KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS (KPA) DENGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN)

dokumen-dokumen yang mirip
Nomor: 04/SKB/M.PAN/12/2003. Nomor : 127 Tahun 2003 Nomor : Ol/SKB/XII/2003/BNN.

PERATURAN DAERAH KOTA PAYAKUMBUH NOMOR : 02 TAHUN 2009 T E N T A N G ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA KOTA PAYAKUMBUH

BAB I PENDAHULUAN. Universitas Indonesia

WALIKOTA SURABAYA PERATURAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR 20 TAHUN 2009 TENTANG BADAN NARKOTIKA KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

GUBERNUR JAWA TIMUR GUBERNUR JAWA TIMUR

PEMERINTAH KOTA TANJUNGPINANG PERATURAN DAERAH KOTA TANJUNGPINANG NOMOR 13 TAHUN 2009 TENTANG

PROGRAM HARM REDUCTION DI INDONESIA "DARI PERUBAHAN PERILAKU KE PERUBAHAN SOSIAL"

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KEMENTERIAN PERHUBUNGAN DENGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL Nomor: PJ 23 Tahun 2017 Nomor: NK/43/X/2017/BNN

BAB I PENDAHULUAN. Narkotika Nasional, Jakarta, 2003, h Metode Therapeutic Community Dalam Rehabilitasi Sosial Penyalahguna Narkoba, Badan

2014, No Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Nega

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2014 TENTANG

BADAN NARKOTIKA NASIONAL

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PEMERINTAH KOTA PROBOLINGGO

LEMBARAN DAERAH KABUPATEN GARUT

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PERATURAN DAERAH KOTA DUMAI NOMOR 18 TAHUN 2008 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA KOTA DUMAI

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG KELOMPOK AHLI BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

LEMBARAN DAERAH KOTA SEMARANG PERATURAN DAERAH KOTA SEMARANG

BAB III BADAN NARKOTIKA NASIONAL. A. Latar belakang berdirinya Badan Narkotika Nasional (BNN)

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2002 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

PROVINSI SULAWESI UTARA KEPUTUSAN BUPATI BOLAANG MONGONDOW UTARA NOMOR 93 TAHUN 2014 T E N T A N G PEMBENTUKAN KOMISI PENANGGULANGAN AIDS DAERAH

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Kelompok Ahli. Pengorganisasian.

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 17 TAHUN 2002 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,

PERATURAN DAERAH PROVINSI NUSA TENGGARA TIMUR NOMOR 4 TAHUN 2009 TENTANG

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang.

KEPPRES 116/1999, BADAN KOORDINASI NARKOTIKA NASIONAL

WALIKOTA TEGAL PERATURAN WALIKOTA TEGAL NOMOR 8 TAHUN 2009 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN BADAN NARKOTIKA KOTA TEGAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TOLITOLI NOMOR 13 TAHUN 2008 TENTANG

I. PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Narkotika, Psikotropika dan Bahan Adiktif lainnya yang lebih dikenal dengan

Peningkatan Kemandirian Penanggulangan AIDS

LAMPIRAN PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 10 TAHUN 2014 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN DAN PENGEMBANGAN ORGANISASI INSTANSI VERTIKAL

MENUNAIKAN HAK PELAYANAN KESEHATAN NAPI DAN TAHANAN

BUPATI BELITUNG PERATURAN BUPATI BELITUNG NOMOR 7 TAHUN 2005 TENTANG PEMBENTUKAN BADAN NARKOTIKA KABUPATEN BELITUNG BUPATI BELITUNG,

2016, No Negara Republik Indonesia Nomor 5062); 2. Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 2010 tentang Badan Narkotika Nasional;

GUBERNUR LAMPUNG PERATURAN GUBERNUR LAMPUNG NOMOR 17 TAHUN 2007 TENTANG BADAN NARKOTIKA PROVINSI (BNP) LAMPUNG DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

