BAB II LANDASAN TEORI

dokumen-dokumen yang mirip
BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB III DATA ANALISA DAN PERHITUNGAN PENGKONDISIAN UDARA

BAB I PENDAHULUAN. Sistem refrigerasi telah memainkan peran penting dalam kehidupan

Laporan Tugas Akhir 2012 BAB II DASAR TEORI

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. temperatur di bawah 123 K disebut kriogenika (cryogenics). Pembedaan ini

BAB II LANDASAN TEORI

Penggunaan Refrigeran R22 dan R134a pada Mesin Pendingin. Galuh Renggani Wilis, ST.,MT

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI. Pengujian sistem refrigerasi..., Dedeng Rahmat, FT UI, Universitas 2008 Indonesia

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

BAB II LANDASAN TEORI

Qs Kalor sensibel zat [J] Q L Kalor laten Zat [J] ΔT Beda temperatur [ C] Δ Pads-evap. laju peningkatan rata-rata temperatur.

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang Penelitian. Air Conditioning (AC) adalah suatu mesin pendingin sebagai sistem pengkondisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

MUSICOOL HYDROCARBON REFRIGERANT OVERVIEW

BAB II DASAR TEORI. This document was created with the trial version of Print2PDF! Once Print2PDF is registered, this message will disappear!

Ahad, 7 Mei :50:03 Artikel Iptek - Bidang Energi dan Sumber Daya Alam Perkembangan Terkini Teknologi Refrigerasi (1) Oleh Yuli Setyo Indartono

REFRIGERAN & PELUMAS. Catatan Kuliah: Disiapakan Oleh; Ridwan

BAB III DASAR PERANCANGAN INSTALASI AIR CONDITIONING

BAB IV HASIL PENGUJIAN DAN PEMBAHASAN

BAB II DASAR TEORI. Tabel 2.1 Daya tumbuh benih kedelai dengan kadar air dan temperatur yang berbeda

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

{sidebar id=3}hydrocarbon REFRIGERANT

BAB II LANDASAN TEORI. Refrigerasi merupakan suatu media pendingin yang dapat berfungsi untuk

2.1 SEJARAH REFRIGERAN

BAGIAN II : UTILITAS TERMAL REFRIGERASI, VENTILASI DAN AIR CONDITIONING (RVAC)

BAB 9. PENGKONDISIAN UDARA

BAB II DASAR TEORI 0,93 1,28 78,09 75,53 20,95 23,14. Tabel 2.2 Kandungan uap air jenuh di udara berdasarkan temperatur per g/m 3

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori. 2.1 AC Split

UJI EKSPERIMENTAL MESIN PENDINGIN BERPENDINGIN UDARA, DENGAN MENGGUNAKAN REFRIGERAN R22 DAN REFRIGERAN R407C.

BAB II. Prinsip Kerja Mesin Pendingin

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

ANALISA KEBUTUHAN BEBAN PENDINGIN DAN DAYA ALAT PENDINGIN AC UNTUK AULA KAMPUS 2 UM METRO. Abstrak

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Pengertian Sistem Heat pump

BAB I PENDAHULUAN. Saat ini setidaknya ada tiga isu umum besar yang terkait dengan bidang refrigerasi, yaitu :

BAB II STUDI PUSTAKA

PERFORMANSI RESIDENTIAL AIR CONDITIONING HIBRIDA DENGAN STANDBY MODE MENGGUNAKAN REFRIGERAN HCR-22 UNTUK PENDINGIN DAN PEMANAS RUANGAN

BAB II DASAR TEORI. Laporan Tugas Akhir. Gambar 2.1 Schematic Dispenser Air Minum pada Umumnya

Pengantar Sistem Tata Udara

Studi Eksperimen Pengaruh Variasi Perubahan Refrigeran-22 Dengan Musicool-22 Pada Sistem Pengkondisian Udara Dengan Pre-cooling

BAB II DASAR TEORI 2.1 Sistem Pendinginan Tidak Langsung ( Indirect Cooling System 2.2 Secondary Refrigerant

STUDI KINERJA MESIN PENGKONDISI UDARA TIPE TERPISAH (AC SPLIT) PADA GERBONG PENUMPANG KERETA API EKONOMI

REFRIGERAN HIDROKARBON MUSICOOL (MC)

BAB II DASAR TEORI. pengembangan dari teknologi mesin pendingin. Alat ini dipakai bertujuan untuk

ANALISA PERBANDINGAN PERFORMANSI MESIN PENDINGIN KOMPRESI UAP MENGGUNAKAN R22 DAN R134a DENGAN KAPASITAS KOMPRESOR 1 PK

= Perubahan temperatur yang terjadi [K]

