II. KERANGKA TEORETIS. Harlen & Russel dalam Fitria (2007: 17) mengatakan bahwa kemampuan

dokumen-dokumen yang mirip
II. KERANGKA TEORETIS. Kreativitas sebagai alat individu untuk mengekspresikan kreativitas yang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pendekatan discovery adalah suatu prosedur mengajar yang dapat. mengalami sendiri bagaimana cara menemukan atau menyelidiki

II. KERANGKA TEORETIS. menghadapi dan menyesuaikan kedalam situasi yang baru dengan cepat dan

II. TINJAUAN PUSTAKA. dalam proses pembelajaran selama ini. Prosedur-prosedur Penilaian konvensional

Krangka Dasar dan Struktur Kurikulum 2013

KURIKULUM 2013 KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN 2015

II. TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. manusia. Pendidikan membekali manusia akan ilmu pengetahuan,

Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) dalam Implementasi Kurikulum 2013

II. TINJAUAN PUSTAKA

Belajar adalah perubahan dari tidak mengerti menjadi mengerti. Tentang. pengertian belajar itu sendiri sudah banyak dikemukaan oleh para ahli

II. TINJAUAN PUSTAKA. Eksperimen mengandung makna belajar untuk berbuat, karena itu dapat dimasukkan

II. KERANGKA TEORITIS. dalam aktivitas belajar yang menentukan tingkat keberhasilan pemahaman

BAB I PENDAHULUAN. Setiap manusia mempunyai hak untuk memenuhi kebutuhannya

II. TINJAUAN PUSTAKA. perubahan tingkah laku pada diri sendiri berkat pengalaman dan latihan.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Huda (2014) mengatakan bahwa tidak semua belajar kelompok bisa dianggap

BAB 1 PENDAHULUAN. potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri,

TINJAUAN PUSTAKA. Banyak orang belum mengetahui apa itu leaflet dan apa perbedaannya dengan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN MODEL PEMBELAJARAN PENEMUAN (DISCOVERY LEARNING)

BAB II KAJIAN PUSTAKA. ada di sekitar individu. Menurut Sudjana dalam Rusman. (2011: 1) Belajar

TINJAUAN PUSTAKA. A. Pengertian Pembelajaran Kooperatif (Cooperatif Learning) Menurut Nurhadi (2004: 112), pembelajaran kooperatif adalah pendekatan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Konstruktivisme merupakan salah satu aliran filsafat pengetahuan yang menekankan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode pembelajaran adalah suatu pengetahuan tentang cara-cara mengajar

TINJAUAN PUSTAKA. Metakognisi merupakan suatu istilah yang dimunculkan oleh beberapa ahli

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran mempunyai andil yang cukup besar dalam kegiatan

II. KERANGKA TEORETIS. kebiasaan yang rutin dilakukan. Oleh karena itu diperlukan adanya sesuatu

TINJAUAN PUSTAKA. Gaya belajar adalah cara yang konsisten yang dilakukan oleh seorang murid

II. KERANGKA TEORETIS. 1. Pembelajaran berbasis masalah (Problem- Based Learning)

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model dimaknakan sebagai objek atau konsep yang digunakan untuk

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Penelitian Nadia Dezira Hasan, 2015

II. TINJAUAN PUSTAKA. Ruggiero (Johnson, 2007:187) mengartikan berfikir sebagai segala aktivitas mental

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran inkuiri terbimbing merupakan salah metode yang sering

II. KERANGKA TEORETIS. Sesuatu yang telah dimiliki berupa pengertian-pengertian dan dalam batasan

II. TINJAUAN PUSTAKA. interaksi antara seseorang dengan lingkungan. Menurut Sugandi, (2004:10), dirinya dengan lingkungan dan pengalaman.

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Masalah

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Penemuan (Discovery Learning) tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para pengajar dalam

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. A. Model Pembelajaran Penemuan Terbimbing. arah (ceramah reflektif) dan sistem dua arah (penemuan terbimbing).