P E M E R I N T A H K O T A D U M A I

BERITA DAERAH KABUPATEN GUNUNGKIDUL

PEMERINTAH KABUPATEN LUMAJANG

PEMERINTAH KABUPATEN LAMONGAN PERATURAN DAERAH KABUPATEN LAMONGAN NOMOR 1 TAHUN 2010 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA LEMBAGA LAIN KABUPATEN LAMONGAN

NOMOR 8 TAHUN 2015 TENTANG PENCEGAHAN DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN DAN PEREDARAN GELAP NARKOBA (P4GN) DI KABUPATEN BANYUWANGI

RechtsVinding Online. Kelembagaan Badan Narkotika Nasional Oleh: Yeni Handayani * Naskah diterima: 2 Oktober 2015; disetujui: 7 Oktober 2015

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 03 TAHUN 2009 T E N T A N G

WALIKOTA BANDUNG KEPUTUSAN WALIKOTA BANDUNG TENTANG PEMBENTUKAN KOMISI PENANGGULANGAN AIDS ( KPA ) KOTA BANDUNG WALIKOTA BANDUNG,

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA No. 288, 2012

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA PERATURAN GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA NOMOR 9 TAHUN 2014 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. Analisis Implementasi..., Agustinus Widdy H, Program Pascasarjana, Universitas Indonesia

S A L I N A N DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA BUPATI PROBOLINGGO,

WALIKOTA SURABAYA KEPUTUSAN WALIKOTA SURABAYA NOMOR : /156/ /2009 TENTANG KOMISI PENANGGULANGAN AIDS KOTA SURABAYA WALIKOTA SURABAYA,

PERATURAN DAERAH PROVINSI SULAWESI TENGAH NOMOR : 03 TAHUN 2009 TENTANG

MENTERI TENAGA KERJA DAN TRANSMIGRASI REPUBLIK INDONESIA

PEMERINTAH PROVINSI NUSA TENGGARA BARAT

WALIKOTA BLITAR PERATURAN WALIKOTA BLITAR NOMOR 26 TAHUN 2010 TENTANG

MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

BUPATI BARITO KUALA KEPUTUSAN BUPATI BARITO KUALA NOMOR /17 / KUM/2013 TENTANG

BAB 1 PENDAHULUAN. hancurnya kehidupan rumah tangga serta penderitaan dan kesengsaraan yang

PEMERINTAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU PERATURAN DAERAH PROVINSI KEPULAUAN RIAU NOMOR 10 TAHUN 2008 TENTANG

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 6 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN WADAH PERAN SERTA MASYARAKAT DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

PERATURAN KETUA BADAN NARKOTIKA NASIONAL. Nomor : PER / 01 / VIII / 2007 / BNN TENTANG

PERATURAN DAERAH KOTA MALANG NOMOR 6 TAHUN 2009 TENTANG ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA KOTA

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BATANG NOMOR 6 TAHUN 2008 TENTANG PEMBENTUKAN SUSUNAN ORGANISASI DAN TATA KERJA SEKRETARIAT BADAN NARKOTIKA KABUPATEN

BNN TES URINE PEGAWAI BPK SUMUT

PEMERINTAH DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR PERATURAN DAERAH PROVINSI JAWA TIMUR NOMOR 11 TAHUN 2012 TENTANG

2017, No d. bahwa untuk belum adanya keseragaman terhadap penyelenggaraan rehabilitasi, maka perlu adanya pengaturan tentang standar pelayanan

BAB I PENDAHULUAN. A. Latar Belakang Masalah. Pergaulan dalam hidup masyarakat merupakan hubungan yang terjadi

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

ADLN Perpustakaan Universitas Airlangga BAB I PENDAHULUAN. sebanyak orang dan WNA sebanyak 127 orang 1.