Menggunakan Musicool HC yang Hemat Listrik & Ramah Lingkungan Pada Mesin AC Sebagai Pengganti Freon

BAB 1 PENDAHULUAN. tersebut memerlukan suatu alat untuk mengkondisikan udara. didalam ruangan bangunanbangunan tersebut seperti Air Conditioner

BAB III TINJAUAN PUSTAKA

Seminar Nasional Mesin dan Industri (SNMI4) 2008 ANALISIS PERBANDINGAN UNJUK KERJA REFRIGERATOR KAPASITAS 2 PK DENGAN REFRIGERAN R-12 DAN MC 12

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Definisi Pengkondisian Udara

BAB IV ANALISA DATA PERHITUNGAN BEBAN PENDINGIN

BAB II DASAR TEORI. Pengujian alat pendingin..., Khalif Imami, FT UI, 2008

BAB II LANDASAN TEORI

Energi dan Ketenagalistrikan

benar kering. Kandungan uap air dalam udara pada untuk suatu keperluan harus dibuang atau malah ditambahkan. Pada bagan psikometrik ada dua hal yang p

ANALISA KERJA KOMPRESOR TERHADAP PENGGUNAAN REFRIGERAN R12 DAN HIDROKARBON JENIS PIB (PROPANE ISO BUTANE)

BAB I PENDAHULUAN. Penggunaan sistem pengkondisian udara pada saat ini bukan lagi. merupakan suatu kemewahan, namun telah menjadi kebutuhan yang harus

BAB IV PEMBAHASAN. 4.1 Rangkaian Alat Uji Dan Cara Kerja Sistem Refrigerasi Tanpa CES (Full Sistem) Heri Kiswanto / Page 39

BAB II DASAR TEORI. BAB II Dasar Teori

PENGARUH MEDIA PENDINGIN AIR PADA KONDENSOR TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN

BAB I PENDAHULUAN Latar Belakang Udara di sekitar kita dewasa ini sangat peka terhadap pencemaran, hal ini erat

BAB I PENDAHULUAN Latar belakang

LAPORAN AKHIR FISIKA ENERGI II PEMANFAATAN ENERGI PANAS TERBUANG PADA MESIN AC NPM : NPM :

ANALISA KOMPARASI PENGGUNAAN FLUIDA PENDINGIN PADA UNIT PENGKONDISIAN UDARA (AC) KAPASITAS KJ/H

BAB III SISTEM REFRIGERASI DAN POMPA KALOR

PENGARUH JENIS REFRIGERANT DAN BEBAN PENDINGINAN TERHADAP KEMAMPUAN KERJA MESIN PENDINGIN

V. HASIL DAN PEMBAHASAN

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Saat ini semua gedung bertingkat, baik itu untuk perkantoran maupun

BAB II LANDASAN TEORI

Sistem pendingin siklus kompresi uap merupakan daur yang terbanyak. daur ini terjadi proses kompresi (1 ke 2), 4) dan penguapan (4 ke 1), seperti pada

ANALISA PEMAKAIAN ENERGI LISTRIK DAN COP PADA AC SPLIT 900 WATT MENGGUNAKAN REFRIGERAN HIDROKARBON MC-22 DAN R-22

BAB II TEORI DASAR. 2.1 Pengertian Sistem Tata Udara

BAB III METODELOGI PENELITIAN. Data data yang diperoleh dari penulisan Tugas Akhir ini : pendingin dengan refrigeran R-22 dan MC-22.

BAB IV PEMILIHAN KOMPONEN SISTEM REFRIGERASI

PENDINGINAN KOMPRESI UAP

Studi Eksperimen Pemanfaatan Panas Buang Kondensor untuk Pemanas Air

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA

HIDROKARBON SEBAGAI PENGGANTI REFRIGERAN FREON DALAM KULKAS YANG RAMAH LINGKUNGAN

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

Oleh: Daglish Yuliyantoro Dosen Pembimbing: Ari Bachtiar K.P. ST.MT.PhD

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Cooling Tunnel

Analisa Performansi Sistem Pendingin Ruangan dan Efisiensi Energi Listrik padasistem Water Chiller dengan Penerapan Metode Cooled Energy Storage

PENGARUH STUDI EKSPERIMEN PEMANFAATAN PANAS BUANG KONDENSOR UNTUK PEMANAS AIR

BAB II LANDASAN TEORI. Suatu mesin refrigerasi akan mempunyai tiga sistem terpisah, yaitu:

BAB II DASAR TEORI. 2.1 Blood Bank Cabinet

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang 1.2. Rumusan Masalah

Laporan Tugas Akhir 2012 BAB II DASAR TEORI

Analisis Konsumsi Energi Listrik Pada Sistem Pendingin Ruangan (Air Conditioning) Di Gedung Direktorat Politeknik Negeri Pontianak

BAB II LANDASAN TEORI

BAB II DASAR TEORI. Gambar 2.1 sistem Blast Chiller [PT.Wardscatering, 2012] BAB II DASAR TEORI

BAB II LANDASAN TEORI

PENGUJIAN REFRIGERAN HYCOOL HCR-22 PADA AC SPLITE SEBAGAI PENGGANTI FREON R-22

Pemanfaatan Sistem Pengondisian Udara Pasif dalam Penghematan Energi

Pengaruh Debit Udara Kondenser terhadap Kinerja Mesin Tata Udara dengan Refrigeran R410a

Pengaruh Pipa Kapiler yang Dililitkan pada Suction Line terhadap Kinerja Mesin Pendingin

BAB IV PERHITUNGAN PENDINGIN GEDUNG

PENGARUH VARIASI BEBAN PENDINGIN TERHADAP PRESTASI KERJA MESIN PENDINGIN DENGAN REFRIGERAN R12 DAN LPG

HUBUNGAN TEGANGAN INPUT KOMPRESOR DAN TEKANAN REFRIGERAN TERHADAP COP MESIN PENDINGIN RUANGAN

BAB II DASAR TEORI BAB II DASAR TEORI

Transkripsi:

BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Pengertian Pengkondisian Udara Pengkondisian udara adalah salah satu sistem yang digunakan untuk mengatur dan mempertahankan keadaan udara yang meliputi temperatur, kelembaban relatif, kecepatan sirkulasi udara maupun kualitas udara dalam satu ruangan untuk mencapai kondisi yang sesuai dengan persyaratan kenyamanan. Standar SNI No.03-06390-2000 adalah standar nasional Indonesia yang dipakai sebagai syarat kenyamanan gedung / bangunan hotel untuk pengunjung / tamu dengan temperatur standar yang diberikan adalah 25 0 C± 1 o C dan kelembaban relatif berkisar 50% - 60%. 2.2 Fungsi Sistem Pengkondisian Udara Alat pengkondisian udara mempunyai fungsi memberikan kenyamanan bagi orang yang berada didalam suatu ruangan dengan cara menyerap kalor yang dikeluarkan oleh manusia, lampu penerangan, peralatan listrik dan matahari. 7

8 Selain berfungsi menyerap kalor yang berguna untuk memberikan kenyamanan, pengkondisian udara juga berguna untuk menjaga peralatan atau barang yang kondisi operasionalnya membutuhkan persyaratan temperatur dan kelembaban tertentu. 2.3 Komponen Pokok Pada Mesin Pengkondisian Udara Skema mesin refrigrasi dapat dilihat pada gambar berikut ini : Gambar 2.3.1. Komponen dan Skema mesin refrigrasi siklus kompresi uap 1. Evaporator Merupakan alat penukar panas dimana refrigeran cair dengan tekanan rendah setelah proses ekspansi, diuapkan dalam alat ini. Untuk penguapan refrigeran cair ini diperlukan sejumlah kalor yang diambil dari media yang akan didinginkan oleh sistem refrigrasi. Pada mesin pengkondisian udara, media yang didinginkan adalah udara didalam suatu ruangan. Uap refrigeran yang terbentuk dari evaporator lanngsung dihisap oleh kompresor, demikian seterusnya mengulangi langkah pertama tadi sehingga membentuk suatu siklus, yang disebut dengan siklus pengkondisian udara.

9 2. Kompresor Kompresor adalah alat yang digunakan untuk menghisap uap refrigeran dan mengkompresikannya sehingga tekanan uap refrigeran naik sampai tekanan yang diperlukan untuk pengembunan (kondensasi) uap refrigeran didalam kondensor. 3. Kondensor Kondensor merupakan alat penukar panas yang berguna untuk mendinginkan uap refrigeran dari kompresor agar dapat mengembun menjadi cairan. Pada saat pengembunan ini, refrigeran mengeluarkan sejumlah kalori (panas pengembunan) dimana panas ini diterima oleh media pendingin didalam kondensor. 4. Katup ekspansi Katup ekspansi ini berfungsi untuk menurunkan tekanan dari cairan refrigeran sebelum masuk ke evaporator, sehingga akan memudahkan refrigeran menguap di evaporator dan menyerap kalori (panas) dari media yang didinginkan. Berikut adalah diagram tekanan-entalpi yang menjelaskan proses pada mesin pengkondisian udara :