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah berarti

II. TINJAUAN PUSTAKA. suatu proses pembelajaran. Perubahan yang terjadi pada siswa sejatinya

II. KERANGKA TEORETIS. pembelajaran fisika masalah dipandang sebagai suatu kondisi yang sengaja

II. TINJAUAN PUSTAKA. Menurut (Sanjaya, 2009: ), pembelajaran kooperatif merupakan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Model pembelajaran berdasarkan masalah merupakan suatu model

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu alternatif pendekatan pembelajaran yang dapat meningkatkan

BAB II KAJIAN TEORI. memperoleh pemecahan terhadap masalah yang timbul. Oleh karena itu strategi ini dimulai

II. TINJAUAN PUSTAKA. pembelajaran karena dalam model pembelajaran terdapat langkah-langkah

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. terbuka, artinya setiap orang akan lebih mudah dalam mengakses informasi

BAB II. Kajian Teoretis

II. TINJAUAN PUSTAKA. Belajar merupakan kebutuhan manusia. Dengan belajar manusia dapat

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metakognisi adalah keterampilan untuk mengontrol ranah atau aspek kognitif.

II. TINJAUAN PUSTAKA. Metode discovery adalah suatu prosedur mengajar yang menitikberatkan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II MODEL PEMBELAJARAN INKUIRI DAN HASIL BELAJAR. bertujuan untuk membantu siswa dalam mengembangkan disiplin intelektual

II. TINJAUAN PUSTAKA. Beberapa ahli mendefinisikan tentang pengertian belajar atau lerning, baik

II. TINJAUAN PUSTAKA. dari Jerome Bruner yang dikenal dengan belajar penemuan (discovery

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan sains diarahkan untuk mencari tahu dan berbuat sehingga

BAB II KAJIAN PUSTAKA. perhatiannya pada aktivitas kehidupan manusia. Pada intinya, fokus IPS

BAB I PENDAHULUAN. pendidikan adalah hal yang memang seharusnya terjadi sejalan dengan perubahan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. memecahkan suatu permasalahan yang diberikan guru.

BAB II KAJIAN PUSTAKA

II. TINJAUAN PUSTAKA. Gaya belajar setiap orang itu dipengaruhi oleh faktor alamiah (pembawaan)

TINJAUAN PUSTAKA. TPS adalah suatu struktur yang dikembangkan pertama kali oleh Profesor

II. KAJIAN PUSTAKA. anak-anak diberikan bermacam-macam pelajaran untuk menambah pengetahuan. yang dimilikinya, terutama dengan jalan menghafal.

BAB II KAJIAN TEORETIS. tersebut dapat menghasilkan suatu bentuk perubahan yang nampak pada diri siswa

UPAYA MENINGKATKAN HASIL BELAJAR MATEMATIKA MELALUI MODEL PEMBELAJARAN KOOPERATIF TIPE THINK PAIR SHARE (TPS) PADA SISWA KELAS VIIC SMP N 1 PAJANGAN

BAB I PENDAHULUAN. dengan pembukaan Undang-undang Dasar 1945 alinea ke-4 serta ingin mencapai

BAB II KAJIAN PUSTAKA

TINJAUAN PUSTAKA. A. Lingkungan Sekolah Sebagai Sumber Belajar. Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknelogi menyebabkan

II. TINJAUAN PUSTAKA. Pembelajaran kooperatif tipe Jigsaw mengajarkan siswa untuk bekerjasama

II. TINJAUAN PUSTAKA. Learning Cycle (LC) adalah suatu model pembelajaran yang berpusat pada

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kata media berasal dari bahasa Latin medius yang seacara harfiah berarti

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB I PENDAHULUAN. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang sangat penting bagi kehidupan

BAB II KAJIAN PUSTAKA

BAB II KAJIAN PUSTAKA 2.1 Kajian teori 2.1.1Pengertian Belajar Menurut Slameto (2003:2) belajar ialah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang

STRATEGI BELAJAR MENGAJAR

II. TINJAUAN PUSTAKA. memperkenalkan produk, karya atau gagasan kepada khalayak ramai.

BAB I PENDAHULUAN. Berdasarkan pengalaman peneliti mengajar mata pelajaran fisika di. kelas VIII salah satu SMP negeri di Bandung Utara pada semester

BAB I PENDAHULUAN. dikembangkan dalam pembelajaran yaitu: 1) kemampuan melakukan penalaran. 5) keterampilan komunikasi (Trisni dkk, 2012: 3).

