6

belajar terdiri dari dua yaitu (1) belajar merupakan proses yang disadari, dan (2) perubahan yang terjadi merupakan aspek kepribadian yang terus menerus berfungsi, artinya pengalaman yang baru tidak bersifat statis tetapi bersifat dinamis. Pembelajaran dalam penelitian ini merupakan upaya guru atau pelatih yang sengaja menciptakan situasi proses belajar-mengajar sepakbola dengan menerapkan peraturan permainan sepakbola 17 bab. Witherington & Burton (1986) menjelaskan bahwa tujuan pendidikan dapat dibagi ke dalam empat macam tingkatan, yaitu (1) tujuan umum, tujuan ini bersifat umum seperti membentuk manusia susila, manusia demokratis, dan menyampaikan kebudayan. Ciri dari tujuan umum adalah dicapai dalam jangka waktu yang panjang, tidak memberi bantuan untuk menentukan bantuan yang khusus dari satu pelajaran, dan tidak memberi dorongan untuk berbuat, (2) tujuan khusus, tujuan khusus merupakan penjabaran dari tujuan umum sehingga tujuan yang harus dicapai oleh peserta didik bersifat spesifik dalam setiap pertemuan tertentu. Contoh tujuan khusus dalam sikap fair play adalah (a) anak menguasai peraturan permainan sepakbola pasal 3 tentang perlengkapan pemain, (b) anak mampu memperlihatkan sikap jujur dengan indikatornya yaitu tidak mengambil keuntungan dari lawan yang cedera, dan (3) tujuan Guru, yang harus mewujudkan tujuan pendidikan adalah guru. Untuk itu, guru harus jelas mengetahui tujuan pendidikan dan dapat merumuskan tujuan setiap pelajaran dalam rangka tujuan pendidikan itu. 7

Dari paparan tersebut, dapat disimpulkan bahwa yang menjadi tujuan umum dari pembelajaran ini adalah supaya siswa tidak hanya memiliki keterampilan bermain sepakbola dari segi fisik, teknik, dan taktik saja, tetapi para siswa dapat memiliki pengetahuan dan pemahaman peraturan permainan sepakbola. 8

9