10 Gambar 2.3.2. Diagram P-H (tekanan-enthalpi) siklus refrigrasi kompresi uap 1 2. Refrigeran dalam evaporator menyerap panas dari sekitarnya. Selama proses ini refrigeran berubah fasa dari cair menjadi gas. Dalam evaporator inilah terjadi proses pendinginan karena terjadi pengambilan panas. 2 3. Refrigerant keluar dari evaporator masuk menuju kompresor. Dalam kompresor, refrigeran yang berbentuk uap superheated ini dinaikkan tekanannya. Secara otomatis suhu juga akan meningkat, sebab energi yang dihasilkan selama proses kompresi dipindahkan ke refrigeran. Temperatur refrigeran tersebut dinaikkan agar dapat mencair pada temperatur udara ruang di kondensor. 3-4 Gas refrigeran superheated yang bertekanan tinggi lewat dari kompresor menuju kondensor. Bagian awal proses pembuangan panas (3-3a) menurunkan panas superheated gas sebelum gas ini

11 dikembalikan menjadi bentuk cairan (3a-3b). Proses pembuangan panas ini biasanya dicapai dengan menggunakan media udara atau air. Penurunan suhu lebih lanjut (subcooled) terjadi pada pemipaan atau liquid receiver tank (3b - 4), sehingga cairan refrigeran didinginkan ke tingkat lebih rendah ketika cairan ini menuju alat ekspansi. 4 1 Cairan refrigeran yang sudah didinginkan dan bertekanan tinggi melintas melalui peralatan ekspansi, yang mana akan mengurangi tekanan dan mengatur aliran refrigeran menuju evaporator. Penurunan tekanan ini dimaksudkan agar temperatur refrigeran ikut turun lebih rendah dari suhu ruangan evaporator sehingga terjadi perpindahan panas dari udara ruangan evaporator ke refrigeran. Ketika dalam alat ekspansi, tidak ada panas yang hilang maupun yang diperoleh (adiabatic). 2.4 pengertian refrigeran Refrigeran merupakan fluida kerja yang bersikulasi atau zat yang mengalir dalam sirkulasi sistem air conditioning (AC). Zat ini berfungsi untuk menyerap panas dari benda atau udara yang akan didinginkan serta mengeluarkan energi panas dari produk yang didinginkan kelingkungan sekitar dan didalam siklusnya dapat berubah wujud menguap selama menyerap kalor mengembun selama pelepasan kalor. Sifat sifat yang dikehendaki pada suatu refrigeran :

12 - Kalor laten penguapan harus tinggi - Tekanan pengembunan rendah, sebab refrigeran dengan tekanan kondensasi tinggi memerlukan kompresor yang besar. - Tekanan penguapan lebih tinggi dari tekanan atmosfir, sehingga bila terjadi kebocoran udara luar tidak dapat masuk kedalam sistem. - Stabil, tidak bereaksi dengan material yang digunakan, tidak korosif. - Tidak berbau dan beracun. - Tidak mudah terbakar dan meledak. - Mudah didapat dan harganya murah. 2.5 Jenis jenis refrigeran Refrigeran dapat dikelompokan menjadi refrigeran sintetik dan refrigeran alami. Refrigeran sintetik tidak terdapat di alam dan dibuat oleh manusia dari unsur-unsur kimia. Sedangkan refrigeran alami adalah refrigeran yang dapat ditemui di alam, namun demikian masih diperlukan pabrik untuk penambangan dan pemurniannya. Refrigeran yang dikenal dengan sebutan CFC, HCFC, dan HFC adalah contoh refrigeran sintetik, sedangkan hidrokarbon (HC), Karbon dioksida (CO 2 ), air (H 2 O), udara dan amonia (NH 3 ) adalah contoh refrigeran alami yang sering digunakan. 2.6 Refrigeran R-22 (Chloro Fluoro Carbon) Refrigeran R-22 adalah refrigeran yang paling umum digunakan pada mesin pengkondisian udara. Refrigeran ini memegang peranan penting dalam sistem refrigerasi, sejak ditemukan pada tahun 1930. Hal ini dikarenakan memiliki