LANDASAN TEORI. A. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sesuatu secara bersama-sama dengan saling membantu satu sama lainnya

II. TINJAUAN PUSTAKA. sesuai dengan pendapat Hamalik (2004: 28) yang menyatakan bahwa belajar

II. TINJAUAN PUSTAKA. Salah satu hal yang perlu diperhatikan dalam merencanakan pembelajaran ialah

II. TINJAUAN PUSTAKA. peningkatan lingkungan belajar bagi siswa. Agar proses belajar. media pembelajaran, khususnya penggunaan komputer.

BAB II KAJIAN TEORITIK

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar IPA Dengan Metode Kerja Kelompok Siswa Kelas VI SDN Omu

BAB II KAJIAN TEORI. 1. Pengertian efektivitas pembelajaran

Tugas Evaluasi Pendidikan RANAH PENGETAHUAN MENURUT BLOOM

I. PENDAHULUAN. inovatif. Menyadari bagaimana cara memikirkan pemecahan permasalahan

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR. 1. Kemampuan Pemecahan Masalah Matematis

DESKRIPSI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI HASIL BELAJAR OPERASI HITUNG BILANGAN BULAT PADA SISWA DI SDN 3 TAPA KECAMATAN TAPA KABUPATEN BONE BOLANGO

BAB II KAJIAN PUSTAKA

1.1 LATAR BELAKANG PENELITIAN

BAB II KAJIAN TEORI. dengan lingkungannya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya. yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri

II. TINJAUAN PUSTAKA. Kinerja secara umum dan yang sering kali didengar seseorang,

II. TINJAUAN PUSTAKA. Dalam proses pembelajaran, agar tujuan tercapai maka perlu adanya metode

BAB II KAJIAN TEORI, PENELITIAN RELEVAN, KERANGKA PEMIKIRAN, DAN HIPOTESIS PENELITIAN

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PIKIR

Transkripsi:

6 II. KERANGKA TEORETIS A. Tinjaun Pustaka 1. Keterampilan Eksperimen Harlen & Russel dalam Fitria (2007: 17) mengatakan bahwa kemampuan merancanakan percobaan merupakan kegiatan mengidenfikasi berapa langkah dan tindakan yang harus diambil dalam menyelesaikan masalah. Sedangkan menurut Dimyati & Mujiono (2002 : 150) : Merencanakan percobaan dapat diartikan sebagai satu kegiatan untuk mendeskripsikan variabel-variabel yang dimanipulasikan dan direspon dalam percobaan secara operasional, kemungkinan dikontrolnya variabel hipotesis yang diuji dan cara mengujinya, serta hasil yang diharapkannya dari percobaan yang akan dilaksanakan. Sementara menurut firman (1991 : 52) Merencanakan percobaan adalah merancang kegiatan yang akan dilakukan untuk menguji suatu hipotesis, memeriksa kebenaran dan memperlihatkan prinsip-prinsip atau fakta-fakta yang telah diketahui. Berdasarkan beberapa pernyataan di atas, dapat disimpulkan bahwa merencanakan percobaan adalah kegiatan mengidenfikasi masalah dan tindakan yang harus diambil serta ada variabel yang di ppengaruhi dan