-2- MEMUTUSKAN: Menetapkan : PERATURAN PRESIDEN TENTANG PERUBAHAN ATAS PERATURAN PRESIDEN NOMOR 75 TAHUN 2006 TENTANG KOMISI PENANGGULANGAN AIDS NASIO

PERATURAN DAERAH KABUPATEN TAPIN NOMOR 03 TAHUN 2010 TENTANG PEMBENTUKAN, ORGANISASI DAN TATA KERJA PELAKSANA HARIAN BADAN NARKOTIKA KABUPATEN TAPIN

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BUPATI JEMBER SALINAN PERATURAN BUPATI JEMBER NOMOR 7 TAHUN 2015 TENTANG

PERATURAN DAERAH PROVINSI SUMATERA SELATAN NOMOR 9 TAHUN 2009

TENT ANG WALIKOTA MOJOKERTO,

BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG

BUPATI LA:MPUNG TIMUR

2017, No Mengingat : 1. Pasal 4 ayat (1) Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; 2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2009 tentang

DINAS KESEHATAN KEPUTUSAN KEPALA PUSKESMAS NOMOR : /SK/PUSK-HG/I/2015

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. pada pembinaan kesehatan (Shaping the health of the nation), yaitu upaya kesehatan

PERATURAN PEMERINTAH REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2011 TENTANG PELAKSANAAN WAJIB LAPOR PECANDU NARKOTIKA DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

BAB I PENDAHULUAN. 1.1 Latar Belakang. Masalah penyalahgunaan narkoba dan peredaran gelap narkoba di

PERATURAN SELAKU KETUA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS NASIONAL NOMOR: 02/PER/MENKO/KESRA/I/2007 TENTANG

KEWENANGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN) PROVINSI LAMPUNG DALAM PENCEGAHAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA DI PROVINSI LAMPUNG

BUPATI MUSI RAWAS PERATURAN BUPATI MUSI RAWAS

PERATURAN DAERAH PROVINSI KALIMANTAN TENGAH NOMOR 14 TAHUN 2008 TENTANG

BERITA NEGARA REPUBLIK INDONESIA

I. PENDAHULUAN. Pemberantasan penyalahgunaan narkotika merupakan masalah yang sangat penting,

No II. anggota masyarakat yang telah berjasa mengungkap adanya tindak pidana Narkotika dan Prekursor Narkotika, perlu diberi landasan hukum ya

BAB I PENDAHULUAN. Indonesia sudah semakin menjamur dan sepertinya hukum di Indonesia tidak

PERATURAN DAERAH KABUPATEN BERAU

RANCANGAN KESIMPULAN/KEPUTUSAN

PERATURAN KEPALA BADAN NARKOTIKA NASIONAL NOMOR 5 TAHUN 2015 TENTANG PEDOMAN PEMBENTUKAN INSTANSI VERTIKAL DI LINGKUNGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL

GUBERNUR DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA

BUPATI DONGGALA PERATURAN DAERAH KABUPATEN DONGGALA NOMOR 9 TAHUN 2010 TENTANG

BAB I PENDAHULUAN. generasi baik secara kualitas maupun kuantitas. sesuatu yang mengarah pada aktivitas positif dalam pencapaian suatu prestasi.

PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA

2 2. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan Lembaran Negara Republik I

PERATURAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 23 TAHUN 2010 TENTANG BADAN NARKOTIKA NASIONAL DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA

KEPUTUSAN PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 25 TAHUN 2001 TENTANG

Transkripsi:

KESEPAKATAN BERSAMA ANTARA KOMISI PENANGGULANGAN AIDS (KPA) DENGAN BADAN NARKOTIKA NASIONAL (BNN) NOMOR 21 KEP/MENKO/KESRAlXII/2003 NOMOR B/O4/XII/2003/BNN TENTANG UPAYA TERPADU PENCEGAHAN PENULARAN HIV/AIDS DAN PEMBERANTASAN PENYALAHGUNAAN NARKOTIKA, PSIKOTROPIKA DAN ZAT/BAHAN ADIKTIF DENGAN CARA SUNTIK Pada hari ini Senin, tanggal 8 bulan Desember tahun 2003, bertempat di Jakarta, telah dibuat Kesepakatan Bersama oleh dan antara: 1. M. Jusuf Kalla, Menteri Koordinator Bidang Kesejahteraan Rakyat Republik Indonesia, selaku Ketua Komisi Penanggulangan AIDS Nasional (KPA), dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama KPA yang berkedudukan di Jalan Merdeka Barat No.3, Jakarta Pusat, Selanjutnya Disebut Pihak Pertama. 2. Jenderal Polisi Drs. Da'i Bachtiar, S.H., Kepala Kepolisian Negara Republik Indonesia Selaku Ketua Badan Narkotika Nasional (BNN), dalam hal ini bertindak untuk dan atas nama BNN, berkedudukan di Jalan Gerbang Pemuda No.3 Senayan, Jakarta Selatan, Selanjutnya Disebut Pihak Kedua. Dengan Pertimbangan : 1. Bahwa saat ini prevalensi HIV/AIDS di Indonesia sudah mencapai tingkat epidemi yang terkonsentrasi pada sub-populasi tertentu serta dalam empat tahun terakhir ini terjadi peningkatan prevalensi HIV pada kelompok pengguna narkotika, psikotropika, dan zat/bahan adiktif dengan cara suntik; 2. Bahwa penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat/bahan adiktif dengan cara suntik serta dampak penyebaran HIV/AIDS yang diakibatkannya sangat membahayakan dan merupakan ancaman nyata