13 properti fisika dan termal yang baik sebagai refrigeran, stabil, tidak mudah terbakar, tidak beracun dan kompatibel terhadap sebagian besar bahan komponen dalam sistem refrigerasi. Akan tetapi setelah masyarakat mengetahui hipotesa bahwa CFC termasuk Ozone Depleting Potensial (ODP), yaitu zat yang dapat menyebabkan kerusakan ozon, masyarakat mulai mencoba melakukan penghentian pemakaian ODP dan dituangkan ke dalam beberapa konvensi, seperti Vienna Convention pada bulan Maret 1985, Montreal Protocol pada bulan September 1987 dan beberapa amandemen lainnya. Pemerintah Indonesia telah meratifikasinya melalui Keppres RI No. 23 tahun 1992. Calem membagi perkembangan refrigeran dalam 3 periode : 1. Periode pertama, 1830-an hingga 1930-an, dengan keriteria refrigeran apapun yang bekerja didalam mesin refrigerasi. Refrigeran yang digunakan dalam periode ini adalah ether, CO2, NH3, SO3, Hidrokarbon, H2O, CC14, CHCs. 2. Periode ke-dua, 1930-an hingga 1990-an menggunakan keriteria refrigeran aman dan tahan lama (durabel). Refrigeran dari periode ini adalah CFCs (Chloro Flouro Carbons), HCFCs (Hydro Chloro Flouro Carbons), HFCs (Hydro Flouro Carbons ), NH3, H2O 3. Periode ke-tiga, setelah 1990-an dengan keriteria refrigeran ramah lingkungan, refrigeran pada periode ini adalah HCFCs, NH3, HFCs, H2O, CO2. Sifat merusak ozon yang dimiliki oleh refrigeran utama yang digunakan pada periode kedua, yakni CFCs, dikemukakan oleh molina dan rowland yang kemudian didukung oleh data pengukuran lapangan oleh farman dkk. Setelah

14 keadaan lubang ozon dilapisi atmosfer diverifikasi secara seintifik, perjanjian internasional untuk mengatur dan melarang penggunaan zat-zat perusak ozon disepakati pada 1987 yang dikenal dengan sebutan protokol montreal. CFCs dan HCFCs merupakan dua refrigeran utama yang dijadwalkan untuk dihapus masing-masing pada tahun 1996 dan 2030 untuk Negara-negara maju (united nation environment programme, 2002). Sedangkan untuk Negara-negara berkembang, kedua refrigeran utama tersebut masing-masing dijadwalkan untuk dihapus (phased-out) pada tahun 2010 (CFCs) dan 2040 (HCFCs) (powell, 2002). Pada tahun 1997, protocol Kyoto mengatur pembatasan dan pengurangan gas-gas penyebab rumah kaca, termasuk HFCs (united nation framework convention on climate change, 2005). Powell menerangkan beberapa syarat yang harus dimiliki oleh refrigeran pengganti, yakni : 1. Memilki sifat termodinamika yang berdekatan dengan refrigeran yang hendak digantikannya, utamanya pada tekanan maksimum operasi refrigeran baru yang diharapkan tidak terlalu jauh beda dibandingkan dengan tekanan refrigeran lama yang ber-klorin. 2. Tidak mudah terbakar. 3. Tidak beracun. 4. Bisa bercampur (miscible) dengan pelumas yang umum digunakan dalam mesin refrigrasi. 5. Setiap refrigeran CFC hendaknya digantikan oleh sai jenis refrigeran ramah lingkungan. Setelah periode CFCs, R-22 (HCFC) merupakan refrigeran yang paling banyak digunakan didalam mesin refrigrasi dan pengkondisian udara.

15 Meskipun refrigeran ini termasuk juga refrigeran jenis HCFCs lainnya, dijadwalkan untuk dihapus pada tahun 2030 (untuk Negara maju), namun berbeda Negara eropa telah mencanangkan jadwal yang lebih progresif, misalnya swedia telah melarang penggunaan R22 dan HCFCs lainya pada mesin refrigrasi baru sejak tahun 1998, sedangkan Denmark dan jerman mengizinkan penggunaan HFCs pada mesin-mesin baru hanya hingga 31 desember 1999. 2.7 Refrigeran Hidrokarbon Hydrocarbon refrigerant (natural refrigerant) adalah refrigeran dengan bahan dasar hidrokarbon alam dan termasuk dalam kelompok refrigeran ramah lingkungan. Pemilihan hidrokarbon pengganti CFC (Chloro Flouro Carbon) dan HCFC (Hydro Chloro Flouro Carbon) harus memperhatikan beberapa hal diantaranya titik didih pada tekanan normal, kapasitas volumetric dan efisiensi energi. Titik didih harus diperhatikan untuk menjamin apakah tekanan operasi sama CFC untuk menghindari keperluan penggantian peralatan tekanan tinggi sepeti kompresor. pemakaian hidrokarbon lebih efisien dibandingkan dengan refrigeran sintetik, yang ditunjukan oleh COP (coefficient of performance) yang lebih besar. Hal ini disebabkan : 1. Rasio tekanan (perbandingan tekanan dorong dengan tekanan hisap kompresor) yang lebih kecil dari rasio tekanan refrigeran sintetik. 2. Kalor laten dan efek refrigrasi yang lebih besar dari refrigeran sintetik.