7 mempengaruhinya sehingga akan menghasilkan hasil yang dapat membuktikan suatu kebenaran. Merencanakan percobaan merupakan bagian yang sangat penting dalam kegiatan praktikum, selain turut menentukan berhasil tidaknya dalam melaksanakan percobaan juga memberikan bekal pengetahuan sebanyak mungkin untuk berfikir sebelum melakukan suatu kegitan, karena lebih siap untuk melakukan percobaan. Pada tahap ini di tentukan masalah atau obyek yang akan di teliti, tujuan dan ruang lingkup penelitian, sumber data informasi, cara analisis, alat dan bahan, atau sumber kepustakaan yang diperlukan, jumlah orang telibat, langkah-langkah pengumpulan dan pengolahan data atau informasi, serta tata cara melakukan penelitian, sebagaimana diungkapkan oleh Usman (1990 : 39). Dengan di kembangkannya keterampilan merencanakan percobaan siswa diharapkan dapat memecahkan masalah yang ada disekitarnya. Menurut Rustaman et al (2003 : 103) indikator keterampilan bereksperimen terdiri dari lima aspek yaitu: a. Menentukan tujuan, Untuk aspek menentukan tujuan harus dirumuskan sedemikian rupa sehingga hanya mempunyai satu pengertian saja, tidak boleh di tafsirkan menjadi beraneka ragam makna, seperti yang diungkapkapkan oleh Subiyanto, (1988 : 58). Penilaian aspek menentukan tujuan percobaan dititik beratkan pada pengusaan dalam menyebutkan yang ingin dicapai melalui kegiatan p raktikum. b. Menentukan alat dan bahan, Menurut Karinawati (1991 : 47) untuk aspek menetukan alat dan bahan siswa ditantang untuk berfikir karena disini siswa memerlukan pengetahuan dalan mengenal alat dan bahan percobaan yang akan digunakan selain itu dipengaruhi oleh

pengalaman yang diperoleh sebelumnya. Penilaian aspek menetukan alat dan bahan di titik beratkan pada penguasaan dalam meyebutkan jenis dan bahan beserta jumlahnya. c. Menentukan langkah kerja, Aspek untuk menentukan cara kerja merupakan hal yang sangat penting dalam bereksperimen, sebagai keterampilan untuk mengadakan pengujian terhadap ide-ide yang bersumber dari fakta, konsep, dan prinsip ilmu pengetahuan alam sehingga dapat di peroleh informasi yang menerima atau menolak ide-ide itu, Dimyati & Mudjiono (2002 : 150). Penilaian aspek menetukan cara kerja di titik beratkan pada penguasaan dalam menetukan cara kerja atau rangkaian kegiatan yang harus dilakukan dengan percobaan dengan sistematis. d. Menentukan variabel, Aspek menentukan variabel sangat berhubungan dengan konsep, variabel merupakan konsep variasi nilai atau segala sesuatu yang dapat berubah atau diganti dalam satu situasi, Dimyati & Mudjiono (2002 : 146). Penilaian aspek menentukan variabel di titik beratkan dalam penguasan menentukan-menentukan suatu kondisi atau keadaan yang dapat terjadi sebagai akibat perubahan variabel bebas. e. Menentukan fakta apa yang harus diukur, diamati dan dicatat Pada saat menentukan fakta yang harus diamati, diukur dan di tulis di perlukan keterampilan mengumpulkan dan mengolah data. Kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan memperoleh informasi/ data dari orang tau sumber informasi lain yang dengan cara lisan, tertulis, atau pengamatan dan pengkajiannya lebih lanjut lebih lanjut secara kuantitatif dan kulitatif sebagai dasar pengujian hipotesis atau penyimpulan, Dimyati & Mudjiono (2002 : 148). Penilaian aspek menentukan fakta yang harus diamati, diukur dan ditulis dititik beratkan pada penguasaan dalam menggunakan alat indera untuk menentukan hasil dari kegiatan praktikum. 8 Hal ini sejalan dengan Ramig & Harlen (Yulianti, 1995 : 14) Kegiatan merencanakan percobaan dimulai dengan menentukan variabel, merumuskan masalah, berhipotesis, lalu di ikuti dengan merancang percobaan yang didalamnya menyangkut penentuan alat dan bahan, penentuan langkah kerja serta menentukan fakta yang harus diukur, diamati dan dicatat.