bagi kehidupan masyarakat, bangsa dan negara kesatuan Republik Indonesia; 3. Bahwa penyebaran HIV/AIDS melalui penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat/bahan adiktif dengan cara suntik dapat dicegah melalui pendekatan yang komprehensif dan dilaksanakan secara koordinatif; 4. Bahwa kegiatan pencegahan penyebaran HIV/AIDS pada penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat/bahan adiktif dengan cara suntik harus dilakukan bersamaan dengan upaya pemberantasan penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat/bahan adiktif; 5. Bahwa Visi "Indonesia Terbebas Dari Penyalahgunaan Dan Peredaran Gelap Narkoba Tahun 2015" yang juga merupakan kesepakatan di antara Negara-Negara Asean perlu ditindaklanjuti secara konsisten dalam setiap program yang dilaksanakan; 6. KPA adalah komisi yang dibentuk pemerintah yang berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia nomor 36 tahun 1994, mempunyai tugas melaksanakan koordinasi upaya pencegahan dan penanggulangan HIV/AIDS dengan lintas sektor secara nasional; 7. BNN adalah lembaga pemerintah yang berdasarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia nomor 17 tahun 2002, mempunyai tugas melaksanakan koordinasi dan operasional dalam pencegahan dan pemberantasan penyalahgunaan dan peredaran gelap narkotika, psikotropika dan zat/bahan adiktif lainnya; Berdasarkan pada hal-hal tersebut di atas, pihak pertama dan pihak kedua sepakat untuk bekerjasama dalam upaya terpadu pencegahan penularan HIV/AIDS dan pemberantasan penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat/bahan adiktif dengan cara suntik, dengan ketentuan-ketentuan sebagai berikut : Pasal 1 Dasar Kesepakatan bersama ini berdasarkan peraturan perundang-undangan sebagai berikut: 1) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan; 2) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1997tentang Psikotropika; 3) Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1997 Tentang Narkotika; Undang- Undang Nomor 2 Tahun 2002 Tentang Kepolisian Negara Republik Indonesia;