16 3. Kerapatan (density) hidrokarbon yang lebih kecil dari kerapatan refrigeran sintetik. 4. Viskositas yang lebih kecil dari refrigeran sintetik. 2.8 Sifat Zeotropik Dan Azeotropik Hidrokarbon Refrigeran hidrokarbon dapat berupa zat tunggal (missal propana) atau campuran (missal campuran dari propane, isobutana dan n-butana). Refrigeran hidrokarbon campuran bersifat zeotrop, berperilaku sangat berbeda dibanding dengan zat tunggal atau campuran azeotropik. Campuran ini dapat menguap dan mengembun pada suatu temperature tetap, tetapi pada kisaran tertentu yang sering disebut dengan glide. Refrigeran ini tepat berada pada titik didih (buble temperature) saat campuran tetap seluruhnya mencapai keadaan cair yaitu tepat pada akhir proses pengembunan. Refrigeran ini tepat berada pada titik embun (dew temperature) saat campuran tepat seluruhnya mencapai keadaan uap yaitu pada akhir proses penguapan. Efek temperature glide ini akan berpengaruh besar pada proses didalam evaporator dan kondensor. temperature penguapan meningkat dengan semakin berlanjutnya proses penguapan berlangsung, sedangkan didalam kondensor temperatur pengembunan menurun bersamaan dengan berlangsungnya proses pengembunan. Perubahan temperatur pada tekanan tetap ini merugikan efek perpindahan kalor pada evaporator dan kondensor. Oleh karena itu standar maksimal glide temperature yang diizinkan untuk refrigeran adalah 12 K. Dengan dasar itulah maka proses retrofit menggunakan refrigeran hidrokarbon campuran dilakukan pada fase cair untuk menjaga komposisi

17 campuran dan menjaga agar glide temperatur tidak berlebih sedangkan refrigeran hidrokarbon berupa zat tunggal dapat dilakukan pada fase cair dan gas. Hidrokarbon dapat terbakar bila berada didalam daerah segitiga api yaitu tersedianya : hidrokarbon, udara dan sumber api. Jika salah satu dari ketiga factor tersebut tidak terpenuhi maka proses kebakaran tidak akan terjadi. Hal ini mengakibatkan tidak akan terjadi kebakaran didalam sistem refrigrasi karena tidak adanya udara (tekanan sistem refrigrasi lebih tinggi dari tekanan atmosfer). Hidrokarbon termasuk kelompok refrigeran A3, yaitu refrigeran tidak beracun yang mempunyai batas nyala bawah (Low Flammability Limit/LFL) kurang dari hidrokarbon dapat terbakar jika berada diantara ambang batas nyala 2-10% volum. Bila konsentrasi hidrokarbon udara kurang dari 2% maka tidak cukup hidrokarbon untuk terjadi pembakaran, demikian juga bila konsentrasinya diatas 10% karena oksigen tidak cukup untuk terjadinya pembakaran. Secara praktis nyala bawah sekitar 35 g/m 3 bagi rata-rata refrigeran hidrokarbon diudara. Sifat flammable hidrokarbon dapat diantisipasi dengan memperhatikan prosedur dan standar kerja, diantaranya Standar Nasional Indonesia (SNI), standar inggris BS : 4434 tahun 1995 standar jerman DIN 7003, standar Australia AS 1596-1989 dan AS 1677. 2.9 Kelebihan dan kelemahan dalam penggunaan refrigeran hidrokarbon. Kelebihan refrigeran hidrokarbon : 1. tidak diperlukannya perubahan peralatan utama yang sudah ada atau pembelian peralatan baru