9 Kegiatan inti siswa harus terlibat dalam menemukan konsep, karena sangat berarti sebagai pengalaman belajar yang dilakukan oleh siswa dengan melakukan penyelidikan dan pelatihan terbimbing dengan syarat penemuan tersebut di bawah bimbingan dan arahan guru. Pada evaluasi dilakukan baik terhadap langkah-langkah penemuan maupun pada pengetahuan siswa, sebagai umpan balik bermakna dan pengetahuan tentang hasil latihan. 2. Pendekatan Discovery Pendekatan discovery merupakan pendekatan mengajar yang memerlukan proses mental, seperti mengamati, mengukur, menggolongkan, menduga, menjelaskan, dan mengambil kesimpulan. Pada kegiatan discovery guru hanya memberikan masalah dan siswa memecahkan masalah melalui percobaan. Hamalik (2004: 134) menyatakan bahwa: Pendekatan discovery merupakan suatu komponen dari praktek pendidikan yang sering disebut dengan heuristic teaching, yakni suatu tipe pengajaran yang meliputi metode-metode yang didesain untuk memajukan rentang yang luas dari belajar aktif, berorientasi pada proses, membimbing diri sendiri (self-directed), inkuiri dan model belajar reflektif. Menurut Roestiyah (1998: 20) menyatakan bahwa pendekatan discovery memiliki keunggulan sebagai berikut: a. Mampu membantu siswa untuk mengembangkan, memperbanyak kesiapan, serta penguasaan keterampilan dalam proses kognitif atau pengenalan. b. Siswa memperoleh pengetahuan yang bersifat sangat pribadi atau individual sehingga dapat kokoh atau mendalam tertinggal dalam jiwa siswa tersebut. c. Dapat membangkitkan kegairahan belajar pada siswa. d. Mampu memberikan kesempatan pada siswa untuk berkembang dan maju sesuai dengan kemampuannya masing-masing.

e. Mampu mengarahkan cara siswa belajar, sehingga lebih memiliki motivasi yang kuat untuk belajar lebih giat lagi. f. Membantu siswa untuk memperkuat dan menambah kepercayaan pada diri sendiri dengan proses penemuan sendiri. g. Strategi ini berpusat pada siswa tidak pada guru. Guru hanya sebagai teman belajar saja, membantu apabila diperlukan. 10 Suciati & Prasetya Irawan dalam Budiningsih (2005: 50) mengungkapkan bahwa aplikasi metode discovery learning di kelas terdiri atas: a. Tahap persiapan dalam aplikasi metode discovery learning Seorang guru bidang studi, dalam mengaplikasikan metode discovery learning di kelas harus melakukan beberapa persiapan. Berikut ini tahap perencanaan menurut Bruner dalam Budiningsih (2005: 50) yaitu: a) Menentukan tujuan pembelajaran b) Melakukan identifikasi karakteristik siswa (kemampuan awal, minat, gaya belajar, dan sebagainya) c) Memilih materi pelajaran d) Menentukan topik-topik yang harus dipelajari siswa secara induktif (dari contoh-contoh generalisasi). e) Mengembangkan bahan-bahan belajar yang berupa contoh-contoh, ilustrasi, tugas dan sebagainya untuk dipelajari siswa. f) Mengatur topik-topik pelajaran dari yang sederhana ke kompleks, dari yang konkret ke abstrak, atau dari tahap enaktif, ikonik sampai ke simbolik. g) Melakukan penilaian proses dan hasil belajar siswa. b. Prosedur Aplikasi Metode Discovery Learning Adapun menurut Syah (2004: 244) dalam mengaplikasikan metode Discovery Learning di kelas tahapan atau prosedur yang harus dilaksanakan dalam kegiatan belajar mengajar secara umum adalah sebagai berikut: a) Stimulation (stimulasi/pemberian rangsangan). b) Problem statement (pernyataan/ identifikasi masalah). c) Data collection (pengumpulan data). d) Data processing (pengolahan data). e) Verification (pentahkikan/pembuktian). f) Generalization (menarik kesimpulan/generalisasi)