4) Keputusan Presiden RI Nomor 36 Tahun 1994 Tentang Pembentukan Komisi Penanggulangan AIDS; 5) Keputusan Presiden RI Nomor 100 Tahun 2001 Tentang Kedudukan, Tugas, Fungsi, Kewenangan, Susunan Organisasi Dan Tata Kerja Menteri Negara Koordinator, Sebagaimana Telah Diubah Dengan Keputusan Presiden Nomor 1 Tahun 2002; 6) Keputusan Presiden RI Nomor 17 Tahun 2002 Tentang Badan Narkotika Nasional; 7) Instruksi Presiden Nomor 3 Tahun 2002 Tentang Penanggulangan Penyalahgunaan Dan Peredaran Gelap Narkotika, Psikotropika, Prekursor, Dan Zat Adiktif Lainnya. Pasal 2 Maksud Dan Tujuan 1) Maksud Kesepakatan ini adalah sebagai pedoman pelaksanaan bagi Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Dan Badan Narkotika Nasional (BNN) dalam rangka pencegahan penyebaran HIV/AIDS dan pemberantasan penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat/bahan adiktif lainnya dengan cara suntik. 2) Tujuan kesepakatan ini adalah untuk membangun kerjasama antara Komisi Penanggulangan AIDS (KPA) Dan Badan Narkotika Nasional (BNN) dalam rangka pelaksanaan pencegahan penyebaran HIV/AIDS dan Pemberantasan penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat/bahan adiktif lainnya dengan cara suntik. Pasal 3 Sasaran Sasaran kesepakatan bersama ini adalah menurunkan penyebaran HIV/AIDS yang berkaitan dengan penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat/bahan adiktif dengan cara suntik. Ruang lingkup kerjasama meliputi. Pasal 4 Ruang Lingkup 1) Penyusunan kebijakan, strategi nasional dan rencana kerja dalam rangka upaya terpadu pencegahan penyebaran HIV/AIDS dan pemberantasan penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat/bahan adiktif dengan cara suntik. 2) Pelaksanaan pencegahan penyebaran HIV/AIDS pada penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat/bahan adiktif dengan cara suntik.

3) Pelaksanaan pemberantasan penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat/bahan adiktif dengan cara suntik. 4) Pelaksanaan terapi dan rehabilitasi bagi penyalahguna narkotika, psikotropika dan zat/bahan adiktif dengan cara suntik. 5) Pelatihan, riset dan sistem informasi upaya terpadu pencegahan penyebaran HIV/AIDS dan pemberantasan penyalahgunaan narkotika. psikotropika dan zat/bahan adiktif dengan cara suntik. Pasal 5 Pengorganisasian Untuk melaksanakan kesepakatan bersama perlu dibentuk organisasi sebagai berikut : 1) Tim Nasional upaya terpadu pencegahan penyebaran HIV/AIDS dan pemberantasan penyalahgunaan narkotika, psikotropika dan zat/bahan adiktif dengan cara suntik, yang terdiri dari : a. Penasehat b. Pengarah c. Pelaksana d. Kelompok Kerja 2) Guna mendukung pelaksanaan tim nasional terpadu dibentuk sekretariat tetap yang susunan keanggotaannya akan ditentukan kemudian; 3) Organisasi yang dibentuk sebagaimana tersebut pada ayat 1) ditentukan berdasarkan keputusan bersama. Pasal 6 Pelaksanaan 1) Pelaksanaan kesepakatan bersama ini akan diatur lebih lanjut dalam petunjuk pelaksanaan. 2) Petunjuk pelaksanaan sebagaimana dimaksud dalam ayat 1) merupakan suatu kesatuan dan tidak dapat dipisahkan dari kesepakatan bersama ini. Pasal 7 Dukungan Anggaran Pembiayaan yang timbul sebagai akibat dari kesepakatan ini akan dibebankan kepada APBN yang sesuai dengan alokasi anggaran yang telah ditentukan pada KPA Dan BNN dalam pelaksanaan program yang selaras, serta memanfaatkan sumber dana lain yang berasal dari bantuan yang sah dan tidak mengikat. Pasal 8 Masa Berlaku

1) Kesepakatan bersama ini berlaku sejak tanggal ditandatangani oleh pihak pertama dan pihak kedua. 2) Kesepakatan bersama ini akan disesuaikan apabila ada perubahan kebijakan dan peraturan perundang-undangan yang baru. 3) Pembatalan terhadap kesepakatan bersama ini dilakukan alas persetujuan antara pihak Pertama dan pihak Kedua. Pasal 9 Lain-Lain Hal-hal lain yang belum diatur dalam kesepakatan bersama ini akan diatur kemudian, yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari kesepakatan bersama ini. Ditandatangani di Jakarta Tanggal 8 Desember2003 KEPALA KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA Selaku KETUA BNN Ttd. DRS. DA I BACHTIAR, S.H. JENDERAL POLISI MENTERI KOORDINATOR BIDANG KESEJAHTERAAN RAKYAT Selaku KETUA KPA Ttd. M. JUSUF KALLA