18 2. Ramah lingkungan, tidak beracun tidak membentuk gum, nyaman dan pelepasannya ke alam bebas tidak akan merusak lapisan ozon dan tidak menimbulkan efek pemanasan global. 3. Hemat energi / listrik, mempunyai sifat termodinamikayang lebih baik sehingga dapat menghemat pemakaian energy listrik hingga 30% dibandingkan dengan Freon pada kapasitas mesin pendingin yang sama. 4. Lebih irit, memiliki sifat kerapatan yang lebih rendah sehingga hanya memerlukan sekitar 30% dari penggunaan Freon pada kapasitas mesin yang sama. 5. Pengganti untuk semua, dapat menggantikan Freon yang digunakan selama ini tanpa mengubah atau mengganti komponen maupun pelumas. 6. Memenuhi persyaratan international, memenuhi baku mutu internasional dalam pemakaian maupun implikasi yang menyertainya. Dengan retrofit hidrokarbon dapat mengurangi kerusakan ozon, pemanasan global dan penghematan listrik / energi. Adapun kelemahan dalam penggunaan refrigeran hidrokarbon ini adalah mudah terbakar bila berada didalam daerah segitiga api yaitu tersedianya hidrokarbon, udara dan sumber api sehingga diperlukan adanya aturan penggunaan yang harus dipenuhi dan prosedur penggantian yang aman. 2.10 Dasar Perhitungan Kapasitas

19 Ada beberapa cara untuk mengitung kapasitas pengkondisian udara antara lain menggunakan : diagram pisikometrik, diagram P-H, dan perhitungan beban pendingin seperti yang dijelaskan berikut ini. 2.10.1 Diagram Pisikometrik Dengan menggunakan diagram ini dapat diketahui sifat-sifat udara yang akan didinginkan seperti entalpi, kelembaban relatif, temperature bola kering, temperature bola basah, volume sepesifik dan perbandingan kelembaban dengan udara kering. Dengan mengetahui dua parameter tersebut maka dengan diagram pisikometrik dapat diketahui sifat-sifat udara lainnya. Gambar 2.10.1. diagram pisikometrik udara pada temperatur normal Contoh misal udara temperatur 25 0 C dan mempunyai kelembaban relative sebesar 80% akan didinginkan menjadi udara bertemperatur 20 0 C dan kelembaban 60% berapa entalpi yang dibutuhkan untuk pendingin? Dari diagram didapat

20 udara pada temperatur 25 0 C dan kelembaban 80% mempunyai entalpi sebesar 15.75 Kcal/Kg udara, sedangkan udara dengan temperatur 20 0 C dan kelembaban 60% mempunyai entalpi sebesar 10Kcal/Kg udara. Jadi selisih entalpi (panas) yang dibutuhkan untuk mendinginkan 1 Kg udara adalah sebesar (15.75-10)Kcal/Kg udara = 5.75 Kcal/Kg udara. Diagram pisikometrik digunakan untuk menghitung energi panas yang dibutuhkan untuk mendinginkan suatu udara didalam ruangan. Gambar 2.10.2. Cara pemakaian diagram pisikometrik 2.10.2 Diagram P-H Refrigeran Diagram p-h digunakan untuk menghitung kapasitas pendingin, entalpi refrigeran dari tekanan kompresor suction dan discharge-nya. Contoh panas yang diserap didalam evaporator adalah sebesar (h 2 -h 1 ) kerja dari kompesor adalah sebesar (h 3 -h 2 ) dan panas yang dibuang didalam kondensor sama dengan jumlah entalpi dari kerja kompresor ditambah dengan entalpi dari panas yang diserap dari evaporator.

21 Gambar 2.10.3. Diagram p-h refrigerant R-22 2.11 Rumus-Rumus Perhitungan Beban Pendingin Beban pendingin adalah jumlah panas yang dipindahkan oleh sistem pengkondisian udara setiap hari, atau jumlah kalor persatuan waktu yang harus dikeluarkan dari dalam suatu ruangan supaya kondisi dalam ruangan sesuai dengan yang diinginkan. Beban pendingin terdiri atas panas yang berasal dari ruangan dan tambahan panas. Pengaruh penyimpanan energi pada struktur bangunan perlu dipertimbangkan dalam perhitungan tambahan panas. Aspekaspek fisik yang harus diperhatikan dalam perhitungan beban pendingin terdiri dari : 1. Konduksi melalui dinding, atap dan lantai. 2. Panas radiasi melalui kaca. 3. Infiltrasi. 4. Kalor yang bersumber dari dalam gedung antara lain :

22 Panas yang dihasilkan oleh penghuni Panas yang dikeluarkan oleh lampu 5. Panas yang dibangkitkan oleh peralatan didalam gedung. 2.12 Jenis Beban Yang Harus Ditanggung Oleh Mesin Penyegar Udara Jenis beban yang harus dihitung oleh mesin penyegar udara berasal dari dua macam kalor, yaitu : 1. Panas sensible Panas yang menyebabkan perubahan temperatur tanpa perubahan fase. Setiap panas yang dapat menaikan suhu ruangan ditandai dengan naiknya temperatur bola kering (Tdb) akan menambah panas sensible. 2. Panas laten Panas yang menyebabkan perubahan fase tanpa menyebabkan perubahan temperatur misalnya kalor penguapan. Setiap sumber panas yang dapat menambah beban laten. Udara yang dimasukan kedalam ruangan harus mempunyai kelembaban rendah agar dapat menyerap uap air (panas laten) dan temperatur yang rendah agar dapat menyerap panas dari berbagai sumber panas dalam ruangan (panas sensibel), agar kondisi ruangan yang didinginkan dapat dicapai. 2.13 Sumber Kalor Ruangan Terdiri Dari : 1. Radiasi matahari