11 Pembelajaran discovery terbimbing yang dilaksanakan untuk pembelajaran ini terdiri atas tiga kegiatan pembelajaran yaitu kegiatan awal. Kegiatan inti, dan evaluasi. Pada kegiatan awal, siswa dituntut mengetahui tujuan mengapa mereka berperan serta pada pembelajaran tertentu. Siswa harus tahu apa yang dapatmereka lakukan setelah berperan serta dalam pembelajaran itu. Pada kegiatan inti, siswa harus terlibat dalam menemukan konsep, karena sangat berarti sebagai pengalaman belajar yang dilakukan oleh siswa dengan melakukan penyelidikan dan pelatihan terbimbingdengan syarat penemuan tersebut di bawah bimbingan dan arahan guru. Pada evaluasi dilakukan baik terhadap langkah-langkah penemuanmaupun pada pengetahuan siswa, sebagai umpan balik bermakna dan pengetahuan tentang hasil latihan. 3. Hasil Belajar Hasil belajar merupakan perubahan perilaku yang diperoleh siswa setelah mengalami aktivitas belajar. Perolehan aspek aspek perubahan perilaku tersebut tergantung pada apa yang dipelajari oleh siswa. Oleh karena itu, apabila siswa mempelajari pengetahuan tentang konsep, maka perubahan perilaku yang diperoleh adalah berupa penguasaan konsep. Dalam pembelajaran, perubahan perilaku yang harus dicapai oleh siswa setelah melaksanakan aktivitas belajar dirumuskan dalam tujuan pembelajaran. Hasil belajar siswa merupakan suatu hal yang berkaitan dengan kemampuan siswa dalam menyerap atau memahami suatu materi yang disampaikan.

12 Menurut Abdurrahman (1999: 37) : Hasil belajar adalah kemampuan yang diperoleh anak setelah melalui kegiatan belajar. Belajar itu sendiri merupakan suatu proses dari seseorang yang berusaha untuk memperoleh suatu bentuk perubahan tingkah laku yang relatif menetap. Hal ini menunjukkan bahwa setelah melakukan proses pembelajaran, maka akan diperolah hasil belajar hasil belajar yang menjadi akhir dari proses belajar. Sedangkan Dimyati dan Mudjiono (2002: 3-4) mengatakan bahwa: Hasil belajar adalah hasil dari suatu interaksi dari tindak belajar dan tindak mengajar. Bagi guru tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa hasil belajar merupakan berakhirnya proses belajar, sedangkan dari sisi guru hasil belajar merupakan suatu pencapaian tujuan pembelajaran. Hasil belajar dapat ditunjukkan dengan huruf atau kata atau simbol setelah siswa tersebut melakukan kegiatan pembelajaran. Hasil belajar ini merupakan suatu ukuran bahwa siswa tersebut sudah melakukan kegiatan pembelajaran. Untuk mengetahui keberhasilan dalam belajar diperlukan adanya suatu pengukuran hasil belajar yaitu melalui suatu evaluasi atau tes. Evaluasi hasil belajar merupakan proses untuk menentukan nilai belajar siswa melalui kegiatan atau pengukuran hasil belajar dan dinyatakan dalam bentuk angka. Tinggi rendahnya hasil belajar dapat diketahui melalui pedoman penilaian Arikunto (2001: 245): Bila nilai siswa 66, maka dikatagorikan baik, bila 55 nilai siswa < 66, maka dikatagorikan cukup baik, bila nilai siswa < 55 maka dikatagorikan kurang baik. Menurut Slameto (2003: 131) hasil belajar itu sendiri meliputi 3 aspek yaitu:

(1) Keilmuan dan pengetahuan, konsep atau fakta (kognitif) (2) Kepribadian atau sikap (afektif) (3) Keterampilan atau penampilan (psikomotor) Sedangkan Hasil belajar dalam kecakapan kognitif memiliki beberapa tingkatan yaitu: (1) Informasi non verbal, (2) Informasi fakta dan pengetahuan verbal, (3)Konsep dan prinsip, (4)Pemecahan masalah dan kreatifitas 13 Menurut Bloom dalam Sardiman (2004: 23-24) bahwa ada tiga ranah hasil belajar, yaitu: a) Kognitif: Knowledge (pengetahuan, ingatan), comprehension (pemahaman, menjelaskan, meringkas), analysis (menguraikan, menentukan hubungan), synthesis (mengorganisasikan, merencanakan, membentuk bangunan baru), evaluation (menilai), application (menerapkan). b) Affective: Receiving (sikap menerima), responding (memberi respon), Valuing (menilai), organization (organisasi), characterization (karakterisasi). c) Psychomotor: initiatory level, pre-routine level, routinized level. Hasil belajar siswa memiliki tiga ranah yaitu ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik yang dijadikan sebagai penilaian hasil belajar siswa. Diketahui bahwa dengan belajar, maka kemampuan siswa meningkat. Belajar dan peningkatan kemampuan berjalan secara beriringan, semakin sering siswa belajar maka kemampuan yang dimiliki siswa akan semakin meningkat. Ranah-ranah kognitif, afektif, dan psikomotorik siswa akan berfungsi dengan baik. Berdasarkan rumusan Bloom (dalam Dimyati dan Mudjiono, 2009: 23-28) ranah kognitif terdiri dari 6 jenis perilaku sebagai berikut : 1. Remember, mencakup ingatan tentang hal yang telah dipelajari dan tersimpan dalam ingatan. 2. Understand, mencakup kemampuan menangkap arti dan makna hal yang dipelajari. 3. Apply, mencakup kemampuan menerapkan metode dan kaidah untuk menghadapi masalah yang nyata dan baru.

4. Analyze, mencakup kemampuan merinci suatu kesatuan ke dalam bagian-bagian sehingga struktur keseluruhan dapat dipahami dengan baik. 5. Evaluate, mencakup kemampuan membentuk pendapat tentang beberapa hal berdasarkan kriteria tertentu. 6. Create, mencakup kemampuan menbentuk suatu pola baru. Menurut Slameto (1991: 131) hasil belajar dari ranah kognitif mempunyai hirarki atau tingkatan dalam pencapaiannya. Adapun tingkat-tingkat yang dimaksud adalah: (1) informasi non verbal, (2) informasi fakta dan pengetahuan verbal, (3) konsep dan prinsip, dan (4) pemecahan masalah dan kreatifitas. Nilai aspek kognitif diperoleh dari pengetahuan, pemahaman, penerapan, analisis, dan sintesis siswa yang dievaluasi di setiap akhir pembelajaran. Hasil evaluasi kemudian dianalisis dan disajikan dalam bentuk hasil belajar siswa. 14 Hamalik (2007: 30) menyatakan bahwa : Hasil belajar menunjukkan pada prestasi belajar sedangkan prestasi belajar itu merupakan indikator adanya perubahan tingkah laku siswa. Hasil belajar sebagai tanda terjadinya perubahan tingkah laku dalam bentuk perubahan pengetahuan. Perubahan tersebut terjadi dengan peningkatan dan pengembangan yang lebih baik dibandingkan dengan yang sebelumnya, misalnya dari tidak tahu menjadi tahu. Hasil belajar merupakan perubahan tingkah laku dari suatu interaksi belajarmengajar yang kemudian menjadi milik individu yang belajar, baik dalam bidang kognitif, afektif, maupun psikomotoris. Hasil belajar dapat dibedakan menjadi dampak pengajaran dan dampak pengiring. Dampak pengajaran adalah hasil yang dapat diukur seperti yang tertuang dalam angka rapor, angka dalam ijazah, atau kemampuan melompat setelah latihan. Menurut Dimyati dan Mudjiono (2002: 4-5) bahwa: Dampak