23 Untuk ruangan yang banyak menggunakan kaca, radiasi sinar matahari merupakan beban panas sensible yang cukup besar. Besar kecilnya radiasi dipengaruhi oleh : a. Letak gedung terhadap mata angin b. Keadaan sekitar gedung c. Sudut datang sinar matahari dan lamanya penyinaran Persamaan yang digunakan: qs = A.Sc.SHGF..(1.1) dimana : qs A Sc : Panas sensible : luas kaca : Shading coefisien (koefisien bayangan) (Tabel 2, 33, 36 hal 27. ASHRAE Fundamental Handbook) SHGF : Solar Heat Gain Factor (faktor tambahan radiasi panas maksimum) (Tabel 12. Hal 26. ASHRAE Fundamental Handbook) CLP : cooling load factor (faktor beban pendingin) : untuk CLF tanpa interior shading (Table 14. Hal 26. ASHRAE Fundamental Handbook) : untuk CLF dengan interior shading (Table 14.hal 26. ASHRAE Fundamental Handbook) 2. Transmisi panas melalui beban bangunan secara konduksi

24 a. Kaca Persamaan yang digunakan : Q = U.A.CLTD...(2.1) Dimana : U : Koefisien perpindahan panas (Table 13.hal 27. ASHRAE Fundamental Handbook) A CLTD : Luas kaca : Cooling Load Themperatur Differential (Difrensial temperatur beban pendingin) (Tabel 10. Hal 29. ASHRAE Fundamental Handbook) b. Dinding Persamaan yang digunakan : Q = U.A.CLTD (2.2) Dimana : U : Koefisien perpindahan panas (table 6.hal 26. ASHRAE Fundamental Handbook) A CLTD : Luas dinding : Cooling Load Themperatur Differential (Difrensial temperatur beban pendingin) (Tabel 6. Hal 26. ASHRAE Fundamental Handbook ) c. Konduksi melalui partisi (partisi dasar dan langit-langit) Persamaan yang digunakan :

25 Q = U.A.TD (2.3) Dimana : U : Koefisien perpindahan panas (Tabel 3.4 Hal 23. ASHRAE Fundamental Handbook) A : Luas dari permukaan atap dan lantai TD : Desaign Themperatur Differensial (T2-T1) T1 : Temperatur rata-rata didalam ruangan T2 : Temperatur rata-rata didalam ruangan yang dikondisikan. d. Atap Persamaan yang digunakan : Q = U.A.CLTD (2.4) Dimana : U RT : Koefisien perpindahan panas = 1/RT : Resistansi Thermal (Table 3.4.5. hal 23. ASHRAE Fundamental Handbook) A CLTD : Luas atap : Cooling Load Themperatur Differential (Difrensial temperatur beban pendingin) (table 5. Hal 26. ASHRAE Fundamental Handbook) 3. Sumber kalor didalam ruangan a. Panas tubuh manusia Qs = No.SGH.CLF..(3.1)

26 Q1 = No.SGH.CLF...(3.2) (table 1. Hal 26. ASHRAE Fundamental Handbook) Dimana : No : A/n N : Faktor kepadatan A : Luas lantai (ft 2 ) LHG : Laten Heat Gain SHG : Solar Heat Gain CLF : Cooling Load Factor b. Panas dari lampu penerangan QS = 3.4.W.BF.CLF.(3.3) Dimana : QS : Panas sensible W : Daya lampu BF : Balast Factor = 1.25 CLF: Cooling Load Factor c. Panas dari peralatan yang ada didalam ruangan penambahan panas sensibel Qs = SHG.CLF (3.4) Dimana : SHG : Solar Heat Gain (table 20 dan 21. Hal 26. ASHRAE Fundamental Handbook)

27 CLF : Cooling Load Factor (table 22 dan 23. Hal 26. ASHRAE Fundamental Handbook) Penambahan panas laten pada peralatan dalam ruangan Persamaan yang digunakan : Q1 = 0,32 X Qr.(3.5) Dimana : Qr : Daya peralatan (Watt)