15 pengiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan dibidang lain yang merupakan transfer belajar. Jadi dampak pengiring adalah suatu tambahan pengetahuan dan kemampuan pada kegiatan yang nyata seperti kegiatan ekstakurikuler. Dari beberapa pendapat di atas, maka dapat dikatakan bahwa hasil belajar merupakan suatu akhir atau puncak proses belajar yang ditandai dengan perubahan tingkah laku dari suatu interaksi belajar-mengajar yang kemudian menjadi milik individu yang belajar, baik dalam bidang kognitif, afektif, maupun psikomotoris. Untuk mengetahui keberhasilan dalam belajar diperlukan adanya suatu pengukuran hasil belajar yaitu melalui suatu evaluasi atau tes dan dinyatakan dalam bentuk angka. B. Kerangka Pemikiran Penelitian ini menggunakan pendekatan discovery dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh keterampilan bereksperimen terhadap hasil belajar. Hasil belajar yang diamati dalam penelitian ini dibatasi pada ranah kognitif. Pada penelitian ini terdapat dua bentuk variabel yaitu variabel bebas dan variabel terikat. Variabel bebas dalam penelitian ini adalah keterampilan eksperimen dengan pendekatan discovery (X), sedangkan variabel terikatnya adalah hasil belajar (Y). Gambar dibawah ini menjelaskan paradigma pemikiran tentang pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat :

16 X R Y Gambar 2.1 Bagan Paradigma Pemikiran Keterangan : X = Keterampilan eksperimen dengan pendekatan discovery Y = Hasil belajar R = Pengaruh variabel X terhadap variabel Y Dalam pembelajaran, siswa harus mampu siswa disaat melakukan sesuatu percobaan dengan langkah-langkah ilmiah. Langkah-langkah ilmiah yang dimaksud yaitu siswa mampu merumuskan hipotesis, membuat konsep, merancang percobaan, merumuskan percobaan, mengkomunikasikan hasil percobaan, dan menarik kesimpulan dalam menemukan konsep. Disaat proses melakukan percobaan siswa secara langsung aktif dalam melaksanakan kegiatan belajar pembelajaran, sehingga siswa tersebut memahami materi yang sedang mereka terima, baik teori, menghitung, rumus-rumus, konsep, bahkan penerapannya dalam kegiatan kehidupan sehari-hari. Keterampilan eksperimen dengan pedekatan discovery siswa di ajari dengan proses kognitif bukan hanya menghafal dan memahami mereka juga diajarkan untuk mempraktekkan secara ilmiah. Sikap yang akan terbentuk ketika siswa melakukan kegiatan merumuskan masalah salah satunya yaitu sikap kreatif, inovatif, merdeka, dan kerjasama. Bahwa penggunaan keterampilan eksperimen dalam pendekatan discovery mempunyai tujuan agar siswa mampu mencari dan menemukan sendiri berbagai jawaban atas persoalanpersoalan yang dihadapinya dengan mengadakan percobaan sendiri, sehingga

17 siswa dapat berlatih dalam cara berfikir yang ilmiah (scientivic thinking), dengan ekperimen siswa menemukan bukti kebenaran terhadap suatu teori yang dipelajari serta harus menemukan hasil percobannya dan menyampaikannya ke kelas dan di evaluasi oleh guru. Dengan demikian pendekatan discovery merupakan metode mengajar yang dapat menghasilkan pengalaman belajar, keterampilan eksperimen, dan hasil belajar. Berdasarkan pernyataan di atas, maka kerangka pemikiran pada penelitian ini dapat digambarkan secara grafis dalam diagram di bawah ini : ALAT-ALAT FLUIDA STATIS Disajikan dalam PENDEKATAN DISCOVERY Terjadi proses KETERAMPILAN EKSPERIMEN Memunculkan HASIL BELAJAR Gambar 2.2. Kerangka pemikiran penelitian. Dalam penelitian ini diharapkan keterampilan bereksperimen dengan pendekatan discovery berpengaruh terhadap hasil belajar siswa.

18 C. Anggapan Dasar Anggapan dasar penelitian berdasarkan tinjauan pustaka dan kerangka pikir adalah: 1. Setiap sampel penelitian memperoleh materi yang sama. 2. Kemampuan penguasaan materi siswa pada mata pelajaran fisika berbedabeda. 3. Hasil belajar siswa pada mata pelajaran fisika berbeda-beda. D. Hipotesis Berdasarkan uraian di atas maka hipotesis yang dapat diajukan dalam penelitian ini adalah keterampilan eksperimen dengan pendekatan discovery berpengaruh secara positif dan signifikan terhadap hasil belajar siswa.